You are on page 1of 58

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENCATATAN DAN PELAPORAN PASIEN TB


Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk pencatatan dan pelaporan
pasien TB yang disusun dan disajikan untuk memantau secara kohort
Perkembangan Pengobatan Pasien TB yang dilakukan pada setiap unit
Pelayanan Kesehatan sampai ke Kementerian Kesehatan.
Tujuan

1. Memastikan petugas melakukan pencatatan dan pelaporan Pasien TB sesuai


dengan aturan yang telah ditetapkan.
2. Memantau secara kohort Perkembangan Pengobatan Pasien TB.

Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

- Formulir LPLPO, TB.01, kartu stok, kartu stock induk, SBBK, daftar aset.
- Formulir TB.13. Formulir Aset.

b.

Persiapan pasien
-

c.

Pelaksanaan

1.Pencatatan dan Pelaporan pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.


2. Pencatatan dan pelaporan pada tingkat Dinas Kesehatan Kab/Kota.
3. Pencatatan dan pelaporan pada tingkat Dinas Kesehatan Provinsi.
4. Pencatatan dan pelaporan pada tingkat Pusat.

Referensi

1.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan Pasien
Tuberkulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
2.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Panduan Pengelolaan Logistik
Program Pengendalian Tuberkulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PROSEDUR PENGGUNAAN LOGISTIK TB

Pengertian
Penggunaan logistik merupakan pemanfaatan barang sesuai dengan
fungsi dan peruntukannya. Logistik program TB digunakan di semua jenjang
untuk mendukung operasional program dimulai dari Unit Pelayanan Kesehatan
sampai ke Kementerian Kesehatan.

Tujuan

1.
Memastikan penggunaan logistik sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1. Surat Perjanjian Pemakaian Barang


2. Surat Penyerahan barang rusak/kadaluarsa
3. Berita Acara penghapusan dan pemusnaan Barang

b.

Persiapan pasien

c.

Pelaksanaan

a.
Perawat membuat surat pemakaian barang yang meliputi pemakaian
dan sisa obat yang digunakan untuk perencanaan kebutuhan OAT
b.
Mencatat dalam kartu stok dan kartu stok induk setiap obat yang
dikeluarkan
c.
Mencatat jumlah, tanggal kadaluwarsa dan tanggal penerimaan masing
masing OAT kedalam kartu stok dan kartu stok induk.

Referensi

1.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan Pasien
Tubeckulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
2.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Panduan Pengelolaan Logistik
Program Pengendalian Tuberkulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PENEMUAN SUSPEK TB PARU
Pengertian
Cara / metode menemukan secara cepat dan tepat kasus TB Paru
dengan serangkaian kegiatan terdiri dari penjaringan suspek, diagnosa,
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.

Tujuan

1.
Mendapatkan/menemukan kasus TB melalui serangkaian kegiatan
sehingga segera dapat dilakukan pengobatan agar sembuh dan tidak
menularkan penyakit kepada orang lain.
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Ruang Pengelola.

2.

Pengelola P2 TB.

3.

Meja, kursi dan kipas angin.

4.

ATK dan buku register.

5.

Buku penderita TB.05 dan TB.06

6.

Pot dahak

b. Persiapan pasien
1.
c.

Pasien diberi penjelasan tentang tujuan dan cara pengobatan pasien


Pelaksanaan

1.
Penemuan pasien TB secara pasif, dengan penyuluhan aktif dengan
melibatkan semua layanan dengan maksud untuk mempercepat penemuan
dan mengurangi keterlambatan pengobatan.
2.

Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap :

a.
Kelompok khusus tang rentan atau resiko tinggi sakit TB seperti pasien
dengan HIV AIDS.
b.
Kelompok yang rentan tertular TB (rumah tahanan), daerah kumuh,
keluarga atau kontak pasien TB, terutama mereka yang dengan TB BTA positif.
c.
Pemeriksaan anak < 5 tahun pada keluarga TB untuk menentukan tindak
lanjut apakah perlu pengobatan TB / pengobatan pencegahan.
d.

Kontak dengan pasien TB resistan obat.

3.
Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki
gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan.

4.

Pengelola melalukan anamese dan mencatat mengenai

Berapa lama batuk ?

Berdahak/tidak ?

Dahak bercampur darah/tidak ?

Sesak nafas /tidak ?

Nyeri dada / tidak ?

Kurang nafsu makan/tidak ?

Berat badan menurun / tidak ?

Riwayat kontak dengan penderita TBC ?... dan

Apakah pernah minum obat paru-paru selama kurang dari 1 bulan atau
lebih dari 1 bulan ?
5.

Mengisi buku daftar suspek form. TB.06

6.
Pengelola memberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan dahak
dan cara batuk yang benar untuk mendapatkan dahak yang kental dan
purulen.
7.
Memberikan pot dahak sewaktu kunjungan pertama dan pengambilan
dilakukan disamping Puskesmas.
8.
Memeriksa kekentalan, warna dan volume dahak. Dahak yang baik untuk
pemeriksaan adalah berwarna kuning kehijau-hijauan (mukopurulen), kental,
dengan volume 3-5ml. Bila volumennya kurang, pengelola harus meminta agar
penderita batuk lagi sampai volumenya mencukupi.
Jika tidak ada dahak keluar, pot dahak dianggap sudah terpakai dan harus
dimusnahkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi kuman
TBC.
9.
Memberikan label pada dinding pot yang memuat nomor identitas
sediaan dahak sesuai dengan TB.06
10. Memberikan pot dahak pagi yang sudah diberi label untuk diisi di rumah
penderita dan disuruh datang besok pagi membawa dahak paginya dan
kemudian petugas mengambil dahak sewaktu kunjungan kedua.
11. Mengisi form. TB.05, mengirim sediaan ke laboratorium.
12. Menerima jawaban dengan form TB 05, kemudian memasukkan hasil
pemeriksaan ke TB 06.

13. Bila hasil pemeriksaan BTA positif, memberikan pengobatan sesuai protap
pengobatan TB.
14. Bila hasil pemeriksaan negative, dilakukan pemeriksaan dahak ulang, bila
hasilnya tetap negative diberikan pengobatan dengan antibiotic selama dua
minggu.
15. Bila masih tetap batuk dilakukan pemeriksaan rongsen thorax.
16. Bila hasil positif diobati sesuai dengan protap TB.
17. Pasien mendaftar di loket pendaftaran.
18. Buku rawat jalan pasien dibawa ke ruang BP berdasarkan nomor urut
pendaftaran.
19. Pasien disilahkan duduk sambil menunggu namanya di panggil.
20. Penderita masuk di ruang BP.
Referensi
Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan Pasien
Tubeckulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI (2012). Panduan Pengelolaan Logistik Program
Pengendalian Tuberkulosis . Jakarta

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PENGOBATAN TB PARU
Pengertian
Tata cara memberikan pengobatan penderita TB Paru sesuai tata laksana
pengobatan TB Nasional.
Tujuan
Untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

Prosedur

Uraian
a.

