You are on page 1of 26

DETERMINATION OF WATER DEPTH WITH HIGH-RESOLUTION

SATELLITE IMAGERY OVER VARIABLE BOTTOM TYPES


(PENENTUAN KEDALAMAN PERAIRAN DENGAN CITRA SATELIT BERESOLUSI TINGGI BERDASARKAN TIPE DASAR)

Richard P. Stumpf and Kristine Holderied (2003)

Disampaikan ulang :
ULIL AMRI
C552130021

JURUSAN TEKNOLOGI KELAUTAN


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
15 Januari 2014

ABSTRACK
We investigated the utility of quantifying percent coverage of benthic substrate constituents
from surface multi spectral reflectance measurements. Six substrates were considered: kelp,
eelgrass, clay, silt, mineralic sand from a temperate environment, and turtlegrass and
carbonate sand from a tropical environment. Each had a unique albedo spectrum that
contributes differently to the upward light field in an optically shallow environment.
Simplifications to the radiative transfer equation yield an analytic solution for surface
reflectance in optically shallow environments. The objectives were to test the inverse model
to predict bottom albedo from measurements of surface reflectance, diffuse attenuation,
and water depth in the turbid water of eastern Long Island Sound, Connecticut, and clear
waters off Exuma, Bahamas. A linear mixing model was used to deconvolve the derived
albedo spectra into contributions by the six constituents. The inverse and deconvolution
models accurately identified the dominant substrate in the six homogeneous habitats (single
point determinations) and predicted the gradient in substrate composition along transects.
This approach has applications to benthic survey mapping, habitat assessment, and habitat
monitoring.

Sebuah algoritma standar untuk menentukan kedalaman perairan


dengan sensor pasif sudah ada, tetapi membutuhkan lima
parameter dan tidak melibatkan kedalaman dimana bagian
bawah/kolom air memiliki albedo (rasio (perbandingan) sinar
pantulan terhadap sinar dating) sangat rendah.
Untuk mengatasi masalah ini, kami (Stumpf and Holderied)
mengembangkan solusi empiris menggunakan rasio reflectances
yang hanya memiliki dua parameter dan dapat diterapkan pada
lapisan low-albedo.
Dua Algoritma tersebut adalah The Standart Linier Transform and
The New Ratio Transform.
Kedua Logaritma tersebut dibandingkan melalui analisis citra
satelit IKONOS terhadap LIDAR batimetry.
Koefisien untuk rasio Algoritma disetel secara manual untuk
beberapa kedalaman dari peta laut agar linier, dilakukan
menggunakan regresi linier berganda terhadap LIDAR tersebut.

Kedua algoritma mengkompensasi variable bawah jenis dan albedo


(pasir, parttikel, alga, karang) pada kedalaman kurang dari 10-15
m. Namun, linear transform tidak bisa membedakan variable
tersebut jika kedalamananya > 15 m di seluruh wilayah studi atol.
Rasio transformasi di perairan jernih pada kedalaman > 25 m
menunjukkan stabilitas yang lebih besar antara daerah yang
berbeda. Hal ini juga menunjukan sedikit lebih baik dalam
menggambarkan tingkat kekeruhan dari transformasi linear.
Rasio algoritma sedikit rumit dan tidak selalu memadai dalam
mengatasi morfologi halus (struktur yang lebih kecil dari 4-5
piksel) dalam air kedalaman >15-20 m.
Secara umum,

Transform.

ratio transform

lebih unggul dari

Linear

LATAR BELAKANG
Sejak penggunaan pertama foto udara untuk perairan dangkal, telah diakui
bahwa kedalaman perairan bisa diestimasi dengan penginderaan jauh.

Teori yang dikembangkan oleh Lyzenga (1978, 1981) dan dikembangkan


oleh Philpot (1989) dan Maritorena et al. (1994) menunjukkan adanya
validitas, dan beberapa masalah yang terlibat dengan menggunakan
penginderaan jauh pasif untuk penentuan kedalaman perairan.

Penggunaan

dua atau lebih band memungkinkan dapat memisahkan variasi


kedalaman pada Albedo bawah, tapi kompensasi kekeruhan bisa
menimbulkan masalah. Meskipun optik sistem-sistem pasif terbatas dalam
penetrasi mendalam dan dibatasi oleh kekeruhan, penggunaan data satelit
tersebut mungkin menjadi satu-satunya cara yang layak untuk
mengkarakterisasi karang, baik luasan atau wilayah terumbu karang.

Selain

kebutuhan yang jelas untuk Informasi batimetri di daerah terpencil,


pemetaan terumbu karang dan karakterisasi potensi pemutihan (bleaching)
membutuhkan informasi pada kedalaman Perairan.

Terumbu

karang menurut sifatnya sangat dipengaruhi oleh struktur fisik dari


lingkungan mereka, dan informasi kedalaman perairan merupakan hal
mendasar untuk mengetahui discriminating dan karakteristik habitat terumbu
karang, seperti patch reef, spur-and-groove, and seagrass beds.

Pengetahuan

tentang struktur rinci bagian bawah laut membantu dalam


pengelompokan peran dan kualitas terumbu karang sebagai lingkungan
hidup jenis ikan. Namun, daerah terumbu karang yang luas di lautan tersebut
memiliki sedikit data spasial batimetri (terbatas) karena kesulitan memperoleh
akurasi dan soundings di daerah terumbu terpencil.

Metode estimasi batimetri langsung dari citra satelit pasif

Sampai

saat ini, informasi tersebut hanya ada dua pilihan: pengukuran udara
ditanggung (foto dan hyperspectral) dan citra satelit multispektral (biasanya
Landsat).

Meskipun

Pesawat dapat menyediakan data resolusi tinggi, baik spasial atau


spektral, biaya tinggi dan masalah penyebaran membatasi penggunaannya untuk
pemetaan regional yang komprehensif di daerah terpencil. Land-sat, khususnya
Landsat-7 ditingkatkan mapper tematik (ETM), menawarkan cakupan global
terumbu karang, tetapi hanya dengan lapangan 30-m pandang.

Dengan

peluncuran resolusi tinggi sensor IKONOS pada tahun 1999 dan


QuickBird pada tahun 2002, 4-m (atau lebih baik) bidang citra multispektral
menjadi tersedia dari luar angkasa, menyediakan sumber daya baru untuk
pengembangan pemetaan dan pemantauan program untuk terumbu karang
di lokasi pemantauan.

Sistem

ini menyediakan data multispectral dengan tiga band terlihat (biru,


hijau, merah), yang dapat menggambarkan foto udara, dan satu band near
Infra-Red (dekat-IR).

Penelitian ini memfokuskan pada citra IKONOS,

Metode Estimasi Kedalaman Yang Sama Dapat Diterapkan Untuk


Citra Landsat Karena Adanya Kesamaan Dalam Pita Spektral
Table 1. Perbandingan Band Spektral IKONOS Dengan Landsat-7 ETM
Band Spektral (nm)
Warna spectral

IKONOS

Landsat-7

Biru

445-515

450-520

Hijau

510-595

530-610

Red

630-700

630-690

Inframerah-dekat

760-850

780-900

TUJUAN
Menggambarkan kedalaman relative perairan dengan sensor satelit
berseolusi tinggi.. (IKONOS)

Membandingkan Algotirma The Standart Linier Transform and The


New Ratio Transform.

Metode
Lokasi Penelitian

Daerah kajian dalam Penelitian ini mencakup dua atol terumbu


karang di Barat Laut Pulau Hawaii.

Gugusan pulau ini membentang lebih dari 1.800 km dari utara Pasifik
dari Pulau Nihoa pada 1620W hingga atoll Kure di 178.50W.
Kure Atoll merupakan sebuah pulau tempat adanya stasiun US
Coast Guard Loran yang berfungsi untuk memantau laguna. Selain
itu, di luar pulau utama, banyak terumbu karang tidak terpetakan
karena data detail tidak mencukupi untuk menjamin kepercayaan
dalam navigasi.
Di kawasan Pearl sepertiga dari laguna tidak memiliki informasi
batimetri sama sekali, dan grafik hanya menampilkan bentuk umum.

Lokasi Penelitian

Kepulau Hawai
CANADA

Kepulauan Hawaii.

USA

MEXICO

Kedalaman Perairan

Linear Transform

Ratio Transform

Citra satelit Ikonos Terhadap LIDAR Bathimetri

Informasi Data

Metode Estimasi Kedalaman


Metode estimasi kedalaman menggunakan refleksi
untuk setiap band citra satelit, dihitung dengan
sensor, dikalibrasi dan dikoreksi untuk efek atmosfer.
Pantulan air, Rw, yang meliputi bagian bawah
perairan dangkal (permukaan-kolom air)
Lw adalah pancaran cahaya meninggalkan air,
Ed adalah downwelling radiasi memasuki air,
is spektral pita.
Lw dan Rw mengacu pada nilai-nilai di atas
permukaan air
LT (total) cahaya diukur pada satelit,
E0 adalah konstanta matahari,
r adalah jarak bumi-matahari dalam satuan unit
astronomi,
0 adalah sudut zenith matahari, dan
T0 dan T1 adalah koefisien masing-masing transmisi
untuk matahari-bumi dan bumi-satelit.

Koreksi
atmosfer
didasarkan
pada
algoritma
yang
dikembangkan oleh Gordon et al. (1983) untuk Coastal Zone
Color Scanner (CZCS) dan oleh Stumpf dan Pennock (1989)
untuk Advanced Very High Resolution Radiometer (AVHRR)
dan mirip dengan yang direkomendasikan untuk Landsat
(Chavez 1996; Zhang et al. 1999)
Untuk IKONOS, asumsi koreksi atmosfer laut dengan variasi
spektral sama dengan reflektansi specular permukaan air.

