You are on page 1of 27

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini salah satu upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal
adalah dengan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Mortalitas dan
Mobiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah di negara
berkembang. Kebutuhan reproduksi pria dan wanita sangat vital bagi
pembangunan sosial dan pengembangan SDM. Pelayanan kesehatan tersebut
dinyatakan sebagai bagian integral dan pelayanan dasar yang akan terjangkau
seluruh masyarakat (Saifuddin, 2002).
Salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis tumor yang paling
sering ditemukan adalah mioma uteri. Mioma Uteri adalah Neo Plasma jinak
berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam
kepustakaan dikenal juga istilah Fibronoma, leimioma ataupoun Fibrid
(Saiufuddin, 1999).
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche.
Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di
Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% 11.7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat
lebih dari 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun,
paling banyak berumur 35 45 tahun (25%). Pertumbuhan mioma
diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar
tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Mioma uteri ini lebih
sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur (Saifuddin, 1999).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Mioma Uteri.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari Mioma Uteri
2. Mengetahui etiologi dan faktor penyebab terjadinya Mioma Uteri
3. Mengetahui patofisiologi dari Mioma Uteri

4. Mengetahui manifestasi klinis yang muncul pada klien dengan Mioma


Uteri
5. Menjelaskan Web of Caution terjadinya Mioma Uteri
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk
mendiagnosa Mioma Uteri
7. Menjelaskan penatalaksanaan pada klien dengan Mioma Uteri
8. Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada klien dengan Mioma
Uteri
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami tentang Mioma Uteri sehingga dapat
menunjang pembelajaran perkuliahan pada mata kuliah Keperawatan
Reproduksi I.
2. Mahasiswa mampu memahami proses asuhan keperawatan yang dilakukan
pada klien dengan Mioma Uteri sehingga dapat menjadi bekal saat
melakukan proses asuhan keperawatan selama dirumah sakit.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Uterus
Uterus / Histera / Hister ( Rahim ) Merupakan organ otot berdinding
tebal dan berongga ( cavum ). Bentuk, besar, letak, dan susunan uterus
berbeda beda tergantung pada umur, organ sekitarnya dalam keadaan
hamil. Terletak pada rongga panggul antara vesika urinaria dengan colon
sigmoid dan rectum. Uterus ini sendiri berfungsi sebagai tempat implantasi
ovum yang telah dibuahi, Sebagai tempat perkembangan dan memberi
makan pada janjn yang sedang berkembang. Dengan vagina termasuk jalan
lahir lunak. Bagian bagian uterus antara lain :
1. Fundus Uteri
2. Corpus Uteri
3. Isthmus Uteri
4. Serviks Uteri
Bagian dinding uterus secara historik terdiri dari 3 bagian yaitu;
1. Lapisan serosa ( lapisan peritoneum ), di luar
2. Lapisan otot ( lapisan myometrium ), di tengah
3. Lapisan mukosa ( lapisan endometrium ), di dalam
Sikap dan letak Rahim dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik
karena disokong dan dipertahankan oleh :
1. Tonus rahim itu sendiri
2. Tekanan intra abdominal
3. Otot otot dasar panggul
4. Ligament ligament
a. Lig. Cardinal kanan dan kiri ( mackendort )
b. Lig. Sakro uterine
c. Lig. Rotundum
d. Lig. Latum
e. Lig. Infundibulo pelvikum
Letak Rahim dalam keadaan fisiologis adalah anteroflesi. Letak
letak lainya adalah antefleksi ( tengadah ke belakang ), retrofleksi ( tengadah
ke belakang ), anteversi ( terdorong ke depan ), retroversi ( terdorong ke
belakang ), suplai darah rahim dialiri oleh arteri uterine yang berasal dari
arteri ilikaka interna ( a.hipogastrika ) dan arteri ovarika. Fungsi rahim
adalah
1.
2.
3.

