Professional Documents
Culture Documents
Ca Mammae
diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan co-assisten
SMF Radiologi RSUP Dr. Sardjito, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
Disusun oleh:
MUHAMMAD YUSUF ZAWIR BIN ABD RAHIM
10/304766/KU/14169
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Anatomi Payudara
B. Karsinoma Mammae
2.3. Klasifikasi
C. Mammografi
10
10
11
13
15
18
18
22
28
DAFTAR PUSTAKA
29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum terjadi pada wanita baik di negara
maju maupun negara berkembang, meliputi 16% dari semua kanker yang diderita oleh wanita.
Pada tahun 2004, 519.000 wanita meninggal karena kanker payudara, dan meskipun kanker
payudara dianggap sebagai penyakit negara maju, mayoritas (69%) dari semua kematian akibat
kanker
payudara
terjadi
di
negara
berkembang
(WHO,
2004).
Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya sebanyak 350.000
diantaranya ditemukan di negara maju, sedangkan sisanya ditemukan di negara yang sedang
berkembang.
Seorang wanita yang hidup hingga usia 90 tahun memiliki satu dari delapan kemungkinan
menderita kanker payudara. Pada tahun 2007 diperkirakan 178.480 perempuan didiagnosa
menderita kanker payudara invasif, 62.030 dengan karsinoma in situ, dan lebih dari 40.000
wanita meninggal karena penyakit ini.
Survival rates kanker payudara sangat bervariasi di seluruh dunia, mulai dari 80% atau
lebih di Amerika Utara, Swedia dan Jepang menjadi sekitar 60% di negara-negara
berpenghasilan menengah dan di bawah 40% di negara-negara berpenghasilan rendah
(Coleman et al., 2008). Tingkat kelangsungan hidup yang rendah di negara-negara kurang
berkembang dapat dijelaskan oleh kurangnya program deteksi dini, sehingga proporsi
perempuan dengan penyakit stadium akhir menjadi tinggi.
Pada tahun 2000 insiden kanker payudara di Indonesia berdasarkan ASR adalah sebesar
20,6 (20,6 per 100.000 penduduk) dengan mortalitas sebesar 10,1 (10,1 per 100.000 penduduk)
atau se banyak 10.753 orang. Sedangkan pada tahun 2005 mortalitas akibat kanker payudara
menurut ASR adalah sebesar 10,9 per 100.000 penduduk dengan jumlah kematian sebanyak
12.352 orang. Kanker payudara merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting,
karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi
Insiden kanker payudara meningkat di negara-negara berkembang termasuk Indonesia
karena meningkatnya angka harapan hidup, peningkatan urbanisasi dan adopsi gaya hidup
Barat. Meskipun beberapa pengurangan risiko mungkin dicapai dengan pencegahan, strategi
ini tidak dapat menghilangkan sebagian besar kanker payudara yang berkembang di negara
berpenghasilan rendah dan menengah di mana kanker payudara didiagnosis pada tahap sangat
1
terlambat. Oleh karena itu, deteksi dini untuk meningkatkan outcome kanker payudara dan
kelangsungan hidup tetap menjadi landasan pengendalian kanker payudara.
Mammografi merupakan pemeriksaan radiologis khusus menggunakan sinar X dosis
rendah untuk mendeteksi secara dini keganasan pada payudara, bahkan sebelum adanya
perubahan yang terlihat pada payudara atau benjolan yang dirasakan pasien. Mammografi
dianggap sebagai senjata yang paling efektif untuk mengidentifikasi dan mendeteksi adanya
kanker pada payudara, hal ini disebabkan tingkat akurasi yang mencapai hampir 80%-90% dari
semua kasus kanker payudara. Mammografi tidak mencegah atau bahkan mengobati, namun
dapat mengurangi resiko terjadinya kematian dengan mengidentifikasi keberadaan tumor pada
jaringan payudara dalam tingkat yang masih dapat ditangani dengan lebih mudah.
Sebelum tahun 1980, dimana pencitraan payudara belum banyak digunakan, pengobatan
untuk kanker payudara dimulai pada tahap akhir dari penyakit dibandingkan dengan sekarang.
