Professional Documents
Culture Documents
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
- Formulir LPLPO, TB.01, kartu stok, kartu stock induk, SBBK, daftar aset.
- Formulir TB.13. Formulir Aset.
b.
Persiapan pasien
-
c.
Pelaksanaan
Referensi
1.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan Pasien
Tuberkulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
2.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Panduan Pengelolaan Logistik
Program Pengendalian Tuberkulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Pengertian
Penggunaan logistik merupakan pemanfaatan barang sesuai dengan
fungsi dan peruntukannya. Logistik program TB digunakan di semua jenjang
untuk mendukung operasional program dimulai dari Unit Pelayanan Kesehatan
sampai ke Kementerian Kesehatan.
Tujuan
1.
Memastikan penggunaan logistik sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
b.
Persiapan pasien
c.
Pelaksanaan
a.
Perawat membuat surat pemakaian barang yang meliputi pemakaian
dan sisa obat yang digunakan untuk perencanaan kebutuhan OAT
b.
Mencatat dalam kartu stok dan kartu stok induk setiap obat yang
dikeluarkan
c.
Mencatat jumlah, tanggal kadaluwarsa dan tanggal penerimaan masing
masing OAT kedalam kartu stok dan kartu stok induk.
Referensi
1.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan Pasien
Tubeckulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
2.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Panduan Pengelolaan Logistik
Program Pengendalian Tuberkulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Tujuan
1.
Mendapatkan/menemukan kasus TB melalui serangkaian kegiatan
sehingga segera dapat dilakukan pengobatan agar sembuh dan tidak
menularkan penyakit kepada orang lain.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Ruang Pengelola.
2.
Pengelola P2 TB.
3.
4.
5.
6.
Pot dahak
b. Persiapan pasien
1.
c.
1.
Penemuan pasien TB secara pasif, dengan penyuluhan aktif dengan
melibatkan semua layanan dengan maksud untuk mempercepat penemuan
dan mengurangi keterlambatan pengobatan.
2.
a.
Kelompok khusus tang rentan atau resiko tinggi sakit TB seperti pasien
dengan HIV AIDS.
b.
Kelompok yang rentan tertular TB (rumah tahanan), daerah kumuh,
keluarga atau kontak pasien TB, terutama mereka yang dengan TB BTA positif.
c.
Pemeriksaan anak < 5 tahun pada keluarga TB untuk menentukan tindak
lanjut apakah perlu pengobatan TB / pengobatan pencegahan.
d.
3.
Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki
gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan.
4.
Berdahak/tidak ?
Apakah pernah minum obat paru-paru selama kurang dari 1 bulan atau
lebih dari 1 bulan ?
5.
6.
Pengelola memberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan dahak
dan cara batuk yang benar untuk mendapatkan dahak yang kental dan
purulen.
7.
Memberikan pot dahak sewaktu kunjungan pertama dan pengambilan
dilakukan disamping Puskesmas.
8.
Memeriksa kekentalan, warna dan volume dahak. Dahak yang baik untuk
pemeriksaan adalah berwarna kuning kehijau-hijauan (mukopurulen), kental,
dengan volume 3-5ml. Bila volumennya kurang, pengelola harus meminta agar
penderita batuk lagi sampai volumenya mencukupi.
Jika tidak ada dahak keluar, pot dahak dianggap sudah terpakai dan harus
dimusnahkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi kuman
TBC.
9.
Memberikan label pada dinding pot yang memuat nomor identitas
sediaan dahak sesuai dengan TB.06
10. Memberikan pot dahak pagi yang sudah diberi label untuk diisi di rumah
penderita dan disuruh datang besok pagi membawa dahak paginya dan
kemudian petugas mengambil dahak sewaktu kunjungan kedua.
11. Mengisi form. TB.05, mengirim sediaan ke laboratorium.
12. Menerima jawaban dengan form TB 05, kemudian memasukkan hasil
pemeriksaan ke TB 06.
