Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Riset Akuntansi Vol I No 2 April 2010 Deddy Sherly
Jurnal Riset Akuntansi Vol I No 2 April 2010 Deddy Sherly
l 20
10
ISSN : 2086-0447
.2/A
ol
I/N
o
si V
ku
n
tan
ise
tA
PERANAN
N AUDIT KINERJA DALAM MENUNJANG AKUNTABILITAS PUBLIK
PEMERINTAHAN KOTA BANDUNG (STUDI KASUS PADA BAWASDA
DAN DISPENDA BANDUNG
G
Deddy Supardi
Sherly Wiarty
Jur
na
lR
Oleh:
pri
l 20
10
Deddy Supardi
Universitas Sangga Buana Bandung
.2/A
Sherly Wiarty
Universitas Komputer Indonesia
Abstract
tan
si V
ol
I/N
o
The study arranged in local government of Bandung city and observation research at
Inspectorate and Development of Profit. The performance audit has significant correlation to the
institution while in public sccountability it is related to the Departement of Profit. This research
aimed to find out performance auditt, implementation of public accounting, and the role of
performance audit in support of public accountability at the local government.
Method used is descriptive with quantitative approach. It is intended to describe on
obtained data by instrument such as questionnaire distributed to 30 respondents and calculated
by Rank Spearman formula.
The result shows that the role of performance audit in support of public accountability
have correlation is moderate and direction. Performance audit play role 17% on public
accountability, and the other influence of 83% by other factor is not researched such as public
services, quality of financial information, management, and function control is will support of
public accountability. In the other words the hypothesis by the researcher means that peformance
audit have role in support of public accountability.
Keywords: Performance Audit, Public Accountability, Public Sector
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Organisasi sektor publik seperti pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda
pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan
yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi
dengan adanya pemerintahan yang baik (good governance). Good governance dalam dunia
bisnis dikenal dengan istilah good corporate governance dengan prinsip yang kurang lebih sama.
Dalam setiap penyelenggaraan good governance, harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar,
yaitu transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Ketiga prinsip dasar tersebut merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap penentuan kebijakan publik, implementasinya, dan
pertanggungjawabannya dalam bingkai good governance.
Suatu pemerintahan yang baik harus membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua
pihak yang terkait dalam pemerintahan tersebut dapat berperan serta atau berpartisipasi secara
aktif dimana jalannya pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan
pemerintahan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan. Fenomena yang dapat diamati
dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan
pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik, seperti pemerintah pusat dan
daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga negara.
Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai kewajiban pemerintah atau publik sebagai
pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya kepada masyarakat sebagai pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Tuntutan akuntabilitas
Jur
na
lR
ise
tA
ku
n
I
1.1
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana audit kinerja pada Pemerintah Kota Bandung.
2. Bagaimana pelaksanaan akuntabilitas publik pada Pemerintah Kota Bandung.
Jur
1.2
na
lR
ise
tA
ku
n
tan
si V
ol
I/N
o
.2/A
pri
l 20
10
78
pri
l 20
10
3. Bagaimana peranan audit kinerja dalam menunjang akuntabilitas publik pada Pemerintah
Kota Bandung.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kajian Teoritis
Menurut I Gusti Agung Rai (2008:29) audit sektor publik adalah sebagai berikut:
Kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan
barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan negara
lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang ditemukan dengan
kriteria yang ditetapkan.
Tujuan audit sektor publik dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini menyatakan bahwa
pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya pengelolaan keuangan negara
secara tertib dan taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan
negara, yaitu audit keuangan, audit kinerja,dan audit dengan tujuan tertentu.
Audit kinerja (peformance audit/ value for money audit/ 3E) yaitu pemeriksaan secara
objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti untuk dapat melakukan penilaian secara
independen atas kinerja entitas atau program/ kegiatan pemerintah yang diaudit (Indra Bastian,
2007:255).
I/N
o
.2/A
II
2.1
Jur
na
lR
ise
tA
ku
n
tan
si V
ol
pri
l 20
10
organisasi sejenis yang diperiksa serta penyajian informasi yang lebih jelas dan informatif.
Menurut Indra Bastian dengan audit kinerja, tingkat akuntabilitas pemerintah dalam proses
pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggungjawab akan meningkat, sehingga
mendorong pengawasan dan kemudian tindakan koreksi.
