You are on page 1of 19

pri

l 20
10

Volume I/No.2/April 2010

ISSN : 2086-0447

.2/A

PENGARUH FREE CASH FLOWS TERHADAP HARGA SAHAM


(Studi kasus pada PT.Unilever Indonesia Tbk)
Eddy Soeryanto
yanto Soegoto

ol

I/N
o

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP--PRINSIP GOOD CORPORATE


GOVERNANCE TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN PADA
PT. PLN (PERSERO)DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN
Ony Widilestariningtyas
Riri Aprianti

si V

PERANAN PENAGIHAN PAJAK DALAM MENGATASI PENINGKATAN TUNGGAKAN


WAJIB PAJAK PADA KPP DI LINGKUNGAN KOTA
KO BANDUNG
Siti Kurnia Rahayu

ku
n

tan

PENGARUH KEBIJAKAN PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI (SUNSET


(SUNSET
POLICY)) TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
Ely Suhayati
Asni Wulandari

ise
tA

PERANAN
N AUDIT KINERJA DALAM MENUNJANG AKUNTABILITAS PUBLIK
PEMERINTAHAN KOTA BANDUNG (STUDI KASUS PADA BAWASDA
DAN DISPENDA BANDUNG
G
Deddy Supardi
Sherly Wiarty

Jur

na
lR

PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP RETURN


SAHAM (PENELITIAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA)
JAKARTA)
Surtikanti
Devi Rustendi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
JL.Dipatiukur 112-114
114 Bandung 40132 Telp.022-2504119,
Telp.022
Fax. 022-253375
Email : ak@unikom.ac.id

Oleh:

pri
l 20
10

PERANAN AUDIT KINERJA DALAM MENUNJANG AKUNTABILITAS


PUBLIK PEMERINTAH KOTA BANDUNG

Deddy Supardi
Universitas Sangga Buana Bandung

.2/A

Sherly Wiarty
Universitas Komputer Indonesia

Abstract

tan

si V

ol

I/N
o

The study arranged in local government of Bandung city and observation research at
Inspectorate and Development of Profit. The performance audit has significant correlation to the
institution while in public sccountability it is related to the Departement of Profit. This research
aimed to find out performance auditt, implementation of public accounting, and the role of
performance audit in support of public accountability at the local government.
Method used is descriptive with quantitative approach. It is intended to describe on
obtained data by instrument such as questionnaire distributed to 30 respondents and calculated
by Rank Spearman formula.
The result shows that the role of performance audit in support of public accountability
have correlation is moderate and direction. Performance audit play role 17% on public
accountability, and the other influence of 83% by other factor is not researched such as public
services, quality of financial information, management, and function control is will support of
public accountability. In the other words the hypothesis by the researcher means that peformance
audit have role in support of public accountability.
Keywords: Performance Audit, Public Accountability, Public Sector
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Organisasi sektor publik seperti pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda
pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan
yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi
dengan adanya pemerintahan yang baik (good governance). Good governance dalam dunia
bisnis dikenal dengan istilah good corporate governance dengan prinsip yang kurang lebih sama.
Dalam setiap penyelenggaraan good governance, harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar,
yaitu transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Ketiga prinsip dasar tersebut merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap penentuan kebijakan publik, implementasinya, dan
pertanggungjawabannya dalam bingkai good governance.
Suatu pemerintahan yang baik harus membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua
pihak yang terkait dalam pemerintahan tersebut dapat berperan serta atau berpartisipasi secara
aktif dimana jalannya pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan
pemerintahan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan. Fenomena yang dapat diamati
dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan
pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik, seperti pemerintah pusat dan
daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga negara.
Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai kewajiban pemerintah atau publik sebagai
pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya kepada masyarakat sebagai pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Tuntutan akuntabilitas

Jur

na
lR

ise
tA

ku
n

I
1.1

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana audit kinerja pada Pemerintah Kota Bandung.
2. Bagaimana pelaksanaan akuntabilitas publik pada Pemerintah Kota Bandung.

Jur

1.2

na
lR

ise
tA

ku
n

tan

si V

ol

I/N
o

.2/A

pri
l 20
10

mengharuskan organisasi sektor publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban


horisontal (horizontal accountability) bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (vertical
accountability).
Praktek akuntabilitas publik di Indonesia masih berfokus hanya dari sisi pengelolaan
keuangan negara, sedangkan dalam kenyataannya keingintahuan masyarakat tentang
akuntabilitas pemerintah tidak dapat dipenuhi hanya oleh informasi keuangan saja. Melihat
pengalaman di negara-negara maju, ternyata dalam pelaksanaannya, keingintahuan masyarakat
tentang akuntabilitas publik memang tidak dapat dipenuhi hanya oleh infornasi keuangan saja.
Masyarakat ingin mengetahui lebih jauh apakah pemerintah yang dipilihnya telah beroperasi
dengan memenuhi prinsip value for money. Value for money merupakan konsep pengelolaan
kinerja organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi
(spending less), efisiensi (spending well), dan efektivitas (spending wisely).
Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik dalam
hal ini pemerintah untuk mempertahankan kualitas, profesionalisme, dan akuntabilitas publik
serta value for money dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin dilakukannya
pertanggungjawaban publik oleh organisasi sektor publik, maka diperlukan audit terhadap sektor
publik tersebut. Audit yang dilakukan pada sektor publik/ pemerintah berbeda dengan yang
dilakukan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan latar
belakang institusional dan hukum, dimana audit sektor pemerintah mempunyai prosedur dan
tanggung jawab yang berbeda serta peran yang lebih luas dibandingkan dengan audit sektor
swasta.
Audit sektor publik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki
indenpendensi dan memiliki kompetensi untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Audit yang dilakukan pada sektor pemerintah tidak
hanya terbatas pada audit atas keuangan dan kepatuhan, namun perlu diperluas dengan
melakukan audit terhadap kinerja pemerintah tersebut. Audit kinerja merupakan proses
sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, agar dapat melakukan
penilaian secara independen atas ekonomi dan efisien operasi, efektivitas dalam pencapaian
hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan hukum yang berlaku,
menentukan kesesuaian antar kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas/ fungsi yang diaudit. Audit kinerja meliputi audit
atas aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas yang pada dasarnya merupakan perluasan dari
audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya, yang membedakan antara audit kinerja
dengan audit lainnya adalah dalam hal laporan audit. Dalam audit keuangan, hasil audit adalah
berupa pedapat (opini) auditor secara independen dan obyektif tentang kewajaran laporan
keuangan sesuai dengan kriteria standar yang ditetapkan tanpa pemberian rekomendasi
perbaikan. Sedangkan dalam audit kinerja, audit tidak hanya sekedar menyampaikan kesimpulan
berdasarkan tahapan audit yang telah dilaksanakan akan tetapi dilengkapi dengan rekomendasi
untuk perbaikan di masa mendatang.
Kemampuan mempertangungjawabkan (akuntabilitas) dari pemerintah sangat tergantung
pada kualitas audit sektor publik itu sendiri. Tanpa kualitas audit yang baik, maka akan timbul
permasalahan seperti munculnya kecurangan, korupsi, kolusi, dan berbagai ketidakberesan di
pemerintahan. Dilihat dari pentingnya tujuan audit kinerja yakni untuk meningkatkan akuntabilitas
dan perbaikan kinerja pemerintah, maka penulis tertarik untuk menggali permasalahan tersebut
dalam bentuk penelitian dengan judul: Peranan Audit Kinerja Dalam Menunjang
Akuntabilitas Publik Pemerintah Kota Bandung.

