Professional Documents
Culture Documents
n
V
.. (2-1)
dimana M adalah molaritas, n adalah jumlah mol dalam larutan dan V adalah volume
dari larutan dalam liter. Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol
zat terlarut dan volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan pelarut
setelah bercampur. Satuan ini banyak dipakai dalam stokiometri untuk menghitung
zat terlarut (Syukri,1999).
Normalitas adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Secara
matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
eq
V
(2-2)
dimana N adalah normalitas, eq adalah jumlah ekivalen dan V adalah volume larutan
dalam liter. Ekivalen zat dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat
itu, karena satuan ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi. Ekivalen suatu zat
ada hubungannya dengan molarnya dan hubungan itu bergantung pada jenis reaksi
(Syukri, 1999).
Sistem konsentrasi umunya dipergunakan untuk menyatakan perkiraan
konsentrasi dari reagen laboratorium. Sistem ini menunjukkan jumlah dari gram zat
terlarut per100 gr larutan. Secara matematis hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
P
w
100
w wo
.. (2-3)
dimana P adalah persen berat zat terlarut, w adalah jumlah gram zat terlarut dan w o
adalah jumlah gram zat pelarut (R. A. Day, 2002).
Perhitungan yang melibatkan pengenceran bersifat langsung dan simpel.
Karena tidak ada reaksi kimia yang terjadi, jumlah mol larutan dalam larutan asli
harus sama dengan mol dalam larutan final. Secara matematis hal ini dapat
dinyatakan sebagai berikut :
V1 .M 1 V2 .M 2
.(2-4)
standarisasi
secara
titrasi
haruslah suatu bahan primer yakni suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat
langsung ditentukan dari berat bahan yang murni yang dilarutkan dalam volume
larutan yang terjadi (Harjadi, 1993).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas piala; gelas ukur;
pipet tetes; pipet gondok; labu takar; buret dan erlenmeyer.
B. Bahan
Bahanbahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu asam klorida pekat;
larutan natrium hidroksida 0,1 M; pelet natrium hidroksida; larutan asam klorida
0,1 M; indikator metil merah; indikator phenoptalein dan akuades.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan dan pengenceran larutan HCl
1. Ditimbang gelas ukur kosong (a gram), kemudian diambil
4,15 ml
(c gram)
2. Diisi buret dengan larutan NaOH encer dan dicatat volume awalnya
dengan membaca skala pada menikus bawah larutan (a ml)
3. Dipindahkan larutan HCl 0,1 M kedalam erlenmeyer (b ml) dengan
pipet gondok atau pipet ukur, kemudian ditambahkan 2-3 tetes
indikator metil merah
4. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH encer
didalam buret (c ml) hingga terjadi perubahan warna
5. Dicatat selisih volume awal dan akhir NaOH dalam buret (c-a ml),
kemudian dilakukan titrasi kembali sebanyak 2 kali.
6. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan
HCl 0,1 M sebagai titran dan larutan NaOH encer sebagai titran.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
a. Pembuatan dan pengenceran larutan HCl
No
Percobaan
Pengamatan
1.
a = 30,19 gr
2.
V = 4,15 ml
3.
b = 67,56 gr
4.
5.
W = 99,45 gr
V = 100 ml
6.
Vt = 100 ml
Percobaan
Pengamatan
1.
V0
= 4 m;
2.
= 10 ml
kedalam erlenmeyer
3.
Vt = 15,8 ml
volume
awal,
akhir
dan
= 11,8 ml
selisihnya.
4.
V0
= 2,9 ml
Vt
= 12,5 ml
percobaan
Pengamatan
= 12,9 ml
buret
2.
= 10 ml
kedalam erlenmeyer
3.
= 22 ml
volume
awal,
akhir
dan
= 9,1 ml
selisihnya.
4.
V0
Vt
= 22 ml
= 31,4 ml
VtV0 = 31,422 ml
= 9,4 ml
c. Pembuatan larutan NaOH
No
Percobaan
Pengamatan
1.
a = 0,4 gr
2.
3.
c = 25 ml
4.
Percobaan
Pengamatan
1.
= 0,4 ml
2.
Larutan
= 10 ml
NaOH
encer
dipindahkan
= 5,5 ml
= 5,1 ml
V0
= 7,5 ml
Vt
= 12,4 ml
II. Titrasi larutan HCl 0,1 N dengan larutan NaOH sebagai titran
No
1
Percobaan
Pengamatan
= 0 ml
buret
2.
Larutan
HCl
dipindahkan
kedalam b
= 10 ml
Larutan
dalam
erlenmeyer
dititrasi c
= 20,5 ml
4.
= 20,5 0 ml
= 20,5 ml
V0
= 20,5 ml
Vt
= 41,9 ml
VtV0 = 41,920,5 ml
= 21,4 ml
2. Perhitungan
a. Penentuan konsentrasi larutan HCl pekat
Diketahui : Massa jenis HCl pekat
1190 gr/L
37%(b/b)
1190 gram
37% 1190
440,3
36,5 gr/mol
n
V
440,3 / 36,5
1
= 12,06 mol/L
b. Penetuan konsentrasi larutan HCl encer
1. Melalui pehitungan pengenceran
# konsentrsi larutan A
Diketahui
M HCl pekat
12,06 M
V HCl
4,15 ml
VA
100 ml
Ditanya
MA.........?
