Professional Documents
Culture Documents
Appendiktomi
Pembimbing :
dr. Dijah P Sekarmeranti, Sp. An
Amaze Grace Sira / 41090007
Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Usia : 26 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kalimantan Timur
No.RM : 01-09-20-32
Anamnesa
Keluhan utama : nyeri perut kanan bawah
RPS : Pasien datang dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah 3 minggu yang lalu.
Saat nyeri pasien merasakan nyeri tidak
dapat ditahan. Nyeri tidak menjalar
kedaerah lain. Nyeri tidak kunjung
berkurang sampai pasien ke dokter dan
minum obat penghilang nyeri. Nyeri
hanya dirasakan satu hari selanjutnya
nyeri tidak muncul kembali.
Anamnesa
Mual (+) Muntah (-) Demam (-) BAB normal
BAK normal.
Dokter di Kalimantan
mencurigai pasien terkena radang usus
buntu namun pasien ingin mencari second
opinion lalu memeriksakan ke dokter di
Jakarta. Dan terakhir pasien memutuskan
untuk kembali melakukan pemeriksaan di
RS Bethesda Yogyakarta.
Anamnesa
Riwayat Penyakit Dahulu : Pernah
merasakan keluhan yang sama saat SMP
Asma (-), Batuk / Pilek (-)
Riwayat Operasi : Operasi Saecar 6,5
bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat Alergi : Golongan Sulfa
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
Vas
: 110/70 mmHg
: 67x/menit
: 14x/menit
: 36,4 oC
:0
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata
: sklera ikterik(-), konjungtiva anemis(-)
Leher
: pembesaran limfonodi (-), pembesaran tiroid (-)
Thorak
: simetris kanan/kiri, jejas luka (-)
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis di SIC 5 linea midclavicula
Palpasi : Teraba Ictus cordis di SIC5 linea midclavivula
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1, S2 reguler disemua katup, gallop (-), bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : Ketinggalan gerak (-), Barrel chest (-)
Palpasi : Fremitus normal, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikular (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen :
Inspeksi : Jejas (-), Bekas luka (+) operasi SC, distensi
(-)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Perkusi
: Timpani 9 regio
Palpasi : Nyeri tekan mcBurney (-), muscle defend (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), CRT <2 detik
Hb
Pemeriksaan
Penunjang
Hct
AL
Basofil
AT
Golongan darah
Masa Perdarahan
Masa protombin
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Gula darah
: 13 gr%
: 38,3%
: 8.220 /mmk
: 0.4%
: 168.000/mmk
:O
: 2.00 menit
: 9.00 menit
: 12.5 U/L
: 8.5 U/L
: 23 mg/dL
: 0,62 mg/dL
: 81 mg/dL
Pemeriksaan
Penunjang
USG abdomen : Susp. Calcium Renal
Duplex dengan Cystitis dan
inhomogenitas pada uteri, susp.
Adnexitis, adanya App, Chronis belum
bisa di kesampingkan
Diagnosis Kerja :
Appendicitis Kronis
Assesmen Pra
Induksi
Keadaan umum
: Baik
Hb
Kelainan Penyerta : Hct
ASA
: 1
Golongan darah
Alergi
: Golongan
Ureum
Sulfa
Kreatinin
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 67x/menit 0,62mmdL
Respirasi
: 14x/menit Gula darah
Suhu
: 36,4 oC
Berat Badan
Vas
:0
: 13 gr%
: 38,3%
:O
: 23
:
: 81x/men
: 65 kg
Klasifikasi Status
Klasifikasi
Fisikyang lazim digunakan adalah
klasifikasi yang berasal dari The American
Society of Anesthesiologists (ASA)
Kelas I
: Pasien sehat organik, fisiologik,
psikiatrik, biokimia
Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik
ringan atau sedang
Kelas III : Pasien dengan penyakit sistemik
berat sehingga aktivitas rutin terbatas
Premedikasi
Premedikasi adalah pemberian obat sebelum induksi
anesthesia dengan tujuan untuk melancarkani induksi,
pemeliharaan dan pemulihan anestesia.
