You are on page 1of 5

Khansa Asikasari/1306375241/Ilmu K3

Kesehatan Masyarakat 2013


Hierarki Pengendalian
Oleh, Khansa Asikasari, 1306375241, Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pengendalian adalah
proses,

peraturan,

alat,

pelaksanaan atau tindakan


yang

berfungsi

untuk

meminimalisasi efek negatif


atau meningkatkan peluang
positif

(AS/NZS

4370:2004).

Hierarki

pengendalian

merupakan

daftar pilihan pengendalian


yang telah diurutkan sesuai
dengan

mekanisme

pengurangan
dengan

urutan

paparan,
sebagai

berikut:
1. Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah awal dan merupakan solusi terbaik dalam
mengendalikan paparan, namun juga merupakan langkah yang paling sulit untuk
dilaksanakan. Kecil kemungkinan bagi sebuah perusahaan untuk mengeliminasi substansi
atau proses tanpa mengganggu kelangsungan produksi secara keseluruhan. Sebagai
contoh, penghilangan timbal secara perlahan pada produksi bahan bakar.
2. Substitusi
Pada saat suatu sumber bahaya tidak dapat dihilangkan secara keseluruhan, maka
pilihan kedua sebagai pencegahan adalah dengan mempertimbangkan alternatif proses
atau material. Proses substitusi umumnya membutuhkan banyak trial-and-error untuk

Khansa Asikasari/1306375241/Ilmu K3
Kesehatan Masyarakat 2013
mengetahui apakah teknik atau substansi alternatif dapat berfungsi sama efektif dengan
sebelumnya. Penting untuk memastikan bahwa agen pengganti sudah diketahui dan
memiliki bahaya atau tingkat toksisitas yang lebih rendah. Sebagai contoh, penggunaan
minyak daripada merkuri dalam barometer, penyapuan dengan sistem basah pada debu
timbal dibandingkan dengan penyapuan kering.
3. Pengendalian Engineering
Tipe pengendalian ini merupakan yang paling umum digunakana. Karena, memiliki
kemampuan untuk mengubah jalur transmisi bahaya atau mengisolasi pekerja dari
bahaya. Tiga macam alternatif pengendalian engineering antara lain dengan isolasi,
guarding, dan ventilasi.
a. Isolasi
Prinsip dari sistem ini adalah menghalangi pergerakan bahaya dengan
memberikan pembatas atau pemisah terhadap bahaya maupun pekerja.
b. Guarding
Prinsip dari sistem ini adalah mengurangi jarak atau kesempatan kontak antara
sumber bahaya dengan pekerja.
c. Ventilasi
Cara ini paling efektif untuk mengurangi kontaminasi udara, berfungsi untuk
kenyamanan, kestabilan suhu dan mengontrol kontaminan.
4. Pengendalian Adiministratif
Umumnya pengendalian ini merupakan salah satu pilihan terkahir karena,
pengendalian ini mengandalkan sikap dan kesadaran dari pekerja. Pengendalian ini baik
untuk jenis risiko yang rendah, sedangkan untuk tipe risiko yang signifikan harus disertai
dengan pengawasan dan peringatan. Dengan kata lain sebelumnya sudah harus dilakukan
pengendalian untuk mengurangi risiko bahaya serendah mungkin. Untuk situasi
lingkungan kerja dengan tingkat paparan rendah/jarang, maka beberapa pengendalian
yang berfokus terhadap pekerja lebih tepat diberikan, antara lain:
a. Rotasi dan Penempatan Pekerja

Khansa Asikasari/1306375241/Ilmu K3
Kesehatan Masyarakat 2013
Metode ini bertujuan untuk mengurangi tingkat paparan yang diterima
pekerja dengan membagi waktu kerja dengan pekerja yang lain. Penempatan
pekerja terkait dengan masalah fitness-for-work dan kemampuan seseorang
untuk melakukan pekerjaan.
b. Pendidikan dan Pelatihan,
Sebagai pendukung pekerja dalam melakukan pekerjaan secara aman. Dengan
pengetahuan dan pengertian terhadap bahaya pekerjaan, maka akan
membantu pekerja untuk mengambil keputusan dalam menghadapi bahaya.

