Professional Documents
Culture Documents
id
.g
o
m
ha
um
pk
de
Menimbang :
Mengingat
a.
b.
1.
2.
Undang-Undang
Nomor
1
Tahun
2004
tentang
Perbendaharaan
Negara
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
-2BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Luar
Negeri
adalah
9. Perjanjian . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
9.
-3-
16. Rencana . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
-4-
kementerian
kementerian
24. Kreditor
Multilateral
adalah
lembaga
keuangan
internasional yang beranggotakan beberapa negara, yang
memberikan pinjaman kepada Pemerintah.
25. Kreditor Bilateral adalah pemerintah negara asing atau
lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah negara asing
atau lembaga yang bertindak untuk pemerintah negara
asing yang memberikan pinjaman kepada Pemerintah.
26. Kreditor . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
-5-
Pasal 2
Pinjaman Luar Negeri dan penerimaan Hibah harus
memenuhi prinsip:
a. transparan;
b. akuntabel;
c. efisien dan efektif;
d. kehati-hatian;
e. tidak disertai ikatan politik; dan
f. tidak memiliki muatan yang dapat mengganggu
stabilitas keamanan Negara.
Pasal 3 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
-6Pasal 3
(1)
(2)
(3)
Kreditor Multilateral;
Kreditor Bilateral;
Kreditor Swasta Asing; dan
Lembaga Penjamin Kredit Ekspor.
Bagian Kedua . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
Bagian Kedua
Penggunaan Pinjaman Luar Negeri
Pasal 7
pk
de
-7-
(2)
(3)
Pasal 9 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
Pasal 9
(1)
(2)
pk
de
-8-
a.
b.
c.
d.
e.
(3)
(4)
Paragraf 2
Perencanaan Pinjaman Kegiatan
Pasal 10
Menteri Perencanaan menyusun rencana pemanfaatan
Pinjaman Luar Negeri untuk Pinjaman Kegiatan jangka
menengah dan tahunan untuk pembiayaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, huruf d, huruf e, dan
huruf f yang dituangkan dalam dokumen:
a.
b.
c.
d.
Pasal 11 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
-9Pasal 11
(1)
Rencana
Pemanfaatan
Pinjaman
Luar
Negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf (a)
disusun dengan berpedoman pada RPJM dan
memperhatikan rencana batas maksimal pinjaman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
(2)
(3)
(4)
de
pk
- 10 -
Pasal 14
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 15 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
- 11 Pasal 15
(1)
(2)
Pasal 17
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, atau BUMN
mencantumkan kegiatan prioritas yang telah tercantum
dalam DRPPLN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(4) dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga, Rencana Kerja Pemerintah Daerah,
atau Rencana Kerja BUMN.
Bagian Keempat
Perencanaan Penerusan Pinjaman Luar Negeri
Paragraf 1
Umum
Pasal 18
Pinjaman Luar Negeri yang diteruspinjamkan dan/atau
dihibahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
huruf d, huruf e, dan huruf f dilaksanakan oleh Menteri.
Paragraf 2 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
- 12 Paragraf 2
Pengusulan, Penilaian,
dan Penetapan Pembiayaan
Pasal 19
(1)
(2)
(3)
Pasal 21
(1)
(2)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
b.
c.
d.
e.
Pasal 22
(1)
Berdasarkan
penilaian
kelayakan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21, Menteri menetapkan
Pinjaman Luar Negeri yang akan:
a.
b.
(2)
Bagian Kelima
Pinjaman Tunai dan Pinjaman Kegiatan
Paragraf 1
Pinjaman Tunai
Pasal 24
(1)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
(2)
(3)
de
pk
- 14 -
Paragraf 2
Pinjaman Kegiatan
Pasal 25
Menteri mengajukan usulan Pinjaman Kegiatan kepada
calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang bersumber dari
Kreditor Multilateral dan/atau Kreditor Bilateral dengan
memperhatikan rencana batas maksimal Pinjaman Luar
Negeri sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1) dan Daftar
Kegiatan sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (1) untuk
mendapat komitmen pembiayaan.
