Professional Documents
Culture Documents
Mata Kuliah
Sandi Mata Kuliah
Dosen Pembina
Nama mahasiswa
NIM mahasiswa
E-mail
:
:
:
:
:
:
A; Referensi
Dewey, John. 2002. Pengalaman dan Pendidikan. Alih bahasa: John de Santo.
Yogyakarta, Kepel Press.
B; Tujuan penulisan.
1; Menganalisis mengenai pendidikan tradisional dan pendidikan progresif.
2; Mengemukakan cacat fundamental dari masing-masing sistem pendidikan tersebut.
3; Meluruskan penyalahgunaan gagasannya yang sering diangkat dan dikacaukan oleh
gerakan pendidikan progresif.
4; Menjelaskan arti pengalaman dan hubungannya dengan pendidikan.
C; Riwayat Penulis.
John Dewey dilahirkan pada tanggal 20 oktober 1859 disebuah daerah pertanian dekat
Burlington. Vermount. Dia adalah anak seorang pemilik toko di desanya. Ia memperoleh
pendidikan pertamanya disekolah umum Burlington, kemudian melanjutkan ke universitas
Vermount, dan ketika masih menjadi seorang mahasiswa dia berteman baik dengan Prof.
H. A. P. Torrey yaitu orang yang membawa dan menguraikan semacam kelompok realism
yang diadopsi dari Skotlandia. Setelah keluar dari Vermount pada tahun 1875, tahun 1879
Dewey menerima diploma kandidat, kemudian dia mengajar selama 3 tahun.
Berkat intruksi dari Torrey, ia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya pada
universitas John Hopkins dengan desertasinya The Psikologi Of Kant. Ia menyelesaikan
program doktoral dalam bidang filsafat pada universitas tersebut pada tahun 1884. John
Dewey mula-mula mengajar di Chicago kemudian di universitas Columbia New York
yang memiliki satu perguruan tinggi pendidikan guru yaitu teachers college. Di
universitas Chicago ia menjadi ketua jurusan filsafat, psikologi, dan pedagogik, dan di
universitas tersebut ia mendirikan sebuah sekolah percobaan (laboratorium sekolah)
untuk menguji dan mempraktekkan teorinya. Sekolah ini diberi nama university
elementaire school dan menjadi masyhur diseluruh dunia. ia meninggal pada tanggal 1
januari 1952 di New York. selama hidupnya ia banyak menorehkan karya-karya yang
terkenal di dunia diantaranya My Pedagogic Creed (1897), School And Society (1899),
How We Think (1910), Democracy And Education (1916), The American Civil Liberties
(1920), Impressions Of Sovyet Russia And The Revolutionary Word Mexico-China-Turki
(1929), Experience And Education (1938) dan Education Today (1940).
D; Rangkuman (summary).
Dalam Buku ini diawali dengan suatu analisis mengenai pendidikan tradisional dan
pendidikan progresif, serta mengemukakan berbagai cacat fundamental dari masingmasing sistem pendidikan tersebut. Pendidikan Tradisional yang dimaksudkan disini
adalah sekolah gaya lama, sementara Pendidikan Progresif yang dimaksud merupakan
sekolah gaya baru.
Tiga ciri khas Gaya Pendidikan Tradisional, yakni:
1; Ide-ide yang mendasari dirumuskan secara luas tanpa kualifikasi yang diperlukan untuk
suatu pernyataan akurat, maka ide-ide itu menyangkut: Materi Pokok pendidikan terdiri
dari seluruh perangkat informasi dan keterampilan yang telah dihasilkan di masa
lampau karena Tujuan utama sekolah ialah mewariskan segala pengetahuan tersebut
kepada generasi yang baru.
2; Di masa lampau sudah dikembangkan pula berbagai patokan dan aturan tingkah laku;
pembinaan moral terdiri dari upaya membentuk kebiasaan kegiatan yang sesuai dengan
semua peraturan dan patokan tersebut.
3; Pola umum dari organisasi sekolah menjadikan sekolah sebagai intitusi yang sangat
berbeda dengan segala institusi sosial lainnya. Seperti : semua hubungan antara murid
dengan murid dan antara murid dengan guru; seluruh tatanan ruang sekolah biasa,
jadwal waktunya, skema klasifikasi, pengujian dan kenaikan jenjang, serta peraturan
tata tertib.