:
tempat tumbuh janin berkembang.
berkontraksi terutama sewaku bersalin dan sesudah bersalin.
berfungsi waktu siklus haid

2.2 Definisi Mioma Uteri


Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai
komposisi jaringan ikat. Nama lain : Leimioma Uteri dan Fibroma Uteri
(Manuaba, 2001).
Mioma uteri terbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot
polos jaringan fibrosus, sehingga mioma uteri dapat berkonsisten padat jika
jaringan ikatnya dominan dan berkonsentrasi lunak jika otot rahim yang
dominan. Mioma terdiri atas serabut serabut otot polos yang diselingi
dengan jaringan ikat atau dikelilingi kapsul yang tipis. Myoma Uteri
umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat asal
myoma uteri yaitu pada serviks uteri ( 2 % ) dan pada korpus uteri ( 97 %).
Ukuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong sampai sebesar
bola kaki. Degenerasi ganas mioma uteri ditandai dengan terjadinya
perlukaan serta warna yang keabu abuan, terutama jika mioma tumbuh
dengan cepat atau ditemukan pada post menopause.
Obesitas merupakan faktor yang berperan meningkatkan resiko
kejadian mioma uteri. Hal ini berhubungan dengan konversi hormon
androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase di jaringan lemak
(Djuwantoro, 2004). Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh,
dimana hal ini dapat menerangkan hubungan dengan peningkatan insidensi
dan pertumbuhan mioma uteri. Sebuah penelitian menemukan bahwa resiko
mioma meningkat 21% setiap penambahan 10 kg berat badan dan
penambahan indek masa tubuh. Penemuan serupa juga melaporkan resiko
mioma meningkat pada wanita yang memiliki lemak lebih dari 30%
(Parker,2007). Beberapa penelitian dapat menerangkan hubungan antara
makanan dengan prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Suatu penelitian

menemukan bahwa daging sapi, daging setengah matang, dan daging babi
meningkatkan kejadian mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden mioma uteri. Tetapi penelitian ini sulit diinterpretasikan karena
penelitian ini tidak mengukur kalori dan lemak. Tidak diketahui dengan pasti
pengaruh vitamin, serat, atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma
uteri (Parker, 2007). Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa
reproduksi, karena diduga berhubungan dengan aktivitas estrogen. Dengan
demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum menarche dan akan
mengalami regresi setelah menopause, atau bahkan bertambah besar maka
kemungkinan besar mioma uteri tersebut telah mengalami degenerasi ganas
menjadi sarkoma uteri. Bila ditemukan pembesaran abdomen sebelum
mernarche, hal itu pasti bukan mioma uteri tetapi kemungkinan besar kista
ovarium dan resiko untuk mengalami keganasan sangat besar (Sato dan
Chiaffarino 1998).
2.3 Etiologi Mioma Uteri
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan
diduga merupakan penyakit multifaktor. Dipercayai bahwa mioma merupakan
sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel
neoplastik tunggal. Sel sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom lengan. Faktor faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tumor, disamping faktor predisposisi genetik, adalah esterogen,
progesteron, human growth hormone.
1. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche, seringkali terdapat pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma
uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium.
Adanya hubungan denagn kelainan yang tergantung estrogen seperti
endometriosis

(50%),

perubahan

fibrosistik

payudara

(14,8%),

adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri


banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita
dengan sterilitas 17 B hidroxydesidrogenase, enzim ini mengubah estradiol
(sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim
ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah
reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.

2. Progesreron
Progesteron merupakan antagonis dari esterogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan

tumor

dengan

dua

cara

yaitu:

mengaktifkan

17B

hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada


tumor.
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat
pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik
antara HPL dan Estrogen.
4. Faktor predisposisi
Dalam Jeffocoates Principles of Gyncology, ada beberapa faktor yang
diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu:
a. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling
sering memberikan gejala klinis antara 35 45 tahun.
b. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau wanita yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau
apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
c. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka
kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
d. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada kolerasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan
mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang
setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian
agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma
mungkin behubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap
reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan
produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan
insulin like growth faktor yang distimulasi oleh estrogen.

2.4 Klasifikasi Mioma Uteri


Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang
terkena. Berdasarkan lokasi:
1. Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
2. Isthmica (7,2%), sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius
3. Corporal (91%), merupakan lokasi lazim, dan seringkali tanpa gejala.