Pasal 26
(1)
(2)
Pasal 27 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
- 15 Pasal 27
pembiayaan
setelah
Pasal 28
Dalam hal Menteri menetapkan sumber pembiayaan berasal
dari Lembaga Penjamin Kredit Ekspor, pengadaan
pembiayaan dilaksanakan satu paket dengan pengadaan
barang/jasa dengan ketentuan:
a. Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah dan BUMN,
melakukan pengadaan barang/jasa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan setelah
menerima penetapan sumber pembiayaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2);
b. Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah dan BUMN,
menetapkan
pemenang
pengadaan
barang/jasa
sebagaimana
dimaksud
pada
huruf
a
setelah
mendapatkan pertimbangan Menteri yang terkait dengan
persyaratan pembiayaan.
c. Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah dan BUMN,
menyampaikan calon Pemberi Pinjaman Luar Negeri
sesuai dengan hasil proses pengadaan barang/jasa
kepada Menteri untuk perundingan Pinjaman Luar
Negeri.
Pasal 29
Dalam hal pelaksanaan pemilihan sumber pembiayaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28 telah
dilakukan tetapi tidak mendapatkan pendanaan dari
Kreditor Swasta Asing atau Lembaga Penjamin Kredit
Ekspor, Menteri dapat mencari sumber pembiayaan
alternatif.
Pasal 30 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
Pasal 30
pk
de
- 16 -
Bagian Keenam
Perundingan dan Perjanjian
Paragraf 1
Pelaksanaan Perundingan Pinjaman Luar Negeri
Pasal 31
(1)
(2)
(3)
Kreditor
Multilateral
sebelum
pengadaan
barang/jasa dilaksanakan;
b. Kreditor Bilateral sebelum pengadaan barang/jasa
dilaksanakan atau setelah kontrak pengadaan
barang/jasa;
c. Kreditor Swasta Asing secara bersamaan atau
setelah kontrak pengadaan barang/jasa; atau
d. Lembaga Penjamin Kredit Ekspor setelah kontrak
pengadaan barang/jasa.
Pelaksanaan perundingan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) melibatkan unsur Kementerian Keuangan,
Kementerian
Perencanaan,
Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah, BUMN, dan/atau instansi terkait
lainnya.
(4)
(5)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
- 17 Paragraf 2
(2)
(3)
(4)
a. jumlah;
b. peruntukan;
c. hak dan kewajiban; dan
d. ketentuan dan persyaratan.
Dalam hal sumber pembiayaan berasal dari Kreditor
Swasta Asing atau Lembaga Penjamin Kredit Ekspor,
Perjanjian Pinjaman Luar Negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditandatangani, apabila kontrak
pengadaan barang/jasa telah ditandatangani oleh
Kementerian/Lembaga,
Pemerintah
Daerah,
atau
BUMN.
Salinan Perjanjian Pinjaman Luar Negeri disampaikan
oleh Kementerian Keuangan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan dan instansi terkait lainnya.
Pasal 33
(1)
(2)
(3)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
a.
b.
pk
de
- 18 -
Pasal 34
(1)
(2)
(3)
jumlah;
peruntukan;
hak dan kewajiban; dan
ketentuan dan persyaratan yang mengacu pada
Perjanjian Pinjaman Luar Negeri.
(4)
Perjanjian
Penerusan
Pinjaman
Luar
Negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani
oleh Menteri atau pejabat yang diberi kuasa dan
Gubernur, Bupati/Walikota atau Direksi BUMN.
(5)
Pasal 35
(1)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
- 19 -
(2)
(3)
Pasal 36
(1)
(2)
Pasal 37
Menteri melakukan koordinasi dengan Menteri/Pimpinan
Lembaga, Gubernur, Bupati/Walikota, atau direksi BUMN
untuk memastikan pemenuhan seluruh ketentuan dan
persyaratan Perjanjian Pinjaman Luar Negeri dan/atau
Perjanjian Penerusan Pinjaman Luar Negeri.
Paragraf 3 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Paragraf 3
de
pk
um
- 20 -
(2)
Menteri menganggap
perubahan;
perlu
untuk
dilakukan
b.
c.