Pencitraan Payudara telah meningkatkan deteksi tumor yang lebih kecil dari yang ditemukan
pada pemeriksaan payudara secara klinis dan telah memungkinkan pasien untuk menghindari
operasi yang tidak perlu. Selain itu, manfaat kedua diagnosis dini adalah bahwa pasien dengan
kanker payudara dapat diberikan lebih banyak pilihan pengobatan,seperti lumpectomy dengan
terapi radiasi yang merupakan pilihan dibandingkan mastektomi pada pasien tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Anatomi Payudara
Payudara terletak pada bagian anterior dinding thorax, mulai dari costae 2 atau 3 sampai
costae 6 atau 7, terletak diatas otot pektoralis mayor, otos pektoralis minor dan sebagian dari
otot seratus anterior dan otot eksternus abdominal obliqua. Batas medial dari payudara
menempati margo lateral dari sternum dan batas lateral dari payudara mengikuti garis anterior
dari axila. Prosesus aksilaris dari payudara memanjang ke arah atas dan lateral menuju aksila
dimana berhubungan dengan pembuluh darah aksila. Bagian payudara ini secara klinis
signifikan karena tingginya insidens kanker payudara dalam drainase limfatik prosesus
aksilaris.
B. Karsinoma Mamae
Karsinoma mammae merupakan proliferasi malignan dari sel epitel yang melapisi duktus
atau lobulus payudara, yang dapat disebabkan akibat interaksi dari faktor genetik dan
lingkungan yang menyebabkan akumulasi progresif dari perubahan genetik dan epigenetik dari
sel kanker payudara.
Di dunia, kanker payudara merupakan kanker tersering yang terjadi pada wanita dan
merupakan penyebab utama kematian pada wanita.
Pada tahap awal, kanker payudara biasanya tidak menimbulkan gejala. Kanker payudara
sering kali terdeteksi pertama kali sebagai abnormalitas pada pemeriksaan mamogram sebelum
timbul keluhan pada pasien. Pendekatan umum untuk evaluasi kanker payudara telah
diformulasikan sebagai tiga penilaian yaitu: pemeriksaan klinis, pencitraan (mamografi
dan/atau ultrasonografi) dan biopsi jarum.
Obesitas dan hormon replacement therapy yang meningkatkan pajanan estrogen pada
wanita postmenopause. Peningkatan resiko pada wanita obes mungkin disebabkan
karena konversi lemak menjadi estrogen.
termasuk pertumbuhan normal sel epitel dan sel stroma yang dapat membantu pertumbuhan
sel kanker.
Estrogen juga memiliki peranan langsung dalam karsinogenesis. Metabolit dari estrogen
dapat menyebabkan mutasi dan menghasilkan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan dna
pada sel. Selain itu, varian gen dalam sintesis estrogen dan metabolitnya dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker payudara. Varian tersebut analog dengan alel sitokrom p-450 yang
mengganggu metabolisme tamoxifen
Selain faktor resiko diatas, riwayat keluarga juga merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya kanker payudara. Memiliki hubungan keluarga derajat pertama dengan penderita
kanker payudara merupakan salah satu resiko terjadinya kanker payudara.
Resiko terkena kanker payudara meningkat 4x lipat bila memiliki ibu atau saudara
perempuan dengan kanker payudara.
Resiko menjadi 5x lipat lebih besar bila memiliki 2 atau lebih keluarga derajat pertama
dengan kanker payudara.
Riwayat keluarga dengan kanker ovarium pada keluaga derajat pertama, terutama jika
terjadi sebelum umur 50 tahun juga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
Walaupun 20-30% wanita dengan kanker payudara memiliki paling tidak 1 keluarga
dengan riwayat kanker payudara, hanya 5-10% wanita dengan kanker payudara memiliki
predisposisi herediter yang teridentifikasi. BRCA1 dan BRCA2 bertanggungjawab terhadap 38% kasus kanker payudara dan 15-20% kasus keluarga.
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13,
bertanggungjawab terhadap mayoritas dominan autosomal kanker payudara. Kedua gen
tersebut diduga merupakan gen tumor supresor yang mempertahankan integritas DNA dan
regulasi transkripsional.
Mutasi BRCA1, paling sering terjadi pada wanita ashkenazi jewish (8,3%), diikuti oleh
wanita hispanik (3,5%), wanita berkulit putih non-hispanik (2,2%), wanita kulit hitam (1,3%)
dan wanita asia (0,5%). Wanita yang memiliki mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 memiliki
resiko dengan estimasi sebesar 50-80% terkena kanker payudara.