(Dyny, 2012)
Berdasarkan posisi mioma terhadap lapisan lapisan uterus dapat
dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Mioma Submokosum
Mioma submokosum 5%. Berada di bawah endometrium dan menonjol
kedalam Angka kejadian

rongga uterus. Paling sering menyebabkan

perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi walaupun


ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu
Curet Bump (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi
sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang
panjang sehingga menonjol melalui vagina, disebut sebagai mioma
submukosa bertungkai yang dapat menimbulkan Myomgeburt sering
mengalami nekrose atau ulserasi (Sastrawinata, 1988).
2. Mioma Intramural
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar
atau multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol
(Sastrawinata, 1988).
3. Mioma Subserosum
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada
dipermukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat
tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi Mioma Intra

Ligamenter. Dapat tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke


ligametrium atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus,
sehingga disebut Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang
bertangkan dapat menimbulkan torsi (Saifuddin, 1999).
2.5 Perubahan Sekunder Mioma
1. Atrofi
Setelah menopause mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi Hialin
Sering terjadi pada penderita usia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya
menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian
kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya. Jaringan ikat bertambah, berwarna putih keras, disebut
juga sebagian mioma uteri.
3. Degenerasi Kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian mioma menjadi
cair, sehingga terbentuk ruangan - ruangan yang tidak teratur berisi seperti
agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan lime
sehingga menyerupai Limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi Membaku (Cakireus Degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut. Oleh karena adanya gangguan
dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
rontgen. Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri padat dan keras
berwarna putih.
5. Degenerasi Merah (Caineous Degeneration)
Biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesisnya diperkirakan
karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada
pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna
merah disebabkan oleh pigmen hemosiserin dan hemofifusi. Degenrasi
merah nampak khas apabila terjadi kehamilan muda diserta emisis, haus,
sedikit demam, kesakitan tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan.
a. Estrogen merangsang tumbuh kembang mioma.
b. Aliran darah tidak seimbang
c. Edema sekitar tungkai
d. Tekanan hamil
6. Degenarasi Lemak

Jarang terjadi merupakan kelanjutan degenerasi hialin. Pada kasus-kasus


lain mungkin disebabkan karena tumornya merupakan variasi campuran.
7. Degenerasi Sarcomateus
Jarang terjadi.
8. Infeksi dan Suppurasi
Banyak terjadi pada jenis submukosa oleh karrena adanya Ulcerasi.
9. Terjadi kekurangan darah menimbulkan
a. Nekrosis
b. Pembentukan Trombus
c. Bendungan darah dalam mioma
d. Warna merah hemosiderin/hemofuksin (Manuaba, 2001)
2.6 Patofisiologi Mioma Uteri
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding
miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan
pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal
dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun
seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada
nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma
uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke
mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum,
intramular dan subserosum.
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam
miometrium dan

lambat laun membesar karena pertumbuhan itu.

Miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu


yang mengelilingi tumor. Di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma.. Jika
ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini
tampak bundar dan konstipasi menjadi padat. Bila terletak pada dinding depan
uterus,uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan
mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal
pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa
mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang
banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan.

2.7 WOC Mioma Uteri


Herediter

Presdisposisi :

Pola hidup

- Umur

Hormonal

- Faktor ras & genetik

Paritas

- Fungsi ovarium
MIOMA UTERI

Mioma

Mioma Intramural

penatalaksa

Mioma subserosum

Submukosum
massa

MK:N

Rasa nyeri

yeri
Penekanan

Pemipisan dinding

organ sekitar

uterus
Tergantung dari

Miometrum tidak

besar dan lokasi

bisa berkontraksi

mioma

maksimal

Hyperplasia
endometrium

naan
operasi

- Mioma menyempitkan kanalis


- Mioma sub-

Kurang

mukosa rahim

pengetahuan

- terjadinya
MK : Cemas

generasi merah
- adanya penyakit
adnex

Perdarahan

Gangguan

pervagina

keseimbang

PK:Syok
Hipovolemi

an cairan
Tekanan

Penekan

intra

an

abdomen

rectum

Pola
eliminasi alvi

HB

terganggu

Penekanan

MK:

kandung kemih

konstipasi

Anemia

Kelemahan
Disuria

MK : Gangguan
Eliminasi urin

fisik

MK: Defisit
Perawatan
Diri

2.8 Manifestasi Klinis Mioma Uteri


1. Faktor yang menimbulkan gejala klinik
a. Besarnya mioma uteri
b. Lokasi mioma uteri
c. Perubahan pada mioma uteri (Manuaba, 2001).
2. Perdarahan Abnormal
a. Hipermenore atau menorargia
b. Metrorargia
c. Menometrorargia
Yang sering menyebabkan perdarahan adalah jenis submukosa
sebagai akibat pecahnya pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma
dapat menimbulkan amenia yang berat. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab perdarahan antara lain :
a) Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia Endometrium
sampai Adeno Karsinoma Endometrim.
b) Permukaan Endometrium yang lebih luas dari biasa
c) Atrofi Endometrium diatas Mioma Nibmukosur
d) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik (Saifuddin, 1999).
3. Nyeri
Timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan.
a. Torsi bertungkai
b. Infeksi pada mioma
4. Gejala pembesaran mioma dan Tanda Penekanan
Pembesaran mioma acapkali tidak disertai gejala, tapi bisa juga
menimbulkan gejala :
a. Nyeri pada betis atau pinggang.
b. Nyeri pada pelvis.
c. Menstruasi lama dan banyak, atau keluar darah di antara periode haid.
d. Gangguan buang air besar yang mengarah pada sembelit (konstipasi).
e. Perut bawah terasa penuh.
f. Perut membesar, tapi bukan karena hamil.
g. Nyeri saat berhubungan seksual.
h. Gangguan sering buang air kecil.
i. Pening.
Tanda penekanan karena adanya pembesaran mioma, hal ini tergantung
dari besar dan tempat mioma uteri :
a. Penekan kedepan akan menekan uretra sehingga menyebabkan retensio
urin. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri. Pada
ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis

b. Penekanan kebelakang akan menekan rektum sehingga menyebabkan


gangguan buang air besar (konstipasi).
c. Pada pembuluh darah dan limfe dipinggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul.
5. Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstitialis submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus.
6. Gejala-gejala Sekunder
a. Anemia
b. Lemah
c. Pusing-pusing
d. Sesak nafas
e. Erytbaru Cytosis pada mioma yang besar.
2.9 Pemeriksaan Diagnostik Mioma Uteri
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Haemoglobin : turun
Albumin : turun
Leukosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun
2. USG
untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan
keadaan adneksa dalam rongga pelvis. USG juga berfungsi mendiagnosis
mioma submukosum yang kecil yang menyebabkan perdarahan abnormal
atau yang asimtomatik. Terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen
Untuk mengetahui mengidentifikasi sebuah mioma yang mengalami
kalsifikasi.
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi. USG juga untuk melihat lokasi, besarnya mioma,
diagnosis banding dengan kehamilan.
7. Foto BNO/IVP
Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai
fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
8. Histerografi dan histeroskopi
Untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.

9. Laparaskopi
Untuk melihat lokasi, besarnya mioma uteri. Untuk membedakan sebuah
mioma di dalam ligamentum latum dari sebuah tumor padat adneksa
10. Tes kehamilan.
2.10 Penatalaksanaan Mioma Uteri
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum
bertangkai. Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita
yang mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup
dilakukan terapi konservatif berupa pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga
bulan atau enam bulan untuk mengetahui perkembangan mioma.
Selain itu, penggunaan terapi simptomatis menjadi salah satu pilihan
terapi untuk menghindari operasi. Terapi simptomatis didasarkan pada tanda
dan gejala yang ditunjukkan oleh klien. Apabila klien mengeluh nyeri maka
diberi obat analgesic. Apabila terdapat perdarahan, maka obat yang diberikan
adalah jenis anti koagulan.
Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang perlu diangkat
adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi
dan

umumnya

dilakukan

histerektomi

total

abdominal.

Tindakan

histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal


Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO ). TAH
BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus, serviks,
kedua tuba falofi, dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding perut,
pada

malignant

neoplasmatic

desease,

leymyoma

dan

chronic

endrometriosis. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAHBSO adalah suatu tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada
dinding perut untuk mengangkat uterus, serviks,kedua tuba falopii dan
ovarium pada malignant neoplastic diseas, leymiomas dan chronic
endometriosis.
Miomektomi adalah pengangkatan mioma saja dengan tetap
memelihar Rahim. Biasanya dilakukan dengan rencana untuk memelihara
kesuburan. Resiko rekuensi dari mioma sebesar 40% dan resiko infertilitas
sehabis miomektomi adalah sebesar 40%. Miomektomi sering dilakukan
melalui laparotomy tetapi dapat dilaksanakan juga melalui laparoskopi pada
pasien terpilih.