Bagian Ketujuh
Penganggaran, Penarikan Pinjaman,
dan Pembayaran Kewajiban
Paragraf 1
Penganggaran
Pasal 39
(1)
(2)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
- 21 -
Paragraf 2
Penarikan Pinjaman
Pasal 40
(1)
(2)
b.
pembayaran langsung;
c.
rekening khusus;
d.
e.
pembiayaan pendahuluan.
Paragraf 3
Pembayaran Kewajiban
Pasal 41
(1)
(2)
Menteri
mengalokasikan dana dalam APBN untuk
membayar cicilan pokok, bunga, dan kewajiban lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap tahun
sampai dengan berakhirnya kewajiban tersebut.
(3) Dalam . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
(3)
(4)
de
pk
um
- 22 -
BAB III
HIBAH
Bagian Kesatu
Bentuk, Jenis, dan Sumber Hibah
Paragraf 1
Bentuk dan Jenis Hibah
Pasal 42
(1)
(2)
uang tunai;
uang untuk membiayai kegiatan;
barang/jasa; dan/atau
surat berharga.
Hibah
sebagaimana
dimaksud
pada
dilaksanakan sebagai bagian dari APBN.
ayat
(1)
Pasal 43
Hibah yang diterima Pemerintah dalam bentuk uang tunai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf a
disetorkan langsung ke Rekening Kas Umum Negara atau
rekening yang ditentukan oleh Menteri sebagai bagian dari
Penerimaan APBN.
Pasal 44 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
- 23 Pasal 44
Pasal 46
Hibah yang diterima Pemerintah dalam bentuk surat
berharga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1)
huruf d dinilai dengan mata uang rupiah berdasarkan nilai
nominal yang disepakati pada saat serah terima oleh Pemberi
Hibah dan Pemerintah untuk dicatat di dalam Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat.
Pasal 47
(1)
(2)
(1)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
(2)
(3)
yang
Paragraf 2
pk
de
- 24 -
Sumber Hibah
Pasal 49
Hibah bersumber dari:
a. dalam negeri; dan
b. luar negeri
Pasal 50
(1)
(2)
Bagian . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
- 25 Bagian Kedua
Penggunaan Hibah
Pasal 51
(2)
(1)
(2)
(3)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
- 26 Pasal 54
(1)
(2)
(3)
(4)
(2)
(3)
Menteri/Pimpinan
Lembaga
mengkonsultasikan
rencana penerimaan Hibah Langsung pada tahun
berjalan
kepada
Menteri
Keuangan,
Menteri
Perencanaan, dan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait
lainnya sebelum dilakukan penandatanganan Perjanjian
Hibah.
(4) Dalam . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
de
pk
um
(4)
- 27 -
Bagian Keempat
Penerusan Hibah
Pasal 57
(1)
diterushibahkan
atau
Pemerintah Daerah; atau
b.
dipinjamkan
kepada
(3)
(4)
(5)
jumlah;
peruntukan; dan
ketentuan dan persyaratan.
Kementerian
Keuangan
menyampaikan
salinan
Perjanjian Penerusan Hibah dan salinan Perjanjian
Pinjaman Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan instansi terkait
lainnya.
Pasal 58 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
Pasal 58
(1)
(2)
pk
de
- 28 -
kepada BUMD
Bagian Kelima
Perundingan Hibah
Pasal 59
(1)
(2)
Perundingan
Hibah
langsung
dilakukan
oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat yang diberi kuasa.
Bagian Keenam
Perjanjian Hibah
Paragraf 1
Hibah yang Direncanakan
Pasal 61
(1)
(2)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Menteri
menyampaikan salinan Perjanjian Hibah
kepada Ketua Badan Pemeriksa Keuangan dan
pimpinan instansi terkait lainnya.
Pasal 62
(1)
de
pk
um
(3)
- 29 -
(2)
Menteri menganggap
perubahan;
perlu
untuk
dilakukan
b.
c.
Paragraf 2
Hibah Langsung
Pasal 63
(1)
(2)
jumlah;
b.
peruntukan; dan
c.
Pasal 64 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
- 30 Pasal 64
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
www.djpp.depkumham.go.id
de
.id
.g
o
m
ha
pk
um
(4)
- 31 -
Pasal 69
Dana Hibah untuk kegiatan yang belum selesai dilaksanakan,
ditampung dalam dokumen pelaksanaan anggaran tahun
berikutnya.
Pasal 70
(1)
(2)
(1)
www.djpp.depkumham.go.id
de
.id
.g
o
m
ha
pk
um
(2)
- 32 -
(1)
(2)
(3)
(4)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
tata
cara
pertanggungjawaban pelaksanaan Hibah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 73
(1)
(2)
BAB IV
PENATAUSAHAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN HIBAH
Pasal 74
(1)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Penatausahaan Pinjaman
mencakup kegiatan:
Luar
Negeri
dan
Hibah
(4)
de
pk
um
(2)
- 33 -
BAB V
PENGADAAN BARANG DAN JASA
Pasal 75
(1)
(2)
(3)
(4)
www.djpp.depkumham.go.id
de
.id
.g
o
m
ha
pk
um
(5)
- 34 -
BAB VI
PEMANTAUAN, EVALUASI, PELAPORAN, DAN PENGAWASAN
PINJAMAN LUAR NEGERI DAN HIBAH
Pasal 76
Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, Bupati/Walikota atau
direksi BUMN, selaku pelaksana kegiatan yang dibiayai dari
Pinjaman Luar Negeri dan/atau Hibah, masing-masing harus
menyampaikan laporan triwulanan kepada Menteri dan Menteri
Perencanaan paling sedikit mengenai:
a.
b.
c.
realisasi penyerapan;
d.
e.
Pasal 77
(1)
(2)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
(4)
de
pk
um
(3)
- 35 -
(2)
(3)
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
- 36 -
Pasal 81
Pengawasan terhadap pelaksanaan dan penggunaan Pinjaman
Luar Negeri atau Hibah dilakukan oleh Instansi pengawas
internal dan eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VII
PUBLIKASI
Pasal 82
(1)
(2)
Negeri
Publikasi
informasi
mengenai
Hibah
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:
a.
b.
c.
d.
jenis Hibah.
BAB VIII . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
BAB VIII
PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 83
de
pk
- 37 -
Pasal 84
(1)
(2)
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 85
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
1. Pelaksanaan pengadaan Pinjaman Luar Negeri
penerusan Pinjaman Luar Negeri, yang berasal dari:
serta
a.
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
- 38 -
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 86
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah
Serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
(Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4597) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku;
2. Semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah Serta Penerusan
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (Lembaran Negara
Tahun 2006 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4597),
dinyatakan
tetap
berlaku
sepanjang
tidak
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dan belum
diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini.
Pasal 87
Peraturan Pemerintah
diundangkan.
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
Agar . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Pemerintah
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Februari 2011
pk
um
- 39 -
de
PATRIALIS AKBAR
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
PENJELASAN
ATAS
I. UMUM
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
menetapkan bahwa untuk membiayai dan mendukung kegiatan prioritas
dalam rangka mencapai sasaran pembangunan, Pemerintah dapat
mengadakan pinjaman dan/atau menerima Hibah baik yang berasal dari
dalam negeri maupun dari luar negeri serta penerusan pinjaman atau
hibah luar negeri kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD.
Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 38 ayat (4) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pinjaman Luar
Negeri dan Hibah Pemerintah memerlukan dasar hukum yang ditetapkan
dengan suatu peraturan pemerintah untuk menjamin terlaksananya tertib
administrasi dan pengelolaan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah. Dasar
hukum Pinjaman Luar Negeri dan hibah luar negeri telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah Luar Negeri serta Penerusan
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.
Namun dalam perkembangannya, ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
tersebut dipandang tidak lagi memenuhi perkembangan pengelolaan
Pinjaman Luar Negeri dan Hibah, perkembangan pasar keuangan, serta
tuntutan terhadap prinsip pengelolaan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah
yang baik (good governance). Hal ini menghendaki penyempurnaan
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006.