Persiapan alat

Register rawat jalan


1.

Register TB 05

2.

Register TB 06

3.

FORM TB 01

4.

Form TB 02

5.

Form TB 03

6.

Obat OAT

b.

Persiapan pasien

1.
Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilaksanakan pada
pasien
c.

Pelaksanaan

Pasien yang telah diperiksa dahaknya dipersilahkan masuk ke ruang BP.

05.

Pasien diberi penjelasan sesuai dengan hasil pemeriksaan dahak di TB

Untuk pasien dengan hasil BTA positif diberikan pengobatan dengan OAT
kategori I, dan untuk pasien dengan BTA negative dan rongsent mendukung
diberikan pengobatan dengan kategori III sesuai berat badan pasien.
Dengan dosis pemberian sesuai tabel sebagai berikut :

Tabel 01. pemberian obat TB paru sesuai BB pasien


Berat Badan
Tahap intensif tiap hari
Tahap Lanjutan 3 kali seminggu
selama 56 hari RHZE
selama 16 minggu RH (150 /150)
(150/75/400/275)

30-37 kg

2 tablet 4 KDT

2 tablet 2 KDT

38-54 kg

3 tablet 4 KDT

3 tablet 2 KDT

55-70 kg

4 tablet 4 KDT

4 tablet 2 KDT

>71 kg

5 tablet 4 KDT

5 tablet 2 KDT

Setelah pengobatan tahap intensif akhir bulan ke II, dilakukan pemeriksaan


BTA, bila hasil negative dilanjutkan tahap lanjutan, dan bila hasil pemeriksaan
BTA positif diberikan sisipan dengan dosis sesuai berat badan pasien.
Dengan dosis sesuai tabel sebagai berikut :
Tabel 02. Pemberian obat sisipan sesuai BB

Berat Badan

Tahap intensif (150/75/400/275)

30-37 kg

2 tablet 4 KDT

38-54 kg

3 tablet 4 KDT

55-70 kg

4 tablet 4 KDT

>71 kg

5 tablet 4 KDT

Dan bila hasil pemeriksaan pada akhir tahap intensif negative dilanjutkan
tahap lanjutan, kemudian diperiksa dahak ulang pada akhir bulan ke V, bila
hasil negative dilanjutkan pengobatannya, dan dilakukan pemeriksaan ulang
pada akhir bulan ke VI atau akhir pengobatan.
Bila hasil pemeriksaan pada bulan ke VI negative dan pada awal pengobatan
positif pasien dinyatakan sembuh.
Dan bila pada akhir pengobatan hasil negative dan pada awal pengobatan
negative dengan rontgen positif pasien dikatakan pengobatan lengkap.
Referensi
1.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan
Pasien Tubeckulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PELEPASAN KATETER
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melepas kateter pada pasien
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan melepaskan kateter pada pasien yang
telah dipasang kateter dan telah dianggap sembuh atau dalam batas waktu
tertentu
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Disposable spuit

2.

Bengkok

3.

Pengalas

4.

Sketsel

5.

Sarung tangan

b.

Persiapan pasien

1.

Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien

2.

Pasang sampiran

c.

Pelaksanaan

1.

Beritahu penderita dab atur posisi dorsal recumbent

2.

Memakai sarung tangan

3.

Tarik isi balon kateter dengan spuit

4.

Tarik kateter perlahan lahan sambil penderita dianjurkan nafas panjang

5.
Untuk penderita lali laki atur penis sesuai anatomi uretranya sebelum
ditarik kateternya

6.

Bersihkan meatus uretra dengan kapas savlon

7.

Tampung kateter pada bengkok

8.

Rapikan penderita dan alat alat dibereskan

9.

Lepas sarung tangan

10.

Cuci tangan

Referensi

1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menyiapkan tempat tidur
dengan segala perlengkapan agar siap dipakai
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam menyiapkan tempat tidur agar siap dipakai
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan

1.

Kasur, bantal dan guling

2.

Laken

3.

Stek laken

4.

Perlak

5.

Selimut

6.

Selimut

7.

Sarung bantal, sarung guling

8.

Waskom berisi larutan clorin 0,5 %

9.

Waskom berisi air bersih

10. Lap kerja


11. Troli linen
12. Over laken (plastik)
b.

Persiapan pasien dan lingkungan

1.

Lingkungan sekitar tempat tidur dirapikan

c.

Pelaksanaan

1.

Perawat cuci tangan dan memakai hand scoon

2.
Bersihkan tempat tidur dengan menggunakan clorin dan bilas dengan
enggunakan air bersih
3.

Letakkan kasur diatas tempat tidur

4.

Pasang laken dengan cara:

5.
Perlak dipasang sekurang kurangnya 30 cm dari sisi tempat tidur bagian
kepala
6.
Stek laken dipasang diatas perlak dengan tiap sisi-sisinya dimasukkan
bersama perlak ke bawah kasur setegang mungkin
7.
Selimut dilipat empat secara terbalik dan pasang pada kasur bagian kaki,
sedangkan bagian atas terbalik dimasukkan ke bawah kasur sekurang
kurangnya 10 cm dan ujung-ujung sisi selimut dimasukkan dibawah kasur
8.
Bantal dimasukkan kedalam sarung, dengan cara sarung bantal bagian
ujung di lipat terlebih dahulu ke arah luar, kemudian bantal baru dimasukkan
dan dan tarik ujung sarung bantal yang di lipat tadi. Pastikan ujung bantal
masuk kedalam ujung sarung bantal

9.
Pasang bantal di bagian atas kasur dengan bagian sarung bantal yang
terbuka tidak menghadap ke arah pintu
10. Bila tempat tidur tidak dipakai, tutup dengan menggunakan over laken
11. Alat dirapikan
12. Lepas hand scoon dan cuci tangan
Referensi

1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


MELAKUKAN INJEKSI
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan injeksi / suntik yang
merupakan tindakan memasukkan obat kedalam tubuh pasien lewat alat suntik
yang dimasukkan kedalam tubuh : sedalam kulit (ic), sedalam bawah kulit (sc),
sedalam otot (im), sampai menembus vena (iv)
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat akan melaksanakan praktek
klinik dalam memasukkan obat ke dalam tubuh pasien dengan menggunakan
suntik
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Spuit injeksi sesuai dengan pengguaan

2.