Pengobatan

Medikamentosa

dengan

GnRH

(Gonadotropin

Releasing Hormon). Hal ini didasarkan atas pemikiran mioma terdiri atas
sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang
mengatur reseptor gonadotropin di hipofise akan mengurangi sekresi
gonadotropin yang mempengaruhi mioma.
Pemberian GnRH (buserilinasetat) selama 16 minggu pada mioma
uteri menghasilkan degenerasi hialin hingga uterus menjadi mengecil.
Karena itu GnRH berguna mengontrol perdarahan (kecuali pada polipoid
submucous yang malah dapat memperberat perdarahan). Terapi pengganti
untuk bedah dimana bedah untuk masalah ini tidak bisa dilakukan, untuk
vaginal histerektomi.
Pemakaian GnRHa lebih dari 3 bulan menyebabkan miomektomi
lebih sulit. Pemakaian GnRH tidak boleh lebih dari 6 bulan karena GnRH
menyebabkan menopause yang palsu. Bila pemakaian GnRHa dihentikan
maka mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali dibawah pengaruh
estrogen oleh karena mioma masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi yang tinggi.
2.11 Komplikasi
1. Degenerasi Ganas
Leimioma sarkoma 0.32 0.6% dan seluruh mioma merupakan 50
57% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan
pada pemeriksaan histologik uterus yang telah diangkat.
2. Tasi (Putaran Tungkai)
Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
3. Nekrosis dan Infeksi
Terjadi karena gangguan sirkulasi darah padanya.
4. Mioma Uteri dan Kehamilan
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan
infertilitas. Risiko abortus berpengaruh karena distorsi rongga uterus,
khususnya pada mioma submukosa, letak janin menghalangi kemajuan
persalinan karena letaknya pada servik uterus menyebabklan inersia
maupun atonia uterus, sehingga menyebabkan perdarahan pada
persalinan plasenta sukar lepas dari dasarnya dan mengganggu proses
involusi dalam nifas.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Anamnesis
1. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya. Mioma uteri jarang terjadi
pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita
berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala
klinis antara 35 45 tahun.
2. Status Perkawinan
Kawin/tidak, usia pertama kali menikah, lamanya menikah, berapa kali
menikah.
3. Keluhan Utama
Pasien biasanya mengeluh adanya perdarahan yang abnormal :
hipermenore, menorargia, metrorargia, menometorargia. Mengeluh
nyeri pada perut, retensio ufing, poli uri, edema pada tungkai dan
pusing.
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche
b. Siklus : tidak teratur
c. Lamanya menstruasi sekitar 7 8 hari
d. Pasien setiap harinya mengganti pembalut 3 4 pembalut/hari
e. Warna darah : merah kehitaman kadang bergumpal
f. Dismenore : ya, pada saat sebelum, selama maupun setelah haid
g. Flor albus : kadang-kadang terdapat flour albus
h. HPHT
5. Riwayat Obstetris
a. Riwayat kehamilan
Kehimilan mempengaruhi pertumbuhan mioma, dimana mioma
uteri tumbuh cepat pada massa kehamilan ini di hubungkan

dengan hormone esterogen yang pada massa kehamilan


dihasilkan dalam jumlah yang besar.
b. Jumlah kehamilan dan anak
Hal ini mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap
penyakit ini.
6. Riwayat Kesehatan Klien
Biasanya mengalami gangguan dalam siklus haid seperti hipermenore,
menorargia, metrorargia, menometrorargia.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya dalam keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang
menderita sakit yang sama seperti tumor.
8. Pola Aktivitas Sehari-hari
Pola nutrisi, pola eliminasi : nyeri pada saat BAK, retensi urine, pola
istirahat : pola aktivitas, pola spritual, pola hubungan seksual.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah: umumnya mengalami penurunan akibat perdarahan,
nadi menurun ( N=60-100x/menit), suhu
4. Kepala dan muka : tidak ada masalah
5. Mata : jika perdarahan banyak biasanya konjungtiva pucat, sklera
putih.
6. Telinga : tidak terdapat masalah
7. Hidung : tidak terdapat masalah
8. Mulut dan Gigi : tidak terdapat masalah
9. Leher : tidak terdapat masalah
10. Dada : biasanya terdapat sesak nafas karena pembesaran mioma
menekan diafragma
11. Abdomen : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah
12. Genetalia : adanya keluaran darah pervagina, teraba massa pada uterus
dan terdapat nyeri tekan.

13. Anus : timbul rasa sakit saat defekasi


14. Ekstremitas : atas : kadang terdapat oedem
15. Ekstremitas bawah : kadang terdapat edema tungkai
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Haemoglobin : turun
Albumin : turun
Leukosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun
2. USG
untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium
dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. USG juga berfungsi
mendiagnosis mioma submukosum yang kecil yang menyebabkan
perdarahan abnormal atau yang asimtomatik.