13. Bila hasil pemeriksaan BTA positif, memberikan pengobatan sesuai protap
pengobatan TB.
14. Bila hasil pemeriksaan negative, dilakukan pemeriksaan dahak ulang, bila
hasilnya tetap negative diberikan pengobatan dengan antibiotic selama dua
minggu.
15. Bila masih tetap batuk dilakukan pemeriksaan rongsen thorax.
16. Bila hasil positif diobati sesuai dengan protap TB.
17. Pasien mendaftar di loket pendaftaran.
18. Buku rawat jalan pasien dibawa ke ruang BP berdasarkan nomor urut
pendaftaran.
19. Pasien disilahkan duduk sambil menunggu namanya di panggil.
20. Penderita masuk di ruang BP.
Referensi
Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan Pasien
Tubeckulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI (2012). Panduan Pengelolaan Logistik Program
Pengendalian Tuberkulosis . Jakarta
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
Register TB 05
2.
Register TB 06
3.
FORM TB 01
4.
Form TB 02
5.
Form TB 03
6.
Obat OAT
b.
Persiapan pasien
1.
Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilaksanakan pada
pasien
c.
Pelaksanaan
05.
Untuk pasien dengan hasil BTA positif diberikan pengobatan dengan OAT
kategori I, dan untuk pasien dengan BTA negative dan rongsent mendukung
diberikan pengobatan dengan kategori III sesuai berat badan pasien.
Dengan dosis pemberian sesuai tabel sebagai berikut :
30-37 kg
2 tablet 4 KDT
2 tablet 2 KDT
38-54 kg
3 tablet 4 KDT
3 tablet 2 KDT
55-70 kg
4 tablet 4 KDT
4 tablet 2 KDT
>71 kg
5 tablet 4 KDT
5 tablet 2 KDT
Berat Badan
30-37 kg
2 tablet 4 KDT
38-54 kg
3 tablet 4 KDT
55-70 kg
4 tablet 4 KDT
>71 kg
5 tablet 4 KDT
Dan bila hasil pemeriksaan pada akhir tahap intensif negative dilanjutkan
tahap lanjutan, kemudian diperiksa dahak ulang pada akhir bulan ke V, bila
hasil negative dilanjutkan pengobatannya, dan dilakukan pemeriksaan ulang
pada akhir bulan ke VI atau akhir pengobatan.
Bila hasil pemeriksaan pada bulan ke VI negative dan pada awal pengobatan
positif pasien dinyatakan sembuh.
Dan bila pada akhir pengobatan hasil negative dan pada awal pengobatan
negative dengan rontgen positif pasien dikatakan pengobatan lengkap.
Referensi
1.
Kementerian Kesehatan RI (2012). Penemuan dan Pengobatan
Pasien Tubeckulosis . Jakarta : Penerbit Buku Kementerian RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Persiapan alat
1.
Disposable spuit
2.
Bengkok
3.
Pengalas
4.
Sketsel
5.
Sarung tangan
b.
Persiapan pasien
1.
2.
Pasang sampiran
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
Untuk penderita lali laki atur penis sesuai anatomi uretranya sebelum
ditarik kateternya
6.
7.
8.
9.
10.
Cuci tangan
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
Persiapan
1.
2.
Laken
3.
Stek laken
4.
Perlak
5.
Selimut
6.
Selimut
7.
8.
9.
1.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
Bersihkan tempat tidur dengan menggunakan clorin dan bilas dengan
enggunakan air bersih
3.
4.
5.
Perlak dipasang sekurang kurangnya 30 cm dari sisi tempat tidur bagian
kepala
6.
Stek laken dipasang diatas perlak dengan tiap sisi-sisinya dimasukkan
bersama perlak ke bawah kasur setegang mungkin
7.
