Professional Documents
Culture Documents
Penyakit Lupus dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu discoid lupus, systemic
lupus erythematosus, dan lupus yang diinduksi oleh obat.
1. Discoid Lupus
Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas eritema yang meninggi,
skuama, sumbatan folikuler, dan telangiektasia. Lesi ini timbul di kulit kepala, telinga, wajah,
lengan, punggung, dan dada. Penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan karena lesi ini
memperlihatkan atrofi dan jaringan parut di bagian tengahnya serta hilangnya apendiks kulit
secara menetap (Hahn, 2005).
2003).
Terbentuknya
autoantibodi
terhadap
dsDNA,
berbagai
macam
6.Serositis : Pada pleuritis didapatkan riwayat nyeri pleural,pleural friction rub,efusi pleura.Pada pericarditis
tampak pada ECG,gesekan pericard,efusi pericard.
7.Gangguan Renal : proteinuria >0,5 g/hari atau >3+,atau cellular cast berupa eritrosit,hemoglobin
granular,tubular,atau campuran.
8.Kelainan neorologis : psikosis,kejang-kejang (tanpa sebab yang jelas).
9.Kelainan hematologis :anemia hemolytic, leukopenia(<4000/L), limfopenia (<1500/L), trombositopenia
(<100.000/L).
10.Kelainan imunologis : Anti ds-DNA , Anti-Sm(antibody terhadap antigen otot polos) ,Antifosfolipid
antibody,STS false positve.
11.Antibodi antinuclear : ANA test +., Penderita dikatakan mempunyai SLE jika terdapat minimal 4 kriteria
terpenuhi, baik secara bersamaan ataupun simultan, selama observasi.
Identitas
: Perempuan
Keluhan Utama
2.1
2.2
Demam.
2.3
2.4
3.
memerah pada daerah pipi dan leher, awalnya kecil setelah 1 minggu bertambah besar,
demam nyeri dan terasa kaku seluruh persendian utamanya pada pagi hari dan
berkurang nafsu makan.
4.
Pemeriksaan umum
4.1
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
4.2
Respirasi
: 20X/menit
4.3
Nadi
: 90X/menit
4.4
Suhu
: 38,50 C
4.5
Hb
: 11 gr/dl
4.6
WBC
: 15.000/mm3
5.
Pemeriksaan Fisik
5.1
5.2
5.3
5.4
Malaise
6.
Pemeriksaan Penunjang
6.1
6.2
Analisa Data
No.
1. DS :
Data
Etiologi
Produksi autoimun yg
berlebihan
pipi
dan
leher,
Masalah
Resiko Infeksi
DO :
Antibody merusak
Suhu 38,50 C
WBC 15.000/mm3
Hb11 gr/dl
jaringan
Terjadi peradangan /
inflamasi
2.
DS :
Klien
Peradangan / inflamasi
mengatakan,
Intoleran Aktivitas
nyeri
Sendi
DO :
Peradangan pada siku.
3. DS :
Klien
mengaku
Kerusakan jaringan
kurang
nafsu makan.
DO :
Resiko
Nutrisi
kurang kebutuhan
Saluran cerna akan
mengiritasi lambung
Malaise
Mual/Muntah
4.
DS :
Gangguan Integrasi
Kulit
normal
terbatas tegas.
Lesi berskuama pada daerah
leher
Fibrosis, inviltrasi
perivaskuler sel
mononukleus
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
PENGKAJIAN
IDENTITAS
Penyakit SLE ( Sistemik Lupus Eritematosus ) kebanyakan menyerang wanita, bila
dibandingkan dengan pria perbandingannya adalah 8 : 1. Penyakit ini lebih sering
dijumpai pada orang berkulit hitam dari pada orang yang berkulit putih.
Penyakit DLE ( Lupus eritematosus Diskoid ) kebanyakan menyerang manusia dewasa
dengan umur antara 25 - 40 tahun. Penderita wanita berjumlah 2 kali lebih banyak
dibanding dengan penderita pria. Dapat mengenai semua ras, namun terbanyak
menyerang pada orang kulit hitam.
KELUHAN UTAMA
Pada SLE ( Sistemik Lupus Eritematosus )
Kelainan kulit meliputi eritema malar ( pipi ) rash seperti kupu-kupu, yang dapat
mengenai seluruh tubuh, sebelumnya pasien mengeluh demam dan kelelahan.
Pada DLE ( Lupus Eritematosus Diskoid )
Lesi kulit ( makula atau plak eritematosus ) berbentuk discoid atau koin. Pada bagian
yang sering terkena sinar matahari .
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pada penderita SLE dan DLE, di duga adanya riwayat penyakit Anemia Hemolitik,
Trombositopeni, abortus spontan yang unik. Kelainan pada proses pembekuan darah
( kemungkinan sindroma, antibody, antikardiolipin ).
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pada penderita SLE cenderung mengalami kelainan kulit eritema molar yang
bersifat irreversibel. Namun pada penderita DLE banyak terdapat kelainan kulit
yaitu lesi yang biasanya bersifat reversibel
b. Kepala
Pada penderita SLE mengalami lesi pada kulit kepala dan kerontokan yang
sifatnya reversibel dan rambut yang hilang akan tumbuh kembali.
Pada penderita DLE juga mengalami lesi kulit kepala dan kerontokan rambut
yang bersifat irreversibel
c. Muka
Pada penderita SLE tidak selalu terdapat pada muka/wajah
Pada DLE sekitar 85 % terdapat lesi pada muka / wajah dan konke aurikularis
bersifat irrversibel
d. Telinga
Pada penderita SLE tidak selalu ditemukan lesi di telinga. Namun pada
penderita DLE biasanya ditemukan lesi pada telinga.
e. Mulut
Pada penderita SLE sekitar 20% terdapat lesi mukosa mulut.
Pada penderita DLE mukosa mulutnya juga sering terdapat lesi sebesar 15 %
bersifat irreversibel.
f. Ekstrimitas
Pada penderita SLE sering dijumpai lesi vaskulitik pada jari-jari tangan dan jari
jari-jari kaki, juga sering merasakan nyeri sendi. Pada penderita DLE sebesar 14
% lesi juga ada terdapat di ekstrimitas atas terutama punggung tangan.
g. Paru paru
SLE
tiroidnya
mengalami
abnormal,
hyperparathyroidisme,
intolerance glukosa.
i. Jantung
Penderita SLE dapat mengalami perikarditis, myokarditis, endokarditis,
vaskulitis.
j. Gastro Intestinal
Penderita SLE mengalami hepatomegaly / pembesaran hepar, nyeri pada perut.
k. Muskuluskletal
Penderita mengalami arthralgias, symmetric polyarthritis, efusi dan joint
swelling.
l. Sensori
Penderita mengalami konjungtivitis, photophobia.
m. Neurologis
Penderita mengalami depresi, psychosis, neuropathies.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penderita SLE
Diagnosis dapat ditemukan dengan melakukan biopsi kulit. Pada pemeriksaan
histologi terlihat adanya infiltrat limfositik periadneksal, proses degenerasi berupa
mencairnya lapisan basal epidermis penyumbatan folikel, dan hyperkeratosis.
Penderita DLE
Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop electron pada lesi kulit menunjukkan
adanya perubahan pada sel basal dan lamina densa. Sel basal menunjukkan
vakuolisasi pada sitoplasmanya, yang kemudian akan mengalami nekrosis dan
disintegrasi, akan terlihat sebagai koloid / civatte bodies pada dermis dan epidermis,
yang gambarannya sangat mirip dengan yang terlihat pada liken planus.
Pemeriksaan laboratorium yang penting adalah pemeriksaan serologis terhadap
autoantibodi / antinuklear antibodi / ANA yang diproduksi pada penderita LE.
Skrining tes ANA ini dilakukan dengan teknik imunofluoresen indirek, dikenal
dengan fluorescent antinuclear antibody test ( FANA ).