Terlihat massa pada

daerah uterus.
3. Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen
Untuk mengetahui mengidentifikasi sebuah mioma yang mengalami
kalsifikasi.
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi. USG juga untuk melihat lokasi, besarnya mioma,
diagnosis banding dengan kehamilan.
7. Foto BNO/IVP
Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
8. Histerografi dan histeroskopi
Untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
9. Laparaskopi
Untuk melihat lokasi, besarnya mioma uteri. Untuk membedakan
sebuah mioma di dalam ligamentum latum dari sebuah tumor padat
adneksa
10. Tes kehamilan.
3.2 Analisa Data
Data
DO:P=penyebab

Etiologi
Mioma

Masalah Keperawatan
Gangguan rasa nyaman:

timbulnya nyeri
Q=kualitas nyeri
R=tempat nyeri
S=skla nyeri (0-10)
T=waktu terjadinya
nyeri, berapa lama
DS : pasien mengeluh

Mioma menyempitkan

Nyeri

kanalis
Generasi merah
Nyeri

nyeri di bagian perut


bawah.
DO : jumlah urin pasien Hyperplasia endometrium Gangguan Eliminasi urin
<1500 cc/hari
DS :pasien mengatakan

Intra abdomen

sulit untuk buang air kecil

Penekanan kandung
kemih
Disuria

DO

lemah,

pasien
pasien

melakukan

tampak
tidak

Gangguan eliminasi urin


Perdarahan pervagina

Defisit perawatan diri

HB

perawatan

diri.
DS : pasien mengeluh

Anemia
Kelemahan

lemas sehingga tidak bisa


melakukan

aktivitas

perawatan diri.
DO : konsistensi feses
keras,

bising

usus

<5x/menit
DS : pasien mengeluh
sulit

untuk

BAB,

konsistensi feses keras,

Deficit perawatan diri


Tekanan intra abdomen

Resiko konstipasi

Penekanan rectum
Pola eliminasi alvi
tergangggu
Konstipasi

mengeluh merasa sakit


saat BAB
DO:
Pasien
gelisah,

pasien

menanyakan

terlihat
terus

Mioma
Tindakan operasi

tentang
Kurang pengetahuan

Cemas

keadaan penyakitnya.
DS: pasien cemas akan

cemas

penyakitnya dan tindakan


operasi.
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek sekunder dari
mioma uteri
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan adanya penekanan pada
mioma uteri terhadap kandung kemih.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, keterbatasan
pergerakan.
4. Resiko konstipasi berhubungan dengan adanya penekanan pada mioma
uteri terhadap rectum.
5. Cemas berhubungan dengan tindakan operasi dan kurangnya informasi
3.4 Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan efek sekunder dari
mioma uteri, proses penyakit.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan, nyeri hilang dan

berkurang
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan nyeri yang dirasakan dapat
berkurang atau hilang, skala nyeri turun, ekspresi wajah
rileks dan tenang
No. Intervensi
Rasional
1.
Kaji tingkat dan kerakteristik Untuk mengetahui
nyeri,

termasuk

kualitas, nyeri.menentukkan

rentang
intervensi

frekuensi, durasi, lokasi dan selanjutnya.


2.

intensitas
Ajarkan pasien latihan teknik Untuk mengurangi rasa nyeri

3.

relaksasi nafas dalam


dan meningkatkan kenyaman
Berikan pasien posisi yang Membantu kebutuhan perawatnyaman.

an

yang

diperlukan

mempertahankan

penampilan

yang dapat
4.

Kontrol

tanda-tanda

5.

pasien.
Kolaborasikan

untuk

ningkatkan citra diri.


vital Mengetahui kondisi

me umum

klien
untuk Untuk mengurangi rasa sakit

pemberian obat analgesic


2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan adanya penekanan
pada mioma uteri terhadap kandung kemih
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan eliminasi
BAK lancar.
Kriteria hasil : Urine dapat keluar lancar, klien tidak mengeluh
sakit, klien merasa nyaman, jumlah intake
cairan=output cairan.
No. Intervensi
1.
Kaji pola BAK pasien
2.

Awasi

pemasukan

Rasional
Mengetahui

kebiasaan

klien
dan Membantu

BAK

memonitoring

pengeluaran dan karakteristik kondisi eliminasi BAK


3.

urine
Pasang kateter urin

Membantu

memenuhi

kebutuhan dan mengevaluasi


4.