Selimut dilipat empat secara terbalik dan pasang pada kasur bagian kaki,
sedangkan bagian atas terbalik dimasukkan ke bawah kasur sekurang
kurangnya 10 cm dan ujung-ujung sisi selimut dimasukkan dibawah kasur
8.
Bantal dimasukkan kedalam sarung, dengan cara sarung bantal bagian
ujung di lipat terlebih dahulu ke arah luar, kemudian bantal baru dimasukkan
dan dan tarik ujung sarung bantal yang di lipat tadi. Pastikan ujung bantal
masuk kedalam ujung sarung bantal
9.
Pasang bantal di bagian atas kasur dengan bagian sarung bantal yang
terbuka tidak menghadap ke arah pintu
10. Bila tempat tidur tidak dipakai, tutup dengan menggunakan over laken
11. Alat dirapikan
12. Lepas hand scoon dan cuci tangan
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
Persiapan alat
1.
2.
Kapas alkohol
3.
4.
Torniquet
5.
Bantal pengalas
6.
Bak injeksi
b.
Persiapan pasien
1.
Pasien diberi penjelasan tentang tujuan dilakukan tindakan tersebut
dilakukan
1.
Pelaksanaan injeksi ic
1.
2.
3.
4.
5.
Masukkan jarum pada permukaan kulit dengan sudut 15-29 derajat
dengan lubang menghadap ke atas
6.
Masukkan obat pelan-pelan supaya permukaan kulit yang disuntik
mengembung
7.
8.
2.
Injeksi sc
1.
2.
3.
4.
Masukkan jarum ke bawah kulit denga sudut 45 derajat dengan lubang
jarum menghadap keatas
5.
6.
7.
8.
Setelah obat masuk, spuit ditarik dengan cepat dan bekas jarum di tutup
dan ditekan dengan cepat dengan menggunakan kapas alkohol
3.
Injeksi im
1.
2.
3.
4.
5.
Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat ada darah atau tidak
6.
7.
8.
Setelah obat masuk semua, spuit ditarik dengan cepat dan bekas
suntikan ditarik dan ditekan dengan kapas alkohol
4.
Injeksi iv
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jarum di suntikkan dengan sudut 45 derajat dan denga ujung jarum
menghadap ke atas
7.
Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat apakah ada darah atau tidak
8.
9.
10. Setelah obat masuk semua, jarum di cabut dengan cepat dan bekas
tusukan jarum di tutup dengan menggunakan kapas alkohol
Referensi
Persiapan Alat :
1.
Standart infus
2.
3.
Infus set
4.
5.
6.
Kasa steril
7.
Gunting
8.
Plaster
9.
Pengalas
10. Bengkok
11. Tomiquet
12. Povidon iodine dalam botol spray botol steril
13. Korentang dalam tempatnya
14. Handschoen steril
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pasang pengalas
8.
9.
Pilih dan pastikan vena yang akan ditusuk (utamakan vena bagian distal /
sesuai kondisi pasien)
10. Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan menggunakan
kapas steril yang diberi povidone iodine, kemudian ulangi desinfeksi dengan
menggunakan kapas steril yang sudah diberi alkohol. Kegiatan desinfeksi
tersebut dilakukan dengan gerakan melingkar keluar sampai diameter 6 8
cm, bila daerah incersi kotor bisa diulangi 2 3 kali
11. Pasang tomiquet diatas lokasi penusukan
12. Masukkan I.V Catheter pada vena yang telah ditentukan dengan sudut 10
- 30 dengan lubang jarum menghadap ke atas
13. Setelah I.V Catheter masuk vena, tomiquet dilepas, mandirn ditarik pelan
pelan sambil I.V Catheter didorong masuk sampai pangkalnya
14. Sebelum melepas madirn, tekan ujung vena Catheter dengan jari, lepas
madirnnya kemudian disambungkan ke pangkal I.V Catheter dengan infus set
15. Pemasangan fiksasi :
a.
