You are on page 1of 8

RKS

1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi :
Pekerjaan Pembangunan Kesmavet, Pagar depan , samping kanan kiri, Pengerasan
/Pemerataan Jalan, Penimbunan Tanah, Tembok penahan , Rumah jabatan ,
Paramedis, Rumah jaga, Pos jaga , Penampungan Limbah Padat, Area Parkir
Mobil/Motor, Parit lingkungan dan Bak Sterilisasi.
1.2. Sarana dan tata cara pelaksanaan.
Untuk kelancaran pekerjaan Kontraktor akan menyediakan Site Manager yang bertanggung
jawab penuh dengan wewenang penuh di lapangan.
Semua Peralatan yang nyata-nyata diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan akan disediakan
kontraktor .
Semua biaya mobilisasi dan sewa pakai peralatan menjadi tanggung jawab penuh kontraktor.
Kontraktor wajib melakukan survey ulang guna memperoleh akurasi data yang up to date.
Pekerjaan akan selalu dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai ketentuan-ketentuan dalam
RKS, Gambar rencana, Berita Acara Penjelasan, Berita Acara Rapat lapangan, serta petunjuk
Konsultan Pengawas.
1.3. Sarana kerja
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus tersedia :
Tenaga kerja terampil dan tenaga ahli yang sudah cukup memadai dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Alat alat bantu seperti Beton Molen (Mixer Beton), Vibrator, Pompa air, Alat Penarik,
Pengangkat dan Pengangkut Horizontal dan Vertikal , Mesin Pemadat , alat-alat gali , alat
pancang, Bor tanah, alat penglihat datar (Theodolit , Waterpass dan lai-lain ) atau peralatan yang
benar-benar diperlukan dan dipakai dalam pelaksanaan.
Bahan bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap macam pekerjaan yang akan
dilaksanakan, paling lambat 4 (empat) hari sebelum pekerjaan yang dimaksud.
1.4. Cara pelaksanaan
Semua macam pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian dan keterampilan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS) , Gambar Bestek,
petunjuk-petunjuk pelaksaan dari Direksi untuk pekerjaan pekerjaan tertentu serta petunjuk
dari Ahli/Pengawas lapangan.
1.5. Jenis dan Mutu

Jenis dan Mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri sesuai dengan keputusan
Menteri perdagangan , Menteri Perindustrian dan Penpan Nomor : 813/MENPAN/1980, Nomor
64/MENPAN/1980 tanggal 23 Desember 1980.
2. SITUASI DAN UKURAN
2.1 Situasi
Pekerjaan tersebut dalam pasal 1 merupakan pelaksanaan pekerjaan :
Pekerjaan Pembangunan Kesmavet, Pagar depan , samping kanan kiri, Pengerasan
/Pemerataan Jalan, Penimbunan Tanah, Tembok penahan , Rumah jabatan ,
Paramedis, Rumah jaga, Pos jaga , Penampungan Limbah Padat, Area Parkir
Mobil/Motor, Parit lingkungan dan Bak Sterilisasi.
Kondisi tanah dimana bangunan akan dilaksanakan berupa lahan dasar dengan kondisi
disesuaikan dengan rencana.
Untuk pekerjaan Land grading/peralatan atau pembentukan lahan sesuai dengan level yang
diinginkan sampai dengan lahan siap bangun akan dilaksanakan oleh pihak kontraktor.
Kontraktor wajib meneliti situasi medan, terutama keadaan tanah bangunan, sifat dan luasnya
pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pelaksaan pekerjaan.
2.2 Ukuran
Ukuran-ukuran dalam pasal terdahulu , dimaksudkan sebagai garis besar pelaksanaan dan
pegangan kontraktor.
Ukuran-ukuran situasi yang digunakan diisi semuanya dalam satuan matrik.
3. PEKERJAAN TANAH
3.1 Lingkup Pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja , peralatan alat berat untuk pemotongan / penimbunan tanah, bahan
bahan dan urugan kembali sesuai dengan gambar rencana.
Pekerjaan urugan tanah peninggian lantai
3.2 Persyaratan dan bahan
Pemotongan tanah pada ketinggiannya disesuaikan dengan kontur yang ada atau disesuaikan
dengan gambar rencana.
Penimbunan tanah harus dipadatkan dan ketebalan penimbunan harus disesuaikan dengan
gambar rencana.
Volume galian harus disesuaikan dengan dimensi pondasi yang akan dikerjakan.
3.3 Cara Pelaksanaan