2.3. Klasifikasi
Lebih dari 95% dari keganasan payudara merupakan adenokarsinoma yang terbagi
menjadi karsinoma insitu dan karsinoma invasif. Karsinoma in situ merupakan proliferasi
neoplastik yang terbatas pada membran basalis duktus dan lobulus, sedangkan karsinoma
invasif telah menembus membran basalis hingga ke stroma. Pada karsinoma invasif, sel-sel
ganas berpotensi untuk menginvasi struktur vaskular hingga mencapai nodus limfe regional
dan menyebar ke tempat lain.
2.3.1. Karsinoma In Situ
a. Karsinoma Intraduktus In Situ
Merupakan 15-30% karsinoma payudara pada populasi yang terskrining dengan baik.
Hampir setengah keganasan payudara yang terdeteksi dengan mamografi merupakan
karsinoma intraduktal. Sebagian besar karsinoma intraduktal terdeteksi dengan
ditemukannya kalsifikasi pada mamografi. Selain itu, juga dapat terlihat fibrosis
periduktus yang mengelilingi karsinoma intraduktus walaupun jarang terjadi. Terkadang,
karsinoma intraduktus juga menyebabkan keluarnya discharge dari puting payudara.
Karsinoma intraduktus terdiri dari populasi sel klonal ganas yang terbatas pada
membran basalis duktus dan lobulus. Sel-sel mioepitelial tetap ada, walaupun dapat
berkurang jumlahnya. Karsinoma intraduktus dapat menyebar melalui duktus dan lobulus
dan menyebabkan lesi yang ekstensif dan melibatkan seluruh bagian payudara.
c. Karsinoma Medularis
Merupakan karsinoma yang paling sering terjadi pada wanita berusia sekitar 60 tahun
dan bermanifestasi sebagai massa berbatas tegas. Karsinoma ini dapat menyerupai lesi
jinak secara klinis dan radiologis, dan dapat juga bermanifestasi sebagai massa yang
tumbuh dengan cepat.
d. Karsinoma Mucinous (Colloid)
Karsinoma mucinous terjadi pada wanita dengan usia rata-rata 71 tahun dan biasanya
tumbuh dengan lambat selama bertahun-tahun.
e. Karsinoma Tubular
Biasanya terdeteksi sebagai gambaran densitas mamografi yang kecil dan ireguler pada
wanita berusia 40an.
f. Karsinoma Invasif Papiler
Jarang terjadi, hanya sekitar 1% dari seluruh karsinoma invasif
g. Karsinoma Metaplastik
Terdiri dari beberapa tipe jarang karsinoma payudara (<1% kasus) seperti karsinoma
yang mempoduksi matrix, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma dengan komponen sel
spindle yang menonjol.
C.
Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan radiologis khusus pada payudara menggunakan
sinar X dosis rendah. Pemeriksaan mamografi pada pasien tanpa gejala disebut dengan
mamografi skrining, sedangkan pemeriksaan pada pasien dengan tanda dan gejala kanker
payudara disebut dengan mamografi diagnostik.
Penggunaan mamografi dalam prosedur diagnostik akan memperoleh nilai ketepatan
diagnostik sebesar 94%. Bila mamografi dan ultrasonografi dipakai bersama dalam prosedur
diagnostik, akan meningkatkan nilai ketepatan diagnostik menjadi 97%.
Mamografi lebih berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak lebih dominan
dari jaringan fibroglandular yang biasanya ditemukan pada wanita dewasa diatas 40 tahun
dimana kekerapan kejadian keganasan payudara meningkat pada usia tersebut. Peranan
mamografi berkurang pada payudara yang memiliki jaringan fibroglandular yang lebih padat
dimana keadaan biasanya ditemukan pada wanita muda dibawah 30 tahun.
Pada mamografi dapat dibedakan kepadatan jaringan tumor dengan jaringan sekitarnya,
hal ini disebabkan karena absorpsi sinar X oleh jaringan tumor akan lebih banyak daripada
jaringan sekitarnya.
Mencari tanda keganasan yang tersembunyi pada pasien wanita asimptomatis berusia
50 tahun atau lebih,
Mencari tanda keganasan pada pasien wanita asimtomatis berusia 35 tahun atau lebih
yang memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara yaitu:
o Pasien dengan keluarga derajat pertama terdiagnosa kanker payudara
premenopause
o Pasien dengan faktor resiko histologis yang ditemukan saat prosedur
pembedahan seperti hyperplasia ductus atipikal.