78

pri
l 20
10

3. Bagaimana peranan audit kinerja dalam menunjang akuntabilitas publik pada Pemerintah
Kota Bandung.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kajian Teoritis
Menurut I Gusti Agung Rai (2008:29) audit sektor publik adalah sebagai berikut:
Kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan
barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan negara
lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang ditemukan dengan
kriteria yang ditetapkan.
Tujuan audit sektor publik dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini menyatakan bahwa
pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya pengelolaan keuangan negara
secara tertib dan taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan
negara, yaitu audit keuangan, audit kinerja,dan audit dengan tujuan tertentu.
Audit kinerja (peformance audit/ value for money audit/ 3E) yaitu pemeriksaan secara
objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti untuk dapat melakukan penilaian secara
independen atas kinerja entitas atau program/ kegiatan pemerintah yang diaudit (Indra Bastian,
2007:255).

I/N
o

.2/A

II
2.1

Jur

na
lR

ise
tA

ku
n

tan

si V

ol

Menurut Mahmudi (2007:188) pengertian audit kinerja adalah sebagai berikut:


Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif atas
kinerja suatu organisasi, program, fungsi, atau aktivitas/ kegiatan. Evaluasi dilakukan
terhadap tingkat ekonomi, efisiensi, dan keefektivan dalam mencapai target yang
ditetapkan serta kepatuhannya terhadap kebijakan dan peraturan perundangan yang
disyaratkan, kemudian membandingkannya antara kinerja yang dihasilkan dengan kriteria
yang ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Sedangkan dalam Pasal 4 ayat (3) UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pengertian audit kinerja adalah audit atas
pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit aspek ekonomi dan efisiensi serta audit
aspek efektivitas.
Audit kinerja meliputi dua jenis yaitu audit ekonomi dan efisiensi/ audit manajemen dan
audit efektivitas/ audit program. Ekonomi mempunyai arti biaya terendah, efisiensi mengacu
pada rasio terbaik antara output dengan biaya (input), sedangkan efektivitas berkaitan dengan
pencapaian tujuan. Menurut I Gusti Agung Rai tahap-tahap audit kinerja oleh tim audit yaitu
tahap perencanaan atau survei pendahuluan, tahap pelaksanaan atau pengujian terinci, dan
tahap tindak lanjut.
Akuntabilitas publik yaitu pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja
finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut
(Mardiasmo, 2004:21). Sedangkan pengertian lainnya yaitu suatu pertanggungjawaban oleh
pihak-pihak yang diberi kepercayaan oleh masyarakat atau individu dimana nantinya terdapat
keberhasilan atau kegagalan di dalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Ihyaul Ulum. MD, 2004:40).
Menurut Mahmudi dimensi akuntabilitas publik yang harus dipenuhi oleh organisasi
sektor publik antara lain: akuntabilitas hukum dan kejujuran (accountability for probity and
legality), akuntabilitas manajerial (manajerial accountability), akuntabilitas program (programe
accountability), akuntabilitas kebijakan (policy accountability), dan akuntabilitas finansial
(financial accountability).
Audit kinerja sangat penting untuk menciptakan akuntabilitas publik berupa perbaikan
pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan bentuk-bentuk
laporan akuntabilitas, perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan kinerja antara
79

pri
l 20
10

organisasi sejenis yang diperiksa serta penyajian informasi yang lebih jelas dan informatif.
Menurut Indra Bastian dengan audit kinerja, tingkat akuntabilitas pemerintah dalam proses
pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggungjawab akan meningkat, sehingga
mendorong pengawasan dan kemudian tindakan koreksi.
Kerangka Pemikiran
Akuntansi sektor publik merupakan mekanisme teknik dan analisis akuntansi atas
pengelolaan dana masyarakat di Lembaga-lembaga Tinggi Negara, Departemen-departemen
dibawahnya, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Yayasan Sosial maupun pada proyek-proyek kerjasama
sektor publik dan swasta.
Akuntansi sektor publik adalah sebagai alat untuk menciptakan pemerintahan yang baik
(good governance) memiliki peran yang sangat vital dan signifikan. Terdapat tiga aspek utama
yang mendukung terciptanya good governance, yaitu pengawasan, pengendalian, dan
pemeriksaan. Pengawasan mengacu pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak di
luar eksekutif (yaitu masyarakat dan DPR / DPRD) untuk turut mengawasi kinerja pemerintah.
Adapun tujuan dari pengawasan memiliki arti bahwa akuntansi sektor publik harus
memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara
efektif dan efisien. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat,
efisiensi, dan ekonomis atas operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi (berkaitan dengan management control). Pengendalian (control) adalah mekanisme
yang dilakukan oleh eksekutif (pemerintah) untuk menjamin dilaksanakanannya sistem dan
kebijakan manajemen sehingga tujuan organisasi tercapai. Audit sektor publik adalah
pemeriksaan terhadap entitas pemerintahan yang bertujuan untuk membandingkan hasil
pencapaian program, fungsi atau kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Berdasarkan UU
No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), terdapat tiga jenis audit keuangan negara, yaitu audit keuangan, audit kinerja,
dan audit dengan tujuan tertentu.
Dalam organisasi sektor publik, anggaran menjadi indikator utama penilaian kinerja.
Namun sering kali organisasi hanya berfokus pada anggaran dan mengabaikan hasil (output)
dari anggaran tersebut. Kinerja diukur hanya terbatas pada habis atau tidaknya anggaran yang
dibelanjakan, terpenuhi atau tidaknya target anggaran, dan sebagainya. Padahal, yang lebih
penting dari itu adalah apakah anggaran telah dilaksanakan secara ekonomis, efektif, dan
efisien. Disisi lain audit keuangan dilakukan terbatas pada ketaatan fiskal dan kewajaran laporan
keuangan. Sementara itu, masalah keefektifan anggaran tidak menjadi fokus perhatian dimana
outcome, benefit, dan dampak dari anggaran tidak diperiksa sehingga diperlukan audit lain selain
dari audit keuangan tersebut.
Audit kinerja adalah pemeriksaan terhadap entitas pemerintah atas kinerja, program/
kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan target yang telah ditetapkan,
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, membandingkan antara hasil
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada
publik.
Adapun tahap-tahap audit kinerja menurut I Gusti Agung Rai (2008:77) adalah tahap
perencanaan atau survei pendahuluan, tahap pelaksanaan atau pengujian terinci, dan tahap
tndak lanjut. Pada dasarnya audit keuangan dan audit kinerja sama. Audit kinerja merupakan
perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Salah satu hal yang
membedakan audit kinerja dengan audit keuangan adalah dalam hal laporan audit. Dalam audit
kinerja tidak sekedar menyampaikan kesimpulan berdasarkan tahapan audit yang telah
dilaksanakan, akan tetapi juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk perbaikan di masa
mendatang.

