Professional Documents
Culture Documents
DEPARTEMEN EMERGENCY
OLEH:
PUPUT AYU KRISTINAWATI
0910720071
A. DEFINISI
1. Syncope atau yang biasa dikenal dengan istilah pingsan merupakan kondisi
dimana terjadi penurunan bahkan kehilangan kesadaran yang terjadi secara
tiba-tiba dan bersifat sementara yang disebabkan oleh aliran darah di otak
yang tidak tercukupi. Hal ini disebabkan karena terjadinya vasodilatasi dan
bradikardi secara mendadak sehingga menimbulkan hipotensi.Onset dari
syncope ini cepat, durasi singkat, dan pemulihan terjadi secara spontan dan
sempurna. Penyebab lain kehilangan kesadaran yang perlu dibedakan dari
syncope yaitu kejang, iskemik vertebrobasilar, hipoksemia, dan hipoglikemia.
(Longo, 2012)
Syncopal prodrome (presyncope) merupakan suatu kondisi yang umum
terjadi dimana penurunan kesadaran mungkin terjadi tanpa ada gejala
peringatan apapun. Gejala khas dari presyncope yaitu pusing, pingsan,
mengantisipasi
perubahan suplai darah ke otak dan biasanya terjadi secara mendadak dan
sebentar atau kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh serta
kemampuan untuk berdiri karena pengurangan aliran darah ke otak. Pingsan,
"blacking out", atau syncope juga bisa diartikan sebagai kehilangan
kesadaran sementara yang diikuti oleh kembalinya kesiagaan penuh.
Pingsan
merupakan
suatu
bentuk
usaha
terakhir
tubuh
dalam
bertanggung
jawab
untuk
mempertahankan
homeostasis
D. KLASIFIKASI
1. Syncope di Mediasi Saraf (Neurally Mediated Syncope)
Syncope dimediasi saraf merupakan syncope tersering yang ada
pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Syncope yang
dimediasi oleh saraf ini merupakan jalur terakhir yang ditempuh dari refleks
sistem saraf sentral dan perifer. Terdapat perubahan yang bersifat cepat dan
sementara pada aktivitas autonom eferen yang ditandai dengan peningkatan
aliran parasimpatik sehingga menyebabkan bradikardi dan simpatoinhibition
sehingga menyebabkan vasodilatasi. Perubahan pada aktivitas autonom
eferen menyebabkan penurunan tekanan darah dan penurunan aliran darah
otak dibawah kemampuan autoregulasi. (Longo, 2012)
Terkadang neurally mediated syncope disebut juga vasovagal
syncope dan atau situational refleks syncope. neurally mediated syncope
disebut syncope situasional pada beberapa kondisi yaitu pada saat pungsi
vena, berkemih, batu, menelan, defekasi, dan neuralgia glosofaringeal.
(Morag, 2013)
Gejala yang timbul pada syncope yang dimediasi saraf antara lain
pusing, lelah, pucat, jantung berdebar, mual, hiperventilasi, dan menguap.
Sementara beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan syncope
yaitu berdiri tegak dalam waktu yang lama, suhu lingkungan yang hangat,
penurunan volume intravaskular, konsumsi alkohol, hipoksemia, anemia serta
faktor emosi. (Morag, 2013)
2. Syncope Hipotensi Orthostatik
Hipotensi orthostatik didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah
sistolik paling sedikit 20 mmHg atau tekanan darah diastolik minimal 10
mmHg dalam waktu 3 menit saat berdiri. Kondisi ini merupakan suatu
manifestasi yang muncul akibat disfungsi sistem saraf otonom pusat maupun
perifer sehingga menyebabkan kegagalan vasokonstriksor simpatis (saraf
otonom). Dalam beberapa kasus, tidak terjadi kompensasi pada denyut
jantung meskipun terjadi hipotensi, sedangkan pada kegagalan parsial
otonom, denyut jantung dapat meningkat sampai batas tertentu, tetapi tidak
mampu untuk mempertahankan curah jantung. Syncope hipotensi orthostatis
merupakan penyebab tersering syncope pada orang usia lanjut. (Morag,
2013)
Gejala khas yang muncul pada syncope hipotensi ortostatik antara
lain pusing, presyncope yang terjadi jika terdapat perubahan postural yang
mendadak. Ada juga gejala non spesifik lainnya seperti kelelahan,
perlambatan kognitif, atau sakit kepala. Penglihatan juga mungkin kabur
karena retina atau lobus oksipital mengalami iskemi. Selain itu juga mungkin
terjadi dyspnea ortostatik yang diduga disebabkan oleh ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi karena tidak adekuatnya perfusi dari apeks paru. Gejala
pada syncope hipotensi orthostatik dapat diperparah jika beraktivitas terlalu
berat, berdiri terlalu lama, peningkatan suhu lingkungan.