Kapas alkohol

3.

Obat injeksi sesuai perintah dokter

4.

Torniquet

5.

Bantal pengalas

6.

Bak injeksi

b.

Persiapan pasien

1.
Pasien diberi penjelasan tentang tujuan dilakukan tindakan tersebut
dilakukan

1.

Pelaksanaan injeksi ic

1.

Isi spuit injeksi dengan obat yang telah ditentukan

2.

Perawat cuci tangan dan memakai hand scoon

3.

Permukaan kulit di disinfeksi dengan menggunakan alkohol 70%

4.

Renggangkan permukaan kulit dengan menggunakan tangan kiri

5.
Masukkan jarum pada permukaan kulit dengan sudut 15-29 derajat
dengan lubang menghadap ke atas
6.
Masukkan obat pelan-pelan supaya permukaan kulit yang disuntik
mengembung
7.

Setelah obat masuk, spuit ditarik dengan cepat

8.

Bekas suntikan tidak boleh di tekan dengan kapas alkohol

2.

Injeksi sc

1.

Isi spuit dengan obat yang telah ditentukan

2.

Permukaan kulit di disinfeksi dengan kapas alkohol

3.

Angkat sedikit perukaan kulit dengan tangan kiri

4.
Masukkan jarum ke bawah kulit denga sudut 45 derajat dengan lubang
jarum menghadap keatas
5.

Penghisap spuit ditarik, apakah ada darah atau tidak

6.

Bila ada darah obat tidak boleh dimasukkan

7.

Bila tidak ada darah obat dimasukkan perlahan lahan

8.
Setelah obat masuk, spuit ditarik dengan cepat dan bekas jarum di tutup
dan ditekan dengan cepat dengan menggunakan kapas alkohol

3.

Injeksi im

1.

Isi spuit dengan obat yang telah ditentukan

2.

Permukaan kulit di disinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol

3.

Permukaan kulit sedikit direnggangkan

4.

Masukkan jarum tegak lurus dengan sudut 90 derajat dipermukaan kulit

5.

Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat ada darah atau tidak

6.

Bila ada darah obat jangan di masukkan

7.

Bila tidak ada darah obat di masukkan perlahan lahan

8.
Setelah obat masuk semua, spuit ditarik dengan cepat dan bekas
suntikan ditarik dan ditekan dengan kapas alkohol
4.

Injeksi iv

1.

Isi spuit dengan obat yang telah ditentukan

2.

Tentukan pembuluh darah yang akan di suntik

3.

Lakukan pembendungan darah proksimal dengan menggunakan torniquet

4.

Permukaan kulit di disinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol

5.

Pasang pengalas di bagian bawah tempat yang akan di suntik

6.
Jarum di suntikkan dengan sudut 45 derajat dan denga ujung jarum
menghadap ke atas
7.

Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat apakah ada darah atau tidak

8.

Bila tidak ada darah, obat jangan di masukkan

9.

Bila ada darah,obat dimasukkan perlahan lahan

10. Setelah obat masuk semua, jarum di cabut dengan cepat dan bekas
tusukan jarum di tutup dengan menggunakan kapas alkohol
Referensi

1. Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2. Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.

3. Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen


Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMASANGAN INFUS
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan cairan infus yang
merupakan tindakan memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam memberi cairan infus dengan menggunakan infus set
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan Alat :

1.

Standart infus

2.

Cairan yang akan diberikan

3.

Infus set

4.

Kapas steril / lidi waten steril

5.

Alkohol 70% dalam botol spray steril

6.

Kasa steril

7.

Gunting

8.

Plaster

9.

Pengalas

10. Bengkok
11. Tomiquet
12. Povidon iodine dalam botol spray botol steril
13. Korentang dalam tempatnya
14. Handschoen steril

15. Alat pencukur


16. IV Catheter
b.

Persiapan pasien & lingkungan

Penderita dan keluarga diberi penjelasan


tindakan yang akan dilakukan
c.

Pelaksanaan

1.

Cuci tangan dengan air mengalir

2.

Siapkan area yang akan dipasang infus

3.

Cukur area bila ada bulu

4.

Periksa ulang cairan yang akan diberikan

5.

Tusukkan slang infus pada botol cairan

6.

Keluarkan udara dari slang infus

7.

Pasang pengalas

8.

Pakai handschoen steril

9.
Pilih dan pastikan vena yang akan ditusuk (utamakan vena bagian distal /
sesuai kondisi pasien)
10. Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan menggunakan
kapas steril yang diberi povidone iodine, kemudian ulangi desinfeksi dengan
menggunakan kapas steril yang sudah diberi alkohol. Kegiatan desinfeksi
tersebut dilakukan dengan gerakan melingkar keluar sampai diameter 6 8
cm, bila daerah incersi kotor bisa diulangi 2 3 kali
11. Pasang tomiquet diatas lokasi penusukan
12. Masukkan I.V Catheter pada vena yang telah ditentukan dengan sudut 10
- 30 dengan lubang jarum menghadap ke atas
13. Setelah I.V Catheter masuk vena, tomiquet dilepas, mandirn ditarik pelan
pelan sambil I.V Catheter didorong masuk sampai pangkalnya
14. Sebelum melepas madirn, tekan ujung vena Catheter dengan jari, lepas
madirnnya kemudian disambungkan ke pangkal I.V Catheter dengan infus set
15. Pemasangan fiksasi :
a.

I.V Catheter bersayap

Letakkan plester dibawah sayap, kemudian lipatkan diatas sayap searah


dan sejajar ujung I.V Catheter
Letakkan plester kedua diatas pangkal I.V Catheter dan sayap dengan
posisi melintang
b.

I.V Catheter tanpa sayap

Letakkan plester dibawah pangkal I.V Catheter silangkan diatasnya (plester


jangan sampai menutuo luka tusukan I.V Catheter)
Letakkan plester ke 2 dibelakan plester pertama diatas pangkal I.V
Catheter
-

Tutup dengan kasa steril dan dekatkan dengan plester sesuai kebutuhan

16. Tuliskan tanggal pemasangan I.V Catheter pada plester penutup kasa
17. Hitung jumlah tetesan sesuai dengan kebutuhan
18. Perhatikan reaksi pasien
19. Catat waktu pemasangan, jenis cairan dan jumlah tetesan
20. Pasien dirapikan
21. Alat alat dibereskan
22. Ganti kasa bila tampak kotor

Referensi

1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


MENGHITUNG TANDA TANDA VITAL PERNAFASAN

Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menghitung jumlah pernfasan
dalam satu menit
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam menghitung jumlah pernafasan dalam satu menit guna
mengetahui keadaan umum pasien dan kelainan pada fungsi pernafasan
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Arloji tangan dengan menggunakan penunjuk detik

2.

Buku catatan dan alat tulis

b.

Persiapan pasien

1.

Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan

c.

Pelaksanaan

1.

Perawat cuci tangan dan memakai hand scoon

2.

Menghitung pernafasan selama 1 menit

3.

Mencatat hasil penghitungan pada buku pencatatan tanda-tanda vital

4.

Bila ada kelainan segera laporkan kepada penanggung jawab ruangan

5.

Perawat membuka hand scoon dan cuci tangan

Referensi

1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


MENGHITUNG TANDA TANDA VITAL SUHU

Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam mengukur suhu badan pasien
dengan termometer yang diletakkan pada ketiak, mulut dan anus
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam mengetahui suhu tubuh pasien untuk menentukan
tindakan perawatan
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Thermometer

2.

3 buah botol berisi, air sabun, disinfektan dan air

b.

Persiapan pasien

1.

Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

2.

Atur lingkungan sekitar pasien

1.

Pelaksanaan pemeriksaan suhu pada ketiak

1.

Perawat cuci tangan dan memakai hand scoon

2.

Alat-alat di dekatkan dengan pasien

3.

Identifikasi pasien

4.

Jelaskan prosedur tindakan yang dilakukan

5.
Periksa termometer apakah air raksa tepat pada angka dibawah 35
derajat celcius
6.

Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi pasien

7.
Buka lengan baju pasien (bila perlu) dan ketiak harus dikeringkan terlebih
dahulu

8.
Jepitkan termometer pada ketiak pasien dengan reservoir tepat ditengah
ketiak dan lengan pasien dilipatkan ke dada (awasi dan dampingi khususnya
pada penderita tidak sadar dan anak-anak)
9.

Setelah 5-10 menit termometer di angkat dan dibaca kemudian dicatat

10. Bersihkan termometer dengan cara :


a.

Celupkan termometer pada air sabun

b.

Celupkan termometer pada air saflon

c.

Di lap dengan kertas tisu

d.

Masukkan pada botol berisi air bersih dan keringkan

11. Air raksa diturunkan kembali dan termometer diletakkan pada tempatnya
12. Pasien dikembalikan pada posisi semula
13. Alat dibereskan lepas sarung tangan dan cuci tangan

2.

Mengukur suhu pada mulut

1.

Cuci tangan dan memakai hand scoon

2.

Alat-alat didekatkan pada pasien

3.

Identifikasi pasien

4.

Jelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan

5.

Periksa termometer pada suhu dibawah 35 derajat celcius

6.

Atur posisi pasien

7.

Instruksikan pasien untuk membuka mulut

8.

Minta pasien untuk mengangkat lidah

9.

Letakkan dengan hati-hati termometer dibawah lidah dibagian tengah

10. Instruksikan pasien untuk menutup mulut dan menjepit termometer


dengan bibirnya dan tidak berbicara selama termometer berada dimulutnya
11. Setelah 3-5 menit ambil termometer dan baca dengan teliti kemudian
catat
12. Bersihkan termometer dengan cara:
a.

Celupkan termometer pada botol berisi air sabun

b.

Lap denga potongan tisu

c.

Celupkan termometer pada botol berisi air disinfektan

d.

Celupkan botol berisi air bersih dan keringkan

13. Air raksa diturunkan kembali


14. Alat-alat dibersihkan dan dibereskan
15. Pasien dikembalikan keposisi semula
16. Lepas hand scoon dan cuci tangan

3.

Mengukur suhu pada rektal

1.

Cuci tangan dan memakai hand scoon

2.

Alat-alat didekatkan pada pasien

3.

Identifikasi pasien

4.

Jelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan

5.

Periksa termometer pada suhu dibawah 35 derajat celcius

6.
Atur posisi pasien dengan tidur miring pada orang dewasa dan telentang
pada bayi
7.
Celana dalam atau popok diturunkan sampai kebawah bokongdan tutupi
bagian tubuh dengan menggunakan selimut
8.

Dorong pantat bagian atas sehinggga anus terlihat

9.

Bersihkan anus terlihat

10. Bersihkan anus dengan potongan tisu


11. Masukan termometer kedalam anus secara perlahan dan anjurkan pasien
untuk bernafas panjang dan masukkan sepanjang 3 inci untuk dewasa dan
inci untuk bayi sambil mengangkat kaki bayi ke atas dengan ujung termometer
dipegang
12. Setelah 3-5 menit termometer diambil perlahan kemudian di lap dengan
tisu dan dibaca kemudian dicatat
13. Rapikan pasien seperti semula
14. Bersihkan termometer dengan cara:
a.

Celupkan termometer pada botol yang berisi air sabun

b.

Lap dengan tisu

c.

Celupkan pada botol berisi cairan disinfektan atau saflon

d.
tisu

Bersihkan dengan air bersih dan keringkan dengan menggunak keryas

15. Bereskan alat-alat


16. Lepas hand scon dan cuci tangan

Referensi

1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


MENGHITUNG TANDA TANDA VITAL TEKANAN DARAH
Pengertian
Suatu kegiatan tang dilaksanakan untuk melakukan pengukuran tekanan
darah arteri.
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam mengukur tekanan darah pasien.
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Tensimeter

2.

Stetoskope

3.
b.

Buku / catatan
Persiapan pasien & lingkungan

1.

Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.

2.

Atur lingkungan sekitr pasien.

c.

Pelaksanaan

1.

Alat alat didekatkan

2.
Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
posisinya diatur sesuai kebutuhan.
3.

Mengatur posisi pasien.

4.

Membuka lengan baju atau digulung.

5.

Letakkan tensimeter sejajar.

6.
Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2 3 cm diatas vena
cubiti dengan pipa karetnya pada bagian luar lengan. Manset dipasang tidak
terlalu kencang atau terlalu longgar.
7.
Meraba denyut arteri bracialislalu stetoskope ditempatkan pada daerah
tersebut.
8.
Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka. Selanjutnya balon
dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam gelas
pipa naik.
9.
Membuka skrup balon perlahan lahan. Sambil memperhatikan turunnya
air raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama dan terakhir.
10. Pasien dirapikan.
11. Alat alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.
12. Petugas cuci tangan dan hasil dicatat
Referensi

1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.