Jur

na
lR

ise
tA

ku
n

tan

si V

ol

I/N
o

.2/A

2.2

80

ise
tA

ku
n

tan

si V

ol

I/N
o

.2/A

pri
l 20
10

Audit kinerja berfungsi untuk mengetahui apakah penggunaan sumber daya dalam rangka
mencapai target dan tujuan telah memenuhi prinsip ekonomi, efisien, dan efektivitas, tidak
melanggar ketentuan hukum, peraturan perundang-undangan, dan kebijakan manajemen.
Dengan dilakukannya audit kinerja stakeholders sektor publik dapat memperoleh informasi yang
objektif dan independen mengenai kinerja manajemen sektor publik. Audit kinerja bermanfaat
untuk mengetahui apakah sumber daya organisasi telah diperoleh dan digunakan secara
ekonomis, efisien, dan efektif; tidak terjadi pemborosan, kebocoran, salah alokasi, dan salah
sasaran dalam mencapai tujuan. Pada sisi lain, audit kinerja bermanfaat untuk mengidentifikasi
cara untuk memperbaiki ekonomi, efisien, dan efektivitas di sektor publik serta mendorong
dilakukannya perbaikan sistem pengendalian manajemen sektor publik.
Tujuan dari akuntansi sektor publik adalah penyediaan informasi, pengendalian
manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan alat informasi baik bagi
pemerintah sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Bagi pemerintah informasi
akuntansi digunakan dalam proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik,
pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja. Informasi akuntansi
bermanfaat untuk pengambilan keputusan, terutama untuk membantu manajer dalam melakukan
alokasi sumber daya. Informasi akuntansi dapat digunakan untuk menentukan biaya suatu
program, proyek, atau aktivitas serta kelayakannya baik secara ekonomis maupun teknis.
Dengan informasi akuntansi, pemerintah dapat menentukan biaya pelayanan (cost of services)
yang diberikan kepada publik, menetapkan biaya standar, dan harga yang akan dibebankan
pada publik atas suatu pelayanan (charging for services).
Pada tahap akhir dari proses pengendalian manajemen, akuntansi dibutuhkan dalam
pembuatan laporan keuangan sektor publik berupa laporan surplus/ defisit pada pemerintahan,
laporan rugi/ laba dan aliran kas pada BUMN/ BUMD, laporan pelaksanaan anggaran, laporan
alokasi sumber dana, dan neraca. Laporan keuangan sektor publik merupakan bagian penting
dari proses akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik adalah kewajiban pemerintah untuk
memberikan informasi dan mengungkapkan segala kegiatan dan hasil dari kegiatannya kepada
masyarakat atau publik melalui lembaga perwakilan.
Menurut Mahmudi (2007:9) dimensi akuntabilitas publik yang harus dipenuhi oleh
organisasi sektor publik antara lain akuntabilitas hukum dan kejujuran (accountability for probity
and legality), akuntabilitas manajerial (manajerial accountability), akuntabilitas program
(programe accountability), akuntabilitas kebijakan (policy accountability), dan akuntabilitas
finansial (financial accountability).
Pelaksanaan audit kinerja yang memadai akan menunjang pelaksanaan akuntabilitas,
karena dengan dilakukannya audit kinerja pada lingkungan pemerintah dapat memberi jaminan
kepada masyarakat bahwa dana yang diberikannya telah dikelola secara value for money
(ekonomi, efektif, dan efisien).
2.3

Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara yang digunakan sebelum dilakukannya
penelitian dalam hal pendugaannya menggunakan statistika untuk menganalisisnya.Hipotesis
dari penelitian ini adalah Audit kinerja berperan dalam menunjang akuntabilitas publik.
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu.
Objek yang penulis gunakan dalam penelitian adalah audit kinerja dan akuntabilitas publik pada
Pemerintah Kota Bandung dengan observasi penelitian pada Inspektorat dan Dinas Pendapatan.

na
lR

III
3.1

Jur

3.2 Metode Penelitian


3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang
dilakukan pada waktu tertentu. Dalam penelitian ini, penulis menerapkan desain penelitian yang
81

pri
l 20
10

lebih luas, yang mencakup proses-proses dimulai dengan menemukan masalah dan menetapkan
judul penelitian, mengidentifikasikan masalah, merumuskan masalah, membuat hipotesis
penelitian, metode penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, pengujian
hipotesis, dan penarikan kesimpulan (Sugiyono 2009).

I/N
o

.2/A

3.2.2 Operasionalisasi Variabel


Variabel independen atau variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen
disini adalah peranan audit kinerja. Indikator yang digunakan untuk mengukur audit kinerja
antara adalah tahap-tahap dari audit kinerja itu sendiri.
Sedangkan variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen disini adalah
akuntabilitas publik. Indikator yang digunakan untuk mengukur akuntabilitas publik adalah
dimensi dari akuntabilitas publik.
.
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data
3.2.3.1 Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian tentang peranan audit kinerja dalam
menunjang akuntabilitas publik adalah data primer, seperti dengan cara melakukan observasi,
wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan, dan pemberian pernyataan berupa kuesioner.

tan

si V

ol

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data


3.2.3.2.1 Populasi
Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi
syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini
adalah Pemerintah Kota Bandung yaitu sebanyak 60 (enam puluh) orang dengan observasi
penelitian pada Inspektorat dan Dinas Pendapatan. Populasi ini dipilih karena Inspektorat erat
kaitannya dengan audit kinerja sedangkan Dinas Pendapatan erat kaitannya dengan
akuntabilitas publik.

ise
tA

ku
n

3.2.3.2.2 Sampel
Teknik sampling (teknik pengambilan sampel) dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan non probability sampling. non probability sampling merupakan teknik pengambilan
sampel yang tidak memberikan peluang sama untuk dipilih menjadi sampel. Adapun teknik
sampel yang digunakan adalah sampling sistematis. Pengambilan sampel dengan teknik
sampling sistematis dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari
bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima (Sugiyono 2009). Pada penelitian ini
pengambilan sampel berdasarkan nomor urut ganjil saja, karena jumlah sampel yang didapat
sebanyak 30 (tiga puluh) orang dimana syarat minimum pengambilan sampel agar dapat
mewakili dari keseluruhan populasi adalah sebanyak 30 (tiga puluh) orang.

