You are on page 1of 17

PERCOBAAN I

PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN


I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah dapat membuat larutan dengan
konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan dan menentukan konsentrasi yang telah
dibuat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun dari dua
zat atau lebih. Suatu larutan disebut campuran karena susunannya dapat berubahubah dan disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat
diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optik
sekalipun. Dalam campuran homogen, permukaan-permukaan tersebut dapat
dideteksi antara bagian atau fase-fase yang terpisah. Semua fase gas bersifat
homogen atau dapat disebut larutan, molekul-molekul begitu terpisah sehingga tidak
dapat saling menarik dengan efektif (Anshory, 1984).
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menyatakan komposisi larutan
yaitu persentase massa yang sering digunakan sehari-hari dan didefinisikan sebagai
persentase berdasar massa suatu zat dalam larutan. Dalam kimia, yang paling
bermanfaat untuk menyatakan komposisi ialah fraksi mol, molaritas, molalitas, dan
sebagainya (David, 2001).
Kemolaran adalah banyaknya mol zat yang terlarut dalam tiap liter larutan.
Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
M

n
V

.. (2-1)

dimana M adalah molaritas, n adalah jumlah mol dalam larutan dan V adalah volume
dari larutan dalam liter. Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol
zat terlarut dan volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan pelarut
setelah bercampur. Satuan ini banyak dipakai dalam stokiometri untuk menghitung
zat terlarut (Syukri,1999).
Normalitas adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Secara
matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

eq
V

(2-2)

dimana N adalah normalitas, eq adalah jumlah ekivalen dan V adalah volume larutan
dalam liter. Ekivalen zat dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat
itu, karena satuan ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi. Ekivalen suatu zat
ada hubungannya dengan molarnya dan hubungan itu bergantung pada jenis reaksi
(Syukri, 1999).
Sistem konsentrasi umunya dipergunakan untuk menyatakan perkiraan
konsentrasi dari reagen laboratorium. Sistem ini menunjukkan jumlah dari gram zat
terlarut per100 gr larutan. Secara matematis hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
P

w
100
w wo

.. (2-3)

dimana P adalah persen berat zat terlarut, w adalah jumlah gram zat terlarut dan w o
adalah jumlah gram zat pelarut (R. A. Day, 2002).
Perhitungan yang melibatkan pengenceran bersifat langsung dan simpel.
Karena tidak ada reaksi kimia yang terjadi, jumlah mol larutan dalam larutan asli
harus sama dengan mol dalam larutan final. Secara matematis hal ini dapat
dinyatakan sebagai berikut :
V1 .M 1 V2 .M 2

.(2-4)

dimana mmol1 sama dengan mmol2 (R.A. Day, 2002).


Larutan standar adalah larutan yang mengandung berat tertentu suatu reagen
dalam volume tertentu larutan, bisa dalam satuan molar atau normal. Suatu larutan
standar terkadang dapat dipersiapkan dengan menguraikan suatu sampel dari zat
terlarut yang diinginkan dan menimbang secara akurat dalam suatu larutan yang
volumenya diukur secara akurat. Ada 2 macam larutan standar yaitu larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer yaitu larutan yang
reagen kimiawi diperolah dalam bentuk murni dan memadai untuk keperluan analisis
dalam hal keakuratan. Larutan standar sekunder adalah larutan yang telah
distandarisasikan untuk mendapatkan dari larutan lain (R. A. Day, 2002).
Standarisasi adalah suatu usaha untuk menentukan konsentrasi yang tepat
dari calon bahan baku. Cara yang dipakai bermacam-macam, misalnya dipakai cara
titrasi. Untuk

standarisasi

secara

titrasi

ini, maka bahan penstandarisasinya

haruslah suatu bahan primer yakni suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat
langsung ditentukan dari berat bahan yang murni yang dilarutkan dalam volume
larutan yang terjadi (Harjadi, 1993).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas piala; gelas ukur;
pipet tetes; pipet gondok; labu takar; buret dan erlenmeyer.
B. Bahan
Bahanbahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu asam klorida pekat;
larutan natrium hidroksida 0,1 M; pelet natrium hidroksida; larutan asam klorida
0,1 M; indikator metil merah; indikator phenoptalein dan akuades.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan dan pengenceran larutan HCl
1. Ditimbang gelas ukur kosong (a gram), kemudian diambil

4,15 ml

larutan HCl menggunakan gelas ukur kosong dan pipet tetes.


2. Ditimbang Labu takar kosong 100 ml (b gram), kemudian di isi 20-25 ml
akuades.
3. Dimasukkan HCl pekat yang telah diambil kedalam labu takar, kemudian
ditambahkan akuades hingga tanda batas.
4. Ditutup labu takar dan dikocok hingga menjadi larutan homogen yang
disebut larutan A, kemudian labu takar yang telah berisi larutan
ditimbang

(c gram)

5. Dipindahkan larutan A dengan pipet gondok atau pipet ukur (d ml)


kedalam labu takar 100 ml yang baru, kemudian ditambahkan akuades
hingga tanda batas (e ml).
6. Diencerkan hasil larutan A yang disebut larutan B.
B. Penentuan konsentrasi larutan HCl melalui titrasi
I. Titrasi dengan indikator metil merah

1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas dengan lartan NaOH


yang akan digunakan.
2. Diisi buret dengan larutan NaOH, kemudian dibaca skala volume
awalnya pada menikus bawah larutan (a ml)
3. Dipindahkan larutan HCl encer (larutan B) ke dalam erlenmeyer
dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur (b ml), kemudian
ditambahkan indiktor metil merah.
4. Dititrasi larutan dalam erlemeyer dengan larutan NaOH didalam buret
(c ml) hingga terjadi perbahan warna. Setelah terjadi perubahan
warna konstan, hentikan titrasi (d ml).
5. Dihitung volume yang diperlukan untuk menitrasi (e ml), kemudian
lakukan titrasi sebanyak 2 kali.
II. Titrasi dengan indiktor phenoptalein
1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas dengan larutan
NaOH yang akan digunakan.
2. Diisi buret dengan larutan NaOH, kemudian dibaca skala volume
awalnya pada menikus bawah larutan (a ml)
3. Dipindahkan larutan HCl encer (larutan B) ke dalam erlenmeyer
dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur (b ml), kemudian
ditambahkan indiktor phenoptalein.
4. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH 0,1 M
didalam buret (c ml) hingga terjadi perbahan warna. Setelah terjadi
perubahan warna konstan, hentikan titrasi (d ml).
5. Dihitung volume yang diperlukan untuk menitrasi (e ml), kemudin
lakukan titrasi sebanyak 2 kali.
6. Dibandingkan hasil yang diperoleh dengan menggunakan indikato
metil merah dan indikator phenoptalein.

C. Pembuatan larutan NaOH

1. Ditimbang NaOH menggunakan kaca arloji dan neraca nalitik (a gram),


kemudian dipindahkan ke dalam gelas beker yang berisi 20-25 ml
akuades.
2. Diaduk dengan pengaduk kaca hingga NaOH larut sempurna, kemdian
dipindahkan ke dalam labu takar 50 ml.
3. Ditambahkan akuades hingga tanda batas (b ml), kemudian labu takar
ditutup dan dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh disebut
larutan C.
4. Dipindahkan larutan C dengan menggunakan pipet gondok (c ml)
kedalam labu takar 100 ml yang baru, kemudian ditambahkan akuades
hingga tanda batas (d ml).
5. Dikocok larutan tersebut hingga homogen.larutan yang diperoleh disebut
larutan D
D. Penentuan konsentrasi larutan NaOH
I. Titrasi NaOH dengan lartan HCl sebagai titran
1. Dibilas buret dengan akuades kemudian dibilas kembali dengan
larutan HCl 0,1 M yang akan digunakan.
2. Diisi buret dengan larutan HCl 0,1 M dan dicatat volume awalnya
dengan membaca skala pada menikus bawah larutan (a ml)
3. Dipindahkan larutan NaOH encer (larutan D) kedalam erlenmeyer
(b ml) dengan pipet gondok atau pipet ukur, kemudian ditambahkan
2-3 tetes indikator metil merah
4. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,1 M didalam
buret (c ml) hingga terjadi perubahan warna
5. Dicatat selisih volume awal dan akhir HCl dalam buret (c-a ml),
kemudian dilakukan titrasi kembali sebanyak 2 kali.
II. Titrasi larutan HCl 0,1 N dengan larutan NaOH sebagai titran
1. Dibilas buret dengan akuades kemudian dibilas kembali dengan
larutan NaOH yang telah dibuat (larutan D)

2. Diisi buret dengan larutan NaOH encer dan dicatat volume awalnya
dengan membaca skala pada menikus bawah larutan (a ml)
3. Dipindahkan larutan HCl 0,1 M kedalam erlenmeyer (b ml) dengan
pipet gondok atau pipet ukur, kemudian ditambahkan 2-3 tetes
indikator metil merah
4. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH encer
didalam buret (c ml) hingga terjadi perubahan warna
5. Dicatat selisih volume awal dan akhir NaOH dalam buret (c-a ml),
kemudian dilakukan titrasi kembali sebanyak 2 kali.
6. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan
HCl 0,1 M sebagai titran dan larutan NaOH encer sebagai titran.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
a. Pembuatan dan pengenceran larutan HCl
No

Percobaan

Pengamatan

1.

Gelas ukur kosong ditimbang

a = 30,19 gr

2.

Volume HCl pekat

V = 4,15 ml

3.

Labu takar kosong 100 ml ditimbang

b = 67,56 gr

4.

Labu takar 100 ml + larutan HCl c = 167, 01 gr


(larutan A)

5.

Larutan A dihitung berat dan volmenya

W = 99,45 gr
V = 100 ml

6.

Volume larutan A sebelum dan sesudah V0 = 20 ml


diencerkan.

Vt = 100 ml

b. Penentuan konsentrasi larutan HCl melalui titrasi

I. Titrasi dengan indikator metil merah


No

Percobaan

Pengamatan

1.

Larutan NaOH diisi kedalam buret

V0

= 4 m;

2.

HCl encer (larutan B) dipindahkan

= 10 ml

kedalam erlenmeyer
3.

Larutan B dititrasi dengan NaOH

Vt = 15,8 ml

menggunakan indikator metil merah Vt-V0 = 15,8-4,0


dibaca

volume

awal,

akhir

dan

= 11,8 ml

selisihnya.
4.

Titrasi dilakukan kembali

V0

= 2,9 ml

Vt

= 12,5 ml

Vt-V0 = 12,5 2,9


= 9,6 ml

II. Titrasi dengan indikator phenoptalein


No
1.

percobaan

Pengamatan

Larutan NaOH 0,1 M diisi kedalam Vo

= 12,9 ml

buret
2.

HCl encer (larutan B) dipindahkan a

= 10 ml

kedalam erlenmeyer
3.

Larutan B dititrasi dengan NaOH 0,1 M Vt

= 22 ml

menggunakan indikator phenoptalein, VtV0 =22 12,9 ml


dibaca

volume

awal,

akhir

dan

= 9,1 ml

selisihnya.
4.

Titrasi dilakukan kembali

V0
Vt

= 22 ml
= 31,4 ml

VtV0 = 31,422 ml
= 9,4 ml
c. Pembuatan larutan NaOH
No

Percobaan

Pengamatan

1.

Butiran NOH ditimbang

a = 0,4 gr

2.

Butiran NaOH + akuades hangat hingga b = 50 ml


tanda batas

3.

Larutan NaOH dipindahkan

c = 25 ml

4.

Larutan NaOH + akuades hingga tanda d = 100 ml


batas

d. Penentuan konsentrasi larutan NaOH melalui titrasi


I. Titrasi NaOH dengan lartan HCl sebagai titran
No

Percobaan

Pengamatan

1.

Larutan HCl 0,1 M diisi kedalam buret

= 0,4 ml

2.

Larutan

= 10 ml

NaOH

encer

dipindahkan

kedalam erlenmeyer + indiketo metil


merah
3.

Larutan erlenmeyer dititrasi dengan HCl

= 5,5 ml

0,1 M, selisih volume awal dengan c a = 5,5 0,4


volume akhir HCl dalam buret
4.

= 5,1 ml

Titrasi dilakukan kembali

V0

= 7,5 ml

Vt

= 12,4 ml

VtV0 = 2,4 7,5


= 4,9 ml

II. Titrasi larutan HCl 0,1 N dengan larutan NaOH sebagai titran
No
1

Percobaan

Pengamatan

Larutan NaOH encer diisi kedalam a

= 0 ml

buret
2.

Larutan

HCl

dipindahkan

kedalam b

= 10 ml

erlenmeyer + indikator metil merah


3.

Larutan

dalam

erlenmeyer

dititrasi c

= 20,5 ml

dengan NaOH encer

4.

Selisih volume awal dengan volume c-a

= 20,5 0 ml

akhir NaOH dalam buret


5.

= 20,5 ml

Titrasi dilakukan kembali

V0

= 20,5 ml

Vt

= 41,9 ml

VtV0 = 41,920,5 ml
= 21,4 ml
2. Perhitungan
a. Penentuan konsentrasi larutan HCl pekat
Diketahui : Massa jenis HCl pekat

1190 gr/L

Persen berat HCl

37%(b/b)

Massa 1 L larutan Pekat HCl

1190 gram

Massa HCl dalam 1 L larutan pekat =


BM HCl pekat

37% 1190

440,3

36,5 gr/mol

Ditanya : Molaritas HCl pekat


Jawab :

n
V

440,3 / 36,5
1

= 12,06 mol/L
b. Penetuan konsentrasi larutan HCl encer
1. Melalui pehitungan pengenceran
# konsentrsi larutan A
Diketahui

M HCl pekat

12,06 M

V HCl

4,15 ml

VA

100 ml

Ditanya

MA.........?

Jawab

MA . VA

MHCl . VHCl

MA . 100

12,06 . 4,15

MA

50,05/100

MA

0,5005 M

MA

0,5005 M

VA

20 ml

VB

100 ml

# Konsentrasi Larutan B
Diketahui

Ditanya

MB?

Jawab

MA . VA

0,5005 . 20 =

MB . VB
MB . 100

MB

10,01/100

MB

0,1001 M

2. Melalui titrasi
a. Titrasi dengan indikator metil merah
# Titrasi Rerata Volume NaOH dengan indikator metil merah
Diketahui :

M NaOH

0,1 M

Rerata V NaOH =

10,7 ml

V HCl dititrasi

10 ml

Ditanya

M HCl..?

Jawab

MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH


MHCl . 10

= 0,1 . 10,7

MHCl = 1,07/10
MHCl = 0,107 M
b. Titrasi dengan indikator phenoptalein
# Titrasi rerata volume NaOH dengan indiktor phenoptalein
Diketahui

M NaOH

0,1 M

V NaOH

9,25 ml

V HCl dititrasi

10 ml

Ditanya

M HCl..?

Jawab

MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH


MHCl . 10

= 0,1 . 9,25

MHCl = 0,925/10

10

MHCl = 0,00925 M
c. Titrasi rerata volume Larutan NaOH yang digunakan
Diketahui

M NaOH

0,1 M

V NaOH

9,975 ml

V HCl dititrasi

10 ml

Ditanya

M HCl..?

Jawab

MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH


MHCl . 10

= 0,1 . 9,975

MHCl = 0,9975/10
MHCl = 0,009975 M
c. Penentuan konsentrasi larutan NaOH
# Melalui perhitungan pengenceran
1. Konsentrasi Larutan C
Diketahui

Massa NaOH

0,4 gram

BM NaOH

40 gram/mol

VNaOH

VC

0,025 L
=

M NaOH

50 ml

0,4 gram / 40 gram.mol 1


0,025 L

0,4 mol/L = 0,4 M

Ditanya

MC...........?

Jawab

MNaOH . VNaOH

0,4 M . 25 ml =

MC . VC
MC . 50 ml

MC

10/50

MC

0,2 M

2. Konsentrasi Larutan D
Diketahui :

MC

0,2 M

V Larutan C yang diencerkan =

25 ml

VD

100 ml

11

Ditanya
Jawab

:
:

MD.....?
MC . VC

MD . VD

0,2 M . 25 ml

MD . 100 ml

MC

5/100

MC

0,05 M

# Melalui titrasi
1. Titrasi NaOH oleh HCl
Titrasi rerata volume HCl yang digunakan
Diketahui

VNaOH

10 ml

VHCl untuk titrasi =

5 ml

MHCl

0,1 M

NHCl

0,1 N

Ditanya

NNaOH......?

Jawab

NHCl . VHCL = MNaOH . V NaOH


0,1 .

= MNaOH . 10

MNaOH = 0,5/10
MNaOH = 0,05M
NNaOH = 0,05 M
2. Titrasi HCl oleh NaOH
Titrasi rerata volume NaOH yang digunakan
Diketahui

VNaOH untuk titrasi

= 20,95ml

VHCl

= 10 ml

M HCl

= 0,1 M

N HCl

= 0,1 N

Ditanya

NNaOH.........?