Kerangka Pemikiran
Akuntansi sektor publik merupakan mekanisme teknik dan analisis akuntansi atas
pengelolaan dana masyarakat di Lembaga-lembaga Tinggi Negara, Departemen-departemen
dibawahnya, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Yayasan Sosial maupun pada proyek-proyek kerjasama
sektor publik dan swasta.
Akuntansi sektor publik adalah sebagai alat untuk menciptakan pemerintahan yang baik
(good governance) memiliki peran yang sangat vital dan signifikan. Terdapat tiga aspek utama
yang mendukung terciptanya good governance, yaitu pengawasan, pengendalian, dan
pemeriksaan. Pengawasan mengacu pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak di
luar eksekutif (yaitu masyarakat dan DPR / DPRD) untuk turut mengawasi kinerja pemerintah.
Adapun tujuan dari pengawasan memiliki arti bahwa akuntansi sektor publik harus
memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara
efektif dan efisien. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat,
efisiensi, dan ekonomis atas operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi (berkaitan dengan management control). Pengendalian (control) adalah mekanisme
yang dilakukan oleh eksekutif (pemerintah) untuk menjamin dilaksanakanannya sistem dan
kebijakan manajemen sehingga tujuan organisasi tercapai. Audit sektor publik adalah
pemeriksaan terhadap entitas pemerintahan yang bertujuan untuk membandingkan hasil
pencapaian program, fungsi atau kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Berdasarkan UU
No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), terdapat tiga jenis audit keuangan negara, yaitu audit keuangan, audit kinerja,
dan audit dengan tujuan tertentu.
Dalam organisasi sektor publik, anggaran menjadi indikator utama penilaian kinerja.
Namun sering kali organisasi hanya berfokus pada anggaran dan mengabaikan hasil (output)
dari anggaran tersebut. Kinerja diukur hanya terbatas pada habis atau tidaknya anggaran yang
dibelanjakan, terpenuhi atau tidaknya target anggaran, dan sebagainya. Padahal, yang lebih
penting dari itu adalah apakah anggaran telah dilaksanakan secara ekonomis, efektif, dan
efisien. Disisi lain audit keuangan dilakukan terbatas pada ketaatan fiskal dan kewajaran laporan
keuangan. Sementara itu, masalah keefektifan anggaran tidak menjadi fokus perhatian dimana
outcome, benefit, dan dampak dari anggaran tidak diperiksa sehingga diperlukan audit lain selain
dari audit keuangan tersebut.
Audit kinerja adalah pemeriksaan terhadap entitas pemerintah atas kinerja, program/
kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan target yang telah ditetapkan,
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, membandingkan antara hasil
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada
publik.
Adapun tahap-tahap audit kinerja menurut I Gusti Agung Rai (2008:77) adalah tahap
perencanaan atau survei pendahuluan, tahap pelaksanaan atau pengujian terinci, dan tahap
tndak lanjut. Pada dasarnya audit keuangan dan audit kinerja sama. Audit kinerja merupakan
perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Salah satu hal yang
membedakan audit kinerja dengan audit keuangan adalah dalam hal laporan audit. Dalam audit
kinerja tidak sekedar menyampaikan kesimpulan berdasarkan tahapan audit yang telah
dilaksanakan, akan tetapi juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk perbaikan di masa
mendatang.
Jur
na
lR
ise
tA
ku
n
tan
si V
ol
I/N
o
.2/A
2.2
80
ise
tA
ku
n
tan
si V
ol
I/N
o
.2/A
pri
l 20
10
Audit kinerja berfungsi untuk mengetahui apakah penggunaan sumber daya dalam rangka
mencapai target dan tujuan telah memenuhi prinsip ekonomi, efisien, dan efektivitas, tidak
melanggar ketentuan hukum, peraturan perundang-undangan, dan kebijakan manajemen.
Dengan dilakukannya audit kinerja stakeholders sektor publik dapat memperoleh informasi yang
objektif dan independen mengenai kinerja manajemen sektor publik. Audit kinerja bermanfaat
untuk mengetahui apakah sumber daya organisasi telah diperoleh dan digunakan secara
ekonomis, efisien, dan efektif; tidak terjadi pemborosan, kebocoran, salah alokasi, dan salah
sasaran dalam mencapai tujuan. Pada sisi lain, audit kinerja bermanfaat untuk mengidentifikasi
cara untuk memperbaiki ekonomi, efisien, dan efektivitas di sektor publik serta mendorong
dilakukannya perbaikan sistem pengendalian manajemen sektor publik.