Kolaborasi dengan tim medis

kondisi perkemihan.
Melancarkan pengeluaran urin

untuk pemberian obat sesuai

bila terjadi pengosongan tidak

dengan indikasi

komplet dari kandung kemih


dapat terjadi karena penurunan
sensasi dan tonus

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik,


keterbatasan pergerakan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan perawatan diri
terpenuhi
Kriteria hasil : Klien merasa nyaman ,kebutuhan perawatan diri
terpenuhi, tubuh klien bersih, klien menunjukkan
perawatan diri: AKS (aktivitas kehidupan seharihari) ditandai dengan indicator mandiri dengan
bantuan alat bantu ataupun mandiri sepenuhnya.
No. Intervensi
1. Dukung kemandirian dalam
2.

Rasional
Meningkatkan kemauan klien

melakukan perawatan diri


untuk merawat diri
Bantu klien untuk kebutuhan Kebersihan dapat mempercepat

4.

personal hygiene
Libatkan keluarga

proses penyembuhan
dalam Meningkatkan peran dan fungsi

5.

pemehunan perawatan diri


keluarga.
Ajarkan pada klien cara Meningkatkan

6.

untuk perawatan diri


klien.
Letakkan peralatan perawatan Membantu

7.

diri di dekat klien.


Anjurkan mencuci

kemandirian
memandirikan

klien.
tangan Memelihara hygiene

setelah toileting dan sebelum


makan.
4. Resiko konstipasi berhubungan dengan adanya penekanan pada
mioma uteri terhadap rectum
Tujuan: dalam 3x24 jam, tidak ditemukan keluhan konstipasi.
Kriteria hasil: Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan
Feses lembut dan berbentuk
Mengeluarkan feses tanpa bantuan
Mengkonsumsi cairan dan serat yang adekuat
No
1

Intervensi
Kaji pola BAB pasien

Rasional
Mengetahui kebiasaan BAB

Berikan nutrisi tinggi serat

klien
Membuat feses lunak dan

Kolaborasi pemberian

mudah keluar
Melunakkan feses

laksatif
Kolaborasi tindakan

Sebagai jalan keluarnya feses

kolostomi

yang terhambat oleh mioma

uteri.
5. Cemas berhubungan dengan tindakan operasi dan kurangnya
informasi
Tujuan: dalam 1x24 jam kecemasan klien teratasi
Kriteria hasil : Menunjukkan kontrol ansietas, mempertahankan
penampilan

peran,

manifestasi

kecemasan

menunjukkan

melaporkan
secara

tidak
fisik,

perilaku

mengkomunikasikankebutuhan

ada
tidak

agresif,
dan

perasaan

negative, mengidentifikasi gejala yang merupaka


indicator ansietas pada klien sendiri
No

Intervensi

Rasional

1.

2.

3.

Observasi dan dokumentasi

Mengetahui perkembangan

tingkat kecemasan klien

kondisi ansietas.

setiap hari.
Selidiki teknik yang dimiliki

Mengkaji dan mengevaluasi

dan telah dilakukan klien

teknik yang telah dilakukan

untuk mengurangi ansietas di

serta menentukan teknik apa

masa lalu.

yang sesuai untuk mengurangi

Beri dorongan pada klien

ansietas
Membantu mengurangi beban

untuk mengungkapkan

klien

pikiran dan perasaan untuk


mengeksternalisasikan
4.

5.

ansietas
Sediakan pengalihan melalui

Teknik distraksi dapat

televisi, radio, majalah, dan

mengalihkan perhatian klien.

media lainnya
Sediakan lingkungan yang

Lingkungan yang nyaman

nyaman

sangat membantu
meminimalkan kondisi

6.