Sebelum memulai pekerjaan ini, kontraktor harus membersihkan lokasi yang akan dibangun
kemudian di bouwplank untuk menentukan daerah galian pondasi.
Bidang vertical galian tanah harus mempunyai jarak cukup dari lebar pondasi untuk
memungkinkan pemasangannya , penopangan dan lain-lain pekerjaan demi kelancaran
pelaksanaan . Dasar galian harus sesuai dengan kedalaman dan bentuk yang direncanakan.
Urugan tanah peninggian lantai harus dipadatkan perlapis sehingga didapatkan kepadatan yang
memenuhi syarat kekuatan terhadap beban-beban diatasnya dan tidak menimbulkan penurunan
bangunan yang secara langsung menumpu pada tanah urugan.
4. PEKERJAAN URUGAN PASIR
4.1 Lingkup pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja, peralatan, dan bahan-bahan sehubungan dengan pekerjaan urugan
pasir sesuai dengan gambar dan persyaratan.
Urugan pasir dibawah pondasi dan urugan pasir peninggian lantai.
4.2 Persyaratan dan bahan
Pasir urug yang dipakai harus berbutir , bersih dari Lumpur , biji-bijian , akar-akaran , kotoran
dan bahan organic lainnya.
Contoh pasir yang akan digunakan harus dimajukan kepada ajli/pengawas lapangan untuk
mendapatkan persetujuan sebelum bahan tersebut didatangkan ke lokasi.
4.3 Cara pengerjaannya
Urugan pasir harus dikerjakan sebelum pasangan diatasnya dikerjakan
Urugan pasir harus dipadatkan perlapis sampai mencapai ketebalan sesuai gambar. Tebal lapis
maksimum 5 cm untuk urugan dibawh pondasi dan 25 cm untuk urugan dibawah lantai.
5. PEKERJAAN BETON
5.1 Lingkup pekerjaan
Meliputi pengadaan dan pengerjaan semua tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk semua
pekerjaan beton biasa dan beton bertulang berikut pembuatan dan pemasangan
cetakan/beckisting /mould penyelesaian dan lain-lain pekerjaan pembesian sesuai dengan gambar
rencana dan persyaratan. Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah
pekerjaan beton untuk :
Pancang
Pondasi Pile Cap
Sloof 15/15 , 15/20 , 15/30
Kolom 20/20 , 25/20
Kolom Praktis 13/13
Kolom 30/30

Balok Ringbalk 13/13 , 15/15, 15/30


Plat lantai 15 cm
Dinding 10 cm
5.2 Persyaratan Umum
Standar
Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga pelaksanaan
pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam SK-SNI T -15 1991 terkecuali bila
dinyatakan atau diintruksikan lain oleh pengawas. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercakup
dalam peraturan tadi, maka ketentuan-ketentuan berikut ini dapat dipakai dengan terlebih dahulu
memberitahukan dan meminya ijin dari pengawas. Adapun ketentuan-ketentuan tadi adalah
sebagai berikut :
ASTM C 150 Portland Cement
ASTM C 33 Concrete Agregats
ASTM C 494 Chemical administrasi for Conrete
ASTM A 615 Deformed and Pailing Reinforcing Bars for Concrete Reinfocement.
NI 3/1970 dan NI 8/1964 PUBB
Semua persyaratn diatas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan gambar
gambar dan persyaratannya. Dan semua pekerjaan beton akan ditolak kecuali bila
dilaksanakan dengan standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan dan Mutu bahan, cara
pengerjaan cetakan , cara pengecoran , kepadatan , texture dan kualitas secara
keseluruhan.
5.3 Mutu Beton
5.3.1 Mutu beton yang akan digunakan K 225
Semua beton yang akan digunakan bagi bangunan atau bagian dari bangunan harus terdiri dari
bahan yang terperinci disini dan harus dicampur dengan perbandingan yang sesuai , dicor dan
dituang sesuai dengan ketentuan ketentuan yang berlaku.
5.3.2 Persyaratan material
Air untuk adukan
Air yang digunakan untuk beton adukan, pemasangan dan grouting , bahan pencuci agregat dan
curing beton harus air tawar yang bersih dari bahan bahan yang berbahaya bagi penggunaannya
seperti minyak , alkali , sulfat , bahan organis, garam , silt (lanau) . Kadar silt (lanau) yang
terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dengan perbandingan beratnya. Kadar Sulfat
maksimum yang diperkenankan adalah 0,5 % atau 5 gr/lt , sedangkan kadar chlor maksimum 1,5
% atau 15 gr/lt.

Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa atau sumber air yang berlumpur dan
mengandung bahan-bahan organic tersebut pada no. 1. tempat pengambilan harus dapat menjaga
kemingkinan terbawanya material material yang tidak diinginkan . Sedikitnya harus ada jarak
vertical 50 cm dari permukaan atas air kesisi tempat pengambilan.
Apabila diadakan perbandingan test beton antara beton yang diaduk dengan aquadest
dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari suatu sumber dan hasilnya
menunjukkan indikasi ketidak pastian dalam mutu beton walaupun telah digunakan semen yang
sama dan telah disetujui , maka air dari sumber tadi tidak dapat dipakai bila hasil perbandingan
test tadi menunjukkan harga-harga yang berbeda lebih kecil dari 10 persen. Test tadi dapat
dibandingkan dari mutu kekuatan dan juga dari waktu pengerasannya. Dalam keadaan ditolak ini
, pemborong diwajibkan mencari sumber lain yang lebih baik dan dapat diterima dan disetujui
pengawas.
Semen Portland
Kecuali ditentukan oleh pengawas semen yang digunakan semen type I sesuai ASTM C 150 dan
segala sesuatu harus mengikuti ketentuan dalam SK SNI T- 15-1991-03 semen yang digunakan
harus merupakan produk dari suatu pabrik yang telah mendapat persetujuan pengawas terlebih
dahulu.
Kontraktor harus menunjukkan sertifikasi dari produsen tiap pengiriman semen, yang
menunjukkan produk tadi telah memenuhi test standar yang lazim digunakan untuk material.
Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu
sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau tidak semen-semen tersebut.
Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang penyimpanan semen pada tempat tempat yang
baik sehingga terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak. Tempat lantai
penyimpanan harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.
Semen dalam kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter. Tiap tiap
pengeluaran harus diatur secara kronologis sesuai dengan penerimaan . kantong kantong semen
yang kosong harus segera dikeluarkan seluruhnya.
Kontraktor harus mengambil pengelola yang cakap, yang mengawasi gudang gudang semen
dan mengadakan catatan-catan yang cocok dari penerimaan dan pemakaian semen seluiruhnya.
Tindasan dari catatan catatan harus disediakan untuk pengawas bila dikehendaki yaitu jumlah
semen yang digunakan selama hari itu tiap bagian.
Agregat Halus
Didalam spesifikasi ini dipakai bermaca-macam jenis untuk pekerjaan bangunan yang ditetapkan
sebagai berikut :
Pasir buatan : Pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu
Pasir alam : Pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai atau pasir alam yang didapat dari
persetujuan engineer.
Pasir Paduan : Paduan dari pasir buatan dan pasir alam dengan perbandingan campuran sehingga
mencapai gradasi (sususnan butiran) yang dikehendaki.
Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus disediakan oleh
kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau tempat lain sumber alam yang disetujui. Jika

pasir alam didapat dari sumber-sumber yang tidak dimiliki atau tidak dikuasai kontraktor ,
kontraktor harus mengadakan persetujuan yang perlu dengan pemiliknya dan harus membayar
semua sewa atau biaya lain yang bersangkutan dengan hal tersebut.
Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimasuk sebagai persetujuan keseluruhan
untuk semua bahan yang diambil dari alam tersebut dan kontraktor harus bertanggung jawab
untuk kualitas satu demi satu dari bahan sejenis yang dipakai dalam pekerjaan.
Pasir untuk beton adukan dan grouting harus merupakan pasir alam. Pasir hasil pemecahan batu
dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai
harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil dan harus terdiri dari butiran yang keras,
padat dan tidak berselaput oleh material lain.
Pasir yang ditolak pengawas harus segera disingkirkan dari lapangan kerja. Dalam melaksanakan
adukan baik untuk beton, plesteran ataupun grouting , pasir tidak dapat digunakan sebelum
mendapat persetujuan pengawas mengenai mutu dan jumlahnya.
Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkali, bahan bahan organic dan
kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5%.
Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan persyaratan pasa SK- SNI
T 15 1991 -03.
Agregat Kasar (koral)
Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah atau campuran dari
keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil. Sebagaimana
juga pasir , koral harus keras, padat , tidak porous dan tidak berselaput material lain. Dalam
penggunaannya koral harus dicusi terlebih dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai dengan
yang dikehendaki, mempunyai modulus kehalusan butiran anatar 6 sampai 7,5 atau bila diselidiki
dengan saringan standar harus sesuai dengan SK-SNI T 15-1991-03 danm material halus yang
lebih kecil dari 5 mm harus disingkirkan.
Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat persetujuan dari
pengawas baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.
Batu untuk pasangan batu kosong (pitching) harus mempunyai berat antara 10 kg sampai 25 kg
sebuah dan dan dibelah paling tidak ada satu sisi serta dibuat menurut ukuran dan bentuk
sebagaimana dikehendaki pengawas.
Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk adukan, baik
dengan menimbang ataupun mengukur volume , agar dapat dicapai mutu beton yang
direncanakan, memberikan kepadatan maksimum , baik workabilitynya dan memberikan kondisi
water cemen ratio yang maksimum.
Baja Tulangan
Baja Tulanangan harus memenuhi standar ketentuan dalam SK SNI T 15-1991-03 dengan mutu
U 24 (tegangan leleh karakteristik = 2400 kg/cm2) diameter lebih besar dari 12 mm. Sedangkan
untuk diameter yang lebih kecil digunakan U 22 (tegangan leleh karakteristik = 2200 kg/cm2).
Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Bebas dari kotoran kotoran , lapisan lemak/minyak , karat dan tidak bercacat sperti retak dll.
Untuk mutu U 24 harus digunakan profl baja tulangan deformed (deformet bar).

