You are on page 1of 19

SISTEM URINARI

I. TUJUAN

Mengenal anatomi ginjal


Mengenal fisiologiginjal
Mengenal beberapa karakteristik ginjal

II. PRINSIP
Berdasarkan system urinary tikus dan urin manusia.
III. TEORI
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana
terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih).
B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :
1. GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di
belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung
pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis),
jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal
kanan. Pada orang dewasa berat ginjal 200 gram.
Dan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari pada ginjal
wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap
tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler
terdiri atas pembuluh pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler
yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta
tubulus tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal,
tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan
lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar
dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang
memeluk kapiler secara teratur sehingga celah celah antara pedikel itu sangat
teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian
tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus
proksimal karena jalannya yang berbelok belok, kemudian menjadi saluran yang
lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of
Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal
asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal
terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan
bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
1. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan
darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak
mengandung kapiler kapiler darah yang tersusun bergumpal gumpal disebut
glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan
antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi.
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus
dan simpai bownman. Zat zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam
simpai bownman. Dari sini maka zat zat tersebut akan menuju ke pembuluh
yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum
ginjal.

2. Sumsum Ginjal (Medula)


Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut
piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks
atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan
korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak
bergaris garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus
koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan
kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang
merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut
urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah
mengalami berbagai proses.
3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk
corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang
dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing masing bercabang membentuk
beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks
minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor,
urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam
kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
1.

Mengekskresikan zat zat sisa metabolisme yang mengandung

2.

nitrogennitrogen, misalnya amonia.


Mengekskresikan zat zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan

3.
4.

vitamin) dan berbahaya (misalnya obat obatan, bakteri dan zat warna).
Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan
asam atau basa.

c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :


1. Tes untuk protein albumin
2. Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor
masuk ke dalam urine
3. Mengukur konsentrasi urenum darah
4. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di
atas kadar normal (20 40) mg%.
5. Tes konsentrasi
6. Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa
tinggi berat jenisnya naik.
Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang
menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis
yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang
disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai
bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang
meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena
kava inferior.
Persyaratan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf
inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal
(kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu
yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn
kortison.

2. URETER

Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke


kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang
0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak
dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang
dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum
uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas
dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter
terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan
pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )


Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,
terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung
kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan
ligamentum vesika umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :

1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah,


bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh
jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis. Dinding kandung kemih terdiri dari
beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan belah luar), tunika muskularis,
tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor
yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup
untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek
kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi
spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi
pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi
spinter interus dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis. Kontraksi
sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan
miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani
kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi
urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar
dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk
relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter


masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan
menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri

vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk


anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus
limfatilis sepanjang arteri umbilikalis

4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok kelok melalui tengah tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis
panjangnya 20 cm.
Uretra pada laki laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis
pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra
pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa
merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris
dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi

C. URINE (AIR KEMIH)


1. Sifat sifat air kemih

Jumlah eksresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake)

cairan serta faktor lainnya.


Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat obatan dan sebagainya.
Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
Baerat jenis 1.015 1.020.
Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam)

2. Komposisi air kemih

Air kemih terdiri dari kira kira 95 % air


Zat zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak

dan kreatinin
Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
Pigmen (bilirubin, urobilin)
Toksin
Hormon

3. Mekanisme Pembentukan Urine


Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk
120 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat
terbentuk 150 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang
akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.

4. Tahap tahap Pembentukan Urine


a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih
besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian
yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring

ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,
fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal
dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus
ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila
diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya
terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan
pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan
urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa
ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih)
yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih
sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
4. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam
kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan
di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 23 ml urine.
Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat
ditahan oleh pusat pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya
oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu
mengosongkannya.
5. Ciri ciri Urine Normal

Rata rata dalam satu hari 1 2 liter, tapi berbeda beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya
tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata rata 6.

IV. ALAT DAN BAHAN


ALAT
1. Mikroskop
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes

4.
5.
6.
7.