Ketiga ciri khas yang baru saja disebutkan itu menentukan tujuan, metode pengajaran
dan disiplin. Tujuan atau sasaran utamanya ialah mempersiapkan generasi muda untuk
berbagai tanggung jawab masa depan dan demi kebrhasilan dalam hidup mereka lewat
proses penguasaan atas seperangkat informasi dan berbagai bentuk keterampilan yang telah
disiapkan. Maka, sikap para murid pada umumnya haruslah dicirikan oleh kepatuhan,
kesediaan untuk menerima dan ketaatan. Buku-buku, merupakan wakil utama adat istiadat
dan pengetahuan serta kebijaksanaan masa lampau, Sementara para guru merupakan
sarana, melaluinya para murid secara efektif diperkenalkan dengan materi.
Jika melihat ciri khas yang dimiliki oleh pendidikan tradisional, maka dapat dikatakan
bahwa pendidikan tradisional sangat erat hubungan dengan pendekatan behavior.
Pendekatan behavior merupakan suatu pendekatan belajar dimana terjadinya perubahan
tingkah laku siswa disebabkan adanya stimulus yang diberikan oleh guru. Selain dari itu,
kaitan yang sangat mendasar antara pendidikan tradisional dengan pendekatan behavior
adalah terletak pada bahan pelajaran menjadi pusat seluruh kegiatan (materio sentris).
Kebangkitan pendidikan progresif sebagai sekolah gaya baru merupakan suatu hasil dari
rasa tidak puas terhadap pendidikan tradisional. Sesungguhnya pendidikan progresif adalah
kritikan terhadap pendidikan Tradisional tersebut. Jadi, Prinsip umum yang terdapat dalam
pendidikan progresif, ialah :
1; Paksaan dari atas dipertentangkan dengan ekspresi individualistis dan usaha
menumbuhkannya;
2; Disiplin eksternal dipertentangkan dengan kegiatan bebas;
3; Belajar dari buku dan guru dipertentangkan dengan proses belajar melalui pengalaman;
4; Penguasaan atas keterampilan dan teknik murni secara terpisah melalui latihan yang
terus menerus dipertentangkan dengan penguasaan atas keterampilan dan teknik
tersebut sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang langsung dirasa vital bagi
hidupnya;
5; Persiapan bagi masa depan yang agak jauh dipertentangkan dengan upaya menggunakan
semaksimal mungkin seluruh kesempatan hidup sekarang ini;
6; Tujuan dan materi pelajaran statis dipertentangkan dengan upaya membiasakan diri
secara kognitif dengan suatu dunia yang terus berubah.
Pendidikan progresif mengemukakan bahwa: anak seharusnya mengalami proses
berpikir sendiri dari awal hingga akhir, sesuai dengan tingkat kematangan pribadinya.
Kecerdasan murid harus dikembangkan supaya timbul hasrat dalam dirinya untuk dapat
menyelidiki secara teratur, berfikir secara objektif dan logis. Yang diutamakan adalah
proses berpikir itu sendiri dan bukannya apa yang ia pikirkan. Guru hanya berfungsi
sebagai petunjuk jalan dan pengamatan tingkah laku anak. Materi pelajaran disesuaikan
dengan kesenangan-kesenangan yang mungkin tak teratur atau hanya direduksikan kepada
latihan-latihan kejuruan. Bila memperhatikan secara seksama pola belajar pada pendidikan
progresif, sangat erat kaitannya dengan pendekatan belajar konstruktivisme. Dimana
pendekatan konstruktivisme merupakan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik
untuk membangun sendiri pengetahuannya secara aktif dengan menggunakan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi kaitan yang sangat mendasar antara pendidikan
progresif dengan pendekatan konstruktivisme ialah pada kehidupan menjadi pusat bahan
pengajaran (life central education).