Tutup dengan kasa steril dan dekatkan dengan plester sesuai kebutuhan
16. Tuliskan tanggal pemasangan I.V Catheter pada plester penutup kasa
17. Hitung jumlah tetesan sesuai dengan kebutuhan
18. Perhatikan reaksi pasien
19. Catat waktu pemasangan, jenis cairan dan jumlah tetesan
20. Pasien dirapikan
21. Alat alat dibereskan
22. Ganti kasa bila tampak kotor
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menghitung jumlah pernfasan
dalam satu menit
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam menghitung jumlah pernafasan dalam satu menit guna
mengetahui keadaan umum pasien dan kelainan pada fungsi pernafasan
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
2.
b.
Persiapan pasien
1.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam mengukur suhu badan pasien
dengan termometer yang diletakkan pada ketiak, mulut dan anus
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan
praktek klinik dalam mengetahui suhu tubuh pasien untuk menentukan
tindakan perawatan
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Thermometer
2.
b.
Persiapan pasien
1.
2.
1.
1.
2.
3.
Identifikasi pasien
4.
5.
Periksa termometer apakah air raksa tepat pada angka dibawah 35
derajat celcius
6.
7.
Buka lengan baju pasien (bila perlu) dan ketiak harus dikeringkan terlebih
dahulu
8.
Jepitkan termometer pada ketiak pasien dengan reservoir tepat ditengah
ketiak dan lengan pasien dilipatkan ke dada (awasi dan dampingi khususnya
pada penderita tidak sadar dan anak-anak)
9.
b.
c.
d.
11. Air raksa diturunkan kembali dan termometer diletakkan pada tempatnya
12. Pasien dikembalikan pada posisi semula
13. Alat dibereskan lepas sarung tangan dan cuci tangan
2.
1.
2.
3.
Identifikasi pasien
4.
5.
6.
7.
8.
9.
b.
c.
d.
3.
1.
2.
3.
Identifikasi pasien
4.
5.
6.
Atur posisi pasien dengan tidur miring pada orang dewasa dan telentang
pada bayi
7.
Celana dalam atau popok diturunkan sampai kebawah bokongdan tutupi
bagian tubuh dengan menggunakan selimut
8.
9.
b.
c.
d.
tisu
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
Persiapan alat
1.
Tensimeter
2.
Stetoskope
3.
b.
Buku / catatan
Persiapan pasien & lingkungan
1.
2.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
posisinya diatur sesuai kebutuhan.
3.
4.
5.
6.
Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2 3 cm diatas vena
cubiti dengan pipa karetnya pada bagian luar lengan. Manset dipasang tidak
terlalu kencang atau terlalu longgar.
7.
Meraba denyut arteri bracialislalu stetoskope ditempatkan pada daerah
tersebut.
8.
Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka. Selanjutnya balon
dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam gelas
pipa naik.
9.
Membuka skrup balon perlahan lahan. Sambil memperhatikan turunnya
air raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama dan terakhir.
10. Pasien dirapikan.
11. Alat alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.
12. Petugas cuci tangan dan hasil dicatat
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menghitung denyut nadi
dengan meraba :
Persiapan alat
1.
2.
Buku catatan
b.
1.
2.
c.
Pelaksanaan
1.
Cuci tangan
2.
3.
Identifikasi pasien
4.
5.
6.
7.
8.
Hitung denyut nadi selama 1 menit sambil merasakan kedalaman dan
keteraturan
9.
Catat hasilnya
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Spuit besar
2.
3.
Pinset telinga
4.
Bengkok
5.
6.
Handuk
7.
8.
Handuk
b.
1.
2.
1.
Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan
Pelaksanaan
Perawat cuci tangan
2.
Pasien duduk dengan posisi kepala di miringkan sesuai dengan
kebutuhan
3.
4.
Kain pengalas dan bengkok diletakkan diatas bahu, dibawah telinga yang
akan di bersihkan
5.
6.
Dengan menggunakan tangan kiri perawat daun telinga di tarik ke atas
dan sedikit ke belakang. Bengkok di taruh di bawah telinga
7.
