You are on page 1of 14

Panduan Praktikum Geoinformasi 2013

Acara 9
Surface Hydrology Tool

Asisten
Devy Rizky Panji Wijaya
Aloysius Dearga Purbo Waskita

Yogyakarta
Mei
2013
0

Tahapan Praktikum
A. Membuat Elevation Surface (Topo to Raster Tool)
B. Surface Hydrology Tools :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Fill Tool
Flow Direction Tool
Flow Accumulation Tool
Membuat jaringan sungai / stream network
Edit jaringan sungai / stream network
Basin Tool
Watershed Tool
Flow Lenght Tool
Rain Drop Tool

1. Membuat Elevation Surface


Surface hydrology tool merupakan tool yang bekerja dengan menggunakan data
yang termuat dalam cell file raster pada data elevation surface. Kualitas data surface
akan menentukan kualitas kerja tool ini.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membuat elevation surface adalah
Topo to Raster Tool. Metode ini merupakan metode interpolasi multiresolusi yang
berarti metode ini akan menginterpolasi dari sel berukuran besar hingga kecil
sampai mencapai ukuran sel yang ditentukan. Langkah kerjanya adalah sebagai
berikut :
a)
b)

c)

Buka map : TopoData.mxd (...\Excercise08\TopoData.mxd)


Pengaturan Lingkungan Kerja (Environment Settings)
Current workspace
: .../Excercise08 (optional)
Scratch workspace
: .../Excercise08 (optional)
Extent
: Same as layer TopoBoundary
Cell size
: As Specified Below, type 10
Gunakan Topo To Raster Tool (Spatial Analyst Tool\Interpolation\Topo to
Raster Tool).
Masukkan data/feature layer :
TopoSpot
TopoContour
TopoStreams
TopoLakes
TopoBoundary
Atur tipe data/feature layer,
TopoSpot
=> PointElevation
TopoContour
=> Contour
TopoStreams
=> Stream
TopoLakes
=> Lake
TopoBoundary
=> Boundary

Masing-masing tipe data/feature layer memiliki jenis dan fungsi tersendiri


yaitu sebagai berikut :
Point Elevation, merupakan data titik ketinggian khususnya untuk
lokasi penting yang tidak diakumulasi oleh data kontur seperti puncak
bukit
Contour, merupakan data ketinggian yang paling penting yang
digunakan untuk menentukan elevasi dan mendeteksi lembah dan
punggungan

Stream, merupakan data keberadaan sungai yang digunakan untuk


mengatur interpolasi agar menghasilkan pola penyaluran yang lebih
tepat
Lake, merupakan data lokasi danau yang digunakan untuk memastikan
area pada danau memiliki hasil interpolasi yang sama besar
TopoBoundary, merupakan data polygon tunggal yang menjadi batas
area interpolasi sehingga area diluar polygon ini akan tidak
diperhitungkan (Nodata cell)
Sink, merupakan data yang berisi titik-titik lokasi sink berada sehingga
membantu dalam membedakan sink sebenarnya dan sink akibat
kesalahan/eror interpolasi
Atur Field data :
TopoSpot
=> Spot_meter
TopoContour
=> Spot_meter
Field data yaitu field dalam data/feature layer yang memuat nilai/atribut yang
hendak diproses

Masukkan nama Output Surface Raster => topo2ras


Masukan nilai Output cell size => 10
Tentukan Output Extent => default coordinates
Tentukan Margin in Cell => default of 20
Parameter ini menentukan seberapa jauh interpolasi yang dilakukan diluar
batas/boundary. Hal ini penting sebab dapat meningkatkan akurasi nilai
interpolasi pada bagian pinggir daerah yang diinterpolasi
Tentukan nilai Smallest dan Largest z value yang digunakan dalam
interpolasi = > default of nothing
Tentukan Metode Drainage Enforcement => default of ENFORCE
Parameter ini mengatur bagaimana sink akan diatur. Terdapat 3 pilihan yaitu
ENFORCE = digunakan untuk menghilangkan semua sink
NO_ENFORCE = digunakan untuk tidak menghilangkan semua sink
ENFORCE_WITH_SINK = digunakan untuk menghilangkan sink yang
tidak teridentifikasi
Tentukan Primary type of input data => default CONTOUR
Paramater ini menentukan data mana yang akan diutamakan dalam
penentuan ridge dan stream
Tentukan Maximum number of iterations => default of 40
Semakin besar parameter ini maka akan cenderung untuk menghapus sink
Tentukan Roughness penalty => default of 1
Paramater ini mengatur perubahan kelerengan permukan dan mengatur
perubahan terrain seperti disekitar punggungan atau sungai agar lebih sesuai
Tentukan Discretisation error factor => default of 1
Parameter untuk menetukan tingkat smooting
Tentukan Vertical standart error => default of 0
3