Kaca objek dan penutup


Beaker glass 100 ml
Spiritus
Penjepit tabung

BAHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

30 ml urine
Asam nitrat
Perak nitrat
KOH
Asam asetat
Larutan fehling A
Asam asetat glacial-air (1:1)

V. PROSEDUR
Pertama melakukan pengujian penetapan urine, dengan mengambil
sebanyak 2 tetes urine meneteskan di atas kaca objek dan menambahkan 2 tetes
asam nitrat. Lalu larutan tersebut dipanaskan di atas spiritus hingga mendidih dan
setelah larutan telah

dipanaskan, mulai mengamatinya di bawah mikroskop

apakah terdapat rhombis atau hexagonal dari urea.


Kedua melakukan pengujian penetapan terhadap ion klorida, dengan
meneteskan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi dan menambahkan beberapa tetes
perak nitrat ( 3-4 tetes). Apabila penambahan perak nitrat pada urine terdapat
kekeruhan atau endapan putih hal tersebut menunjukkan adanya ion klorida.
Ketiga melakukan pengujian penetapan aseton, dengan menambahkan 5
ml urine di dalam tabung reaksi dan menambahkan KOH kemudian
menambahkan lagi beberapa tetes asam asetat kemudian di kocok. Apabila reaksi
warna yang terjadi berupa warna ungu hingga merah ungu maka menunjukkan
adanya aseton dan apabila warna menunjukkan merah maka terdapat alcohol,
asam asetat aldehih dan asam diasetat (badan keton).
Keempat pengujian gula pereduksi, dengan menambahkan 3 ml larutan
fehling A dan 3 ml urine di dalam tabung reaksi lalu dipanaskan perlahan-lahan

hingga warna biru menjadi hilang (warna dari biru menjadi bening) apabila
terdapat endapan merah menunjukkan adanya gula pereduksi.
Terakhir melakukan penetapan kualitatif albumin, dalam tabug reaksi
masukkan urine dan tambahkan 2-3 tetes larutan asam asetat glacial (1:1) lalu
kocok baik-baik. Apabila warna yang muncul berupa kekeruhan, hal tersebut
menunjukkan adanya albumin. Apabila tidak ada kekeruhan menunjukkan urine
terbebas dari albumin.

VI. DATA PENGAMATAN

Jenis pemeriksa

Hasil pemeriksaan

Warna kejernihan

Kuning jernih (+)

PH

7 ( normal) (+0

Bau

Tudak menyengat, bau khas (+)

Urea

Tidak ada kristal hemoxagonal

Ion klorida

Warna : ada endapan putih (+)

Aseton/badan keton

Ridak ada alkohol, aseton, warna jernih (-)

Gula prediksi

Warna tetap biru( kehijauan ) adanya busa (-)

Albumin

Tidak terjadi/tidak ada albumin(-)

VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini, telah dilakukan percobaan system urinaria. Proses
pertama dilakukan pembedahan pada tikus, tikus yang digunakan adalah tikus jant
an. Terlihat bagian dalam tikus salah satunya adalah system reproduksinya, yaitu a
danya ureter, testis, dan ginjal. Digunakannya hewan tikus dalam percobaan ini di
karenakan anatomi dan terminology pada system tubuh tikus, dapat mewakili anat
omi dan terminology pada manusia.
Dilakukan percobaan fisiologi system urina, dengan mengambil contoh
urin dari seseorang sejumlah kurang lebih 100 ml. Pada penetapan urea dengan
mikroskopis, didapat hasil hexagonal.