Dalam Peraturan Pemerintah ini telah diakomodasi berbagai ketentuan
mengenai pengelolaan pinjaman luar negeri yang berupa pemisahan
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing institusi yang terkait,
penyempurnaan konsep mengenai batas maksimum pinjaman luar negeri
yang dimaksudkan sebagai alat pengendali dalam rangka pengelolaan
portofolio utang secara optimal dan pemenuhan kebutuhan riil pembiayaan,
konsep . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
-2-
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
pk
de
-3-
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan tidak disertai ikatan politik adalah
pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan penerimaan Hibah tidak
mempengaruhi kebijakan politik negara.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Pasal 5
Huruf a
um
pk
de
-4-
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan kegiatan adalah bagian dari program
yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada satuan
kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada
suatu program dan terdiri atas sekumpulan tindakan
pengerahan sumber daya, berupa sumber daya manusia,
barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau
kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya
tersebut sebagai masukan untuk menghasilkan keluaran dalam
bentuk barang/jasa.
Kegiatan prioritas termasuk pula penyertaan modal negara.
Huruf c . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
Huruf c
pk
de
-5-
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Pinjaman Luar Negeri yang akan dihibahkan kepada
Pemerintah Daerah merupakan kebijakan dan kewenangan
diskresi Pemerintah dalam rangka mencapai sasaran-sasaran
RPJM.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Nilai Bersih Pinjaman adalah selisih lebih
atau selisih kurang pinjaman dalam pos pembiayaan APBN tahun
berjalan. Selisih lebih Nilai Bersih Pinjaman terjadi jika pinjaman
yang ditarik lebih besar dibandingkan dengan pinjaman yang
dilunasi. Sedangkan selisih kurang Nilai Bersih Pinjaman terjadi
jika pinjaman yang ditarik lebih kecil dibandingkan dengan
pinjaman yang dilunasi.
Ayat (2)
Contoh perubahan pinjaman yang tidak memerlukan persetujuan
DPR sebagai berikut:
APBN telah mencantumkan selisih lebih nilai bersih pinjaman
sebesar Rp.10.000.000.000.000 (sepuluh triliun) yaitu jumlah yang
ditarik sebesar Rp.20.000.000.000.000,- (dua puluh triliun)
dikurangi
jumlah
yang
dibayarkan
sebesar
Rp.10.000.000.000.000,- (sepuluh triliun). Apabila jumlah yang
ditarik sebesar Rp.25.000.000.000.000,- (dua puluh lima triliun)
dan jumlah yang dibayar sebesar Rp.15.000.000.000.000,- (lima
belas triliun) maka tidak perlu persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat karena selisih lebih nilai bersih pinjaman adalah sama.
Namun . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
Namun
apabila
jumlah
yang
ditarik
sebesar
Rp.25.000.000.000.000,- (dua puluh lima triliun) dan jumlah yang
dibayarkan sebesar Rp.10.000.000.000.000,- (sepuluh triliun),
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat diperlukan karena selisih
lebih nilai pinjaman bertambah sebesar Rp.5.000.000.000.000,(lima triliun).
Ayat (3)
Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat atas APBN meliputi jumlah
penerimaan, pagu belanja, perkiraan defisit, dan sumber-sumber
pembiayaan yang akan digunakan untuk menutup defisit dengan
memperhatikan kewajiban dari sisi pembiayaan. Pembiayaan yang
berasal dari Pinjaman Luar Negeri merupakan bagian dari total
kebutuhan pembiayaan yang berasal dari utang.