Tentukan Tolerance 1 => 6


Parameter yang mengatur drainage enforcement dan sink removal. Sink yang
lebih dalam daripada parameter ini tidak akan dihapus. Jika datanya berupa
data kontur, nilai yang digunakan adalah setengah dari nilai interval kontur.
Tentukan Tolerance 2 => 100
`parameter ini mencegah agar algoritm tidak membuat stream channels
melalui barriers yang memiliki nilai lebih besar dari pada nilai toleransi 2.
Optional Outputs :
Output streams polyline features => tuliskan outstreams
Menghasilkan shapefile yang berisi ridge dan stream hasil interpolasi
Output remaining sink point features => tuliskan outsinks
Menghasilkan shapefile berisi sink yang masih tersisa dari hasil interpolasi
Output diagnosic file => tuliskan outdiagnosics
Menghasilkan laporan mengenai semua input dan parameter serta informasi
selama interpolasi
Output parameter file => default of nothing
Menghasilkan file yang menyimpan semua data setting yang dapat digunakan
kembali untuk menjalankan tool pada lain waktu
Klik OK untuk menjalankan Topo to Raster

d)

Gunakan Hillshade Tool (Spatial Analyst Tool\Surface\Hillshade).


Input raster =>topo2ras
Output raster => topo2hill
Klik OK

e) Bandingkan TopoHillshade (DEM USGS 30 meter) dengan topo2hill


(surface 10m hasil Topo to Raster)
Ubah Strech Type (Layer Properties\Symbology\Stretched) topo2hill menjadi
Standard Deviations dengan nilai n=2
Bandingkan dengan menggunakan Swipe Layer atau Flicker Layer (Effect
Toolbar)

B. Surface Hydrology Tool :


1. Fill Tool
Fill tool memiliki fungsi untuk menemukan adanya sink dan kemudian mengisi /filling
dengan elevasi terendah yang berada didekatnya. Fill tool akan menghasilkan
surface elevation yang terkoreksi dan dapat digunakan untuk analisa.
Langkah Kerja :
a)
b)

c)

d)

Buat Map baru (New Map File)


Tambahkan Layer dari ...\Excercise08 Folder
Elevation.lyr => Raster elevation surface
LandMask.lyr => Raster of Land (area air = NoData)
Pengaturan Lingkungan Kerja (Environment Settings)
Current Workspace => ...\Excercise08
Scratch Workspace => ...\Excercise08
Extent
=> Same as Layer Elevation
Cell Size
=> Same as Layer Elevation
Mask
=> Land Mask
Jalankan Spatial Analyst Tool\ Hydrology \ Fill
Input Surface Raster
=> pilih Elevation
Output raster
=> elevfill
Klik OK.

2. Flow Direction Tool


Tool ini memiliki fungsi untuk menentukan arah aliran dengan cara
membandingkan nilai elevasi dari sel-sel yang saling berdekatan. Tool ini akan
menghasilkan layer yang tidak terlalu menarik secara visual serta tidak dapat
digunakan secara langsung / direct uses, namun sangat penting dan digunakan
dalam hydrology tools lainnya.

Gambar 1. Penentuan Flow Direction


(http://webhelp.esri.com/arcgisdesktop/9.3/printBooks_topics.cfm?pid=6050)
Langkah kerja :
Jalankan Spatial Analyst Tool\ Hydrology \ Flow Direction
5

Input surface raster


=> pilih elevfill
Output flow direction raster => elevflow
Klik OK

3. Flow Accumulation Tool


Cara kerja tool ini adalah menghitung pada setiap sel, jumlah air yang mengalir
pada sel tersebut. Sel yang memiliki nilai besar, dapat diasumsikan sebagai
sungai.

Gambar 2. Perhitungan Flow Accumulation


(http://webhelp.esri.com/arcgisdesktop/9.3/printBooks_topics.cfm?pid=6050)
Langkah kerja :
Jalankan Spatial Analyst Tool\ Hydrology \ Flow Accumulation
Input surface raster
=> pilih elevflow
Output flow direction raster => elevacum
Klik OK
4. Membuat Stream Network
Data sungai/stream hasil Flow Accumulation Tool perlu dimanipulasi/klasifikasi
untuk mementukan nilai yang akan digunakan dalam menidentifikasikan
sungai/stream network. Manipulasi/klasifikasi ini dilakukan dengan mengatur
Symbology. Langkah kerja adalah sebagai berikut :
Zoom layer elevacum pada area yang akan diamati
Buka Layer Properties/ Symbology/ Classified
Classification => Manual
Classes
=> 5
Klik Classify
Masukkan 4 nilai pertama Break Value => 10, 70, 200, 500
Klik OK
Ganti semua simbol warna menjadi putih
Ganti simbol warna satu per satu menjadi hitam dan amati perubahan
Stream Network pada layer
(Nilai Flow Accumulation <70 terlalu detail)
Setelah mengetahui break value terbaik untuk membuat Stream Network, langkah
selanjutnya adalah
6

Jalankan Spatial Analyst Tool\ Conditional \ Set Null


Input Conditional Raster
=> pilih elevacum
Input false raster or constant value
=> tulis 1
Output raster
=> tulis strmnet
Expression
=> tulis Value LT 70
Klik OK

Dengan menggunakan Set Null maka sel yang memiliki nilai Flow Accumulated 70
atau lebih besar akan diberi nilai 1 sedang yang lain akan dirubah menjadi NoData.
Karena stream network hasil Set Null memiliki stream segmen yang bernilai sama,
maka dapat digunakan Stream Link untuk memberi masing-masing segmen ID yang
tersendiri. Langkahnya adalah :

Jalankan Spatial Analyst Tool\ Hydrology \ Stream Link


Input Stream Raster
=> pilih strmnet
Input Flow Direction Raster
=> pilih elevflow
Output Raster
=> tulis strmlink
Klik OK

Dari hasil Stream Link Tool diperoleh 3453 segmen yang telah diberi ID.
5. Edit Stream Segment
Pada Attribute Table strmlink akan ditemukan segmen yang pendek atau memiliki
nilai yang rendah pada kolom Count Field (1553 segment dari 3453) yang dapat
diamati dengan menggunakan Select by Attribute pada Attribute Tabel. Tujuan
dari tahap ini adalah untuk menghilangkan stream segmen yang pendek ( 5 atau
<5) pada ujung terjauh dari suatu stream network.
Tahap awal yang dilakukan adalah menggunakan Stream Order Tool yang
memiliki tujuan untuk memberi orde sungai pada masing-masing segmen. Pada
bagian paling atas stream network memilki orde 1 dan ke arah downstream
memiliki nilai yang semakin besar. Metode yang digunakan terdiri dari 2 yaitu
Strahler dan Shreve.

Gambar 3. Penentuan Stream Order dengan Metode Strahler dan Shreve


(http://webhelp.esri.com/arcgisdesktop/9.3/printBooks_topics.cfm?pid=6050)
7

Langkah Kerja :
Jalankan Spatial Analyst Tool\ Hydrology \ Stream Order
Input Stream Raster
=> pilih strmlink
Input Stream Direction
=> pilih elevflow
Output Raster
=> tulis strmorder
Method of stream ordering => pilih STRAHLER
Klik OK
Tahap berikutnya adalah mengubah segmen yang memiliki stream order 1 dan
memiliki sel 5 atau lebih kecil menjadi NoData. Tahap ini tidak dilakukan dengan
menggunakan SetNull Tool karena SetNull Tool tidak dapat digunakan pada analisa
multiple layer, sehingga dilakukan dengan menggunakan SetNull function pada Map
Algebra.

Jalankan Spatial Analyst Tool\ Map Algebra \ Single Output Map Algebra
Map Algebra Expression => SETNULL (strmorder EQ 1 AND strmlink.Count
LE 5, strmlink)
Output Raster
=> tulis strmedit

Pada layer strmedit, jumlah total segmen yang ada yaitu 2728 (lihat Attribute Table),
untuk melihat perbedaannya dapat digunakan Swipe Layer pada Effect Toolbar
(zoom pada area first order stream).
Setelah menghapus segmen yang pendek, jalankan kembali Stream Link Tool pada
layer hasil pengeditan (strmedit) dan kemudian diikuti oleh Stream Order Tool. Hal
ini dilakukan karena menghaspus segmen yang ada akan merubah susunan ID dan
order.
Tahap terakhir adalah merubah stream data yang berupa raster menjadi vector
dengan menggunakan Stream to Feature Tool. Langkah kerja :

Jalankan Spatial Analyst Tool\ Hydrology \ Stream to Feature


Input Stream Raster
=> pilih strmedit
Input Stream Direction
=> pilih elevflow
Output Raster
=> tulis streams
Simplify polylines
=> default of cheked
Klik OK

6. Basin Tool
Basin atau catchment area merupakan istilah yang digunakan untuk area tempat
berkumpulnya air yang mengalir ke arah yang sama. Tempat atau titik
bertemunya air disebut sebagai pourpoint

Gambar 4. Drainage System


(http://resources.esri.com/help/9.3/ArcGISengine/java/Gp_ToolRef/spatial_analyst
_tools/how_watershed_works.htm)
Tool untuk membuat basin terdiri dari 2 yaitu Basin Tool dan Watershed Tool.
Basin Tool membuat pour point sendiri dan membentuk basin untuk seluruh map,
sementara Watershed Tool membentuk basin hanya berdasarkan data pour point
yang sudah ada.
Langkah untuk menjalankan Basin Tool :
Jalankan Spatial Analyst Tool\ Hydrology \ Basin
Input Stream Raster
=> pilih elevflow
Output Raster
=> tulis basins
Klik Ok
Ubah Symbology menjadi Unique Value
Set Transparency menjadi 35%
Tambahkan Hilldhade.lyr dan tampalkan layer basins diatas hillshade.lyr
7. Watershed Tool
Dalam penggunaan Watershed Tool, yang menjadi tantangan adalah cara membuat
pour point sesuai dengan analisa yang digunakan. Dalam praktikum ini akan akan
ditentukan 2 pour point yang memiliki nilai terbesar dari seluruh map dan kemudian
diolah menjadi basin menggunakan Watershed Tool.
Tahap pertama adalah pemberian ID pada stream berdasarkan basinnya, misal
stream pada basin 1 akan diberi ID 1 dan seterusnya.

Gambar 5. Ilustrasi Region Group Tool


(http://webhelp.esri.com/arcgisdesktop/9.3/index.cfm?id=6244&pid=6237&topicname
=Region%20Group&)
Langkah kerja :

Jalankan Spatial Analyst Tool\ Generalization \ Region Group


Input Raster
=> pilih strmnet
Output Raster
=> strmgroup
Number of neighbors to use
=> EIGHT
Accept remaining defaults
Klik OK

Tahap berikutnya adalah menentukan akumulasi maskimum yang ada pada tiap
region. Tahap ini akan dilakukan dengan menggunakan Zonal Statistics Tool,
dengan layer strmgroup untuk mendefinisi region/zona dan layer elevacum untuk
mendefinisi nilai akumulasi.
Langkah kerja :

Jalankan Spatial Analyst Tool\ Zonal \ Zonal Statistics


Input Raster or Feature Zone Data
=> pilih strmgroup
Zone Field
=> pilih Value
Input Value Raster
=> pilih elevacum
Output Raster
=> flowmax
Statistics Type
=> Maximum
Ignore NoData in calculations
=> Defaults of Checked
Klik OK

Selanjutnya adalah menemukan sel pada tiap basin yang memiliki nilai flow
accumulated tertinggi. Langkah kerjanya :

Jalankan Single Output Map Algebra


Map Algebra expression : CON (elevacum EQ flowmax, strmgroup)
Output raster
: pourpoint1