Terdapatnya benjolan pada payudara atau tanda dan gejala keganasan seperti kulit
payudara berkerut, retraksi puting, dan keluarnya discharge dari payudara
10
Pada proyeksi CC standar, sinar X-ray diarahkan dari atas ke inferior. Posisi ini dicapai
dengan menarik payudara ke atas dan ke depan menjauh dari dinding dada, dengan kompresi
diterapkan dari atas. Kompresi yang dilakukan pada pemeriksaan mamografi memberikan
imobilisasi payudara selama eksposure dan dispersi dari bayangan jaringan payudara, sehingga
memungkinkan pemisahan visual yang lebih baik dari struktur payudara. Pada proyeksi CC
hampir semua bagian payudara tercakup kecuali bagian lateralnya. Proyeksi CC dengan posisi
yang baik menunjukkan bagian subareolar, medial dan lateral dari payudara. Otot pektoralis
mayor terletak di tengah film CC pada sekitar 30% dari individu.
Pada proyeksi MLO, sinar X-ray diarahkan dari superomedial ke inferolateral, pada sudut
30-60o, dengan kompresi yang diterapkan miring di dinding dada, tegak lurus dengan sumbu
11
panjang dari otot pektoralis mayor. Proyeksi MLO sangat penting karena merupakan satusatunya proyeksi yang dapat menunjukkan gambaran seluruh jaringan payudara. Proyeksi
MLO dengan posisi yang adekuat menunjukkan profil puting susu, permukaan anterior otot
pektoralis terlihat sejajar sampai puting, lipatan kulit inframmary harus terlihat, payudara harus
terangkat dengan baik dan terkompresi dengan baik sehingga jaringan payudara tersebar
dengan rata diantara piringan kompresi dan film.
a. Profil puting
b. Otot pektoralis mayor terlihat
sejajar sampai puting
c. Lipatan inframamary terlihat
d. Jaringan glandular terlihat
terkompresi dengan rata
payudara dan axillary tail dapat terlihat. Sebaliknya, jika ingin menampilkan jaringan pada
bagian posteromedial, dibutuhkan proyeksi kraniokaudal tambahan dengan merotasi pasien ke
arah lateral.
Proyeksi dengan pembesaran (magnifikasi) paling sering dilakukan untuk memeriksa area
mikrokalsifikasi dalam payudara, untuk menentukan ciri dan menetapkan luas dari kalsifikasi
tersebut. Proyeksi dengan magnifikasi biasanya dilakukan dalam proyeksi kraniokaudal dan
lateral.
Proyeksi dengan kompresi lokal diperoleh dengan menggunakan alat kompresi kecil dan
dapat digunakan bersamaan dengan magnifikasi. Proyeksi ini digunakan untuk membedakan
lesi nyata dari superimposisi jringan normal dan untuk menentukan batas dari massa.
13
Mikrolobular
Bentuk dari lesi bermacam-macam, mulai dari bulat, oval hingga ireguler atau terjadi
distorsi arsitektural. Densitas dari suatu massa juga dapat membedakan lesi jinak maupun
ganas. Biasanya jika suatu massa berdensitas rendah, menunjukkan bahwa massa tersebut
mengandung lemak, dan cendrung jinak (kista atau hamartoma), walaupun kemungkinan dari
terjadinya liposarcoma yang sangat jarang terjadi harus dipikirkan. Namun, tanda-tanda ini
tidak begitu berarti pada wanita dengan payudara yang besar yang memiliki massa sangat kecil,
yang dapat terlihat sebagai massa berdensitas rendah padahal merupakan suatu keganasan.
Lesi pada kulit dan kista sebaseosa terletak pada jaringan subkutan. Kelenjar getah bening
payudara biasanya terletak di upper outer quadrant namun dapat juga terletak di lokasi lain
walaupun sangat jarang. Kecurigaan harus diberikan pada massa yang terletak dibagian medial,
karna bagian payudara ini memiki jaringan lemak yg lebih banyak, sehingga suatu area densitas
pada bagian ini bukanlah suatu jaringan fibroglandular dan harus dicurigai sebagai suatu
keganasan. Jumlah lesi yang multiple biasanya menunjukkan massa yang jinak (kista,
fibroadenoma). Namun, karsinoma multifokal juga dapat terjadi dan suatu metastasis juga
harus dipikirkan.