de
pk
-6-
Pasal 9
Ayat (1)
Rencana batas maksimal Pinjaman Luar Negeri merupakan alat
pengendali Pinjaman Luar Negeri yang berupa perkiraan besaran
kebutuhan pembiayaan APBN melalui Pinjaman Luar Negeri
termasuk untuk pembiayaan penerusan pinjaman yang disusun
berdasarkan proyeksi rencana penarikan pinjaman dalam periode
3 (tiga) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun yang ditinjau setiap
tahun sesuai dengan perkembangan kebutuhan tahunan dengan
berpedoman pada strategi pengelolaan utang yang dapat dipenuhi
dengan komitmen pinjaman baik yang sudah ditandatangani
maupun yang berpotensi untuk ditandatangani.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Pasal 11
Ayat (1)
um
pk
de
-7-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Kegiatan yang dapat diusulkan untuk dapat dibiayai dengan
Pinjaman Luar Negeri adalah kegiatan prioritas untuk mencapai
sasaran RPJM. Khusus untuk Kementerian/Lembaga usulan juga
disesuaikan dengan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Kementerian/Lembaga harus mengusulkan melalui Kementerian
Keuangan karena Menteri Keuangan dalam kedudukannya sebagai
Bendahara Umum Negara dan menjadi bagian Bagian Anggaran
Bendahara Umum Negara.
Ayat (4)
Usulan kegiatan yang dapat diajukan oleh Pemerintah Daerah
terbatas pada kegiatan yang dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri
yang diteruspinjamkan oleh Pemerintah kepada Pemerintah
Daerah termasuk yang diteruspinjamkan dan/atau dihibahkan
oleh Pemerintah Daerah kepada BUMD.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Pasal 15
um
pk
de
-8-
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Pasal 25
um
pk
de
-9-
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Yang dimaksud dengan satu paket adalah calon penyedia barang/jasa
mengajukan penawaran pengadaan barang/jasa bersamaan dengan
usulan pembiayaan kepada Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah,
atau BUMN untuk dinilai sebagai satu kesatuan dalam penentuan
pemenang.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Menteri memberikan pertimbangan yang terkait dengan
persyaratan
pembiayaan
sebagai
bahan
evaluasi
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, atau BUMN, untuk
menetapkan pemenang pengadaaan barang/jasa.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 29
Pencarian sumber pinjaman alternatif adalah tindakan yang dapat
dilakukan Menteri untuk memenuhi sumber pembiayaan agar kontrak
barang/jasa yang telah ditandatangani tetap dapat dilaksanakan sesuai
dengan tahun anggaran berkenaan berupa pencarian langsung sumber
pembiayaan yang tersedia antara lain melakukan perundingan langsung
dengan lembaga pinjaman (bank atau non bank atau sindikasi pinjaman)
termasuk penyedia barang/jasa untuk pemberian pinjaman (Supplier
Credit).
Pasal 30 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Pasal 30
Cukup jelas.
um
pk
de
- 10 -
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Perundingan dengan kreditor bilateral pada prinsipnya
dilaksanakan tidak terkait langsung dengan kontrak
barang/jasa namun terbuka kemungkinan perundingan
dilaksanakan untuk suatu perjanjian pinjaman yang
dimaksudkan
untuk
membiayai
kontrak
yang
telah
ditandatangani dalam hal dipersyaratkan dalam komitmen
pinjaman yang disepakati sebelumnya.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dengan
Pinjaman Luar Negeri yang efektif dan efisien, Kementerian
Negara/Lembaga, Pemerintah Daerah, atau BUMN diharapkan
dapat segera melaksanakan kegiatan setelah memperoleh
pembiayaan. Untuk itu Menteri dapat meminta dokumen yang
mampu menunjukkan kesiapan pelaksanaan kegiatan.
Dokumen kesiapan perundingan memuat antara lain pernyataan
kesanggupan bagi Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah,
atau BUMN, pelaksana kegiatan untuk melaksanakan isi
perjanjian.
Ayat (5) . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
Ayat (5)
pk
de
- 11 -
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan dan persyaratan pinjaman meliputi antara lain: tingkat
bunga, jangka waktu penarikan,
ketentuan/persyaratan
penarikan, pengefektifan pinjaman, masa pembayaran (repayment),
dan jatuh tempo (maturity date).
Ayat (3)
Kontrak
yang
ditandatangani
oleh
Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah atau BUMN termasuk kontrak yang
ditandatangani oleh BUMD dalam hal Pinjaman Luar Negeri
diteruspinjamkan atau dihibahkan oleh Pemerintah Daerah kepada
BUMD.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan instansi terkait lainnya adalah
Kementerian Negara/Lembaga sebagai Kuasa Pengguna Anggaran
dan Bank Indonesia.