Tujuan dari akuntansi sektor publik adalah penyediaan informasi, pengendalian
manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan alat informasi baik bagi
pemerintah sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Bagi pemerintah informasi
akuntansi digunakan dalam proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik,
pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja. Informasi akuntansi
bermanfaat untuk pengambilan keputusan, terutama untuk membantu manajer dalam melakukan
alokasi sumber daya. Informasi akuntansi dapat digunakan untuk menentukan biaya suatu
program, proyek, atau aktivitas serta kelayakannya baik secara ekonomis maupun teknis.
Dengan informasi akuntansi, pemerintah dapat menentukan biaya pelayanan (cost of services)
yang diberikan kepada publik, menetapkan biaya standar, dan harga yang akan dibebankan
pada publik atas suatu pelayanan (charging for services).
Pada tahap akhir dari proses pengendalian manajemen, akuntansi dibutuhkan dalam
pembuatan laporan keuangan sektor publik berupa laporan surplus/ defisit pada pemerintahan,
laporan rugi/ laba dan aliran kas pada BUMN/ BUMD, laporan pelaksanaan anggaran, laporan
alokasi sumber dana, dan neraca. Laporan keuangan sektor publik merupakan bagian penting
dari proses akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik adalah kewajiban pemerintah untuk
memberikan informasi dan mengungkapkan segala kegiatan dan hasil dari kegiatannya kepada
masyarakat atau publik melalui lembaga perwakilan.
Menurut Mahmudi (2007:9) dimensi akuntabilitas publik yang harus dipenuhi oleh
organisasi sektor publik antara lain akuntabilitas hukum dan kejujuran (accountability for probity
and legality), akuntabilitas manajerial (manajerial accountability), akuntabilitas program
(programe accountability), akuntabilitas kebijakan (policy accountability), dan akuntabilitas
finansial (financial accountability).
Pelaksanaan audit kinerja yang memadai akan menunjang pelaksanaan akuntabilitas,
karena dengan dilakukannya audit kinerja pada lingkungan pemerintah dapat memberi jaminan
kepada masyarakat bahwa dana yang diberikannya telah dikelola secara value for money
(ekonomi, efektif, dan efisien).
2.3
Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara yang digunakan sebelum dilakukannya
penelitian dalam hal pendugaannya menggunakan statistika untuk menganalisisnya.Hipotesis
dari penelitian ini adalah Audit kinerja berperan dalam menunjang akuntabilitas publik.
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu.
Objek yang penulis gunakan dalam penelitian adalah audit kinerja dan akuntabilitas publik pada
Pemerintah Kota Bandung dengan observasi penelitian pada Inspektorat dan Dinas Pendapatan.
na
lR
III
3.1
Jur
pri
l 20
10
lebih luas, yang mencakup proses-proses dimulai dengan menemukan masalah dan menetapkan
judul penelitian, mengidentifikasikan masalah, merumuskan masalah, membuat hipotesis
penelitian, metode penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, pengujian
hipotesis, dan penarikan kesimpulan (Sugiyono 2009).
I/N
o
.2/A
tan
si V
ol
ise
tA
ku
n
3.2.3.2.2 Sampel
Teknik sampling (teknik pengambilan sampel) dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan non probability sampling. non probability sampling merupakan teknik pengambilan
sampel yang tidak memberikan peluang sama untuk dipilih menjadi sampel. Adapun teknik
sampel yang digunakan adalah sampling sistematis. Pengambilan sampel dengan teknik
sampling sistematis dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari
bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima (Sugiyono 2009). Pada penelitian ini
pengambilan sampel berdasarkan nomor urut ganjil saja, karena jumlah sampel yang didapat
sebanyak 30 (tiga puluh) orang dimana syarat minimum pengambilan sampel agar dapat
mewakili dari keseluruhan populasi adalah sebanyak 30 (tiga puluh) orang.