10

Ekrepesi tersebut dapat diartikan bahwa jika accumulated flow sebanding/sama


dengan maximum accumulated flow pada basin, maka akan dipertahankan basin ID
nya sementara jika tidak, maka akan dianggap sebagai NoData. Hasil dari tahap ini
adalah titik pourpoint (tampalkan pourpoint1 dengan land mask untuk
mempermudah pengamatan).
Pourpoint yang dimiliki sekarang, hanya memiliki atribut berupa ID basin sehingga
tidak dapat dipilih berdasarkan nilai accumulation flow. Oleh sebab itu, dapat
digunakan Combine Tool untuk membuat pourpoint yang memiliki atribut berupa
basin ID dan accumulation flow. Langkahnya adalah :

Jalankan Spatial Analyst \ Local \ Combine


Input Raster
=> pilih pourpoint1
Input Raster
=> pilih elevacum
Output raster
=> tulis elevacum
Klik OK

Hasil dari tahap ini berupa pourpoint akhir yang dapat digunakan dalam Watershed
Tool. Sebelum menggunakan Watershed Tool, tentukan 2 pourpoint yang memiliki
nilai accumulation flow tertinggi, langkahnya :

Buka Attribute Table Pourpoint2


Sort Descending pada kolom elevacum
Pilih 2 data teratas sebagai pourpoint terbesar

Setelah dipilih pourpoint yang terbesar, jalankan Watershed Tool dengan langkah :

Jalankan Spatial Analyst Tool\ Hydrology \ Watershed


Input flow direction raster
=> pilih elevflow
Input raster or feature pour point data => pilih pourpoint2
Pour point field
=> pilih pourpoint1 (basin ID)
Output raster
=> tulis watershed

8. Flow Lenght Tool


Tool ini mengitung panjang aliran upstream atau downstream untuk tiap sel.
Panjang aliran downstream adalah jarak yang ditempuh air untuk mencapai
pourpoint, sementara panjang aliran upstream adalah jarak terjauh sepanjang
flow path hingga ujung basin (top of basin).
Penentuan panjang aliran ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti
membuat diagram distance-area untuk hujan dan runoff, hydrograph untuk basin
dan untuk menghitung time consentration suatu pencemar. Langkah kerja nya
adalah :
Jalankan Spatial Analyst Tool\ Hydrology \ Flow Length
Input flow direction raster
=> pilih eleflow
Output raster
=> flowlenght
11

Direction of measurement
=> pilih DOWNSTREAM
Input weight raster
=> default of nothing
Klik Ok
Atur tampilan dengan menampalkan layer streams, flowlength (transparency
50%) dan paling bawah berupa layer hillshade

Gambar 6. Warna merah merupakan area terjauh dari pour point

9. Rain Drops Path


Untuk dapat menggunakan Rain Drop Tool, tahap pertama adalah dengan
menambahkan toolbar Hydrology Modelling terlebih dahulu. Langkahnya adalah

Jalankan Arc Map sebagai administrator (Run as Administrator)


Pada Main Menu, Klik Tool \ Costumize \ Commands Tab
Klik Add from file dan cari serta pilih esrihydrology_v2.dll
Klik OK
Klik pada Toolbars Tab, cari dan tambahkan Hydrology Modelling toolbar

Tahap berikutnya adalah mengatur dan menggunakan Hydrology Modeling toolbar,


yaitu

Pada Hydrology Modelling toolbar, klik hydrology


Klik properties
Input flow direction
=> pilih elevflow
Input flow accumulation
=> pilih elevacum
Klik OK

Pengaturan diatas mengaktifkan tool yang lain. Salah satu tool yang dapat
digunakan adalah Rain Drop Tool. Tool ini berfungsi untuk menelusuri aliran hujan
ke arah downstream. Langkah kerjanya
12

Klik icon Rain Drop tool


Klik kursor pada tempat tertentu
Untuk menghapus, dilakukan dengan menggunakan tombol Delete

Daftar Pustaka

http://webhelp.esri.com/arcgisdesktop/9.3/index.cfm?id=6244&pid=6237&topicname
=Region%20Group&
http://resources.esri.com/help/9.3/ArcGISengine/java/Gp_ToolRef/spatial_analyst_to
ols/how_watershed_works.htm
http://webhelp.esri.com/arcgisdesktop/9.3/printBooks_topics.cfm?pid=6050

13

You might also like