Professional Documents
Culture Documents
Lembar pengesahan
Kata pengantar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
1.2.2 Tujuan khusus
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.2 Konsep Dasar Persalinan
2.2.1
Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup
diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,1998 : 157).
Partus normal adalah proses lahirnya bayi dengan letak belakang
kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung 24 jam (Mochtar, 1998:91)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawirohardjo,
2002:100)
Persalina adalah proses yang dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi sehingga menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
2.2.3
Bentuk-bentuk persalinan
1. Persalinan spontan, yaitu bila persalinan berlangsung dengan tenaga
sendiri.
2. Persalinan buatan, yaitu proses persalinan dengan rangsangan atau
bantuan tenaga dari luar sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan.
3. Persalinan anjuran, yaitu persalinan yang tidak di mulai dengan
sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocin atau prostaglandin.
2.2.4
Etiologi
Perlu diketahui bahwa selama kehamilan, di dalam tubuh wanita
terdapat dua hormon yang dominan yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Hormon estrogen berfungsi meningkatkan sensitivitas otot rahim serta
mempermudah penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan
Braxton
servikalis
dengan
tujuan
merangsang
fleksus
frankenhauser.
b. Amniotomi: pemecahan ketuban
c. Oksitosin drip: pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
2.2.5
Bagian
keras
panggul
1) Tulang
panggul
Tulang panggul teridiri atas empat buah tulang, yaitu:
a) Dua os coxae (tulang pangkal paha)
Os ilium (tulang usus) terdiri dari:
Crista iliaca
Spina iliaca anterior superior (SIAS)
terbentang
antara
symphysis,
pertengahan
b)
rendah.
Pelvimetri rontenologis
Pita meter
Jangka panggul
Ukuran panggul luar
Distansia spinarum, yaitu jarak antara spina iliaca anterior
superior 24 26 cm
Distansia Cristarum, jarak antara kedua crista illiaca kanan dan
kiri 28 30 cm.
Conjugata eksterna (Boudeloque), jarak antara pinggir atas
symphisis dan ujung prosesus spinosus ruas lumbal ke-V 18
c)
20 cm
Lingkar panggul 80 100 cm
Conjugate diagonalis 12,5 cm
Distansia tuberum 10,5 cm
Bentuk panggul
Ginekoid (normal): paling ideal, bentuk hamper bulat, panjang
diameter anteroposterior kira-kira sama dengan diameter
tranversa.
Android: bentuk hampir segitiga. Umumnya adalah panggul
laki-laki, panjang diameter anteroposterior
hamper sama
transversa
Platipeloid (panggul kera): jenis ginekoid yang menyempit
pada arah muka belakang.
b. Bagian lunak
Bagian lunak panggul terdiri dari otot-otot dan ligamentum
yang meliputi uterus, otot dasar panggul dan perineum.
1) Uterus
Uterus terbagi atas 3 bagian, yaitu:
a) Segmen atas uterus
Terdiri atas fundus dan bagian uterus yang terletak di atas
refleksi lipatan vesika uterine peritoneum. Selama persalinan,
segmen
ini
memberikan
kontraksi
yang
kuat
untuk
pelvis.
Perineum
mengandung
sejumlah
otot
celah
antara
bagian-bagian
tulang
kepala
janin
d. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terawah janin.
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah,
kadang bercampur darah (bloody show). Dengan mendekatnya
persalinan, maka serviks menjadi matang dan lembut, serta terjadi
obliterasi serviks dan kemungkinan sedikit dilatasi.
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis), berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Pada ibu yang belum inpartu,
kontraksi uterus tidak menyebabkan perubahan pada serviks.
2. Tanda dan gejala inpartu
a. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur. His persalinan memiliki sifat;
1) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan
2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin
besar
3) Mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks
4) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show)
Dengan his permulaan terjadi perubahann pada serviks yang
menimbulkan pendataran da pembukaan. Lendir yang terdapat di
kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah dan
menjadikan serikit pendarahan.
c. Pengeluaran cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban yang
robekk. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan
lengkap tetapi terkadap pecah pada pembukaan kecil.
d. Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai serviks melunak, mendatar
dan pembukaan telah ada.
Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks
antara nulipara dan multipara:
1) Nulipara
Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 5060% dan pembukaan sampai 1 cm. dan dengan dimulainya
persalinan, biasanya ibu nulipara mengalami penipisan servik 50100% kemudian mulai terjadi pembukaan
2) Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal
persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. biasanya pada
multipara serviks akan membuka , kemudian diteruskan dengan
penipisan.
e. Adanya kontraksi berulang yang sifatnya hilang timbul. Kontraksi
uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2
f.
g.
h.
i.
Persalinan sesungguhnya
Serviks menipis dan membuka
Rasa nyeri dengan interval teratur
Interval antara rasa nyeri perlahan
Persalina semu
Tidak ada perubahan pada serviks
Rasa nyeri tidak teratur
Tidak ada perubahan interval antara
semakin pendek
lain
Tidak ada perubahan pada waktu
semakin bertambah
Rasa nyeri terasa di bagian
depan
Tidak ada perubahan rasa nyeri
adanya aktivitas
Tingkat kekuatan kontraksi uterus
nyeri
Lender darah sering muncul
Ada penurunan bagian kepala bayi
intensitas nyeri
Tidak ada lender darah
Tidak ada kemajuan penurunan
8
9
10
11
sesungguhnya.
2.2.7
berikut:
1. Kala I
Kala I persalina dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). kala I persalinan terdiri atas 2 fase, yaitu:
a. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap.. berlangsung hingga serviks
membuka kurang dari 4 cm. pada umumnya fase laten berlangsung
hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase aktif
Pada fase ini frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/ memadai
jika terjadi 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama
40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga pembukaan
lengkap 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara). Kemudian terjadi penurunan bagian bawah janin.
Berdasarkan kurva friedman pada fase aktif terbagi menjadi 3 periode:
1) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi
4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi, berlangsung lambat dalam 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap.
2. Kala II
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II persalinan mimiliki
ciri khas yaitu:
a. His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit
sekali
b. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin mengejan.
c. Tekanan pada rectum
d. Anus membuka.
Lama Kala II persalinan pada primipara dan multipara berbeda,
yakni:
a. Primipara kala II berlangsung 1,5 jam 2 jam
b. Multipara kala II berlangsung 0,5 jam 1 jam
3. Kala III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Kala III persalinan terdiri
atas 2 fase, yaitu:
a. Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
1) Schultze
a. Pelepasan uri dimulai dari tengah / sentral.
b. Sedikit pendarahan.
c. Pada waktu plasenta lahir terlihat pars fetalis lebih dahulu
baru disusul pars maternatis.
2) Dunchan
a. Pelepasan uri dimulai dari pinggir.
b. Akan terjadi pendarahan serempak dari tengah dan pinggir
uri.
c. Pada waktu plasenta lahir terlihat pars maternalis dan
kemudian pars fetalis.
3) Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
b. Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahu lepasnya plasenta yaitu:
1) Kustner
mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lokia yang berasal dari
sisa-sisa jaringan.
Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran
menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya
kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat
dilakukan tindakan secepatnya.
2.2.8
2. Descent
Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur pelvis dengan
hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala
berlangsung lambat. Kepala turun kedalam rongga panggul, akibat:
tekanan langsung dari his daerah fundus kearah daerah bokong, tekanan
dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma
(mengejan, dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang).
3. Flexion (fleksi)
Menurut Reeder, 2011 adalah Fleksi terjadi di awal proses penurunan,
saat kepala menemui tahanan dari jaringan lunak panggul, dasar panggul,
dan serviks. Kepala dapat menjadi sangat fleksi sehingga dagu
bersentuhan dengan sternum; akibatnya, diamter antero-posterior terkecil
( bidang suboksipitobregmatik ) berada di panggul.
4. Internal rotation (putar paksi dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan
bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah
ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar
kedepan ke arah simfisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan
persalinan karena merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu
bawah panggul.
5. Extention (ekstensi)
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil
berada di bawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal
ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi
untuk melewatinya. Jika kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai
dasar panggul tidak melakukan ekstensi,maka kepala akan tertekan pada
perineum dan dapat menebusnya.
6. External rotation (putar paksi luar
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala
bayi memutar kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi
pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu
dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul, bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang di laluinya sehingga di
dasar panggul setelah kepala bayi lahir,bahu mengalami putarandalam di
mana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam
diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan
itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala
berhadapan dengan tuber iskiadikum sepihak.
7. Expulsion
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan
menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan
paksi jalan lahir.
2.3 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
2.4 Konsep Dasar Masa Nifas
2.5 Konsep Dasar Keluarga Berencana