Jur

na
lR

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data


Dalam melakukan penelitian ini, penulis memperoleh data-data dengan mengadakan
serangkaian observasi yang ada hubungannya dengan peranan audit kinerja dalam menunjang
akuntabilitas publik. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Penelitian Lapangan (Field Research)
a. Metode Pengamatan Langsung (observasi)
b. Metode Wawancara (Interview)
c. Kuesioner
d. Dokumen
2) Studi Kepustakaan (Library Research)
82

pri
l 20
10

3.2.4.1 Uji Validitas


Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing
pertanyaan dengan skor total. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pernyataan mana yang
valid dengan mengacu pada tingkat signifikan sebesar 0,3 (rskritis). Jika r korelasi < 0,3 maka
pernyataan tidak valid, sedangkan jika rs korelasi > 0,3 maka pernyataan valid (Sugiyono:2009).
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam uji validitas adalah korelasi Rank Spearman.
Pengujian validitas untuk setiap variabel menggunakan Software SPSS 14.0 For Windows.
Dari semua pernyataan instrumen setiap variabel valid untuk digunakan dalam proses
pengolahan analisis data, karena semua hasil korelasi tiap item menghasilkan nilai yaitu
rs hitung>rskritis, sehingga validitas terpenuhi.

I/N
o

.2/A

3.2.4.2 Uji Reliabilitas


Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah split half method
(Spearman Brown Correlation) teknik belah dua. Dapat disimpulkan bahwa antara Audit Kinerja
(Variabel X) dan Akuntabilitas Publik (Variabel Y) dikatakan reliabel dan dapat digunakan untuk
penelitian. Perhitungan uji reliabilitas menggunakan Software SPSS 14.0 For Windows.

Jur

na
lR

ise
tA

ku
n

tan

si V

ol

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis


3.2.5.1 Rancangan Analisis
Dalam menganalisis data, metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode
deskriptif dengan analisis kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan kemudian
dianalisis berdasarkan metode yang diterapkan, dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya
peranan audit kinerja dalam menunjang akuntabilitas publik.
Data yang dihimpun dari hasil penelitian akan penulis bandingkan antara data yang
dilapangan dengan data kepustakaan, kemudian dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara sampling dimana yang diselidiki yang
merupakan populasi yang dipilih dalam penelitian.
2. Setelah metode pengumpulan data ditentukan kemudian ditentukan alat untuk
memperoleh data dari elemen yang akan diteliti, alat yang digunakan dalam penelitian ini
daftar pertanyaan atau kuesioner.
3. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengelolaan data, disajikan dan dianalisis
kemudian diadakan uji statistik.
Hasil pengoperasiaan variabel disusun dalam bentuk pertanyaan (kuesioner/ angket) yang
terdiri dari 40 (empat puluh) pertanyaan. Variabel (X) Audit Kinerja sebanyak 20 (dua puluh)
pertanyaan dan variabel (Y) Akuntabilitas Publik sebanyak 20 (dua puluh) pertanyaan. Setiap
item dari kuesioner tersebut memiliki lima jawab dengan bobot atau nilai yang berbeda. Untuk
setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung
pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif).
Dari setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kedua variabel (variabel
bebas dan variabel terikat) tersebut, diukur dengan menggunakan skala likert. Untuk menilai
variable X dan varibel Y, maka analisis yang digunakan berdasarkan rata-rata dari masingmasing varibel. Nilai rata-rata ini diperoleh dengan menjumlahkan data keseluruhan dalam setiap
variabel, kemudian dibagi dengan jumlah responden. Setelah diperoleh rata-rata dari masingmasing variabel kemudian dibandingkan dengan kriteria yang penulis tentukan berdasarkan nilai
terendah dan nilai tertinggi dari hasil kuesioner. Atas dasar nilai tertinggi dan terendah tersebut,
maka dapat ditentukan rentang interval yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah
kriteria. Dengan demikian dapat ditentukan panjang interval kelas masing-masing variabel.
Penentuan panjang interval kelas Variabel X dan Y menggunakan garis kontinum.
3.2.5.2 Uji Hipotesis
Penetapan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau
tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y, yaitu hipotesis nol (H0 ) dan hipotesis
alternatif (H 1). Langkah-langkah dalam perancangan hipotesis adalah sebagai berikut:
83

n 2

rs

1 r s 2

ol

Keterangan:
thitung = Probabilitas
rs
= Koefisien Korelasi Rank Spearman
n
= Jumlah data

I/N
o

thitung

.2/A

pri
l 20
10

1) Menetapkan Hipotesis Penelitian dan Hipotesis Statistik


a. Hipotesis Penelitian
Untuk mengetahui peranan audit kinerja dalam menunjang akuntabilitas publik, maka
dilakukan uji hipotesis melalui asumsi sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat peranan antara audit kinerja dalam menunjang akuntabilitas
publik.
H1 = Terdapat peranan antara audit kinerja dalam menunjang akuntabilitas publik.
b. Hipotesis Statistik
H0:

Tidak terdapat peranan yang signifikan antara audit kinerja dalam


menunjang akuntabilitas publik.
H1 :

Terdapat peranan yang signifikan antara audit kinerja dalam menunjang


akuntabilitas publik.
Guna menguji tingkat signifikansi korelasi rank spearman, maka dilakukan uji t dengan
menggunakan rumus:

tan

si V

2) Menentukan Kriteria Penerimaan Hipotesis


Kriteria penerimaan hipotesis dapat ditentukan dengan membandingkan antara thitung dan
ttabel yang dapat dilihat dibawah ini:
Jika t hitung > dari ttabel, maka Ho ditolak, H1 diterima
Jika t hitung < dari t tabel, maka Ho diterima, H 1 ditolak
3) Menggambarkan Daerah Penerimaan Hipotesis
Untuk menggambarkan daerah penerimaan dan penolakan terhadap sebuah hipotesis
dapat digambarkan dengan uji dua pihak daerah penerimaan dan penolakan hipotesis.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Audit Kinerja Pada Pemerintah Kota Bandung
Pengawasan dan pemeriksaan merupakan salah satu cara untuk membantu terwujudnya
tata kelola pemerintahan yang baik, seperti yang telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah
No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah. Seluruh upaya yang diperankan oleh Inspektorat Kota Bandung
merupakan dorongan bagi diterapkannya good governance pada setiap jenjang Pemerintah Kota
Bandung. Selain itu, Inspektorat selaku aparat pemeriksaan intern Pemerintah Kota Bandung
merupakan kekuatan pendorong dalam upaya peningkatan efisiensi, efektivitas serta kehematan
penyelenggaraan pelayanan publik dan pembangunan.

ise
tA

ku
n

IV
4.1

Tahap Perencanaan atau Survei Pendahuluan


Inspektorat Kota Bandung sebelum melaksanakan audit kinerja maka tahap awal adalah
dengan melakukan pembentukan, susunan, wewenang, dan tanggung jawab Tim Pemeriksa,
pemberitahuan pada entitas pemeriksaan, survei pendahuluan, dan penyusunan Program Kerja
Pemeriksaan (PKP).
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria tahap perencanaan, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:
Skor Maksimal
: 5 x 8 x 30
= 1.200
Skor Minimal
: 1 x 8 x 30
= 240
Range
: 1.200 240 = 960
Jenjang Range : 960 : 5
= 192