Pasal 33
Ayat (1)
Perjanjian induk dapat berupa Memorandum of Understanding
(MoU), Umbrella Agreement, Financial Protocol, komitmen resmi dan
dokumen lain yang mengindikasikan kesepakatan.
Ayat (2)
Pada prinsipnya perjanjian induk yang terkait dengan Pinjaman
Luar Negeri ditandatangani oleh Menteri. Namun dimungkinkan
untuk ditandatangani oleh pejabat lain yang ditunjuk sesuai
hukum internasional, misalnya Menteri Luar Negeri untuk
perjanjian internasional sebagaimana diatur dalam Konvensi Wina.
Ayat 3 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
Ayat (3)
pk
de
- 12 -
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Huruf a
Penarikan pinjaman
luar negeri melalui transfer ke
Rekening Kas Umum Negara dilakukan untuk pinjaman
tunai.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
Huruf e
pk
de
- 13 -
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan kewajiban lainnya antara lain biaya
pengelolaan (management fee), commitment fee dan premi asuransi
(insurance premium).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan Hibah dalam bentuk uang tunai adalah
Hibah dalam bentuk uang yang diterima Pemerintah dan
penggunaannya sepenuhnya ditentukan oleh Pemerintah melalui
mekanisme APBN.
Huruf b
Yang dimaksud dengan Hibah dalam bentuk uang untuk
membiayai kegiatan adalah Hibah yang diterima Pemerintah yang
peruntukannya ditentukan dalam
Perjanjian Hibah dan
dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga/ Pemerintah
Daerah penerima Hibah.
Hibah dalam bentuk uang untuk membiayai kegiatan hanya bisa
dicairkan berdasarkan kemajuan pekerjaan kegiatan.
Huruf c . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
- 14 -
de
pk
um
Huruf c
Huruf d
Hibah dalam bentuk surat berharga dapat berupa antara lain
saham kepemilikan pada perusahaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Yang dimaksud dengan dokumen pelaksanaan anggaran adalah
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau dokumen lain yang
dipersamakan.
Pasal 45
Hibah yang diterima dalam bentuk barang/jasa tidak perlu dicantumkan
dalam dokumen pelaksanaan anggaran tetapi dicantumkan dalam LKPP.
Pasal 46
Hibah yang diterima dalam bentuk surat berharga tidak perlu
dicantumkan
dalam
dokumen
pelaksanaan
anggaran
tetapi
dicantumkan dalam LKPP.
Pasal 47 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Pasal 47
Ayat (1)
um
pk
de
- 15 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Hibah yang dimaksud pada ayat ini mencakup:
a. Hibah yang diberikan untuk mempersiapkan dan/atau
mendampingi pinjaman;
b. Hibah yang telah masuk dalam dokumen perencanaan yang
disepakati bersama antara Pemerintah dan Pemberi Hibah;
c. Hibah yang memerlukan dana pendamping.
d. Hibah yang dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) melalui Pemerintah;
e. Hibah dalam rangka kerjasama antar Instansi dengan Pemberi
hibah luar negeri di luar negeri, seperti: sister city.
Ayat (3)
Hibah yang dimaksud pada ayat ini mencakup :
a. Hibah untuk penanggulangan bencana alam seperti gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan dan tanah longsor; bencana non alam seperti gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit;
bencana sosial seperti konflik sosial antar kelompok atau
antar komunitas masyarakat, dan teror
b. Hibah
dalam
rangka
kerjasama
teknik
antara
Kementerian/Lembaga dengan pemberi hibah luar negeri
(seperti workshop, pelatihan, seminar), Hibah Bersaing (seperti
riset dosen, riset peneliti).
c. Hibah yang atas permintaan donor diserahkan langsung ke
Kementerian/Lembaga.
Pasal 49 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Pasal 49
Cukup jelas.
um
pk
de
- 16 -
Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan negara asing adalah negara yang
secara bilateral memberikan Hibah langsung atau melalui
lembaga pemerintah atau lembaga resmi yang ditunjuk
termasuk negara bagian.