Cacat fundamental yang terdapat pada pendidikan Tradisional dan pendidikan
Progresif, dimana pendidikan tradisional mengandalkan berbagai pokok persoalan dan
warisan budaya sebagai isinya, sementara pendidikan progresif mengutarakan dorongan
dan minat pelajaran serta berbagai masalah perubahan sosial yang telah berlangsung.
Menurut dewey, tidak satupun dari semua perangkat nilai ini yang cukup bagi dirinya
sendiri. Kedua-duanya penting, Kiranya masuk akal bahwa pengalaman merupakan
pendidikan, terutama sekali meliputi kontinuitas dan interaksi antara si pelajar dan objek
yang sedang ia pelajari. Dewey berpendapat bahwa Pendidikan tradisional (gaya lama)
maupun pendidikan progresif (gaya baru), sama-sama tidak memadai. Masing-masing
merupakan sistem pendidikan yang salah, sebab keduanya tidak menerapkan prinsipprinsip suatu filsafat pengalaman yang dikembangkan secara hati-hati. Dewey menegaskan
pentingnya warisan budaya dan sikap hati-hati terhadap keinginan untuk hanya
memperoleh pendidikan melalui pengalaman.
Dewey beranggapan bahwa di tengah segala ketidakpastian itu terdapat suatu kerangka
acuan yang tetap; yaitu hubungan organis antara pendidikan dan pengalaman pribadi atau
bahwa filsafat baru mengenai pendidikan itu mengikatkan dirinya pada sejenis fisafat
emperisme dan eksperimental. Untuk mengetahui arti emperisme kita perlu memahami apa
itu pengalaman. Keyakinan bahwa semua pendidikan sejati terjadi lewat pengalaman, tidak
berarti bahwa semua pengalaman pada dasarnya bersifat edukatif. Pendidikan dan
pengalaman tidak dapat secara langsung disamakan begitu saja. Karena sejumlah
pengalaman bersifat salah didik. Setiap pengalaman bersifat salah didik kalau pengalaman
itu mempunyai dampak mencacatkan proses pertumbuhan pengalaman selanjutnya.
Kualitas pengalaman apa saja memiliki dua aspek, yaitu :
1; Aspek langsung, yaitu menyenangkan atau tidak menyenangkan;
2; Aspek pengaruh, yaitu pengaruh atas berbagai pengalaman kemudian.
Aspek langsung sangat jelas dan mudah dinilai, aspek pengaruh atau akibat dari suatu
pengalaman tidak akan langsung kelihatan. Adalah tugas pendidik untuk menata beberapa
jenis pengalaman, yang walaupun tidak menjemukan para murid tetapi agaknya
merangsang seluruh kegiatannya, bagaimanapun juga tugas seperti itu lebih baik daripada
hanya memberi kesenangan langsung karena pengalaman-pengalaman tersebut
memungkinkan diperolehnya berbagai pengalaman mendatang yang diinginkan.
Persoalan pokok dari suatu pendidikan yang didasarkan atas pengalaman ialah
memilih jenis pengalaman sekarang yang berpengaruh secara kreatif dan produktif dalam
seluruh pengalaman berikutnya. Semakin jelas dan serius anggapan bahwa pendidikan
merupakan suatu perkembangan di dalam pengalaman, melalui pengalaman, dan untuk
pengalaman, maka semakin penting pula konsep yang jelas mengenai apa itu pengalaman.
Setiap pengalaman sejati memiliki suatu sisi aktif yang dalam tingkat tertentu
mengubah semua kondisi objektif dimana pengalaman itu diperoleh. Dewey menyatakan
ada dua prinsip utama yang sangat fundamental dalam proses pembentukan pengalaman,
yaitu:
1; Kontinuitas, prinsip kontinuitas dalam arti tertentu berlaku dalam setiap kasus, kualitas
pengalaman sekarang mempengaruhi caranya prinsip itu di terapkan.
2; Interaksi, prinsip ini memberikan hak yang sama kepada kondisi objektif dan kondisi
Suyitno, Y. 2009. Tokoh-tokoh Pendidikan Dunia (dari Dunia Timur, Timur Tengah, dan
Barat). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.
Soyomukti, nurani. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, neo liberal, marxis
sosialis, dan postmodern. Yokyakarta: Arrus Media.