3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


MENGHITUNG TANDA TANDA VITAL NADI

Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menghitung denyut nadi
dengan meraba :

Ateri radialis pada pergelangan tangan


Arteri brachialis pada siku bagian dalam
Arteri carotis pada leher
Arteri temporalis pada pelipis
Arteri femolaris pada lipat paha
Arteri dorsalis pedis pada kaki
Arteri frontalis pada ubun ubun bayi
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam menghitung jumlah denyut nadi dalam satu menit.
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Arloji / puls teller

2.

Buku catatan

b.

Persiapan pasien & lingkungan

1.

Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan

2.

Atur lingkungan sekitar pasien

c.

Pelaksanaan

1.

Cuci tangan

2.

Alat alat didekatkan pada pasien

3.

Identifikasi pasien

4.

Jelaskan prodesur yang akan dilaksanakn

5.

Atur posisi pasien dengan terlentang atau duduk

6.

Anjurkan pasien untuk rileks

7.

Tempelkan 3 jari pada daerah arteri

8.
Hitung denyut nadi selama 1 menit sambil merasakan kedalaman dan
keteraturan
9.

Catat hasilnya

10. Rapikan alat alat


11. Posisi pasien dikembalikan ke posisi semula
12. Cuci tangan
13. Hasilnya dicatat
Referensi

1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


IRIGASI TELINGA
Pengertian

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk membersihkan telinga dengan


air hangat untuk mengeluarkan serumen atau corpus alenium
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam :
1.

Membersihkan liang telinga dari kotoran

Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Spuit besar

2.

Kom berisi air hangat

3.

Pinset telinga

4.

Bengkok

5.

Kapas dalam tempatnya

6.

Handuk

7.

Perlak dan pengalas

8.

Handuk

b.
1.

2.
1.

Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan

Pelaksanaan
Perawat cuci tangan

2.
Pasien duduk dengan posisi kepala di miringkan sesuai dengan
kebutuhan
3.

Alat-alat didekatkan kepada pasien

4.
Kain pengalas dan bengkok diletakkan diatas bahu, dibawah telinga yang
akan di bersihkan
5.

Spuit di isi dengan air hangat

6.
Dengan menggunakan tangan kiri perawat daun telinga di tarik ke atas
dan sedikit ke belakang. Bengkok di taruh di bawah telinga

7.
Ujung spuit di taruh di ujung liang telinga dan lakukan penyemprotan
dengan hati-hati ke bagian siisi atas bagian telinga
8.

Penyemprotan dilakukan beberapa kali sampai bersih

9.
Setelah bersih lubang telinga dibersihkan dengan menggunakan kapas
yang di pegang dengan menggunakan pinset telinga dan daerah sekitar telinga
di keringkan dengan handuk
10. Pasien dirapikan perawat cuci tangan
11. Dokumentasikan tindakan
Referensi

1. Adams. Gl, Boies LR Paparella MM (1989), Fundamental Of


Otorhinolaryngology Testbook Of Ear, Nose and Throat, Philadelphia, Toronto,
WB, Saunders Co.
2. Bambang Hermani dan Hartono Abdurahman (2002) Tumor Laring dalam
Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Fakultas Kedokteran UI
Jakarta.
3. Entjep Hadjar dan Jenny Bashiruddin (2002), Gangguan Keseimbangan
dalam Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Fakultas Kedokteran
UI Jakarta.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBERIAN OBAT TETES MATA
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan obat pada mata
dalam bentuk cair
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam :
1.

Mengobati gangguan mata

2.

Mendilatasikan pupil pada pemeriksaan struktur internal mata

3.

Melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata

4.

Mencegah kekeringan mata

Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Obat tetes mata

2.

Buku obat

3.

Tupres (kapas)

4.

Penutup mata jika perlu

b.

Persiapan pasien

1.

Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan

c.

Pelaksanaan

1.

Perawat cuci tangan

2.

Periksa untuk memastikan nam obat, dosis, waktu pemberian

3.

Identifikasi pasien dengan benar dan tepat

4.

Atur posisi pasien, telentang duduk dengan hiper ekstensi leher

5.

Bersihkan kelopak mata dengan menggunakan kapas steril

6.

Minta pasien untuk melihat langit-langit

7.

Teteskan obat dengan cara :

Tangan kanan di dahi pasien, pegang penetes mata berisi obat +- 1-2
cm diatas sakus konjungtiva dan tangan kiri tarik kelopak mata ke bawah

Teteskan obat di sakus konjungtiva sesuai dengan ketentuan dari dokter

Anjurkan pasien untuk menutup (berkedip) dengan pelan

Jika tetesan jatuh, usap dengan menggunakan tupres kering dan tekan
dengan lembut pada duktus nasolkrimalis selam 30-60 detik
8.
Referensi

Dokumentasikan tindakan

Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
Ns. Eni Kusyati, S. Kep. (2006) Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium,
Keperawatan Dasar, ECG, Jakarta.
Ns. Indriana N, Istiqomah, (2005) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Mata. Evaluasi Keterampilan Praktek Klinik Keperawatan Program DIII, Akper
ST, Carolus, Jakarta.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBERIAN SALEP MATA
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan obat mata dalam
bentuk salep
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam :
1.

Mengobati gangguan mata

2.

Mendilatasikan pupil pada pemeriksaan struktur internal mata

3.

Melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata

Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Salep mata

2.

Buku obat

3.

Tupres (kapas)

4.

Penutup mata bila perlu

b.

Persiapan pasien

1.

Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan

c.

Pelaksanaan

1.

Perawat cuci tangan

2.

Periksa untuk memastikan nam obat, dosis, waktu pemberian

3.

Identifikasi pasien dengan benar dan tepat

4.

Atur posisi pasien, telentang duduk dengan hiper ekstensi leher

5.

Bersihkan kelopak mata dengan menggunakan kapas steril

6.

Minta pasien untuk melihat langit-langit

Pgang aplikator salep mata dari dalam keluar dengan menggunakan kapas
steril

Pencet tube sehinggga menberika aliran sepanjang tepi dalam kelopak


mata

7.

Anjurkan pasien untuk melihat ke bawah


Buka kelopak mata bagian atas
Biarkan pasien memejamkan mata
Dokumentasikan tindakan

Referensi

1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.