Huruf b
Yang dimaksud dengan lembaga di bawah Perserikatan
Bangsa-Bangsa antara lain Food and Agricultural Organization,
World Health Organization, United Nations Development
Programme, International Labour Organization, World Food
Programme, dan United Nations Framework Convention on
Climate Change.
Huruf c
Yang dimaksud dengan lembaga multilateral antara lain Bank
Dunia, Bank Pembangunan Asia, Bank Pembangunan Islam,
dan Lembaga Regional seperti Association of Southeast Asian
Nations, Europe Union.
Huruf d
Yang dimaksud dengan lembaga keuangan asing antara lain
Perbankan Internasional.
Huruf e
Yang dimaksud dengan lembaga non keuangan asing antara
lain perusahaan swasta internasional, organisasi non
pemerintah Internasional, dan perguruan tinggi yang
berkedudukan di Luar Negeri.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 51 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Pasal 51
um
pk
de
- 17 -
Huruf a
Yang dimaksud dengan mendukung program pembangunan
nasional, termasuk Hibah yang diteruskan kepada Pemerintah
Daerah, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Huruf b
Yang dimaksud dengan mendukung penanggulangan bencana alam
dan bantuan kemanusiaan adalah termasuk penanggulangan pada
saat bencana dan setelah kejadian bencana (pasca bencana) untuk
pemulihan (recovery).
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam melakukan penilaian kegiatan dapat dilakukan koordinasi
dengan Intansi Pengusul, Kementerian Keuangan, dan calon
Pemberi Hibah.
Ayat (3) . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Ayat (3)
um
pk
de
- 18 -
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait dalam
ayat ini adalah Menteri Sekretaris Negara, Menteri Luar Negeri, dan
Menteri/Pimpinan Lembaga teknis.
Ayat (4)
Tanggapan tertulis dimaksudkan untuk memastikan terpenuhinya
prinsip penerimaan Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dan penggunaan Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51.
Pasal 57
Ayat (1)
Hibah yang bersumber dari luar negeri yang dapat dipinjamkan
adalah Hibah yang dalam perjanjian Hibahnya dapat dijadikan
sebagai dana bergulir (revolving fund).
Ayat (2) . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
- 19 -
Ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
de
pk
um
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Ketentuan dan persyaratan Perjanjian Pinjaman Hibah dan
Penerusan Hibah meliputi antara lain tingkat bunga, jangka
waktu penarikan, ketentuan atau persyaratan penarikan,
pengefektifan pinjaman, masa pembayaran (repayment), dan
jatuh tempo (maturity date).
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan instansi terkait lainnya adalah Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan dan Bank Indonesia.
Pasal 58
Ayat (1)
Penerusan Hibah kepada Pemerintah Daerah dicatat dalam APBN
sebagai Belanja Hibah dan dicatat dalam APBD sebagai Penerimaan
Hibah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Perundingan dapat dilakukan dengan cara tatap muka atau
korespondensi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 60 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
um
Pasal 60
pk
de
- 20 -
Cukup jelas.
Pasal 61
Ayat (1)
Kuasa diberikan
Keuangan.
kepada
pejabat
di
lingkungan
Kementerian
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan instansi terkait adalah Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, dan Bank Indonesia.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Yang dimaksud dengan instansi terkait lainnya adalah Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, dan Bank Indonesia.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Pasal 68
Cukup jelas.
um
pk
de
- 21 -
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Perjanjian induk dapat dilanjutkan dengan membuat satu atau
beberapa perjanjian Pinjaman Luar Negeri atau kontrak pengadaan
barang dan jasa sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam
perjanjian induk.
Ayat (5) . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Ayat (5)
Cukup jelas.
um
pk
de
- 22 -
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Ayat (1)
Dana yang harus disediakan oleh Kementerian Negara/Lembaga
merupakan bagian dari pagu anggaran tahunan Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan. Sedangkan dana yang harus
disediakan oleh Pemerintah Daerah berasal dari APBD dan BUMN
berasal dari anggaran BUMN yang bersangkutan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83 . . .
www.djpp.depkumham.go.id
.id
.g
o
m
ha
Pasal 83
Cukup jelas .
um
pk
de
- 23 -
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
www.djpp.depkumham.go.id