Kontraktor harus mengadakan pengujian mutu beton beton baja yang akan dipakai sesuai dengan
petunjuk dari pengawas atau dengan mengajukan contoh besi beserta sertifikasi dari pabrik yang
memproduksinya, sebelum material tersebut didatangkan ke proyek.
Beckesting (Acuan)
Kontraktor harus menyerahkan kepada pengawas semua perhitungan dan gambar rencana
beckesting untuk memdapat persetujuan bilaman diminta pengawas sebelum pekerjaan
dilapangan dimulai. Dalam hal beckesting ini , walaupun pengawas telah menyetujui untuk
digunakan suatu rencana beckesting dari kontraktor , segala sesuatunya yang diakibatkan oleh
beckesting tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
Material untuk beckesting dapat dibuat dari kayu , besi atau material lain yang disetujui oleh
pengawas. Semua tipe material tadi bila digunakan tetap harus memenuhi kebutuhan terhadap
bentuk , ukuran kualitas, dan kekuatan sehingga didapat hasil beton yang halus , rata dan sesuai
dimensi yang direncanakan.
Beckesting yang digunakan untuk beton ekspose apabila ada harus benar-benar mempunyai
permukaan yang halus. Apabila sambungan antara tepi-tepi beckesting harus dibuat dengan profil
sehingga didapatkan permukaan dalam beckesting yang benar-benar rata sesuai dengan yang
direncanakan.
5.3.2 Perbandingan Campuran (adukan beton)
Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya dan harus
merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan hasil yang sesuai yang diminta dalam
spesifikasi.
Sedikitnya 8 minggu sebelum dimulainya pekerjaan pengecoran beton, kontraktor mengajukan
usulan komposisi adukan , metode pengadukan yang dipakai dan metode pengecoran, harus turut
diberitahukan kepada pengawas. Setelah itu kontraktor harus mengadakan trial test (percobaan
pendahuluan) dengan membuat kubus beton. Test yang diadakan harus dilakukan dengan diawasi
pengawas dan penggunaan peralatan , bahan dan metode yang sesuai dengan kondisi yang akan
dipakai nantinya dalam pelaksanaan pekerjaan.
Adukan percobaan harus dimodifikasi dan diulangi sampai pihak pengawas puas dengan
kenyataan bahwa material dan prosedur yang digunakan akan menghasilkan beton dengan
kekuatan dan kondisi sesuai dengan mengambil kubus test untuk ditest dilaboratorium, yang
kesemuanya harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam SK-SNI T 15-1991-03. Tidak satupun
komposisi adukan beton yang dapat digunakan dalam pekerjaan sebelum mendapat persetujuan
dari pengawas. Untuk selanjutnya komposisi adukan beton yang digunakan harus berdasar pada
hasil adukan percobaan yang telah disetujui.
Komposisi adukan dapat diubah dalam periode pelaksanaan pekerjaan oleh pengawas dengan
berdasar pada hasil test pada agregat dan test beton yang sudah selesai dikerjakan.
Penggunaan material dan komposisi adukan yang konsisten harus diterapkan agar tercapai halhal sebagai berikut :
Kekuatan beton rencana yaitu :
Semua pekerjaan beton menggunakan beton mutu K 225 atau 22,5 Mpa.

Untuk beton non structural menggunakan beton K 175 (1:3:5) misalkan lantai kerja , rabat
beton , dll.
Beton yang padat , kedap air dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan lingkungan.
Pengarus kembang susut yang kecil.
Air yang diguna

You might also like