3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
4.
Ns. Eni Kusyati, S. Kep. (2006) Keterampilan Dan Prosedur
Laboratorium, Keperawatan Dasar, ECG, Jakarta.
5.
Ns. Indriana N, Istiqomah, (2005) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Mata. Evaluasi Keterampilan Praktek Klinik Keperawatan Program DIII, Akper
ST, Carolus, Jakarta.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBERIAN OBAT SUPPOSITORIA
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memasukkan obat melalui anus
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam :
1.

Memperoleh efek pengobatan secara lokal maupun sistemik

2.

Melunakkan feces sehingga mudah di keluarkan

Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Supositoria rectal

2.

Jelly pelumas

3.

Sarung tangan steril

4.

Tisu

5.

b.
1.

c.

Bengkok

Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan

Pelaksanaan

1.

Perawat cuci tangan

2.

Siapkan obat sesuai dengan prinsip lima benar

3.

Identifikasi pasien

4.

Menawarkan pasien untuk buang air kecil atau buang air besar

5.
Atur posisi pasien sim kanan atau kiri dengan tungkai bawah fleksi ke
depan
6.
Membebaskan pakaian bagian bawah pasien dan di tutup dengan
menggunakan selimut mandi
7.

Meletakkan piala ginjal pada bawah anus

8.

Perawat cuci tangan

9.
Buka suppositoria dari kemasan dan beri pelumas pada ujung dar
bulatnya. Beri pelumas pada bagian ujung bulatnya. Beri pelumas padajari
telunjuk tangan yang dominan anda
10. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut untuk merileksasikan
sfingter ani
11. Regangkan bokong dengan tangan yang tak dominan. Dengan jari telunjuk
tersarungi, masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan
mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan
anak anak
12. Tarik jari dan bersihkan bagian anal
13. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring miring selama 5-10 menit
14. Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok
15. Rapikan pasien dan lingkungannya
16. Cuci tangan
17. Kaji respon pasien

18. Dokumentasikan tindakan


Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


UJI TOUNIQUET
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menilai kemampuan siswa dalam
melakukan pemeriksaan orang yang diduga menderita DHF
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam :
1.

Untuk mengetahui adanya perdarahan di bawah kulit

Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Tensi meter

2.

Stetoskop

b.

Persiapan pasien

1.

Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan

c.

Pelaksanaan

1.

Perawat cuci tangan

2.
Periksan tekanan darah pasien dengan menggunakan stetoskop dan tensi
meter
3.

Tetapkan tekan sistolik dan diastolik

4.
Tetapkan besarnya kuncian yaitu sistole di tambah dengan diastole di
bagi 2

5.

Pertahankan selam 5-10 menit

6.
Catat berapa banyak bintik-bintik di tubuh pasien yaitu pada kulit lengan
bawah bagian media pada sepertiga proksimal (3 jari di bawah mangset)
7.

Lepas mangset dari lengan

8.

Bereskan alat dan rapikan kembali pasien

9.

Cuci tangan dan dokumentasikan

Referensi
3.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
4.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
5.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


RAWAT LUKA NON STERIL
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk merawat luka non steril
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek
klinik dalam :
1.

Menyatukan luka terbuka dengan menggunakan jarum dan benang(Zyde)

2.

Mempercepat proses penyembuhan luka

3.

Mencegah terjadinya infeksi

Prosedur
Uraian
Persiapan alat
1.

Handschoen

2.

Nald Fuder

3.

Pinset Chirurrgis

4.

Jarum (Needle)

5.

Benang

6.

Gunting

7.

Bengkok

8.

Bak instrument

9.

Perlak

10. Plester
11. Depress
12. Sofratul(kasa steril dengan antibiotik)
13. Providone iodine
14. Doek berlubang
15. Pinset anatomis
16. Spuit
17. Anestetik lokal
18. Kasa steril
19. Plester
20. Kasa gulung
Persiapan pasien
1.
Pasien diberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur yang akan di
lakukan.
2.

Pasang sketsel

3.

Atur posisi klien sesuai dengan kondisi luka

Pelaksanaan
1.

Perawat cuci tangan

2.

Menutup sketsel

3.

Mendekatkan alat ke dekat pasien

4.

Pasang perlak

5.

Dekatkan bengkok

6.

Buka bak instrument

7.

Pakai Handschoen

8.

Desinfeksi kulit/luka dengan depress yang sudah diberi providone iodine

9.

Tutup luka dengan duk berlubang

10. Lakukan anastesi local


11. Cek kondisi yang telah di anestesi, masih nyeri apa tidak
12. Jepit jarum pada nald foder
13. Potong benang secukupnya
14. Pasang benang pada jarum nya
15. Angkat tepi kulit dengan menggunakan pinset chirugis
16. Angkat sisi tepi kulit satunya
17. Tarik ujung jarum dan sisakan benang secukupnya
18. Simpul dengan cara menggulung benang pada ujung nald voder
19. Gunakan simpul pendek dengan satu simpul, lalu benang di potong
20. Berikan jarak masing-masing jahitan 1 cm
21. Lakukan sampai luka tertutup semua
22. Tutup luka dengan Sofratul(kasa steril), kemudian plester/verban
23. Rapikan alat
24. Lepas handschoen
25. Cuci tangan
26. Dokumentasikan(kondisi luka, jumlah jahitan, jenis jahitan, reaksi klien)
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.

3. Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen


Evaluasi Penerapan Standart Asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


RAWAT LUKA NON STERIL
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melepas jahitan yang dilakukan pada
hari ke 5 7, sesuai dengan penyembuhan
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek
klinik dalam :
1.

Mempercepat proses penyembuhan luka

2.

Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya corpus Alinum

Prosedur
Uraian
Persiapan alat
1.

Bak instrument

2.

Pinset Chirugis

3.

Pinset Anatomis

4.

Gunting Hetting Up

5.

Kasa

6.

Depress

7.

Sofratul

8.

Bengkok

9.

Plester

10. Gunting verband


11. Alkohol
12. Hand Schoen

Persiapan pasien
1.

Pasien diberi tahu tentang prosedur yang akan di lakukan

2.

Pasang sketsel

3.

Atur posisi pasien

Pelaksanaan
1.

Cuci tangan

2.

Tutup sketsel

3.

Posisikan pasien sesuai dengan letak luka

4.

Pasang perlak

5.

Lepas plester/verband

6.

Pakai Hand schoen

7.

Bersihkan bekas plester dengan depress yang sudah di beri alcohol

8.

Desinfecksi luka

9.