Jur
na
lR
pri
l 20
10
I/N
o
.2/A
Jur
na
lR
ise
tA
ku
n
tan
si V
ol
n 2
rs
1 r s 2
ol
Keterangan:
thitung = Probabilitas
rs
= Koefisien Korelasi Rank Spearman
n
= Jumlah data
I/N
o
thitung
.2/A
pri
l 20
10
tan
si V
ise
tA
ku
n
IV
4.1
Jur
na
lR
(1)
84
pri
l 20
10
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai tahap perencanaan dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 988,
yaitu berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung
kriteria tahap perencanaan yang ada dalam instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah
sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yaitu terdapat dalam standar
pelaksanaan audit kinerja pernyataan pertama yang berbunyi Pekerjaan harus direncanakan
secara memadai. Dasar pemikiran standar pelaksanaan pertama tersebut adalah tingkat
pemahaman terhadap organisasi, kegiatan, dan kebijakan yang dilaksanakan akan menentukan
tingkat kecermatan dan keandalan perencanaan audit yang akan dilakukan. Selain itu, audit
sering kali menghadapi keterbatasan tenaga auditor, jumlah hari, dan anggaran. Oleh karena itu,
perencanaan audit merupakan suatu keharusan karena akan sangat menentukan efisiensi dan
efektivitas audit.
Tahap Pelaksanaan atau Pengujian Terinci
Inspektorat Kota Bandung dalam melaksanakan pemeriksaanya, setelah melaksanakan
tahap persiapan pemeriksaan langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pemeriksaan. Adapun
tahap-tahap pelaksanaan pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan awal (entry briefing)
b. Pelaksanaan pemeriksaan operasional
c. Temuan dan pengembangan temuan
d. Uji petik
e. Saran atau rekomendasi
f. Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan
a. Pembahasan hasil pemeriksaan dengan Pengendali Teknis dan atau Penanggungjawab
(review)
i. Pembahasan hasil pemeriksaan dengan entitas pemeriksaan
j. Penyusunan Naskah Hasil Pemeriksaan (NHP)
k. Exit Briefing
Sebagai kegiatan terakhir dari tugas pemeriksaaan adalah penyusunan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP). Laporan tersebut adalah sarana komunikasi yang resmi dan sangat penting
bagi pemeriksa untuk menyampaikan informasi tentang temuan, kesimpulan, dan rekomendasi
kepada entitas pemeriksaan atau yang perlu mengetahui informasi tersebut.
.
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria tahap pelaksanaan, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:
Skor Maksimal
: 5 x 8 x 30
= 1.200
Skor Minimal
: 1 x 8 x 30
= 240
Range
: 1.200 240 = 960
Jenjang Range : 960 : 5
= 192
ise
tA
ku
n
tan
si V
ol
I/N
o
.2/A
(2)
Jur
na
lR
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai tahap pelaksanaan dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 991, yaitu
berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung kriteria
tahap pelaksanaan yang ada dalam instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah sesuai
dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yaitu terdapat dalam standar
pelaksanaan audit kinerja pernyataan ketiga yang berbunyi Bukti yang cukup, kompeten, dan
relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi
pemeriksa dan pernyataan keempat yang berbunyi Pemeriksa harus mempersiapkan dan
memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen
pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan
harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi
tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut, dapat memastikan bahwa dokumen
pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi
pemeriksa.
85
5 x 4 x 30
1 x 4 x 30
600 120
480 : 5
= 600
= 120
= 480
= 96
.2/A
Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range
pri
l 20
10
(3)
:
:
:
:
5 x 20 x 30
1 x 20 x 30
3.000 600
2.400 : 5
= 3.000
= 600
= 2.400
= 480
tan
Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range
si V
ol
I/N
o
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai tahap tindak lanjut dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 472, yaitu
berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung kriteria
tahap tindak lanjut yang ada dalam instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah sesuai
dengan Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara yang diatur dalam Pasal 20 dan Pasal 21. Kedua pasal tersebut
mengatur hukuman dan denda bagi pihak-pihak yang tidak menindaklanjuti rekomendasi auditor.
Penentuan kriteria akumulasi total skor jawaban maksimal adalah 5x20x30=3.000 (apabila
responden menjawab dengan memilih kategori skor jawaban yang paling tinggi), dan skor
jawaban minimal 1x20x30=600 (apabila responden menjawab dengan memilih kategori skor
jawaban yang paling rendah). Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima)
untuk menentukan kriteria audit kinerja, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai
berikut:
ise
tA
ku
n
Kesimpulan mengenai audit kinerja dilihat berdasarkan skor masing-masing indikator audit
kinerja dengan total skor sebesar 2.451 berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya,
pelaksanaan audit kinerja pada Pemerintah Kota Bandung sudah terpenuhi dengan baik, yaitu
telah sesuai dengan tahap-tahap audit kinerja sektor publik yaitu survei pendahuluan, pengujian
terinci, dan tindak lanjut hasil audit. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh I Gusti Agung Rai
bahwa audit kinerja sektor publik secara garis besar harus sesuai dengan tahapan-tahapan
tersebut.