Jawab

NHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH


0,1 . 10 = MNaOH . 20,95
MNaOH = 1/20,95
MNaOH = 0,0477 M

12

NNaOH = 0,0477 M
B. Pembahasan
1. Pembuatan dan pengenceran larutan HCl
Dalam pembuatan larutan HCl pekat yang dilarutkan dengan
akuades memiliki persen berat dan molaritas berturut turut : 37% dan
12,06 mol/L. Pengenceran HCl yang dilakukan dengan memasukkan HCl
kedalam Labu takar yang diisi dengan akuades. Pengenceran ini
dilakukan untuk mendapatkan suatu larutan yang memiliki konsentrasi
lebih kecil daripada larutan pekat. Selain itu, pengenceran ini dilakukan
guna memperkecil kesalahan dalam membuat larutan. Pada saat
pengenceran larutan HCl besarnya konsentrasi hasil pengenceran adalah
0,5005 M dan 0,1001 M.
2. Penentuan konsentrasi larutan HCl melalui titrasi
Pada percobaan ini, dilakukan dengan cara titrasi yaitu dengan
menambahkan indikator metil merah dan indikator phenoptalein sebagai
bahannya. Indikator metil merah digunakan untuk titrasi karena indikator
tersebut merupakan indikator basa lemah karboksilat dari dimetil amino
20 benzena. Sehingga, indikator ini sangat sesuai digunakan pada titrasi
basa lemah dan amonium hidroksida. Sedangkan penggunaan indikator
phenoptalein tergolong dalam asam lemah dalam keadaan yang sangat
tidak terionisasi dan indikator ini tidak berwarna. Jika dalam lingkungan
basa, indikator phenoptalein akan terionisasi lebih banyak dan akan
memberikan warna terang karena anionnya. Pada saat menggunakan
indikator yang berbeda volume titrasinya juga berbeda hal ini disebabkan
agar mendapatkan perubahan warna yang konstan dimana volume titrasi
rerata yang digunakan pada indikator metil merah sebesar 10,7 ml dan
menghasilkan perubahan warna dari merah menjadi kuning, sedangkan
volume titrasi rerata yang digunakan sebesar 9,25 ml dengan perubahan
warna dari putih menjadi merah. Besar konsentrasi yang dihasilkan
secara berturut-turut yaitu 0,106 M dan 0,925 M.
3. Pembuatan larutan NaOH

13

Dalam pembuatan larutan NaOH didapat berat larutan NaOH yang


dicampur dengan akuades seberat 0,4 gram. Kondisi larutan tersebut
setelah diberikan 3-4 butir NaOH ternyata menghasilkan rasa hangat pada
dinding gelas piala dan larutan tersebut berwarna bening. Rasa hangat
yang terdapat pada dinding gelas piala berasal dari air akuades yang
digunakan untuk melarutkan kristal NaOH dan karena seringnya diaduk
larutan tersebut agar NaOH tersebut cepat larut menjadi larutan yang
homogen. Dalam percobaan ini dapat kita ketahui konsentrasi larutan
NaOH dalam satuan molaritas yaitu 0,2 M
4. Penentuan konsentrasi larutan NaOH melalui titrasi
Dalam percobaan ini titrasi NaOH oleh HCl dapat diketahui dalam
proses titrasi yang terjadi perubahan warna kuning menjadi warna merah
dengan konsentrasi larutan NaOH sebesar 0,051 M dan 0,049 M.
Sedangkan pada percobaan titrasi HCl oleh NaOH dapat diketahui dalam
proses titrasi ini terjadi perubahan warna merah menjadi kuning dengan
konsentrasi larutan NaOH sebesar 0,049M dan 0,048 M

VI. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan :

14

1. Dalam membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan


cara melarutan zat terlarut yang berada dalam bentuk padatan dan
mengencerkan suatu larutan pekat.
2. Cara menentukan konsentrasi dapat dilakukan dengan pengenceran secara
langsung terhadap larutan yang ingin ditentukan konsentrasinya dan dengan
cara titrasi.
3. Pembuatan larutan HCl pekat akan menghasilkan konsentrasi yang lebih
besar dibandingkan dengan larutan HCl yang pekat .
4. Pada larutan HCl yang dilakukan secara titrasi menghasilkan konsentrsi
sebesar 0,107 M dan 0,925 M
5. Pembuatan larutan NaOH dengan 0,4 gr akan menghasilkan konsentrasi
sebesar 0,2 M dimana larutan tersebut berwarna bening.
6. Pada saat titrasi basa terhadap asam akan mengalami perubahan warna yaitu
dari warna kuning menjadi merah
7. Pada saat titrasi asam terhadap basa akan mengalami perubahan warna yaitu
dari warna merah menjadi warna kuning.

DAFTAR PUSTAKA

15

Anshory, 1984. Penuntun Pelajaran Kimia. Penerbit : Ganexa Exact Bandung.


Bandung
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar 1. Penerbit : Erlangga. Jakarta.
Jr, Day R.A, 2002. Kimia Dasar 2. Penerbit : Erlangga. Jakarta
Oxtobyo, David W, 2001. Prinsip-prinsip Kimi Modern. Penerbit : Erlangga. Jakarta
Syukri.S, 1999. Kimia Dasar 2. Penerbit : ITB. Bandung.

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK 1

16

PERCOBAAN 2
KIMIA MANGAN

NAMA

ATIKAH

NIM

J1B106202

KELOMPOK :

V (Lima)

ASISTEN

DINA MAYA SARI

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2006

17

You might also like