You are on page 1of 2

Acoustic Intimacy (Keintiman Akustik)

Mata seseorang terhadap apapun, biasanya bersifat aktif dalam arti, benda tersebut
harus digapai/dilihat. Namun telinga bersifat menerima, suara seakan memberikan
feedback dari suatu bangunan. Walter Ong menulis bahwa aksi sebuah suara dapat
mempengaruhi indera/perasaan seseorang terhadap alam semesta. Manusia dapat
mengetahui posisinya di dunia ini dengan adanya suara. Sebuah ruang menjadi
dapat dimengerti dan diapresiasi melalui gemanya sama halnya bagaikan bentuk
visualnya. Suara juga dapat mengukur ruang, dan membuat skala nya dapat
dimengerti, namun persepsi akustik biasanya tetap hanya menjadi sebuah
pengalaman background yang tidak disadari.
Silence, Time, and Solitude (Kesunyian, Waktu, dan Kepencilan)
Pengalaman auditori paling esensial yang bisa diciptakan arsitektur ialah
ketenangan. Arsitektur mempresentasikan drama dari pembuatan konstruksi yang
disunyikan menjadi benda, ruang, dan cahaya. Setelah sebuah bangunan selesai
dibangun, bangunan tersebut menjadi sebuah museum yang menunggu sabar
dalam kesunyian. Kesunyian ini merupakan kesunyian yang responsive yang dapat
menceritakan kilasan sejarah yang terjadi dan dapat berpartisipasi dalam siklus
waktu yang melampaui kehidupan individu. Ruang dan waktu selamanya saling
terkunci dalam ruang sunyi diantara kolom, benda, ruang, dan waktu dalam
bangunan yang berfusi menjadi satu pengalaman elemental, yaitu sense of being.
Bagaimana sesuatu pernah ada ataupun pernah terjadi.
Space of Scent
Memori paling kuat akan sebuah ruang seringkali berupa bau. Bau tertentu dapat
membuat seseorang mengetahui dan mengingat sebuah ruang melampaui ingatan
visualnya. Setiap ruang biasanya memiliki bau yang berbeda - beda. Image visual
arsitektur kontemporer akan tampak steril dan tidak hidup jika dibandingkan
dengan kekuatan emosional dan asosiatif dari image yang diciptakan oleh
penciuman. Contohny pada novel, seorang penulis dapat menjelaskan kondisi satu
kota hanya dengan menjelaskan bau bau yang ada di kota tersebut yang penuh
dengan kehidupan. Sama halnya dengan bangunan. Dimana biasanya setiap ruang
memiliki bau khasnya sendiri.
Shape of Touch
Tangan merupakan mata dari sang pemahat; namun ia juga merupakan organ untuk
pemikiran. Setiap gerakan yang dilakukan tangan dalam setiap pekerjaan yang
dilakukannya, membawanya melalui pemikiran - pemikiran. Kulit dapat membaca
tekstur, berat, kepadatan, dan temperatur dari suatu benda. Dan indera taktil
menghubungkan kita dengan waktu dan tradisi. Melalui impresi sentuhan, kita
dapat menjabat tangan banyak generasi. Contohnya, terdapat identitas kuat antara
kulit telanjang dengan sensasi rumah. Pengalaman sebuah rumah secara esensial

meupakan pengalaman kehangatan yang intim. Sehingga ruang - ruang yang


hangat, intim, dan nyaman, mengingatkan kita pada ruang di rumah.

You might also like