Ujung spuit di taruh di ujung liang telinga dan lakukan penyemprotan
dengan hati-hati ke bagian siisi atas bagian telinga
8.
9.
Setelah bersih lubang telinga dibersihkan dengan menggunakan kapas
yang di pegang dengan menggunakan pinset telinga dan daerah sekitar telinga
di keringkan dengan handuk
10. Pasien dirapikan perawat cuci tangan
11. Dokumentasikan tindakan
Referensi
2.
3.
4.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
2.
Buku obat
3.
Tupres (kapas)
4.
b.
Persiapan pasien
1.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tangan kanan di dahi pasien, pegang penetes mata berisi obat +- 1-2
cm diatas sakus konjungtiva dan tangan kiri tarik kelopak mata ke bawah
Jika tetesan jatuh, usap dengan menggunakan tupres kering dan tekan
dengan lembut pada duktus nasolkrimalis selam 30-60 detik
8.
Referensi
Dokumentasikan tindakan
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses,
dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
Ns. Eni Kusyati, S. Kep. (2006) Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium,
Keperawatan Dasar, ECG, Jakarta.
Ns. Indriana N, Istiqomah, (2005) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Mata. Evaluasi Keterampilan Praktek Klinik Keperawatan Program DIII, Akper
ST, Carolus, Jakarta.
2.
3.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Salep mata
2.
Buku obat
3.
Tupres (kapas)
4.
b.
Persiapan pasien
1.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pgang aplikator salep mata dari dalam keluar dengan menggunakan kapas
steril
7.
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
4.
Ns. Eni Kusyati, S. Kep. (2006) Keterampilan Dan Prosedur
Laboratorium, Keperawatan Dasar, ECG, Jakarta.
5.
Ns. Indriana N, Istiqomah, (2005) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Mata. Evaluasi Keterampilan Praktek Klinik Keperawatan Program DIII, Akper
ST, Carolus, Jakarta.
2.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Supositoria rectal
2.
Jelly pelumas
3.
4.
Tisu
5.
b.
1.
c.
Bengkok
Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan
Pelaksanaan
1.
2.
3.
Identifikasi pasien
4.
Menawarkan pasien untuk buang air kecil atau buang air besar
5.
Atur posisi pasien sim kanan atau kiri dengan tungkai bawah fleksi ke
depan
6.
Membebaskan pakaian bagian bawah pasien dan di tutup dengan
menggunakan selimut mandi
7.
8.
9.
Buka suppositoria dari kemasan dan beri pelumas pada ujung dar
bulatnya. Beri pelumas pada bagian ujung bulatnya. Beri pelumas padajari
telunjuk tangan yang dominan anda
10. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut untuk merileksasikan
sfingter ani
11. Regangkan bokong dengan tangan yang tak dominan. Dengan jari telunjuk
tersarungi, masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan
mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan
anak anak
12. Tarik jari dan bersihkan bagian anal
13. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring miring selama 5-10 menit
14. Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok
15. Rapikan pasien dan lingkungannya
16. Cuci tangan
17. Kaji respon pasien
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Tensi meter
2.
Stetoskop
b.
Persiapan pasien
1.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
Periksan tekanan darah pasien dengan menggunakan stetoskop dan tensi
meter
3.
4.
Tetapkan besarnya kuncian yaitu sistole di tambah dengan diastole di
bagi 2
5.
6.
Catat berapa banyak bintik-bintik di tubuh pasien yaitu pada kulit lengan
bawah bagian media pada sepertiga proksimal (3 jari di bawah mangset)
7.
8.
9.
Referensi
3.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
4.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
5.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
2.
3.
Prosedur
Uraian
Persiapan alat
1.
Handschoen
2.
Nald Fuder
3.
Pinset Chirurrgis
4.
Jarum (Needle)
5.
Benang
6.
Gunting
7.