Jur

na
lR

(1)

84

pri
l 20
10

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai tahap perencanaan dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 988,
yaitu berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung
kriteria tahap perencanaan yang ada dalam instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah
sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yaitu terdapat dalam standar
pelaksanaan audit kinerja pernyataan pertama yang berbunyi Pekerjaan harus direncanakan
secara memadai. Dasar pemikiran standar pelaksanaan pertama tersebut adalah tingkat
pemahaman terhadap organisasi, kegiatan, dan kebijakan yang dilaksanakan akan menentukan
tingkat kecermatan dan keandalan perencanaan audit yang akan dilakukan. Selain itu, audit
sering kali menghadapi keterbatasan tenaga auditor, jumlah hari, dan anggaran. Oleh karena itu,
perencanaan audit merupakan suatu keharusan karena akan sangat menentukan efisiensi dan
efektivitas audit.
Tahap Pelaksanaan atau Pengujian Terinci
Inspektorat Kota Bandung dalam melaksanakan pemeriksaanya, setelah melaksanakan
tahap persiapan pemeriksaan langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pemeriksaan. Adapun
tahap-tahap pelaksanaan pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan awal (entry briefing)
b. Pelaksanaan pemeriksaan operasional
c. Temuan dan pengembangan temuan
d. Uji petik
e. Saran atau rekomendasi
f. Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan
a. Pembahasan hasil pemeriksaan dengan Pengendali Teknis dan atau Penanggungjawab
(review)
i. Pembahasan hasil pemeriksaan dengan entitas pemeriksaan
j. Penyusunan Naskah Hasil Pemeriksaan (NHP)
k. Exit Briefing
Sebagai kegiatan terakhir dari tugas pemeriksaaan adalah penyusunan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP). Laporan tersebut adalah sarana komunikasi yang resmi dan sangat penting
bagi pemeriksa untuk menyampaikan informasi tentang temuan, kesimpulan, dan rekomendasi
kepada entitas pemeriksaan atau yang perlu mengetahui informasi tersebut.
.
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria tahap pelaksanaan, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:
Skor Maksimal
: 5 x 8 x 30
= 1.200
Skor Minimal
: 1 x 8 x 30
= 240
Range
: 1.200 240 = 960
Jenjang Range : 960 : 5
= 192

ise
tA

ku
n

tan

si V

ol

I/N
o

.2/A

(2)

Jur

na
lR

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai tahap pelaksanaan dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 991, yaitu
berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung kriteria
tahap pelaksanaan yang ada dalam instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah sesuai
dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yaitu terdapat dalam standar
pelaksanaan audit kinerja pernyataan ketiga yang berbunyi Bukti yang cukup, kompeten, dan
relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi
pemeriksa dan pernyataan keempat yang berbunyi Pemeriksa harus mempersiapkan dan
memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen
pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan
harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi
tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut, dapat memastikan bahwa dokumen
pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi
pemeriksa.
85

Tahap Tindak Lanjut (Follow-up)


Tindak lanjut adalah tindakan yang dilaksanakan oleh entitas pemeriksaan sesuai dengan
rekomendasi yang telah dikemukakan auditor dalam LHP, yang bertanggungjawab
melaksanakan tindak lanjut adalah pihak entitas pemeriksaan, sedangkan Inspektorat Kota
Bandung berkewajiban untuk memantau pelaksanaan tindak lanjut tersebut.
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria tahap tindak lanjut, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:
:
:
:
:

5 x 4 x 30
1 x 4 x 30
600 120
480 : 5

= 600
= 120
= 480
= 96

.2/A

Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range

pri
l 20
10

(3)

:
:
:
:

5 x 20 x 30
1 x 20 x 30
3.000 600
2.400 : 5

= 3.000
= 600
= 2.400
= 480

tan

Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range

si V

ol

I/N
o

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai tahap tindak lanjut dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 472, yaitu
berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung kriteria
tahap tindak lanjut yang ada dalam instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah sesuai
dengan Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara yang diatur dalam Pasal 20 dan Pasal 21. Kedua pasal tersebut
mengatur hukuman dan denda bagi pihak-pihak yang tidak menindaklanjuti rekomendasi auditor.
Penentuan kriteria akumulasi total skor jawaban maksimal adalah 5x20x30=3.000 (apabila
responden menjawab dengan memilih kategori skor jawaban yang paling tinggi), dan skor
jawaban minimal 1x20x30=600 (apabila responden menjawab dengan memilih kategori skor
jawaban yang paling rendah). Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima)
untuk menentukan kriteria audit kinerja, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai
berikut:

ise
tA

ku
n

Kesimpulan mengenai audit kinerja dilihat berdasarkan skor masing-masing indikator audit
kinerja dengan total skor sebesar 2.451 berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya,
pelaksanaan audit kinerja pada Pemerintah Kota Bandung sudah terpenuhi dengan baik, yaitu
telah sesuai dengan tahap-tahap audit kinerja sektor publik yaitu survei pendahuluan, pengujian
terinci, dan tindak lanjut hasil audit. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh I Gusti Agung Rai
bahwa audit kinerja sektor publik secara garis besar harus sesuai dengan tahapan-tahapan
tersebut.
Analisis Akuntabilitas Publik Pada Pemerintah Kota Bandung
Praktek akuntabilitas publik di Indonesia masih berfokus hanya dari sisi pengelolaan
keuangan negara, sedangkan dalam kenyataannya keingintahuan masyarakat tentang
akuntabilitas publik tidak dapat terpenuhi hanya dengan informasi keuangan saja. Akuntabilitas
publik dapat dipenuhi oleh pemerintah khususnya oleh Pemerintah Kota Bandung melalui lima
dimensi yaitu akuntailitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program,
akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas finansial.
Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran (Accountability for Probity and Legality)
Pelaksanaan akuntabilitas hukum dan kejujuran sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Bandung yaitu pada Dinas Pendapatan. Hal tersebut tercermin pada pengelolaan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara

Jur

(1)

na
lR

4.2

86

:
:
:
:

5 x 4 x 30
1 x 4 x 30
600 120
480 : 5

= 600
= 120
= 480
= 96

.2/A

Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range

pri
l 20
10

pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Dinas Pendapatan selalu berusaha agar tercipta
instansi yang sehat dimana tidak terjadi malpraktik dan maladministrasi.
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria akuntabilitas hukum dan kejujuran, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung
sebagai berikut:

ol

I/N
o

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai akuntabilitas hukum dan kejujuran dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor
sebesar 479, yaitu berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota
Bandung pelaksanaan akuntabilitas hukum dan kejujuran oleh instansi sudah dilakukan dengan
baik, karena telah sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Akuntabilitas Manajerial (Manajerial Accountability)
Berkaitan dengan akuntabilitas manajerial yang dapat diartikan sebagai akuntabilitas
kinerja yang mengharuskan lembaga publik dalam hal ini Dinas Pendapatan melakukan
pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien. Salah satu tugas yang telah dilaksanakan oleh
Dinas Pendapatan dalam hal pelaporan kinerja yaitu dengan disusunnya Laporan Akuntabilitas
Kinerja Pemerintah (LAKIP), adapun fungsi dari LAKIP tersebut adalah sarana bagi Dinas
Pendapatan untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh stakehorders
dan sarana evaluasi atas pencapaian kinerja Dinas Pendapatan.
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria akuntabilitas manajerial, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:
:
:
:
:

5 x 4 x 30
1 x 4 x 30
600 120
480 : 5

ise
tA

Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range

ku
n

tan

si V

(2)

= 600
= 120
= 480
= 96

Akuntabilitas Program (Programe Accountability)


Dinas Pendapatan Daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan
menerapkan program operasional dan dilaksanakan dalam bentuk:
1. Program penyuluhan lapangan kepada masyarakat wajib pajak;
2. Program menyusun dan menghitung potensi pajak;
3. Program penyusunan standar pengolahan data;
4. Program pendayagunaan petugas;

Jur

(3)

na
lR

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai akuntabilitas manajerial dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 495,
yaitu berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung
pelaksanaan akuntabilitas manajerial oleh instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

87

pelayanan,

pri
l 20
10

5. Program penyusunan sistem penggunaan pajak;


6. Program penyusunan sistem penagihan pajak;
7. Program peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria akuntabilitas program, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:
Skor Maksimal
: 5 x 4 x 30
= 600
Skor Minimal
: 1 x 4 x 30
= 120
Range
: 600 120
= 480
Jenjang Range : 480 : 5
= 96

2.
3.
4.
5.

ol

1.

Akuntabilitas Kebijakan (Policy Accountability)


Kebijakan Dinas Pendapatan Kota Bandung adalah sebagai berikut:
Peningkatan penyuluhan kepada masyarakat wajib pajak, secara kontinyu serta membuat
solusi apabila ditemukan sesuatu permasalahan;
Pemberdayaan informasi, komunikasi dalam berbagai media seperti media elektronik dan
media cetak;
Peningkatkan kualitas sumber daya manusia aparat, melalui berbagai pendidikan;
Peningkatan sistem penagihan mempermudah dan mempercepat bagi wajib pajak dalam
pembayaran, dengan memperbanyak tempat pembayaran dan penagihan;
Penegakan sanksi hukum bagi petugas dan wajib pajak yang melanggar peraturan
perundang-undangan.

si V

(4)

I/N
o

.2/A

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai akuntabilitas program dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 475,
yaitu berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung
pelaksanaan akuntabilitas program oleh instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah
sesuai dengan program-program yang telah ditetapkan.

:
:
:
:

5 x 4 x 30
1 x 4 x 30
600 120
480 : 5

= 600
= 120
= 480
= 96

ku
n

Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range

tan

Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria akuntabilitas kebijakan, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:

Akuntabilitas Finansial (Financial Accountability)


Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sumber-sumber pendapatan daerah terdiri dari:
I. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari:
1. Pajak Daerah

Jur

(5)

na
lR

ise
tA

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai akuntabilitas kebijakan dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 497,
yaitu berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung
pelaksanaan akuntabilitas kebijakan oleh instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah
sesuai dengan visi dan misi serta tujuan organisasi.

88

I/N
o

.2/A

pri
l 20
10

2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelola Kekayaan daerah yang dipisahkan
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
II. Dana Perimbangan, terdiri dari:
1. Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
III. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, terdiri dari:
1. Hibah
2. Dana Darurat
3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya:
- Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air (PKB)
- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air (BBNKB)
- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
- Pajak Pengmbilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
4. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria akuntabilitas finansial, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:
5 x 4 x 30
1 x 4 x 30
600 120
480 : 5

= 600
= 120
= 480
= 96

ol

:
:
:
:

si V

Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range

ise
tA

ku
n

tan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai akuntabilitas finansial dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 470,
yaitu berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung
pelaksanaan akuntabilitas finansial oleh instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dimana lembaga pemerintah diwajibkan
untuk membuat laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan anggaran dan realisasi
anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Penentuan kriteria akumulasi total skor jawaban maksimal adalah 5x20x30=3.000 (apabila
responden menjawab dengan memilih kategori skor jawaban yang paling tinggi), dan skor
jawaban minimal 1x20x30=600 (apabila responden menjawab dengan memilih kategori skor
jawaban yang paling rendah).
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria akuntabilitas publik, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:
:
:
:
:

20 x 5 x 30
20 x 1 x 30
3.000 600
2.400 : 5

na
lR

Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range

= 3.000
= 600
= 2.400
= 480

Jur

Kesimpulan mengenai akuntabilitas publik dilihat berdasarkan skor masing-masing


indikator akuntabilitas publik dengan total skor sebesar 2.451 berada pada interval dengan
klasifikasi baik. Artinya, pelaksanaan akuntabilitas publik pada Pemerintah Kota Bandung sudah
terpenuhi dengan baik, yaitu telah sesuai dengan dimensi dari akuntabilitas publik itu sendiri
yaitu akutabilitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program,
akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas finansial. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh
89

pri
l 20
10

Mahmudi bahwa akuntabilitas publik secara garis besar harus dilaksanakan sesuai dengan
dimensi tersebut.
Peranan Audit Kinerja Dalam Menunjang Akuntabilitas Publik Pada Pemerintah Kota
Bandung
Setelah mengadakan analisis terhadap audit kinerja sebagai variabel bebas dan
akuntabilitas publik sebagai variabel terikat, maka dilakukan analisis untuk mengukur sejauh
mana peranan audit kinerja dalam menunjang akuntabilitas publik pada Pemerintah Kota
Bandung. Di bawah ini diuraikan beberapa langkah pengujiannya.
(1) Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Dalam menguji adanya hubungan antara Audit Kinerja (Variabel X) dengan Akuntabilitas
Publik (Variabel Y) dihitung berdasarkan korelasi rank spearman.
Langkah selanjutnya adalah dengan menghitung ranking variabel X dan Y, dengan melihat
skor perhitungan kuesioner, perhitungan ranking tersebut menggunakan penolong perhitungan
korelasi rank spearman..
Perhitungan nilai statistika pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi rank
spearman dengan rumus sebagai berikut:

I/N
o

.2/A

4.3

n 1

.R Y n
R X
2

rs =

si V

ol

2
2
n 2
2
n 1
n 1
R

1
1 2
t
1
2

30 1
8136 30

2
2
2

30 1
30 1
9443 30
9436 , 5 30

2
2

ise
tA

rs =

ku
n

tan

Keterangan:
rs
= Koefisien Korelasi Rank Spearman
n
= Banyaknya Ukuran Sampel
X
= Variabel X
Y
= Variabel Y
R (Xi) = Rank pada X untuk data ke-1
R (Yi) = Rank pada Y untuk data ke-1

8136 30
240,25

9443 30
240,25

9436,5 30
240,25

rs =

8136 7207,5

9443 7207,5

9436,5 7207,5

na
lR

rs =

rs =

928,5

2235,5
2229

928 ,5
4982929 ,5
928,5
rs =
= 0,415948475 0,416 (dibulatkan)
2232,247634

Jur

rs =

90

pri
l 20
10

Di atas telah dilakukan perhitungan secara manual sementara berikut ini hasil rs yang
diperoleh dengan menggunakan SPSS 14.0 for Windows.
Analisis: Nilai korelasi untuk audit kinerja dengan akuntabilitas publik adalah 0,416 maka
hubungan ini menurut aturan kriteria Guilford termasuk hubungan yang sedang dan searah.
Artinya jika audit kinerja baik maka akuntabilitas publik akan baik juga.
(2)

Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar persentase peranan Audit Kinerja (Variabel X) dalam
menunjang Akuntabilitas Publik (Variabel Y), maka penulis menggunakan analisis koefisien
determinasi (Kd), dengan rumus sebagai berikut:
2

.2/A

Kd = r s x 100%

ol

Kd = r s x 100%
2
Kd = (0,416) x 100%
Kd = 0,173056 x 100%
Kd = 17,3056%

I/N
o

Keterangan:
Kd = Koefisien Determinasi
rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman
Kd = 0 berarti pengaruh Variabel X terhadap Y lemah
Kd = 100% / 1 berarti pengaruh Variabel X terhadap Y kuat

tan

Hasil Uji Hipotesis Statistik


Uji statistik yang digunakan adalah uji t dengan rumus sebagai berikut:
thitung rs n 2
1 rs 2

thitung = 2 , 2013
0 ,9094

ise
tA

thitung = 0, 416 30 2
2
1
0,416

ku
n

(3)

si V

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikatakan bahwa Audit Kinerja (Variabel X)
dapat menunjang Akuntabilitas Publik (Variabel Y) sebesar 17,30% dan sisanya yaitu 100%
17,30% = 82,70% dipengaruhi oleh faktor lain di luar Audit Kinerja, misalnya pelayanan publik,
kualitas informasi keuangan, manajerial, dan pengawasan fungsional yang akan menunjang
Akuntabilitas Publik.

thitung = 2,421
Dimana: Jika t hitung > dari ttabel, maka Ho ditolak, H1 diterima
Jika t hitung < dari ttabel, maka Ho diterima, H 1 ditolak

Jur

na
lR

Dengan taraf signifikan 0,05 (5%) dan dk= 30 2= 28 maka, ttabel=2,048. Jadi thitung
2,421 > ttabel 2,048, maka Ho ada pada daerah penolakan berarti H1 diterima atau audit kinerja
mempunyai peranan yang signifikan dan positif dalam menunjang akuntabilitas publik.
Dari hasil semua perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa audit kinerja
mempunyai korelasi yang sedang dan positif terhadap akuntabilitas publik, ditunjukkan oleh
angka hasil korelasi yang sedang dan searah yaitu sebesar 0,416. Ini berarti bahwa apabila
instansi melaksanakan audit kinerja dengan baik, maka pelaksanaan akuntabilitas publik akan
baik.
Audit kinerja juga mempunyai peranan yang signifikan terhadap akuntabilitas publik,
ditunjukkan oleh besarnya thitung lebih besar daripada ttabel yaitu thitung 2,421 > ttabel 2,048. Hal ini
91

.2/A

pri
l 20
10

membuktikan hipotesis penelitian bahwa audit kinerja berperan dalam menunjang akuntabiliitas
publik.
Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan di atas baik perhitungan manual maupun
menggunakan SPSS 14.0 For Windows, hasilnya adalah signifikan antara audit kinerja terhadap
akuntabilitas publik. Hal tersebut membuktikan teori menurut Indra Bastian (2007:48) yaitu
dengan audit kinerja, tingkat akuntabilitas pemerintah dalam proses pengambilan keputusan oleh
pihak yang bertanggungjawab akan meningkat, sehingga mendorong pengawasan dan
kemudian tindakan koreksi.
Dapat disimpulkan bahwa audit kinerja dan akuntabilitas publik pada Pemerintah Kota
Bandung telah berjalan dengan baik dimana dengan dilaksanakannya audit kinerja pemangku
kepentingan (stakeholders) sektor publik dapat memperoleh informasi yang lebih objektif dan
independen mengenai kinerja manajemennya. Jika informasi yang diberikan berkualitas yaitu
akurat, transparan, tepat waktu, valid, relevan serta dapat diandalkan sehingga informasi
tersebut dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Jika keputusan telah diambil, maka
perlu adanya pengawasan maupun pemeriksaan agar dapat meningkatan akuntabilitas publik.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan mengenai Peranan
Audit Kinerja Dalam Menunjang Akuntabilitas Publik Pada Pemerintah Kota Bandung, maka
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain:
1. Audit kinerja pada Pemerintah Kota Bandung sudah terpenuhi dengan baik. Hal ini
didukung oleh telah dilaksanakannya tahap-tahap audit kinerja sektor publik yaitu survei
pendahuluan, pengujian terinci, dan tindak lanjut hasil audit.
2. Pelaksanaan akuntabilitas publik pada Pemerintah Kota Bandung sudah terpenuhi dengan
baik. Hal ini didukung oleh telah dilaksanakannya dimensi dari akuntabilitas publik itu
sendiri yaitu akutabilitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas
program, akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas finansial.
3. Peranan audit kinerja dalam menunjang akuntabilitas publik pada Pemerintah Kota
Bandung memiliki nilai korelasi yang sedang dan searah, jika audit kinerja baik maka
akuntabilitas publik akan baik juga. Peranan audit kinerja terhadap akuntabilitas publik
sebesar 17% dan sisanya yaitu dipengaruhi oleh faktor lain di luar Audit Kinerja, misalnya
pelayanan publik, kualitas informasi keuangan, manajerial, dan pengawasan fungsional
yang akan menunjang Akuntabilitas Publik. Dimana Ho ada pada daerah penolakan berarti
H1 diterima atau audit kinerja mempunyai peranan yang signifikan dan positif dalam
menunjang akuntabilitas publik.

ise
tA

ku
n

tan

si V

ol

I/N
o

V
5.1

Saran
Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang peranan audit kinerja
dalam menunjang akuntabilitas publik pada Pemerintah Kota Bandung, maka penulis akan
mencoba mengajukan beberapa saran yang dapat digunakan oleh Pemerintah Kota Bandung
sebagai dasar pertimbangan atau masukan bagi instansi yaitu:
1. Bagi Inspektorat, walaupun pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan belum optimal
dikarenakan aspek kelembagaan yang masih merupakan bagian integral dari sistem
pemerintahan yang ada, namun Inspektorat dapat lebih meningkatkan kinerjanya tersebut
melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), memberikan pembekalan
teoritis dan praktek baik berdasarkan landasan ilmu pengetahuan maupun peraturan
perundang-undangan. Bagi entitas pemeriksaan (auditee) sebaiknya pelaksanaan
penindaklanjutan tidak hanya terbatas pada rekomendasi yang diberikan oleh auditor,
karena pelaksanaan tindak lanjut audit sangat penting dimana manfaat pekerjaan audit
bukan terletak pada banyaknya temuan audit yang dilaporkan atau direkomendasikan,
melainkan pada tindak lanjut atas laporan audit dan rekomedasinya. Kemudian Inspektorat

Jur

na
lR

5.2

92

.2/A

pri
l 20
10

perlu memberikan perhatian yang lebih dalam membuat laporan audit, karena laporan
tersebut harus memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan (stakeholder), yaitu
lembaga legislatif, pemerintah, media, publik, maupun akademisi.
2. Bagi Dinas Pendapatan, salah satu jalan yang bisa ditempuh dalam melaksanakan
kepercayaan yang diberikan masyarakat adalah dengan menjadikan akuntabilitas sebagai
kebutuhan dan mengimplementasikan dalam setiap kebijakan.
3. Bagi Pemerintah Kota Bandung agar saluran akuntabilitas publik dapat tersistem dengan
baik, maka harus dibuka kepada masyarakat secara langsung yakni kepada perwakilan
publik, seperti auditor, ombudsman, dan parlemen selain tentunya kepada pemegang
otoritas yang lebih tinggi dalam sebuah rantai komando formal. Melalui variasi saluran
akuntabilitas tersebut setiap masyarakat dapat menanggapi, mengkritisi, dan
menyampaikan aspirasinya untuk dapat diteruskan kepada pejabat publik yang
bersangkutan. Masukan dan keluhan masyarakat ini dapat direkomendasikan kepada
pejabat baru sebagai feedback dalam perbaikan kinerja periode berikutnya.

ku
n

tan

si V

ol

I/N
o

VI
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Badjuri, Elisa Trihapsari. 2009. Audit Kinerja Pada Sektor Publik Pemerintah.
http://hardiyantowb.wordpress.com. Accessed 03/16/2009
_______. 2009. Efektifitas Kebijakan Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
http://hardiyantowb.wordpress.com. Accessed 03/16/2009
Andi Supangat. 2006. Statistika: Untuk Ekonomi dan Bisnis. Pustaka: Bandung
I Gusti Agung Rai. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, dan Studi Kasus.
Salemba Empat: Jakarta
Ihyaul Ulum. MD. 2004. Akuntansi Sektor Publik: Sebuah Pengantar. Universitas Muhammadiyah
Malang: Malang
Indra Bastian. 2007. Audit Sektor Publik. Ed. 2. Salemba Empat: Jakarta
Jonathan Sarwono. 2005. Riset Pemasaran dengan SPSS. Graha Ilmu: Yogyakarta
Kuncoro, M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Erlangga: Jakarta
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Ed. Revisi. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN: Yogyakarta
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Andi: Yogyakarta
Mohamad Mahsun. 2009. Formalitas Laporan Kinerja Pejabat Publik. http://jsa-akuntan.com.
Accessed 02/12/2009

Jur

na
lR

ise
tA

Nur Indriantoro, Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan
Manajemen. BPFE: Yogjakarta
Rosgandika Mulyana. 2005. Metodologi Penelitian. Universitas Komputer Indonesia: Bandung
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung
_______. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung
_______. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung
Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen SDM: Aplikasi contoh dan Perhitungannya. Agung
Media: Jakarta
Dinas Pendapatan Kota Bandung. 2008. Dispenda Dalam Angka: Selayang Pandang
Perkembangan Dinas Pendapatan
http://www.seputar-indonesia.com. Accessed 03/16/2009
Inspektorat Kota Bandung. 2008. Pedoman Operasional Pemeriksaan (POP) Kota Bandung
Inspektorat Kota Bandung. 2008. Buku Profil Inspektorat Kota Bandung
Lembaga Administrasi Negara. 2004. Modul: Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Ed. Kedua. Lembaga Administrasi Negara: Jakarta
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2007
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007
93

pri
l 20
10

Akuntansi Sektor Publik (ASP)

ASP adalah alat untuk menciptakan


good governance. Tiga aspek utama
good governance, yaitu:
1. Pengawasan Sektor Publik
2. Pengendalian Sektor Publik
3. Pemeriksaan Sektor Publik

Tujuan ASP, yaitu:


1. Penyediaan Informasi
2. Pengendalian Manajemen
3. Akuntabilitas Publik

.2/A

Audit Kinerja
(X)

Akuntabilitas Publik
(Y)

I/N
o

Dimensi akuntabilitas publik:


1. Akuntabilitas kejujuran dan hukum
(accountability for probity and legality)
2. Akuntabilitas manajerial
(manajerial accountability)
3. Akuntabilitas program
(programme accountability)
4. Akuntabilitas kebijakan
(policy accountability)
5. Akuntabilitas finansial
(financial accountability)

si V

ol

Tahap-tahap audit kinerja:


1. Tahap perencanaan atau
survei pendahuluan
2. Tahap pelaksanaan atau
pengujian terinci
3. Tahap tindak lanjut

tan

Audit kinerja berperan dalam menunjang akuntabilitas publik


Gambar. Bagan Kerangka Pikir

Variabel

ku
n

Tabel
Operasionalisasi Variabel
Konsep Variabel

ise
tA

Audit Kinerja Pemeriksaan secara objektif


(X)
dan
sistematik
terhadap
berbagai macam bukti untuk
dapat melakukan penilaian
secara independen atas kinerja
entitas atau program/ kegiatan
pemerintah yang diaudit.
Indra Bastian (2007:47)

Jur

na
lR

Akuntabilitas Pemberian informasi dan


Publik
disclosure atas aktivitas
(Y)
dan
kinerja
finansial
pemerintah kepada pihakpihak yang berkepentingan
dengan laporan tersebut.

Mardiasmo (2004:21)

Indikator

Skala

No.
Kuesioner

1. Tahap Perencanaan atau Survei Pendahuluan Ordinal

18

2. Tahap Pelaksanaan atau Pengujian Terinci

Ordinal

9 16

3. Tahap Tindak Lanjut

Ordinal

17 20

Ordinal

1 4

Ordinal

5 8

Ordinal

9 12

Ordinal

13 16

Ordinal

17 20

I Gusti Agung Rai (2008:77)


1.1 Akuntabilitas hukum dan kejujuran
(accountability for probity and legality)
1.2 Akuntabilitas manajerial (manajerial
accountability)
1.3 Akuntabilitas program (programe
accountability)
1.4 Akuntabilitas kebijakan (policy
accountability)
1.5 Akuntabilitas finansial (financial
accountability)
Mahmudi (2007:9)

94

You might also like