LINEAR TRANSFORM
Setiap Analisis Cahaya Dengan Kedalaman Harus Memperhitungkan Fungsi
Exponensial Penurunan Cahaya Dengan Kedalaman
LYZENGA (1978) MENUNJUKKAN BAHWA HUBUNGAN REFLEKTANSI YANG
DIAMATI (ATAU RADIANCE) UNTUK KEDALAMAN DAN ALBEDO BAWAH DAPAT
DIGAMBARKAN SEBAGAI :

R Adalah Reflektansi Kolom Air,


Ad Adalah Albedo Bawah,
Z Adalah Kedalaman,
G Adalah Fungsi Dari Koefisien Atenuasi penyebaran cahaya

RASIO TRANSFORM
Dengan Meningkatnya Kedalaman, Sementara Reflektansi Dari Kedua Band
Menurun, Ln (Rw) Dari Band Dengan Tinggi Penyerapan (Hijau) Akan Menurun
Secara Proporsional Lebih Cepat Dari Ln (Rw) Dari Band Dengan Penyerapan
Rendah (Biru). Jadi, Rasio Biru Ke Hijau Akan Meningkat. Perubahan Rasio Juga
Akan Memberikan Kompensasi Secara Implisit Untuk Variabel Jenis Kedalaman.
Penyerapan cahaya oleh perairan berbeda pada setiap masing-masing band.
Setiap Band Akan Memiliki Nilai Deret Hitung Lebih Rendah dari Yang Lain.
Jika Nilai-nilai Logaritma Berubah karena Kedalaman, Rasio akan ikut Berubah

M1 = adalah nilai konstan untuk skala rasio


kedalaman,
n = adalah konstanta tetap untuk semua bidang,
dan m0 adalah offset untuk kedalaman 0 m
(Z=0), analog dengan a0
Rw Adalah Reflektansi Kolom Air

HASIL
(A) Kure 1 : profil struktur spur-dan-alur pada
forereef.
(B) Kure 2 : profil alga yang tertutup oleh karang mati
(C) Pearl 1 : profil karang yang didominasi oleh
karang mati dan partikel terlarut.
(D) Pearl 1 : profil campuran pasir dan terumbu
karang
beberapa daerah dangkal memiliki reflektansi lebih
rendah dalam menerima cahaya

Gambar.
8.
Perbandingan
semua kedalaman sepanjang
Kure 1 (perairan jernih)

Gambar. 10. Perbandingan semua


kedalaman di sepanjang Pearl 1 perairan
keruh

Gambar. 9. Perbandingan semua


kedalaman sepanjang Kure 2 pasir
dan terumbu karang

KENAPA ADA PERBEDAAN PADA


MASING-MASING GRAFIK
PENGARUH KEDALAMAN
TINGKAT KECERAHAN/KEKERUHAN PERAIRAN
TINGKAT REFLECTANCE CAHAYA PADA MASING-MASING BAND

Kedalaman dari tiga metode dan'' truecolor'' pantulan air untuk pusat Kure:
(A) Ratio Transform
(B) Linear Transform,
(C) Warna Asli Citra Satelit Ikonos
(D) LIDAR.

KESIMPULAN
HASIL YANG DITAMPILKAN DI SINI MENUNJUKKAN BAHWA METODE RASIO PENETRASI
KEDALAMAN PERAIRAN LEBIH UNGGUL DARI METODE LINEAR UNTUK WILAYAH SAMUDERA PASIFIK.
RASIO TRANSFORMASI MEMILIKI KETERBATASAN RELATIF TERHADAP GARIS KOLOM AIR, TERUTAMA
DALAM PENINGKATAN TINGKAT KEBISINGAN (NOISE).
PENGGUNAAN PERTAMA CITRA IKONOS (PULAU BAKER DI PASIFIK TENGAH) MENUNJUKKAN
REFLEKTANSI DAERAH PERAIRAN DANGKAL LEBIH RENDAH DARI PERAIRAN DALAM, SEHINGGA
LINEAR TRANSFORM TIDAK BISA DIIMPLEMENTASIKAN.

KESESUAIAN ANTARA TUJUAN DAN HASIL

Sinkron
ABSTRAK
TUJUAN

MENENTUKAN KEDALAMAN PERAIRAN


DENGAN SENSOR PASIF

SECARA UMUM, RATIO TRANSFORM LEBIH


UNGGUL DARI LINEAR TRANSFORM.

NOVELTY/KEBARUAN
SELAIN MENERAPKAN METODE RASIO TRANSFORMASI LEBIH MAKSIMAL PADA TERUMBU
KARANG PENELITIAN INI MENYELIDIKI CARA-CARA IMPROVISASI ALGORITMA KHUSUSNYA
METODE UNTUK MENGATASI KEKERUHAN DALAM MEMETAKAN KEDALAMAN PERAIRAN PADA
AREA TERUMBU KARANG YANG LUAS .

You might also like