Bengkok
8.
Bak instrument
9.
Perlak
10. Plester
11. Depress
12. Sofratul(kasa steril dengan antibiotik)
13. Providone iodine
14. Doek berlubang
15. Pinset anatomis
16. Spuit
17. Anestetik lokal
18. Kasa steril
19. Plester
20. Kasa gulung
Persiapan pasien
1.
Pasien diberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur yang akan di
lakukan.
2.
Pasang sketsel
3.
Pelaksanaan
1.
2.
Menutup sketsel
3.
4.
Pasang perlak
5.
Dekatkan bengkok
6.
7.
Pakai Handschoen
8.
9.
2.
Prosedur
Uraian
Persiapan alat
1.
Bak instrument
2.
Pinset Chirugis
3.
Pinset Anatomis
4.
Gunting Hetting Up
5.
Kasa
6.
Depress
7.
Sofratul
8.
Bengkok
9.
Plester
Persiapan pasien
1.
2.
Pasang sketsel
3.
Pelaksanaan
1.
Cuci tangan
2.
Tutup sketsel
3.
4.
Pasang perlak
5.
Lepas plester/verband
6.
7.
8.
Desinfecksi luka
9.
2.
Memberikan rasa aman & nyaman kepada pasien dan orang lain
Prosedur
Uraian
Persiapan alat
Alat steril
1.
2.
Handschoen
3.
Depress
4.
Kasa steril
5.
Sofratul
6.
2.
Gunting verband
3.
Plester
4.
5.
Bengkok
6.
Gunting lurus
Persiapan pasien
1.
2.
Pelaksanaan
1.
Cuci tangan
2.
Alat-alat di dekatkan
3.
Pakai handschoen
4.
7.
8.
Observasi luka
9.
Persiapan alat
1.
Bidai sesuai dengan kebutuhan (panjang dan jumlah) berikan pengalas
dari kapas
2.
Kasa gulung
3.
Gunting
4.
Kasa steril
5.
Plester
6.
Hand scoon
7.
Bengkok
8.
Bantal
9.
b.
Sampiran
Persiapan pasien
1.
Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan di laksanakan pada
pasien
2.
Pasang sampiran
c.
Pelaksanaan
1.
Cuci tangan
2.
3.
4.
Berikan penjelesan pada pasien tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan
5.
Bagian ekstermitas yang cidera harus kelihatan seluruhnya, pakaian
harus di lepas, bila mana perlu digunting
6.
Periksa nadi dan fungsi sensorik dan motorik ekstermitas bagian distal
dari tempat cidera sebelum pemasangan bidai
7.
Jika ekstermitas tampak sangat dan nadi tampak tidak ada, coba luruskan
dengan tarikan secukupnya, tetapi bila terasa ada tahanan jangan diteruskan,
pasang bidai dlam posisi tersebut dengan melewati 2 sendi
8.
Bila curiga ada dislokasi pasang bantal atas bawah, jangan mencoba
untuk diluruskan
9.
Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar dengan
kapas steril dan jangan memasukkan tulang yang keluar tersebut, kemudian
pasang kembali bidai dengan melewati 2 buah sendi
10. Periksa nadi dan fungsi sensorik dan motorik ekstermitas bagian distal dari
tempat cidera setelah pemasangan bidai
11. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
12. Lepas hand scone
13. Cuci tangan
14. Dokumentasikan di lembar penanganan
Referensi
1.
Potter & Pery (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
proses, dan praktik, Alih bahasa, Yasmin Asih, Edisi 1, Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran, EGC
2.
Dirjend Yankes (1981). Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta : Sub
Direktorat Perawatan Kementrian Kesehatan RI.
3.
Kelompok Kerja Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar (2010). Instrumen
Evaluasi Penerapan Standart asuhan Keperawatan RSUP Dr. Saiful Anwar,
Malang.
Persiapan alat
1.
2.
Alkohol
3.