Lepas jahitan satu per satu selang- seling

10. Jepit simpul jahitan dengan pinset chirugis


11. Tarik sedikit keatas, kemudian gunting jahitan tepat di bawah simpul yang
berdekatan dengan kulit
12. Bersihkan luka
13. Tutup luka dengan sofratul
14. Lepas Handschoen
15. Plester luka
16. Rapikan pasien
17. Rapikan alat
18. Cuci tangan
19. Dokumentasikan
Referensi

1. Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2. Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3. Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart Asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


RAWAT LUKA STERIL
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan untuk merawat luka secara steril
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek
klinik dalam :
1.

Mencegah terjadinya infeksi

2.

Memberikan rasa aman & nyaman kepada pasien dan orang lain

Prosedur
Uraian
Persiapan alat
Alat steril
1.

Pinset anatomis 2 buah

2.

Handschoen

3.

Depress

4.

Kasa steril

5.

Sofratul

6.

3 buah cucing berisi (cairan Ns, providon iodine, alkohol)

Alat non steril


1.

Pinset chirugis 2 buah

2.

Gunting verband

3.

Plester

4.

Obat desinfektan pada tempatnya(antiseptic solution)

5.

Bengkok

6.

Gunting lurus

Persiapan pasien
1.

Beri penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien

2.

Tutup sketsel, atur posisi pasien

Pelaksanaan
1.

Cuci tangan

2.

Alat-alat di dekatkan

3.

Pakai handschoen

4.

Basahi plester dengan depress yang sudah di beri alcohol

5. Buka plester dengan menggunakan pinset chirugis, buang kedalam


bengkok
6.

Pinset yang sudah tidak steril langsung di buang ke bengkok

7.

Bersihkan luka dengan cairan Ns, dari arah luar ke dalam

8.

Observasi luka

9.

Jika ada nanah bersihkan dengan menggunakan providon iodine

10. Kemudian di beri sofratul


11. Tutup luka dengan kasa steril
12. Kemudian plester
13. Lepas handschoen
14. Cuci tangan
15. Dokumentasikan
Referensi

1. Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2. Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3. Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart Asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


IMMOBILISASI EKSTERMITAS YANG CIDERA DAN PATAH TULANG
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan immobilisasi ekstermitas
yang cidera dengan dugaan patah tulang/dislokasi dengan splint atau bidai
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek
klinik dalam tindakan mencegah terjadinya pergerakan dari ujungtulang yang
patah dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada otot saraf dan pembuluh
darah dari ekstrimitas yang patah
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.
Bidai sesuai dengan kebutuhan (panjang dan jumlah) berikan pengalas
dari kapas
2.

Kasa gulung

3.

Gunting

4.

Kasa steril

5.

Plester

6.

Hand scoon

7.

Bengkok

8.

Bantal

9.

b.

Sampiran

Persiapan pasien

1.
Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan di laksanakan pada
pasien
2.

Pasang sampiran

c.

Pelaksanaan

1.

Cuci tangan

2.

Pakai hand scoon

3.

Dekatkan alat dengan pasien

4.
Berikan penjelesan pada pasien tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan
5.
Bagian ekstermitas yang cidera harus kelihatan seluruhnya, pakaian
harus di lepas, bila mana perlu digunting
6.
Periksa nadi dan fungsi sensorik dan motorik ekstermitas bagian distal
dari tempat cidera sebelum pemasangan bidai
7.
Jika ekstermitas tampak sangat dan nadi tampak tidak ada, coba luruskan
dengan tarikan secukupnya, tetapi bila terasa ada tahanan jangan diteruskan,
pasang bidai dlam posisi tersebut dengan melewati 2 sendi
8.
Bila curiga ada dislokasi pasang bantal atas bawah, jangan mencoba
untuk diluruskan
9.
Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar dengan
kapas steril dan jangan memasukkan tulang yang keluar tersebut, kemudian
pasang kembali bidai dengan melewati 2 buah sendi
10. Periksa nadi dan fungsi sensorik dan motorik ekstermitas bagian distal dari
tempat cidera setelah pemasangan bidai
11. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
12. Lepas hand scone
13. Cuci tangan
14. Dokumentasikan di lembar penanganan

Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


IMMOBILISASI EKSTERMITAS YANG CIDERA DAN PATAH TULANG
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan tindakan pengambilan
darah dari vena mengguanakan dissposible spuit
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek
klinik dalam mengambil darah yang digunakan sebagai sempel atau bahan
pemeriksaan laboratorium
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Mangkok berisi kapas steril

2.

Alkohol

3.

Disposible spuit

4.

Sarung tangan

5.

Perlak

6.

Torniquet

7.

Botol steril

8.

EDTA

9.

Label nama pasien, no reg, tgl, ruangan, jenis pemeriksaan

10. Bengkok
11. Blangko permintaan darah

b.

Persiapan pasien

1.
Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan di laksanakan pada
pasien
2.

Pasang sampiran

3.

Atur posisi pasien

c.

Pelaksanaan

1.

Beri label pada botol steril dan disposible spuit

2.

Atur posisi pasien

3.

Dekatkan alat-alat

4.

Cuci tangan

5.

Pakai hand scone

6.

Pasang alat dibawah tempat yang akan ditusuk

7.

Tentukan pembuluh darah yang akan ditusuk

8.

Pasang torniquet

9.

Oleskan kapas alkohol permukaan kulit vena yang akan ditusuk

10. Ulang 2-3 kali sampai bersih dan tunggu sampai kering
11. Lakukan penusukan pada pembuluh darah vena dengan disposible spuit
dan jarum menghadap ke atas
12. Lakukan inspirasi, bila keluar darah berarti penusukan benar
13. Lakukan penghisapan sesuai dengan yang di butuhkan
14. Lepas torniquet
15. Tarik spuit dengan cepat dan tutup bekas luka tusukan tersebut dengan
menggunakan kapas alkohol
16. Beritahu pasien bila tindakan sudah selesai
17. Rapikan pasien dan bereskan alat-alat

18. Lepaskan sarung tangan


19. Lepas hand scone dan cuci tangan
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PENANGANAN PERDARAHAN
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan pencegahan timbulnya
perdarahan lebih lanjut
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek
klinik dalam :
1.

Untuk mengontrol perdarahan

2.
Untuk mempertahankan volume darah & sirkulasi yang adequat untuk
oksigenasi
3.

Untuk mencegah timbulnya syok

Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Kasa steril (ukuran dan jumlah sesuai dengan kebutuhan)

2.

Kasa gulung / perban

3.

