RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
BAB 7 PENUTUP 7.1
KESIMPULAN
Dari uraian pada bab sebelumnya, maka pembahasan dari
Laporan Pendahuluan ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perencanaan sistem jaringan air minum PDAM Kota Langsa dilakukan pada seluruh jaringan PDAM yang ada di Kota langsa. Perencanaan dimulai dengan memetakan jaringan perpipaan eksisting dan kajian kemampuan sistemnya. 2. Secara administratif Kota Langsa terdiri atas 5 kecamatan dengan 51 kelurahan. 3. Kondisi jaringan air minum eksisting Kota Langsa adalah, diantaranya:
PDAM saat ini mengoperasikan 2 sumber air untuk
memenuhi kebutuhan air minum Kota Langsa, yaitu dari Krueng Langsa dan Waduk Alue Gampo dengan jumlah Instalasi Pengolahan air sebanyak 4 Unit dengan kapasitas mencapai 140 lpd.
Total pelanggan sampai dengan Desember 2013 adalah
10.516 sambungan. Dengan 8.427 sambungan yang aktif dan sisanya sebanyak 2.089 sambungan inaktif.
Sistem pendistribusian air PDAM Tirta Keumuning dilayani
dengan sistem pompanisasi yang beroperasi selama 24 jam sehari.
Database sistem dan jaringan PDAM belum tersedia,
diperlukan pemetaan jaringan dan pelayanan secara mendetail.
4. Perencanaan sistem jaringan air minum mengacu pada:
Standar dan SNI terkait dengan perencanaan sistem
penyediaan air minum.
Konsumsi air untuk domestik adalah 120 Liter/orang/hari
PT. REKA MULTI DIMENSI CONSULTANT TEKNIK PEMBANGUNAN
7-1
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
7.2
Jumlah pengguna air untuk setiap sambungan rumah
adalah 6 orang
Proyeksi kebutuhan air dianalisa setiap 5 tahun sampai
2030.
Perencanaan jaringan baru menggunakan pipa HDPE
SARAN
Beberapa
saran
yang
direkomendasikan
untuk
kelancaran
pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
1. Perencanaan sistem jaringan air minum mengacu pada standar (SNI) dan peraturan yang berlaku di Indonesia, di samping juga menggunakan referensi yang ada. 2. Sistematika penyajian laporan studi yang direkomendasikan oleh PPTK Tata Bangunan dan instansi terkait dari PDAM Tirta Keumuneng dapat dikoordinasikan secepatnya dengan tim pelaksana studi. 3. Pengumpulan data dan peta sekunder dapat dilakukan secara kerjasama antara direksi pekerjaan dengan tim pelaksana, terutama terhadap data yang dimiliki oleh pihak direksi pekerjaan, ataupun data dari dinas terkait, sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat. 4. Ketentuan luas areal, volume dan lokasi pengukuran disesuaikan dengan Kerangka Acuan Kerja dengan tetap memperhatikan kebutuhan lapangan. 5. Perlu diperhitungkan sistem pendistribusian air bersih untuk pulau pusong.