Jawab
MA . VA
MHCl . VHCl
MA . 100
12,06 . 4,15
MA
50,05/100
MA
0,5005 M
MA
0,5005 M
VA
20 ml
VB
100 ml
# Konsentrasi Larutan B
Diketahui
Ditanya
MB?
Jawab
MA . VA
0,5005 . 20 =
MB . VB
MB . 100
MB
10,01/100
MB
0,1001 M
2. Melalui titrasi
a. Titrasi dengan indikator metil merah
# Titrasi Rerata Volume NaOH dengan indikator metil merah
Diketahui :
M NaOH
0,1 M
Rerata V NaOH =
10,7 ml
V HCl dititrasi
10 ml
Ditanya
M HCl..?
Jawab
= 0,1 . 10,7
MHCl = 1,07/10
MHCl = 0,107 M
b. Titrasi dengan indikator phenoptalein
# Titrasi rerata volume NaOH dengan indiktor phenoptalein
Diketahui
M NaOH
0,1 M
V NaOH
9,25 ml
V HCl dititrasi
10 ml
Ditanya
M HCl..?
Jawab
= 0,1 . 9,25
MHCl = 0,925/10
10
MHCl = 0,00925 M
c. Titrasi rerata volume Larutan NaOH yang digunakan
Diketahui
M NaOH
0,1 M
V NaOH
9,975 ml
V HCl dititrasi
10 ml
Ditanya
M HCl..?
Jawab
= 0,1 . 9,975
MHCl = 0,9975/10
MHCl = 0,009975 M
c. Penentuan konsentrasi larutan NaOH
# Melalui perhitungan pengenceran
1. Konsentrasi Larutan C
Diketahui
Massa NaOH
0,4 gram
BM NaOH
40 gram/mol
VNaOH
VC
0,025 L
=
M NaOH
50 ml
Ditanya
MC...........?
Jawab
MNaOH . VNaOH
0,4 M . 25 ml =
MC . VC
MC . 50 ml
MC
10/50
MC
0,2 M
2. Konsentrasi Larutan D
Diketahui :
MC
0,2 M
25 ml
VD
100 ml
11
Ditanya
Jawab
:
:
MD.....?
MC . VC
MD . VD
0,2 M . 25 ml
MD . 100 ml
MC
5/100
MC
0,05 M
# Melalui titrasi
1. Titrasi NaOH oleh HCl
Titrasi rerata volume HCl yang digunakan
Diketahui
VNaOH
10 ml
5 ml
MHCl
0,1 M
NHCl
0,1 N
Ditanya
NNaOH......?
Jawab
= MNaOH . 10
MNaOH = 0,5/10
MNaOH = 0,05M
NNaOH = 0,05 M
2. Titrasi HCl oleh NaOH
Titrasi rerata volume NaOH yang digunakan
Diketahui
= 20,95ml
VHCl
= 10 ml
M HCl
= 0,1 M
N HCl
= 0,1 N
Ditanya
NNaOH.........?
Jawab
12
NNaOH = 0,0477 M
B. Pembahasan
1. Pembuatan dan pengenceran larutan HCl
Dalam pembuatan larutan HCl pekat yang dilarutkan dengan
akuades memiliki persen berat dan molaritas berturut turut : 37% dan
12,06 mol/L. Pengenceran HCl yang dilakukan dengan memasukkan HCl
kedalam Labu takar yang diisi dengan akuades. Pengenceran ini
dilakukan untuk mendapatkan suatu larutan yang memiliki konsentrasi
lebih kecil daripada larutan pekat. Selain itu, pengenceran ini dilakukan
guna memperkecil kesalahan dalam membuat larutan. Pada saat
pengenceran larutan HCl besarnya konsentrasi hasil pengenceran adalah
0,5005 M dan 0,1001 M.
2. Penentuan konsentrasi larutan HCl melalui titrasi
Pada percobaan ini, dilakukan dengan cara titrasi yaitu dengan
menambahkan indikator metil merah dan indikator phenoptalein sebagai
bahannya. Indikator metil merah digunakan untuk titrasi karena indikator
tersebut merupakan indikator basa lemah karboksilat dari dimetil amino
20 benzena. Sehingga, indikator ini sangat sesuai digunakan pada titrasi
basa lemah dan amonium hidroksida. Sedangkan penggunaan indikator
phenoptalein tergolong dalam asam lemah dalam keadaan yang sangat
tidak terionisasi dan indikator ini tidak berwarna. Jika dalam lingkungan
basa, indikator phenoptalein akan terionisasi lebih banyak dan akan
memberikan warna terang karena anionnya. Pada saat menggunakan
indikator yang berbeda volume titrasinya juga berbeda hal ini disebabkan
agar mendapatkan perubahan warna yang konstan dimana volume titrasi
rerata yang digunakan pada indikator metil merah sebesar 10,7 ml dan
menghasilkan perubahan warna dari merah menjadi kuning, sedangkan
volume titrasi rerata yang digunakan sebesar 9,25 ml dengan perubahan
warna dari putih menjadi merah. Besar konsentrasi yang dihasilkan
secara berturut-turut yaitu 0,106 M dan 0,925 M.
3. Pembuatan larutan NaOH
13
VI. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan :
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK 1
16
PERCOBAAN 2
KIMIA MANGAN
NAMA
ATIKAH
NIM
J1B106202
KELOMPOK :
V (Lima)
ASISTEN
17