Handschoen steril (1 pasang)

4.

Duk steril / under pad steril (1 lembar)

5.

Arteri klem steril dalam tempatnya

6.

Gunting verband

7.

Plester

8.

Hecting set (bila perlu)

9.

Spalk / bidai sesuai ukuran (bila perlu)

10. Skort plastik


11. Neirbeken / bengkok 1 buah

b.

Persiapan pasien

1.

Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

2.

Pasang sampiran / sketsel

c.

Pelaksanaan

1.

Alat alat didekatkan pada pasien

2.

Beritahu pasien tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan

3.

Pakai skort plastik

4.

Cuci tangan dan pakai hand schoen

5.
Buka pakaian pasien bila menutupi daerah yang mengalami perdarahan
dengan gunting dan pasang duk / underpad steril dibawahnya
6.

Kaji luka dan identifikasi asal luka,apakah dari vena atau arteri

a.
Arteri : lihat apakah keluarnya perdarhan memancr, adanya pulsasi atau
denyutan dan warna darah merah segar
1.
Ambil kasa steril, langsung, tekan pada daerah
perdarahan dan lakukan pembebatan
2.

Segera lapor ke dokter bila perdarahan sangat

banyak
3.
dokter bila diperlukan
b.

Siapkan arteri klem han hecting set untuk tindakan

Vena : darah keluar secara merembes dan warna merah tua

1.
Ambil kasa steril sesuai kebutuhan, lakukan penekanan kemudian balut
dengan perban
7.

bila perdarahan terdapaat

Pada daerah patah tulang / fraktur


a.
Ambil kasa steril sesuai dengan kebutuhan, langsung tekan pada lokasi
perdarahan, kemudian bebat dengan perban
b.
Setelah itu pasang spalk / bidai anatara dua sendi ekstremitas yang
fraktur
8.
Cek nadi pada bagian distal dari cedera, kehangatan, sensoris, capilarry
refill test, motorik bila perdarahan terjadi pada ektremitas
9.
Cek apakah pedarahan sudah berhenti, jika perdarahan masih terus
berlangsung, kasa dekat luka yang telah penuh dengan darah jangan diambil
tetapi berikan tambahan kasa steril dan pertahankan tekanan serta tinggikan
ekstremitas yang cedera
10. Lepas handschoen dan skort plastik
11. Rapikan pasien dan rapikan alat alat
12. Cuci tangan
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


POSISI PRONASI
Pengertian
Memposisikan pasien berbaring di telungkup diatas tempat tidur dengan kepala
menoleh kesamping.
Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek


klinik dalam :
1.

Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.

2.

Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.

3.
Membantu drainage dari lutut sehingga berguna bagi pasien
pascaoperasi mulut dan tenggorokan.
Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Tempat tidur

2.

Bantal kecil

3.

Gulungan handuk

4.

Sarung tangan (jika diperlukan)

a.

Persiapan pasien

1.

Memberitau pasien tindakan yang akan dilakukan.

2.

Ciptakan lingkungan yang nyaman dan menjaga privasi pasien.

3.

Gunakan tempat tidur khusus yang dapat diatur.

b.
1.

Pelaksanaan
Tutup pintu, jendela, dan gorden atau sampiran bila pasien dibangsal.

2.
Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan (menurunkan
transmisi mikroorganisme).
3.

Pasien terlentang di pinggir salah satu sisi tempat tidur.

4.
Posisikan kedua lengan dekat dengan tubuh dengan siku lurus dan
tangan diatas paha. Miringkan pasien kearah tengah tempat tidur, kemudian
posisikan tengkurap.
a. Memberikan posisi pada pasien sehingga kelurusan tubuh dapat
dipertahankan.

5.
Putar kepala pasien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Jika
banyak drainage dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontraindikasikan.
a. Hal ini mencegah fleksi lateral leher. Hindari meletakkan bantal dibawah
bahu untuk mencegah peningkatan resiko lordosis lumbal.
6.
Letakkan bantal dibawah dada (mencegah hiperekstensi kurva
lumbal,kesulitan pernapasan penekanan pada payudara wanita).
7.

Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai tumit.

a. Mengurangi fleksi plantar, memfleksikan lutut sehingga memberikan


kenyamanan dan mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
8.
Jika pasien tidak sadar atau mengalami paralysis ekstremitas atas,
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan
menggunakan bantal.
a. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan.
Bantal tidak diletakkan di bawah lengan atas karena dapat menyebabkan
terjadinya fleksi bahu).
9.

Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

10. Dokumentasikan tindakan.


Referensi
Ns. Eni Kusyati, S. Kep, dkk. 2006. Keterampilan dan prosedur laboratorium,
Jakarta, EGC.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


POSISI SUPINASI
Pengertian
Memposisikan pasien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit
elevasi dengan menggunakan bantal.
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan siswa kompetensi keperawatan yang akan
melaksanakan praktek klinik dalam :
1.

Untuk pasien pascaoperasi dengan anestesi spinal

2.
Mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang
tidak tepat.

Prosedur
Uraian
a.

Persiapan alat

1.

Tempat tidur

2.

Bantal kecil

3.

Gulungan handuk

4.

Footboard (bantalan kaki)

5.

Sarung tangan (jika diperlukan)

b.

Persiapan pasien

1.

Memberitau pasien tindakan yang akan dilakukan.

2.

Meciptakan lingkungan yang nyaman dan menjaga privasi pasien.

3.

Menggunakan tempat tidur khusus yang dapat diatur.

c.

Pelaksanaan

1.

Tutup pintu, jendela, dan gorden atau sampiran bila pasien dibangsal.

2.
Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan (menurunkan
transmisi mikroorganisme).
3.

Baringkan pasien terlentang mendatar ditengah tempat tidur.

4.

Letakkan bantal di bawah kepala dan bahu pasien.

5.
Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada kurva lumbal, jika ada
celah disana.
6.

Letakkan bantal dibawah kaki,mulai dari lutut sampai tumit.

7.

Topang telapak kai pasien dengan menggunakan bantalan kaki.

8.
Jika pasien tidak sadar atau mengalami paralysis ekstremitas atas,
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan
menggunakan bantal.
a. (Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan
kenyamanan. Bantal tidak diletakkan di bawah lengan atas karena dapat
menyebabkan terjadinya fleksi bahu).

9.

Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

10. Dokumentasikan tindakan.


Referensi
Ns. Eni Kusyati, S. Kep, dkk. 2006. Keterampilan dan prosedur laboratorium,
Jakarta, EGC.

You might also like