c. Penataan dan Kebersihan


Tidak hanya meminimalkan insiden terkait dengan keselamatan, melainkan
juga mengurangi debu dan kontaminan lain yang bisa menjadi jalur pemajan.
Kebersihan pribadi juga penting karena, dapat mengarah kepada kontaminasi
melalui ingesti, maupun kontaminasi silang antara tempat kerja dan tempat
tinggal.
d. Perawatan secara Berkala
Perawatan secara berkala terhadap peralatan pentinh untuk meminimalkan
penurunan performa dan memperbaiki kerusakan secara lebih dini.
e. Jadwal Kerja
Metode ini menggunakan prinsip waktu kerja, pekerjaan dengan risiko tinggi
dapat dilakukan saat jumlah pekerja yang terpapar paling sedikit.
f. Monitoring dan Surveilans Kesehatan
Metode yang digunakan untuk menilai risiko dan memonitor efektivitas
pengendalian yang sudah dijalankan.
5. PPE (Personal Protective Equipment)
Merupakan cara terakhir yang dipilih dalam menghadapi bahaya. Umumnya
menggunakan alat, seperti: respirator, sarung tangan, overall dan apron, boots, kacamata,
helm, alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff) dan sebagainya. Personal
Protective Equipment merupakan sarana pengendalian yang digunakan untuk jangka
pendek dan bersifat sementara jika sistem pengendalian yang lebih permanen belum
dapat diimplementasikan. APD merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem
pengendalian risiko di tempat kerja. Selain itu APD juga mempunyai beberapa kelemahan
antara lain:

Khansa Asikasari/1306375241/Ilmu K3
Kesehatan Masyarakat 2013
a. PPE tidak menghilangkan risiko bahaya yang ada tetapi, hanya membatasi
antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima. Bila
penggunaan PPE gagal, maka secara otomatis bahaya yang ada akan
mengenai tubuh pekerja.
b. Penggunaan PPE dirasakan tidak nyaman karena, kekurangleluasaan gerak
pada waktu kerja dan dirasakan adanya beban tambahan karena, harus dipakai
selama bekerja.
Dalam penggunaan PPE tetap dibutuhkan pelatihan atau training bagi tenaga
kerja yang menggunakannya, termasuk pemeliharaannya. Tenaga kerja juga harus
mengerthi bahwa penggunaan PPE tidak menghilangkan bahaya yang akan terjadi.

Daftar Pustaka
1. Centers for Disease Control and Prevention. 2014. Control for Noise Exposure. National
Institute for Occupational Safety and Health Education and Information Division. Online.
(Diakses pada 20 November 2014 pukul 13.15 WIB).
Sumber: http://www.cdc.gov/niosh/topics/noisecontrol/
2. United States Department of Labor. 2014. Controlling Exposures. Occupational Safety
and Health Administration, Safety and Health Topics, Chemical Hazards and Toxic
Substances. Online. (Diakses pada 20 November 2014 pukul 13.20 WIB).
Sumber: https://www.osha.gov/SLTC/hazardoustoxicsubstances/control.html
3. Oregon OSHA. 2011. Hazard Identification and Control. Public Education Section
Oregon OSHA. Department of Consumer Business and Services. Online. (Diakses pada
20 November 2014 pukul 13.30 WIB).
Sumber: http://www.orosha.org/educate/materials/Hazard-Identification-120/1-120i.pdf
4. Construcion Industrys Leadership and Worker Engagement Forum. 2011. Management
of Risk When Planning Work: The Right Priorities. Leadership and Worker Involvement
Toolkit. Online. (Diakses pada 20 November 2014 pukul 13.40 WIB)

Khansa Asikasari/1306375241/Ilmu K3
Kesehatan Masyarakat 2013
Sumber:http://www.hse.gov.uk/construction/lwit/assets/downloads/hierarchy-riskcontrols.pdf
5. Tanpa nama. 2010. Hierarchy of Controls. OSHA. Online. (Diakses pada 20 November
2014 pukul 13.50 WIB).
Sumber:https://www.osha.gov/dte/grant_materials/fy10/sh-2083910/hierarchy_of_controls.pdf
6. Zevallos, Carmen Green. 2007. Licence for AS/NZS 4360 SET Risk Management Set.
Standards Australia.

You might also like