14
N1 pola mengacu pada payudara dengan jaringan lemak berproporsi tinggi, sedikit
peningkatan densitas dan tidak tampak bayangan duktus.
DY pola mengacu pada jaringan payudara yang sangat padat, dengan jaringan
kelenjar yang lebih dominan dan disebut dengan dysplastic breast
P2 mengacu pada payudara dengan pola jaringan kelenjar lebih dominan terlihat
>25% volume payudara
Resiko terkena kanker payudara berhubungan dengan pola wolfe ditemukan rendah pada
pola NI dan P1 dan tinggi pada pola P2 dan DY.
Tabar (1997) mengklasifikasikan gambaran mamogram menjadi 5 pola berdasarkan
proporsi dari densitas nodular, linear, jaringan fibroglandular dan jaringan lemak, yaitu:
16
3.4.6. Arteri
Arteri terlihat sebagai densitas linear uniform yang tipis dan terlihat paling baik jika terjadi
kalsifikasi seperti pada pasien dengan atherosklerosis, diabetes atau penyakit ginjal.
Gambar 3.4.3. Gambaran Normal Proyeksi Mediolateral dan Sketsa Proyeksi Mediolateral
17
a. Kista
Kista merupakan massa berbatas tegas tersering yang teridentifikasi pada mamografi.
Kista tumbuh pada duktus lobularis terminal dan paling sering terjadi pada wanita usia 3050 tahun. Pada mamografi kista terlihat sebagai gambaran lesi dengan batas yang tegas
(terkadang disertai halo) berdensitas rendah, berdiameter 1-3 cm dan terkadang multiple
dan bilateral. Kalsifikasi dapat terjadi pada dinding kista. Diagnosis kista dapat
dikonfirmasi dengan ultrasound yang dapat membedakan kista dari lesi padat.
b. Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan massa padat payudara yang paling sering di evaluasi pada
pemeriksaan pencitraan payudara. Fibroadenoma biasanya tunggal namun dapat juga
multiple dan biasanya terjadi pada wanita muda dengan insidens puncak pada usia 30-an.
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma terlihat sebagai massa berbatas tegas dengan
ukuran yang beragam. Dengan pertambahan usia, fibroadenoma dapat mengalami
kalsifikasi sehingga terlihat area kalsifikasi tebal dan kasar pada mamografi. Namun,
fibroadenoma juga dapat menunjukkan kalsifikasi halus dengan gambaran pleomorfism
yang dapat meningkatkkan kecurigaan pada keganasan.
19
c. Tumor jinak
Tumor jinak terdiri dari papilloma intraduktus dan tumor phyllodes. Papilloma soliter
biasanya terjadi pada bagian retroareolar pada payudara dan dapat membentuk kalsifikasi
seperti mulberi. Lesi ini berbeda dengan palpiloma multipel yang terjadi di bagian perifer
payudara. papilloma soliter biasanya tidak memiliki potensi keganasan, sebaliknya
papilloma multiple memiliki potensi untuk menjadi keganasan. Tumor phyllodes
bervariasi dari jinak hingga ganas dan biasanya ditemukan pada dekade ke 5 dan 6. Pada
pemeriksaan mamografi, papilloma dan phyllodes tumor terlihat sebagai massa bulat atau
multilobular.
Gambar 3.5.6. Gambaran tumor phyllodes, massa berbatas tegas dan mulilobular A) Proyeksi
MLO B) Proyeksi CC dan C) Papilloma Multiple
20
Tanda keganasan pada mamogram dibagi menjadi 2 yaitu tanda primer dan tanda
sekunder. Tanda primer meliputi adanya massa dan kalsifikasi, sedangkan tanda sekunder
berupa penebalan dan retraksi kulit, areola, dan puting, perubahan arsitektur payudara,
gambaran duktus yang abnormal, perningkatan vaskularisasi dan limfadenopati.