Dalam penetapan ion klorida didapat hasil adanya endapan putih yang
menandakan adanya ion klorida dalam urin, Suatu urine apabila tidak
mengandung klorin, maka urine tersebuttermasuk urine yang tidak normal.
Klorida harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Karena apabila klorida berada dalam
tubuh terus-menerus, maka akan terjadi suatu penyakit. Klorida bersifat racun
apabila di pendam dalam tubuh. Klorida dikeluakan bersama urine yang
berionisasi dengan Na+.
Pada penetapan kadar aseton dalam urin, hasilnya menunjukkan dalam
urin tersebut tidak terdapat aseton ataupun alkohol dalam urine tersebut, karena
warna urine tetap seperti warna asalnya (kuning) dan tidak berubah menjadi warna
ungu ataupun merah ungu setelah ditambahkan larutan NaOH/KOH.
Kemudian dilakukan penetapan kualitatif albumin dalam urin. Didapat
hasil urin menjadi keruh setelah pendidihan, ini berarti menunjukkan dalam urin
tersebut terdapat adanya albumin. Albumin merupakan salah satu protein utama
dalam plasma manusia dan menyusun sekitar 60 % dari total protein plasma.
Kadar albumin normal dalam urin berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan
albumin dalam urin dengan jumlah yang melebihi batas normal, dapat
mengindikasikan terjadinya gangguan dalam proses metabolisme tubuh. Karena
dalam keadaan normal, protein yang ada di dalam darah akan disaring oleh
glomerulus ginjal sehingga tidak akan mungkin didapat di dalam urine. Protein
darah merupakan molekul yang memiliki ukuran molekul yang sangat besar
sehingga pada orang yang normal, tidak akan bisa menembus saringan ginjal pada
bagian glomerulus. Jika ditemukan protein di dalam urine, itu artinya saringan
yang ada di glomerulus tersebut telah rusak dan jebol. Dengan rusaknya saringan
di glomerulus tadi maka dapat menyebabkan zat zat lain yang seharusnya
disaring oleh glomerulus juga akan ikut lewat. Sebagai catatan, jika telah lolos
dari saringan di glomerulus, protein tidak akan direabsorpsi lagi pada bagian
tubulus sehingga akan keluar melalui urine. Berbeda dengan zat zat lain yang
ukuran molekulnya lebih kecil, seperti glukosa, yang masih bisa reabsorpsi pada

bagian tubulus. Itulah sebabnya mengapa protein dalam urine biasa dignakan
sebagai parameter untuk menentukan ada tidaknya kerusakan pada ginjal.
Albuminuria mungkin terjadi pada yang normal, individu yang sehat berdiri dan
bergerak tentang (proteinuria postural), setelah latihan berat, selama stres
emosional yang berat, dan setelah terpapar suhu yang sangat dingin seperti mandi
dingin. Hal ini juga dapat terjadi dengan tinggi demam dan dehidrasi. Kehadiran
terus-menerus dalam jumlah besar albumin berhubungan dengan penyakit ginjal.
Urine yang telah didihkan kemudian ditambah dengan Asam Asetat
Glasial, untuk mengetahui keberadaan senyawa lain dalam urine, dengan
mengamati perubahan nya dapat dilihat adanya keberadaan senyawa lain dalam
urine. Setelah pendidihan menghasilkan endapan, setelah ditambah asam asetat
glacial menjadi jernih kembali menandakan adanya fosfat dalam urine, fosfat
dalam urine memnag normal adanya harus dikeluarkan dalam sisa metabolisme
kurang lebih 0,12%. Setelah pendidihan menghasilkan endapan, setelah ditambah
asam asetat glacial menjadi adanya gelembung menandakan adanya senyawa
kalsium atau ammonium dalam urin, namun hasil menyatakan tidak adanya
gelembung, normalnya urin memang terdapa ammonium kurang lebih 0.05%
dalam urin an kalsium kurang lebih sebanyak 0.015%, jumlah yang sangat kecil
sekali sehingga bias dikarenakan jumlahnya sangat kecil, gelembung dalam urin
menjadi tidak terlihat.
Setelah pendidihan menghasilkan endapan, setelah ditambah asam asetat
glacial menjadi jernih kembali, berarti urin tidak terdapat urat/ asam urat karena
asam urat terlihat dari urin yang apabila kondisi awal keruh, tetap keruh setelah
pendidihan dan timbul lagi kekeruhan setelah penambahan asam. Asam urat
dalam urine terlihat karena pH urine yang terlalu asam.
Jika urin keruh, tetap keruh setelah pendidihan dan setelah penambahan
asam, itu menunjukkan adanya mikroorganisme dalam urin. Hasilnya tidak
terdapat mikroorganisme dalam urin tersebut.Pada kondisi normal, saluran kemih
tidak dihunioleh bakteri atau mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama

pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada
bagian yang mendekati kandung kemih.Infeksi saluran kemih sebagian
disebabkan oleh bakteri, namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi
karena jamur dan virus. Infeksi oleh bakteri gram positif lebih jarangterjadi jika
dibandingkan dengan infeksi gram negatif.Lemahnya pertahanan tubuh telah
menyebabkan bakteri dari vagina, perineum(daerah sekitar vagina), rektum
(dubur) atau dari pasangan (akibat hubungan seksual), masuk ke dalam saluran
kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak di saluran kemih sampai
kekandung kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal.
Pada test urin dalam urine scan, Tidak adanya darah dalam urin ini, berarti
murin tersebut diambil dalam kondisi normal, tidak dalam kadaan haid atau
pendarahan.tidak terdapat juga glukosa dalam urine berarti orang tersebut sehat
tidak terindikasi penyakit diabetes.Hasil urin scan juga menunjukkan tidak ada
nitrit dalam urin, Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil
metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang
signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella,
Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit.
Pada pengujian pH urin, terdapat hasil pH urinnya adalah 6-7 itu berarti
urine mendekati pH netral. Nilai pH suatu urine dapat pula dijadikan penentu
normal atau tidaknya urinetersebut, pH urine yang normal berkisar antara 4,8
7,5, urin akan menjadi lebihasam jika mengkonsumsi banyak protein, dan urin
akan menjadi lebih basa jikamengkonsumsi banyak sayuran. Urine yang telah
melewati temperatur ruanganuntuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena
aktifitas bakteri dan orang yangVegetarian urinennya juga sedikit alkali. Jadi, pH
urine sempel di atas, termasuk pH urine yang normal. pH bervariasi sepanjang
hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu
menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari
(bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit
gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat mempengaruhi pH urine.

VIII. KESIMPULAN

Dalam tubuh tikus, terdapat system urinaria secara lengkap


Dalam pengamatan fisiologi system urinaria menunjukkan dalam urin

terdapat adanya Ion Klorida, Albumin, Fosfat.


Dalam pengamatan fisiologi system urinaria menunjukkan dalam urin
tidak terdapat adanya keton, Kalsium, Amonia,Asam Urat, dan

Mikroorganisme.
Dalam pengamatan fisiologi system urinaria menggunakan urine scan
menunjukkan dalam urin terdapat adanya Bilirubin, Urdbilinogen, keton,
protein, Spez Gew, Leukozyten, Askorbik Acid.

LAMPIRAN

1. Organ apa sajakah yang terlibat dalam sistem ekskresi ?


- ginjal, ureter, uretra dan kantung kemih.
2. Jelaskan proses pembentukkan urine oleh ginjal ?
- ginjal memproduksi urine yang mengandung zat sisa metabolik dan
mengatur
komposisi cairan tubuh melalui 3 proses utama yaitu filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.
3. Senyawa apa sajakah yang terdapat dalam urine dalam keadaan normal ?
- urine terdiri dari 95 % air dan mengandung zat terlarut.
4. Mengapa pada keadaan normal tidak terdapat glukosa maupun protein
dalam urine ?
- karena pada keadaan normal urine tidak mengalami kerusakan
glomeruli / tubula maka protein ataupun glukosa tidak dapat
membocor masuk urin.
5. Pada keadaan ginjal tidak berfungsi normal, gejala apa saja yang sering
timbul ?

gagan ginjal, batu ginjal, gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik, dan
kandung kemih

DAFTAR PUSTAKA

Syarifuddin, (1992), Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta :

EGC.
Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta

Drs. H. Syaifuddin, B.Ac. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa


Perawat.EGC : Jakarta

Kumala, Poppy dkk. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC :


Jakarta

A. Aziz Alimul H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

You might also like