Analisis Akuntabilitas Publik Pada Pemerintah Kota Bandung
Praktek akuntabilitas publik di Indonesia masih berfokus hanya dari sisi pengelolaan
keuangan negara, sedangkan dalam kenyataannya keingintahuan masyarakat tentang
akuntabilitas publik tidak dapat terpenuhi hanya dengan informasi keuangan saja. Akuntabilitas
publik dapat dipenuhi oleh pemerintah khususnya oleh Pemerintah Kota Bandung melalui lima
dimensi yaitu akuntailitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program,
akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas finansial.
Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran (Accountability for Probity and Legality)
Pelaksanaan akuntabilitas hukum dan kejujuran sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Bandung yaitu pada Dinas Pendapatan. Hal tersebut tercermin pada pengelolaan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
Jur
(1)
na
lR
4.2
86
:
:
:
:
5 x 4 x 30
1 x 4 x 30
600 120
480 : 5
= 600
= 120
= 480
= 96
.2/A
Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range
pri
l 20
10
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Dinas Pendapatan selalu berusaha agar tercipta
instansi yang sehat dimana tidak terjadi malpraktik dan maladministrasi.
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria akuntabilitas hukum dan kejujuran, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung
sebagai berikut:
ol
I/N
o
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai akuntabilitas hukum dan kejujuran dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor
sebesar 479, yaitu berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota
Bandung pelaksanaan akuntabilitas hukum dan kejujuran oleh instansi sudah dilakukan dengan
baik, karena telah sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Akuntabilitas Manajerial (Manajerial Accountability)
Berkaitan dengan akuntabilitas manajerial yang dapat diartikan sebagai akuntabilitas
kinerja yang mengharuskan lembaga publik dalam hal ini Dinas Pendapatan melakukan
pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien. Salah satu tugas yang telah dilaksanakan oleh
Dinas Pendapatan dalam hal pelaporan kinerja yaitu dengan disusunnya Laporan Akuntabilitas
Kinerja Pemerintah (LAKIP), adapun fungsi dari LAKIP tersebut adalah sarana bagi Dinas
Pendapatan untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh stakehorders
dan sarana evaluasi atas pencapaian kinerja Dinas Pendapatan.
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria akuntabilitas manajerial, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:
:
:
:
:
5 x 4 x 30
1 x 4 x 30
600 120
480 : 5
ise
tA
Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range
ku
n
tan
si V
(2)
= 600
= 120
= 480
= 96
Jur
(3)
na
lR
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai akuntabilitas manajerial dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 495,
yaitu berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung
pelaksanaan akuntabilitas manajerial oleh instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
87
pelayanan,
pri
l 20
10
2.
3.
4.
5.
ol
1.
si V
(4)
I/N
o
.2/A
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai akuntabilitas program dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 475,
yaitu berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung
pelaksanaan akuntabilitas program oleh instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah
sesuai dengan program-program yang telah ditetapkan.
:
:
:
:
5 x 4 x 30
1 x 4 x 30
600 120
480 : 5
= 600
= 120
= 480
= 96
ku
n
Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range
tan
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria akuntabilitas kebijakan, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:
Jur
(5)
na
lR
ise
tA
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai akuntabilitas kebijakan dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 497,
yaitu berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung
pelaksanaan akuntabilitas kebijakan oleh instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah
sesuai dengan visi dan misi serta tujuan organisasi.