Beri dorongan pada keluarga

ansietas.
Meningkatkan peran dan fungsi

untuk menemani klien, sesuai keluarga.


dengan kebutuhan.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi
jaringan ikat. Dikenal ada dua tempat asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri
( 2 % ) dan pada korpus uteri ( 97 %). Myoma Uteri umumnya terjadi pada
usia lebih dari 35 tahun. Degenerasi ganas mioma uteri ditandai dengan
terjadinya perlukaan serta warna yang keabu abuan, terutama jika mioma
tumbuh dengan cepat atau ditemukan pada post menopause. Mioma uteri
berhubungan dengan genetik, esterogen, progesteron, human growth hormone.
Jenis mioma yaitu Mioma Submokosum, Mioma Intramural, Mioma
Subserosum. Penatalaksanaan mioma uteri yaitu dengan pengobatan operatif
diantaranya adalah histerektomi.
4.2 Saran
Sebagai perawat, kita harus memberi penyuluhan kepada masyarakat
tentang penyakit mioma uteri dan mampu memberikan asuhan keperawatan
sesuai kondisi pasien agar pasien dapat mengetahui tanda dan gejala awal dari
mioma uteri. Selain itu agar diagnosis mioma uteri dapat di tegakkan sedini
mungkin. Penatalaksanaan mioma uteri harus tepat dan dilakukan dengan
segera, karena mioma uteri ini dapat menyebabkan perdarahan dan dapat
membahayakan nyawa penderita mioma uteri.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakart
Galle, Danielle. Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
EGC. Jakarta
Rayburn, William F. & J. Christopher Carey. 2001. Obstetri & Ginekologi.
Jakarta:Widya Medika.
Wiknjosastro. Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Cetakan 3. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Diskusi
1. Annisa Zahra F (131011117): apakah nafsu makan tetap baik? Jika mengalami
gangguan, mengapa tidak dimasukkan pada WOC?
pada pasien dengan mioma uteri terjadi perubahan nafsu makan, hal ini
dikarenakan pasien mengalami nyeri. Hal ini tidak kelompok masukkan
kedalam WOC karena dalam satu etiologi kami hanya mengangkat satu
diagnosa. Jadi yang harus diatasi adalah nyeri pasien. Jika nyeri teratasi
maka masalah nafsu makan pasien pun akan teratasi.
2. Putu Indraswari Aryanti (131011114): apa yang dimaksut putaraan tungkai?
Bagaimana proses terjadi generasi merah? Dan apa yang teerjadi pada hormon
estrogen hingga menyebabkan mioma uteri?
Putaran tungkai disebut juga putaran tangkai adalah terjadinya
degenerasi sarkoma yang lebih besar. Dimana mioma uteri yang muncul
mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui vagina
dan mengalami torsi atau perputaran, hal ini disebut sebagai mioma
submukosa bertungkai yang dapat menimbulkan Myomgeburt dan
sering mengalami nekrose atau ulserasi,
Patogenesis generasi merah diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut
sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang
mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen
hemosiserin dan hemofifusi.
Jika jumlah produksi esterogen meningkat maka jumlah reseptor
esterogen juga meningkat, hal ini sebanding dengan percepatan
pertubuhan mioma.
3. Dian Laili A (131011093): kenapa perdarahan pervagina dapat mengakibatkan
syok hipovelemik? Apakah setiap klasifikasi mioma penatalaksanaan
pembedahannya sama dan bagaimana dengan pasien yang masih berkeinginan
untuk hamil?
Syok hipovolemik terjadi dikarenakan adanya kehilangan darah yang
banyak, pada mioma uteri pasien akan mengalami perdarahan pervagina
dengan kuantitas darah yang dikeluarkan banyak. Pasien dengan mioma

uteri bisa mengalami Hipermenore atau menorargia, Metrorargia, dan


Menometrorargia.
Pentalaksanaan pembedahan pada mioma uteri tergantung pada jenis
dan besar mioma yang tumbuh. Indikasi mioma uteri yang diangkat
adalah mioma uteri subserosum bertangkai. Dan pada mioma uteri yang
masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa menopause
tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan terapi konservatif berupa
pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan untuk
mengetahui perkembangan mioma. . untuk tindakan pembedahan
histerektomi total atau dikenal dengan nama Total Abdominal
Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO ).
TAH BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat
uterus, serviks, kedua tuba falofi, dan ovarium dengan melakukan insisi
pada dinding perut, pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma
dan chronic endrometriosis, artinya jika pasien dilakukan tindakan
histerektomi maka pasien tidak bisa hamil. Sedangkan Miomektomi
adalah pengangkatan mioma saja dengan tetap memelihar Rahim.
Biasanya dilakukan dengan rencana untuk memelihara kesuburan.
Resiko rekuensi dari mioma sebesar 40% dan resiko infertilitas sehabis
miomektomi adalah sebesar 40%. Miomektomi sering dilakukan
melalui laparotomy tetapi dapat dilaksanakan juga melalui laparoskopi
pada pasien terpilih.

You might also like