3. Syncope Kardiovaskular
Syncope kardiovaskular disebabkan oleh aritmia dan penyakit
struktural jantung. Kondisi ini dapat terjadi dalam kombinasi karena penyakit
struktural jantung membuat jantung lebih rentan terhadap aktivitas listrik
abnormal.
Aritmia merupakan penyebab utama dari bradikardi dan takikardi.
Bradiaritmia dapat menyebabkan syncope karena terjadi disfungsi nodus
sinus yang parah dan atrioventrikular block. Bradiaritmia karena disfungsi
nodus sinus sering dikaitkan dengan takiaritmia atrium, yang dikenal sebagai
kelainan sindrom takikardi-bradikardia. Penyebab tersering syncope pada
sindrom takikardia-bradikardia adalah jeda yang berkepanjangan setelah
penghentian episode takikardi.Takiaritmia ventrikel merupakan salah satu
penyebab tersering syncope. Kemungkinan syncope dengan takikardi
ventrikular tergantung pada ventricular rate. Jika ventricular rate dibawah 200
denyut permenit, kondisi ini cenderung tidak menyebabkan syncope.
ortostatic
hypotensi.
perlu
dimonitor
dengan
rangsang
verbal.
Hilangnya
kesadaran
dapat
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Riwayat penyakit sebelumnya
Pemeriksaan fisik
-
Periksa ABC dan jika diperlukan bebaskan jalan nafas dan pijat jantung
2)
4)
5)
curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
Pantau intake dan output setiap 24 jam.
Rasional: Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan produksi
6)
3)
tromboplebitis.
Pantau pernafasan
Rasional: Pompa jantung
yang
Tujuan:
oksigen
kebutuhan
darah,
gagal
di
dapat
otak
mencetuskan
terpenuhi,
distres
perfusi
pernafasan.
jaringan
efektif.
3.
Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penurunan aliran oksigen ke serebral.
Kriteria hasil: TTV stabil, pasien berkomunikasi dan berorientasi dengan baik.
Intervensi:
1)
Pantau tanda-tanda vital
Rasional: Tanda vital merupakan salah satu indikator keadaan umum dan sirkulasi pasien
2)
Posisikan pasien dg posisi syok kaki diangkat 45 derajat
Rasional: Membantu memperbaiki venous return ke jantung dan selanjutnya meningkat
cerebral blood flow.
Pantau tingkat kesadaran
Rasional: Tingkat kesadaran seseorang juga dipengaruhi oleh perfusi oksigen ke otak
4)
Berikan terapi O2 yang adekuat
Rasional: mencegah hipoksia otak lebih berat
3)
DAFTAR PUSTAKA
1. Longo DL, Kasper DL, Jameson DL, Fauci AS. 2012. Harrisons Principles of
Internal Medicine. Edisi ke-18. United States: McGraw-Hill Professional.
2. Morag
R,
Brown
FM.
2013.
Syncope.
Diunduh
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/811669-overview
3. McPhee SJ, Hammer GD. 2010. Pathophysiology of Disease: An Introduction to
Clinical Medicine. Edisi ke-6. United States: McGraw-Hill.
4. Toivonen L. 2009. Arrhythmic Syncope. European Heart Journal.
5. Lynda Juall Carpenito. 2001. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta :
EGC ; 2001