Disposible spuit
4.
Sarung tangan
5.
Perlak
6.
Torniquet
7.
Botol steril
8.
EDTA
9.
10. Bengkok
11. Blangko permintaan darah
b.
Persiapan pasien
1.
Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan di laksanakan pada
pasien
2.
Pasang sampiran
3.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
Dekatkan alat-alat
4.
Cuci tangan
5.
6.
7.
8.
Pasang torniquet
9.
10. Ulang 2-3 kali sampai bersih dan tunggu sampai kering
11. Lakukan penusukan pada pembuluh darah vena dengan disposible spuit
dan jarum menghadap ke atas
12. Lakukan inspirasi, bila keluar darah berarti penusukan benar
13. Lakukan penghisapan sesuai dengan yang di butuhkan
14. Lepas torniquet
15. Tarik spuit dengan cepat dan tutup bekas luka tusukan tersebut dengan
menggunakan kapas alkohol
16. Beritahu pasien bila tindakan sudah selesai
17. Rapikan pasien dan bereskan alat-alat
2.
Untuk mempertahankan volume darah & sirkulasi yang adequat untuk
oksigenasi
3.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gunting verband
7.
Plester
8.
9.
b.
Persiapan pasien
1.
2.
c.
Pelaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
Buka pakaian pasien bila menutupi daerah yang mengalami perdarahan
dengan gunting dan pasang duk / underpad steril dibawahnya
6.
Kaji luka dan identifikasi asal luka,apakah dari vena atau arteri
a.
Arteri : lihat apakah keluarnya perdarhan memancr, adanya pulsasi atau
denyutan dan warna darah merah segar
1.
Ambil kasa steril, langsung, tekan pada daerah
perdarahan dan lakukan pembebatan
2.
banyak
3.
dokter bila diperlukan
b.
1.
Ambil kasa steril sesuai kebutuhan, lakukan penekanan kemudian balut
dengan perban
7.
2.
3.
Membantu drainage dari lutut sehingga berguna bagi pasien
pascaoperasi mulut dan tenggorokan.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Tempat tidur
2.
Bantal kecil
3.
Gulungan handuk
4.
a.
Persiapan pasien
1.
2.
3.
b.
1.
Pelaksanaan
Tutup pintu, jendela, dan gorden atau sampiran bila pasien dibangsal.
2.
Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan (menurunkan
transmisi mikroorganisme).
3.
4.
Posisikan kedua lengan dekat dengan tubuh dengan siku lurus dan
tangan diatas paha. Miringkan pasien kearah tengah tempat tidur, kemudian
posisikan tengkurap.
a. Memberikan posisi pada pasien sehingga kelurusan tubuh dapat
dipertahankan.
5.
Putar kepala pasien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Jika
banyak drainage dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontraindikasikan.
a. Hal ini mencegah fleksi lateral leher. Hindari meletakkan bantal dibawah
bahu untuk mencegah peningkatan resiko lordosis lumbal.
6.
Letakkan bantal dibawah dada (mencegah hiperekstensi kurva
lumbal,kesulitan pernapasan penekanan pada payudara wanita).
7.
2.
Mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang
tidak tepat.
Prosedur
Uraian
a.
Persiapan alat
1.
Tempat tidur
2.
Bantal kecil
3.
Gulungan handuk
4.
5.
b.
Persiapan pasien
1.
2.
3.
c.
Pelaksanaan
1.
Tutup pintu, jendela, dan gorden atau sampiran bila pasien dibangsal.
2.
Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan (menurunkan
transmisi mikroorganisme).
3.
4.
5.
Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada kurva lumbal, jika ada
celah disana.
6.
7.
8.
Jika pasien tidak sadar atau mengalami paralysis ekstremitas atas,
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan
menggunakan bantal.
a. (Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan
kenyamanan. Bantal tidak diletakkan di bawah lengan atas karena dapat
menyebabkan terjadinya fleksi bahu).
9.