Stellata
Lesi stellata berhubungan dengan proliferasi jaringan fibrosa/jaringan ikat, bersifat
infiltratif dan disertai tanda sekunder berupa penebalan kulit, retraksi dan distorsi struktur
payudara dan kalsifikasi. Lesi stellata terdiri atas masa tumor jaringan lunak di sentral dan
spikula pada permukaan yang menyebar ke sekitarnya. Bagian sentral massa terlihat
radioopak tanpa disertai bagian-bagian yang lusens sedangkan spikulanya tipis, radioopak
dan menyebar ke segala arah terutama puting susu. Semakin besar tumor, akar spikula akan
semakin panjang disertai dengan kalsifikasi yang kasar.
Nodular
Massa nodular atau Knobby lebih bersifat seluler, tumbuh sangat cepat dan biasanya
berbentuk massa kecil-kecil yang saling tumpang tindih sehingga membentuk lesi yang
padat dengan gambaran radioopak dengan batas tak tegas. Lesi ini dapat membentuk
gambaran spikula disertai penebalan dan retraksi kulit, juga dapat disertai kalisifikasi yang
bersifat malignan.
Berbatas tegas
Lesi radiopak berbatas tegas dapat berbentuk bulat, oval, atau berlobus-lobus dengan
batas tegas sebagian atau seluruhnya, kadang-kadang disertai halo sign. Halo sign
merupakan tanda patognoomonik untuk lesi jinak tetapi beberapa lesi ganas seperti
22
b. Kalsifikasi
Mikrokalsifikasi dengan berbagai bentuk (pleomorfik) dan berkelompok dengan atau
tanpa suatu massa merupakan tanda mamografi primer dari kanker payudara. Gambaran
kalsifikasi terlihat pada lebih dari setengah kanker payudara. Sekitar 1/3 dari kanker
payudara hanya bermanifestasi dengan gambaran kalsifikasi saja tanpa disertai dengan
massa. Tanda kalsifikasi malignan sangat bervariasi baik distribusi ukuran, bentuk, densitas
maupun jumlahnya. Bentuk kalsifikasi cendrung berkelompok, dengan jumlah dalam satu
kelompok sangat bervariasi, dapat tunggal maupun multiple. Letaknya dapat didalam
maupun di dekat massa dengan distribusi yang acak dan kadang-kadang sesuai dengan
gambaran duktus mammaria.
Ukuran kalsifikasi ganas biasanya lebih kecil dari kalsifikasi jinak dengan ukuran
sekitar 0,08 5 mm dan rata-rata ukuran < 0,2 mm. Bentuk kalsifikasi pada keganasan dapat
linier, bercabang-cabang, bulat, bersudut, atau granuler dengan batas kontur yang ireguler
dan densitasnya lebih rendah dari kalsifikasi jinak.
23
24
25
Retraksi puting unilateral yang terjadi secara akut harus dicurigai sebagai keganasan.
Retraksi ini disebabkan oleh perubahan dan pemendekkan duktus retroareolar sebagai akibat
kanker retroareolar.
c. Perubahan arsitektur payudara / distorsi struktur
Distorsi struktur parenkim disebabkan karena peningkatan jaringan kolagen, periduktal
dan sarkoma sehingga menyebabkan perubahan abnormal ligamentum cooper dan duktus
mammaria. Pada payudara yang sangat padat seringkali distorsi struktur parenkim yang
merupakan satu-satunya kelainan yang ditemukan dan harus tampak pada dua proyeksi yang
berbeda.
Gambar 3.5.14. Distorsi Struktur Parenkim Akibat Sel Kanker Menarik Parenkim Ke Arah
Sel Kanker
d. Gambaran duktus abnormal
Keganasan menyebabkan pemendekkan, distorsi dan dilatasi duktus mamaria dengan
gambaran sebagian duktus-duktus yang menonjol dan berkelok-kelok atau pelebaran
tunggal dari duktus.
e. Peningkatan vaskularisasi
Terjadi peningkatan vaskularisasi baik dari segi ukuran maupun jumlah vena (1,5 kali
vena normal)
f. Limfadenopati
Peningkatan jumlah, densitas, dan ukuran kelenjar limfe aksilar menunjukkan adanya
karsinoma metastasis. Kelenjar limfa abnormal biasanya ovoid, dan tidak ada bayangan
lemaknya.
26
27
BAB III
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim.
Breast
cancer
prevention
and
control.
Available
from:
[cited
2011
May 23]
4. Boyle
P,
Levin
B.
Word
cancer
report
2008.
Available
from
29