88
I/N
o
.2/A
pri
l 20
10
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelola Kekayaan daerah yang dipisahkan
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
II. Dana Perimbangan, terdiri dari:
1. Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
III. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, terdiri dari:
1. Hibah
2. Dana Darurat
3. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya:
- Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air (PKB)
- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air (BBNKB)
- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
- Pajak Pengmbilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
4. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria akuntabilitas finansial, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:
5 x 4 x 30
1 x 4 x 30
600 120
480 : 5
= 600
= 120
= 480
= 96
ol
:
:
:
:
si V
Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range
ise
tA
ku
n
tan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang diberikan kepada responden
mengenai akuntabilitas finansial dari seluruh pernyataan mendapatkan total skor sebesar 470,
yaitu berada pada interval dengan klasifikasi baik. Artinya, pada Pemerintah Kota Bandung
pelaksanaan akuntabilitas finansial oleh instansi sudah dilakukan dengan baik, karena telah
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dimana lembaga pemerintah diwajibkan
untuk membuat laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan anggaran dan realisasi
anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Penentuan kriteria akumulasi total skor jawaban maksimal adalah 5x20x30=3.000 (apabila
responden menjawab dengan memilih kategori skor jawaban yang paling tinggi), dan skor
jawaban minimal 1x20x30=600 (apabila responden menjawab dengan memilih kategori skor
jawaban yang paling rendah).
Rentang dari nilai maksimum dan minimum tersebut dibagi 5 (lima) untuk menentukan
kriteria akuntabilitas publik, maka rentang skor antar tingkat dapat dihitung sebagai berikut:
:
:
:
:
20 x 5 x 30
20 x 1 x 30
3.000 600
2.400 : 5
na
lR
Skor Maksimal
Skor Minimal
Range
Jenjang Range
= 3.000
= 600
= 2.400
= 480
Jur
pri
l 20
10
Mahmudi bahwa akuntabilitas publik secara garis besar harus dilaksanakan sesuai dengan
dimensi tersebut.
Peranan Audit Kinerja Dalam Menunjang Akuntabilitas Publik Pada Pemerintah Kota
Bandung
Setelah mengadakan analisis terhadap audit kinerja sebagai variabel bebas dan
akuntabilitas publik sebagai variabel terikat, maka dilakukan analisis untuk mengukur sejauh
mana peranan audit kinerja dalam menunjang akuntabilitas publik pada Pemerintah Kota
Bandung. Di bawah ini diuraikan beberapa langkah pengujiannya.
(1) Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Dalam menguji adanya hubungan antara Audit Kinerja (Variabel X) dengan Akuntabilitas
Publik (Variabel Y) dihitung berdasarkan korelasi rank spearman.
Langkah selanjutnya adalah dengan menghitung ranking variabel X dan Y, dengan melihat
skor perhitungan kuesioner, perhitungan ranking tersebut menggunakan penolong perhitungan
korelasi rank spearman..
Perhitungan nilai statistika pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi rank
spearman dengan rumus sebagai berikut:
I/N
o
.2/A
4.3
n 1
.R Y n
R X
2
rs =
si V
ol
2
2
n 2
2
n 1
n 1
R
1
1 2
t
1
2
30 1
8136 30
2
2
2
30 1
30 1
9443 30
9436 , 5 30
2
2
ise
tA
rs =
ku
n
tan
Keterangan:
rs
= Koefisien Korelasi Rank Spearman
n
= Banyaknya Ukuran Sampel
X
= Variabel X
Y
= Variabel Y
R (Xi) = Rank pada X untuk data ke-1
R (Yi) = Rank pada Y untuk data ke-1
8136 30
240,25
9443 30
240,25
9436,5 30
240,25
rs =
8136 7207,5
9443 7207,5
9436,5 7207,5
na
lR
rs =
rs =
928,5
2235,5
2229
928 ,5
4982929 ,5
928,5
rs =
= 0,415948475 0,416 (dibulatkan)
2232,247634
Jur
rs =
90
pri
l 20
10
Di atas telah dilakukan perhitungan secara manual sementara berikut ini hasil rs yang
diperoleh dengan menggunakan SPSS 14.0 for Windows.
Analisis: Nilai korelasi untuk audit kinerja dengan akuntabilitas publik adalah 0,416 maka
hubungan ini menurut aturan kriteria Guilford termasuk hubungan yang sedang dan searah.
Artinya jika audit kinerja baik maka akuntabilitas publik akan baik juga.
(2)
Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar persentase peranan Audit Kinerja (Variabel X) dalam
menunjang Akuntabilitas Publik (Variabel Y), maka penulis menggunakan analisis koefisien
determinasi (Kd), dengan rumus sebagai berikut:
2
.2/A
Kd = r s x 100%
ol
Kd = r s x 100%
2
Kd = (0,416) x 100%
Kd = 0,173056 x 100%
Kd = 17,3056%
I/N
o
Keterangan:
Kd = Koefisien Determinasi
rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman
Kd = 0 berarti pengaruh Variabel X terhadap Y lemah
Kd = 100% / 1 berarti pengaruh Variabel X terhadap Y kuat
tan
thitung = 2 , 2013
0 ,9094
ise
tA
thitung = 0, 416 30 2
2
1
0,416
ku
n
(3)
si V
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dikatakan bahwa Audit Kinerja (Variabel X)
dapat menunjang Akuntabilitas Publik (Variabel Y) sebesar 17,30% dan sisanya yaitu 100%
17,30% = 82,70% dipengaruhi oleh faktor lain di luar Audit Kinerja, misalnya pelayanan publik,
kualitas informasi keuangan, manajerial, dan pengawasan fungsional yang akan menunjang
Akuntabilitas Publik.
thitung = 2,421
Dimana: Jika t hitung > dari ttabel, maka Ho ditolak, H1 diterima
Jika t hitung < dari ttabel, maka Ho diterima, H 1 ditolak
Jur
na
lR
Dengan taraf signifikan 0,05 (5%) dan dk= 30 2= 28 maka, ttabel=2,048. Jadi thitung
2,421 > ttabel 2,048, maka Ho ada pada daerah penolakan berarti H1 diterima atau audit kinerja
mempunyai peranan yang signifikan dan positif dalam menunjang akuntabilitas publik.
Dari hasil semua perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa audit kinerja
mempunyai korelasi yang sedang dan positif terhadap akuntabilitas publik, ditunjukkan oleh
angka hasil korelasi yang sedang dan searah yaitu sebesar 0,416. Ini berarti bahwa apabila
instansi melaksanakan audit kinerja dengan baik, maka pelaksanaan akuntabilitas publik akan
baik.
Audit kinerja juga mempunyai peranan yang signifikan terhadap akuntabilitas publik,
ditunjukkan oleh besarnya thitung lebih besar daripada ttabel yaitu thitung 2,421 > ttabel 2,048. Hal ini
91
.2/A
pri
l 20
10
membuktikan hipotesis penelitian bahwa audit kinerja berperan dalam menunjang akuntabiliitas
publik.
Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan di atas baik perhitungan manual maupun
menggunakan SPSS 14.0 For Windows, hasilnya adalah signifikan antara audit kinerja terhadap
akuntabilitas publik. Hal tersebut membuktikan teori menurut Indra Bastian (2007:48) yaitu
dengan audit kinerja, tingkat akuntabilitas pemerintah dalam proses pengambilan keputusan oleh
pihak yang bertanggungjawab akan meningkat, sehingga mendorong pengawasan dan
kemudian tindakan koreksi.
Dapat disimpulkan bahwa audit kinerja dan akuntabilitas publik pada Pemerintah Kota
Bandung telah berjalan dengan baik dimana dengan dilaksanakannya audit kinerja pemangku
kepentingan (stakeholders) sektor publik dapat memperoleh informasi yang lebih objektif dan
independen mengenai kinerja manajemennya. Jika informasi yang diberikan berkualitas yaitu
akurat, transparan, tepat waktu, valid, relevan serta dapat diandalkan sehingga informasi
tersebut dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Jika keputusan telah diambil, maka
perlu adanya pengawasan maupun pemeriksaan agar dapat meningkatan akuntabilitas publik.
ise
tA
ku
n
tan
si V
ol
I/N
o
V
5.1
Saran
Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang peranan audit kinerja
dalam menunjang akuntabilitas publik pada Pemerintah Kota Bandung, maka penulis akan
mencoba mengajukan beberapa saran yang dapat digunakan oleh Pemerintah Kota Bandung
sebagai dasar pertimbangan atau masukan bagi instansi yaitu:
1. Bagi Inspektorat, walaupun pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan belum optimal
dikarenakan aspek kelembagaan yang masih merupakan bagian integral dari sistem
pemerintahan yang ada, namun Inspektorat dapat lebih meningkatkan kinerjanya tersebut
melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), memberikan pembekalan
teoritis dan praktek baik berdasarkan landasan ilmu pengetahuan maupun peraturan
perundang-undangan. Bagi entitas pemeriksaan (auditee) sebaiknya pelaksanaan
penindaklanjutan tidak hanya terbatas pada rekomendasi yang diberikan oleh auditor,
karena pelaksanaan tindak lanjut audit sangat penting dimana manfaat pekerjaan audit
bukan terletak pada banyaknya temuan audit yang dilaporkan atau direkomendasikan,
melainkan pada tindak lanjut atas laporan audit dan rekomedasinya. Kemudian Inspektorat
Jur
na
lR
5.2
92
.2/A
pri
l 20
10
perlu memberikan perhatian yang lebih dalam membuat laporan audit, karena laporan
tersebut harus memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan (stakeholder), yaitu
lembaga legislatif, pemerintah, media, publik, maupun akademisi.
2. Bagi Dinas Pendapatan, salah satu jalan yang bisa ditempuh dalam melaksanakan
kepercayaan yang diberikan masyarakat adalah dengan menjadikan akuntabilitas sebagai
kebutuhan dan mengimplementasikan dalam setiap kebijakan.
3. Bagi Pemerintah Kota Bandung agar saluran akuntabilitas publik dapat tersistem dengan
baik, maka harus dibuka kepada masyarakat secara langsung yakni kepada perwakilan
publik, seperti auditor, ombudsman, dan parlemen selain tentunya kepada pemegang
otoritas yang lebih tinggi dalam sebuah rantai komando formal. Melalui variasi saluran
akuntabilitas tersebut setiap masyarakat dapat menanggapi, mengkritisi, dan
menyampaikan aspirasinya untuk dapat diteruskan kepada pejabat publik yang
bersangkutan. Masukan dan keluhan masyarakat ini dapat direkomendasikan kepada
pejabat baru sebagai feedback dalam perbaikan kinerja periode berikutnya.
ku
n
tan
si V
ol
I/N
o
VI
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Badjuri, Elisa Trihapsari. 2009. Audit Kinerja Pada Sektor Publik Pemerintah.
http://hardiyantowb.wordpress.com. Accessed 03/16/2009
_______. 2009. Efektifitas Kebijakan Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
http://hardiyantowb.wordpress.com. Accessed 03/16/2009
Andi Supangat. 2006. Statistika: Untuk Ekonomi dan Bisnis. Pustaka: Bandung
I Gusti Agung Rai. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, dan Studi Kasus.
Salemba Empat: Jakarta
Ihyaul Ulum. MD. 2004. Akuntansi Sektor Publik: Sebuah Pengantar. Universitas Muhammadiyah
Malang: Malang
Indra Bastian. 2007. Audit Sektor Publik. Ed. 2. Salemba Empat: Jakarta
Jonathan Sarwono. 2005. Riset Pemasaran dengan SPSS. Graha Ilmu: Yogyakarta
Kuncoro, M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Erlangga: Jakarta
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Ed. Revisi. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN: Yogyakarta
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Andi: Yogyakarta
Mohamad Mahsun. 2009. Formalitas Laporan Kinerja Pejabat Publik. http://jsa-akuntan.com.
Accessed 02/12/2009
Jur
na
lR
ise
tA
Nur Indriantoro, Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan
Manajemen. BPFE: Yogjakarta
Rosgandika Mulyana. 2005. Metodologi Penelitian. Universitas Komputer Indonesia: Bandung
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung
_______. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung
_______. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung
Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen SDM: Aplikasi contoh dan Perhitungannya. Agung
Media: Jakarta
Dinas Pendapatan Kota Bandung. 2008. Dispenda Dalam Angka: Selayang Pandang
Perkembangan Dinas Pendapatan
http://www.seputar-indonesia.com. Accessed 03/16/2009
Inspektorat Kota Bandung. 2008. Pedoman Operasional Pemeriksaan (POP) Kota Bandung
Inspektorat Kota Bandung. 2008. Buku Profil Inspektorat Kota Bandung
Lembaga Administrasi Negara. 2004. Modul: Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Ed. Kedua. Lembaga Administrasi Negara: Jakarta
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2007
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007
93
pri
l 20
10
.2/A
Audit Kinerja
(X)
Akuntabilitas Publik
(Y)
I/N
o
si V
ol
tan
Variabel
ku
n
Tabel
Operasionalisasi Variabel
Konsep Variabel
ise
tA
Jur
na
lR
Mardiasmo (2004:21)
Indikator
Skala
No.
Kuesioner
18
Ordinal
9 16
Ordinal
17 20
Ordinal
1 4
Ordinal
5 8
Ordinal
9 12
Ordinal
13 16
Ordinal
17 20
94