Pre Medikasi
Fentanyl 100 mcg (1 ml : 50 mcg)
Fentanyl merupakan obat golongan opioid kuat
untuk meredakan dan menghilangkan rasa nyeri
Bekerja pada reseptor opiod, yang terdiri dari tiga
reseptor utama yaitu mu, delta, dan kappa (agonis
kuat reseptor mu)
Manfaat : Efek analgetik 100 kali lebih kuat dari
morfin. Tidak punya efek histamin realese.
Dosis : 1-3 mcg/kg BB (rute : IV) dengan BB 50 kg
adalah 50-150 mcg.
Dosis pasien: 100 mcg
Selain itu terdapat beberapa obat lain golongan
opioid : sulfentanil, remifentanil, morfin, piritramid,
petidin, nalokson
Premedikasi
Premedikasi adalah pemberian obat sebelum induksi
anesthesia dengan tujuan untuk melancarkani induksi,
pemeliharaan dan pemulihan anestesia.
Tujuan
Pemasangan ET
Posisi
Klasifikasi
Mallampati
Tramal
100mg (IV)
Narfos 4mg
(IV)
Ketese 50mg
(IV)
yang
bekerja
pada
reseptor opiat.
Obat Analgesik
hemostatik
yang
merupakan
penghambat
Narfozkuat
4 mg
: Merupakan
antiemetik
yang bekerja
Tramadol
mengikat
secara
stereospesifik pada
bersaing
dari
aktivator
plasminogen
dan
antagonis
reseptor
5-HT3
reseptor plasmin.
di sistem saraf
sehingga
mengeblok
penghambat
Oleh pusat
karena
itu dapat
sensasi
nyeri
dan respon
terhadap
nyeri.
membantu
mengatasi
perdarahan
berat
akibat
ketese
: COX-2
selective
inhibitor
Di samping
itu tramadol menghambat pelepasan
fibrinolisis
yang berlebihan.
neurotransmitter dari saraf aferen yang sensitif
terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri
Na 100 meq,
K0,2
18 gram,
meq, Ca
meq,
Mg 6NaCl
meq,
CI 90 Na
CaCl2
KCl40,3
gram,
6 gram,
terhambat.
meq, acetate
meq,
sorbitol
50 g anhidrat 50 gram
asetat38
3,8
gram,
Dekstroasa
Tutofusin
150cc
Asering
500cc
Asering
500cc
Operasi Selesai
Prostigmin (neostigmin)
Dosis : 0.03-0.07 mg/kg
memiliki efek ceiling
sehingga dosis >0,07
mg/kg menjadi tidak
efektif, efek maksimum 711 menit, lama kerja 60
Post Anestesia
Discharge Scorring
16.50
16. 55
Pasien
Kembali ke
Ruangan
Post Anestesia
Discharge Scorring
Vital Sign (BP & Pulse)
Dalam basal nilai pre-op 2
20 40% nilai basal
Aktivitas
Seperti biasa, tidak pusing
Butuh bantuan
Tidak bisa bergerak
1
0
Mual/Muntah
Minimal/tanpa obat
Sedang/dengan obat IV 1
Masih mual/obat berulang
Nyeri
Nyeri dapat ditahan (skor 0-3)
Nyeri tdk dpt ditahan (skor >3)
2
1
Perdarahan
Minimal/tdk ganti verban
Sedang/ganti verban 2x
Berat/ganti verban >3x
2
1
0
TERIMA
KASIH
Amaze Grace Sira
Indikasi
pemasangan ET
operasi di kepala dan leher
operasi pada posisi miring, tengkurap
teknik dengan
Rumatan
Anestesia
Rumatan inhalasi
O2 N20 : 50% : 50%, + sorjon 2vol% +narkotik (phentanyl) + Muscle relaxan : tracium?
Rumatan anestesia mengacu pada trias anestesia yaitu tidur ringan (hipnosis) sekedar
tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar pasien selama dibedah tidak
menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup