Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak,
secara
sosial
dan
ekonomi.
Status
kesehatan
sebagian
bersifat
reversible. Bronkitis
kronis
ditandai
keempat
sebagai
penyebab
kematian.
Prevalensi
suatu
asuhan
keperawatan
yang
berjudul
Asuhan
ketelatenan
untuk
dapat
memelihara,
ini
akan
terus
mengalami
perkembangan
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah
pada
laporan
kasus
ini
adalah
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk
memperoleh
gambaran
nyata
tentang
asuhan
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
Mampu
melakukan
rencana
tindakan
keperawatan
pada
f.
D.
1.
Manfaat
Rumah Sakit
Laporan kasus ini dapat menjadi masukan dalam melakukan
pelayanan
peningkatan
asuhan
keperawatan
pada
pasien
dengan PPOK
2.
Institusi Pendidikan
Laporan kasus ini di harapkan dapat menjadi bahan pustaka
yang dapat memberikan gambaran pengetahuan mengenai
PPOK.
3.
Profesi Perawat
Laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan
bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan penyuluhan tentang
kesehatan mengenai PPOK dan bahayanya.
BAB II
KONSEP DASAR
A.
Definisi
Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah penyakit obstruksi jalan
nafas karena bronkitis kronis atau emfisema. Obstruksi tersebut
umumnya bersifat progresif, bisa disertai hiperaktivitas bronkus
dan
sebagian
bersifat
reversible. Bronkitis
kronis
ditandai
Etiologi
Faktor faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru
Obstruksi Kronis menurut Mansjoer (2000) adalah :
1.
Kebiasaan merokok.
2.
Polusi udara.
3.
4.
5.
(2007)
menambahkan
faktor-faktor
yang
2.
gen
alfa
satu
antitripsin
yang
diturunkan
yang
4.
C.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut Mansjoer (2000) pada pasien
dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah :
1.
Batuk.
2.
3.
malfungsi
kronis
pada
sistem
pernafasan
yang
menjadi
batuk
persisten
yang
disertai
dengan
pada
pasien PPOK
banyak
yang
mengalami
(isolasi
sosial)
penurunan
kemampuan
pencernaan
karena
lebih
banyak
mengeluarkan
tenaga
dalam
melakukan pernafasan.
D.
Patofisiologi / pathway
Patofisiologi menurut Brashers (2007), Mansjoer (2000) dan
Reeves (2001) adalah :
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan
nafas dan mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan
ini , kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet
meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun, dan lebih banyak
lendir yang dihasilkan serta terjadi batuk, batuk dapat menetap
selama kurang lebih 3 bulan berturut-turut. Sebagai akibatnya
bronkhiolus menjadi menyempit, berkelok-kelok dan berobliterasi
serta tersumbat karena metaplasia sel goblet dan berkurangnya
elastisitas paru. Alveoli yang berdekatan dengan bronkhiolus
dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis mengakibatkan
fungsi
makrofag
alveolar
yang
berperan
penting
dalam
menghancurkan
partikel
asing
termasuk
bakteri,
pasien
pernafasan
dengan
penurunan
kapasitas
vital,
kapasitas
total
paru
sehingga
terjadi
kerusakan
atau
ventilasiperfusi
menurunnya
ini
menyebabkan
oksigenasi
dalam
darah.
perfusi
menurun
dan
ventilasi
tetap
sama.
Saluran
permukaan
perubahan
alveoli
pada
bagi
pertukaran
pertukaran
oksigen
udara
dan
oksigen
menurun
atau
dan
karbondioksida.
kadar
Akibatnya
karbondioksida
kadar
meningkat.
yang
mengakibatkan
produksi
ATP
menurun
dan
dibutuhkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
juga
tekanan
vascular
ventrikel
kanan
atau
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik untuk pasien dengan Penyakit Paru
Obstruksi Kronis menurut Doenges (2000) antara lain :
1.
Sinar
dada
dapat
menyatakan
hiperinflasi
paru-paru,
tanda
vaskularisasi
atau
bula
(emfisema),
3.
4.
5.
6.
7.
9.
10. Kimia darah antara lain alfa satu antitripsin dilakukan untuk
meyakinkan defisiensi dan diagnosa emfisema primer.
11. Sputum,
kultur
mengidentifikasi
untuk
menentukan
patogen,
pemeriksaan
adanya
infeksi,
sitolitik
untuk
(asma
berat),
disritmia
atrial
(bronchitis),
Komplikasi
Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronis menurut Mansjoer
(2000) adalah infeksi nafas yang berulang, pneumotoraks
spontan, eritrositosis karena keadaan hipoksia kronik, gagal
nafas dan kor pulmonal.
Reeves (2001) menambahkan komplikasi pernafasan utama
yang bisa terjadi pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi
Kronis yaitu gagal nafas akut (Acute Respiratory Failure),
pneumotoraks dan giant bullae serta ada satu komplikasi kardiak
yaitu penyakit cor-pulmonale.
1.
2.
Cor Pulmonale.
Cor pulmonale atau dekompensasi ventrikel kanan merupakan
pembesaran
ventrikel
kanan
yang
disebabkan
yang rusak
pada
penderita
penyakit
paru
obstruksi
menahun.
Cor pulmonary merupakan contoh yang tepat dari sistem kerja
tubuh secara menyeluruh. Apabila terjadi malfungsi pada satu
sistem organ maka hal ini akan merembet ke sistem organ
lainnya.
Pada
penderita
dengan
penyakit
paru
obstruksi
edema
perifer
dan
istirahat.
Edema
perifer
Pneumothoraks.
Pneumotoraks merupakan komplikasi PPOM serius lainnya.
Pnemo berarti udara sehingga pneumotoraks diartikan sebagai
akumulasi
udara
dalam
rongga
pleural.
Rongga
pleural
menjadi
lancar
dan
mulus
selama
pernafasan
kapasitas
secara
Giant Bullae.
Pneumotoraks seringkali dikaitkan dengan komplikasi PPOM
lainnya yaitu pembentukan giant bullae. Jika pneumotoraks
adalah udara yang terakumulasi di rongga pleura. Tetapi bullae
adalah timbul karena udara terperangkap di parenkim paru-paru.
Sehingga alveoli yang menjadi tempat menangkapnya udara
untuk pertukaran gas menjadi benar-benar tidak efektif. Bullae
dapat menyebabkan perubahan fungsi pernafasan dengan cara 2
hal yaitu dengan menekan jaringan paru-paru, mengganggu
berlangsungnya pertukaran udara. Jika udara yang terperangkap
dalam alveoli semakin meluas maka semakin banyak pula
kerusakan yang terjadi di dinding alveolar.
G.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi
Kronis menurut Mansjoer (2000) adalah :
1.
2.
a.
b.
c.
mempercepat
penyembuhan
dam
membantu
mempercepat
kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama
periode eksasebrasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tandatanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotic yang lebih kuat.
d.
e.
f.
Bronkodilator
untuk
mengatasi,
termasuk
didalamnya
a.
Antibiotik
ampisillin
untuk
x
kemoterapi
0,25-0,5/hari
preventif
dapat
jangka
panjang,
menurunkan
kejadian
eksasebrasi akut.
b.
Bronkodilator,
tergantung
tingkat
reversibilitas
obstruksi
Fisioterapi.
d.
e.
f.
g.
1.
oral.
Direkomendasikan
bahwa
inhalasi
beta
dua
mencari
bantuan
medis
untuk
mengatasi
gejala,
diterapkan
sesuai
yang
dibutuhkan.
Penyuluhan
dispnea,
seperti
bernafas
dengan
bibir
dan
mencegah
batuk,
dan
bronkoskopi
untuk
pembedahan
ini
adalah
untuk
memulihkan
sebanyak
dalam
kondisi
seperti
ini,
tindakan
pembedahan
memelihara
dan
meningkatkan
ventilasi
pulmonal,
dan
dukungan
psikologis
serta
penyuluhan
Penatalaksanaan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan Penyakit paru Obstruksi
Kronis menurut Doenges (2000) adalah :
a.
1)
Gejala :
a)
b)
Ketidakmampuan
untuk
melakukan
aktivitas
sehari-hari
d)
2)
Tanda :
a)
Keletihan.
b)
Gelisah, insomnia.
c)
b.
Sirkulasi
1)
Gejala
a)
2)
Tanda :
a)
b)
c)
d)
Edema
dependen,
tidak
berhubungan
dengan
penyakit
jantung.
e)
f)
g)
c.
Integritas ego
1)
Gejala :
a)
b)
2)
Tanda :
a)
d.
1)
Gejala :
a)
b)
c)
d)
2)
Tanda :
a)
b)
Edema dependen.
c)
Berkeringat.
d)
e)
Palpasi
abdominal
dapat
menyatakan
hepatomegali
(bronchitis).
e.
Hygiene
1)
Gejala :
a)
2)
Tanda :
a)
f.
Pernafasan
1)
Gejala :
a)
Nafas
pendek,
umumnya
tersembunyi
dengan
dispnea
c)
d)
e)
f)
Faktor
keluarga
dan
keturunan
misalnya
defisiensi
alfa
antritipsin (emfisema).
g)
2)
Tanda :
a)
b)
c)
d)
e)
Bunyi
nafas
mungkin
redup
dengan
ekspirasi
mengi
g)
h)
keseluruhan,
menggembung).
disebut pink
warna
Pasien
merah
dengan
puffer karena
warna
(bronkhitis
emfisema
kulit
kronis,
sedang
normal
biru
sering
meskipun
g.
Keamanan
1)
Gejala :
a)
b)
c)
h.
Seksualitas
1)
Gejala :
a)
Penurunan libido.
i.
Interaksi sosial
1)
Gejala :
a)
Hubungan ketergantungan.
b)
c)
d)
2)
Tanda :
a)
Ketidakmampuan untuk
c)
j.
1)
Gejala :
a)
b)
c)
d)
2)
Rencana pemulangan :
a)
b)
a.
1)
2)
3)
4)
b.
c.
Pemeriksaan
fisik
yang
berdasarkan
pengkajian
sistem
a)
b)
c)
d)
Takipnea.
e)
Ortopnea.
2)
a)
Asma
(1)
Batuk
(mungkin
produktif
atau
non
b)
(3)
(4)
Bronkitis
c)
Emfisema
(1) Hipoksemia dan hiperkapnia tetapi tak ada sianosis pasien ini
sering digambarkan secara klinis sebagai pink puffers.
(2) Jari-jari tabuh.
d.
Pemeriksaan diagnostik :
1)
Gas
darah
arteri
(GDA)
menunjukkan
PaO2 rendah
dan
PaCO2 tinggi.
2)
3)
total
(KPT)
dan
volume
cadangan
paru
(VC),
5)
6)
e.
f.
2.
Fokus Intervensi
Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Penyakit Paru
Obstruksi Kronis menurut Doenges (2000) adalah :
a.
b.
c.
d.
pertahanan
utama
(penurunan
kerja
silia,
b.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
1)
a)
b)
Analgesik,
penekan
batuk
atau
antitusif
misalnya
dextrometorfan.
c)
d)
b.
pasien
menunjukkan
perbaikan
ventilasi
dan
nafas
bibir,
ketidakmampuan
berbicara
atau
berbincang.
2)
3)
Kaji atau awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4)
Dorong
indikasikan.
mengeluarkan
sputum,
penghisapan
bila
di
5)
6)
Palpasi fremitus.
7)
8)
secara
bertahap
dan
tingkatkan
sesuai
toleransi
individu.
9)
1)
2)
3)
4)
c.
pasien
menunjukkan
peningkatan
berat
badan
perilaku
atau
perubahan
pola
hidup
untuk
2)
3)
4)
5)
6)
7)
1)
2)
3)
d.
pertahanan
utama
(penurunan
kerja
silia,
resiko
individu
dengan
kriteria
hasil
pasien
akan
Awasi suhu.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
1)
2)
1)
2)
a)
b)
Sediakan
interval
waktu
diantara
kegiatan
untuk
c)
Tingkatkan
aktivitas
secara
bertahap
sejalan
dengan
b.
1)
2)
3)
4)
5)
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Februari 2014 pukul
08.00 di Ruang Asoka RS Margono Soekardjo Purwokerto, sumber
data berasal dari pasien, keluarga pasien, perawat dan catatan
medis. Data hasil pengkajian ditemukan sebagai berikut :
Pasien bernama Tn. B berumur 50 tahun, jenis kelamin lakilaki, alamat purwokerto, status sudah menikah, beragama islam,
suku jawa, pendidikan terakhir pasien SMP, pekerjaan buruh.
Sedangkan penanggung jawab pasien adalah adik pasien yang
bernama Tn. R, umur 40 tahun, dan beralamat di purwokerto.
Keluhan utama pasien yaitu pasien mengeluh sesak nafas.
Keluhan
tambahan
yang
dirasakan
pasien
adalah
pasien
riwayat
merokok,
serta
bekerja
di
pabrik
Pasien
mengatakan
letih
dan
lemah
setelah
Dari
pemeriksaan
fisik
pada
Tn.
ditemukan
hasil
tidak
menggunakan
alat
bantu
pendengaran.
Pada
pemeriksaan
dilakukan
pada
penunjang,
tanggal
hasil
Februari
pemeriksaan
untuk
yang
pemeriksaan
Analisa Data
Analisa Data
Tabel 3.1 Analisa Data
Tangg
Data
Penyebab
Masalah
al
4 DS : pasien mengeluh sesak Peningkatan
Bersihan
Februa nafas,
jalan nafas
ri
tidak
2014
tertekan,
efektif
mengatakan
pasien
riwayat
pasien
mengatakan
sering
serbuk kayu,
DO
pasien
terlihat
kesulitan
batuk
bernafas,
yang
disertai
kesulitan
berbicara,
adanya
bentuk
seperti
dada
tong,
terlihat
meninggikan
bahu
ditemukan
bunyi
pekak
pada
mengi,
ronkhi
pada
paru
bagian
kanan
dan
wheezing
terpasang
liter
permenit, respirasi 28
4
x/menit.
DS : pasien mengatakan Ketidakseimban
Februa letih
dan
ri
setelah
melakukan
2014
aktivitas
sehari-hari
karena
kesulitan
dibantu
oleh
Intoleransi
aktivitas
anggota
keluarganya
untuk
melakukan
atau
berpindah
4
tempat,
Februa kesulitan
untuk
ri
karena
2014
bertambah
tidur
batuk
d
hari,
yang
malam
pasien
mengatakan
dapat
tidak
beristirahat
dengan baik.
DO
pasien
sering
hari,
terbangun
malam
tidur
sehari.
hari,
selama
pasien
kali
di
pasien
5
jam
Gangguan
pola tidur
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
1)
DS
DS
1)
2)
3)
C.
1.
jalan nafas
tidak
efektif
berhubungan
dengan
tempat
tidur.
Dorong
atau
bantu
latihan
nafas
dextrometorfan,
berikan
humidifikasi
tambahan
setelah
dilakukan
nebulizer
karena
pasien
dapat
A :
Lanjutkan intervensi :
a.
b.
c.
2.
frekuensi
nafas
sebelum
dan
sesudah
pasien
beraktivitas
26
x/menit,
sesudah
beraktivitas
24
sesak
nafas
berkurang
apabila
beraktivitas
pasien
Menganjurkan
mengerti
pada
tentang
pasien
dan
anjuran
pihak
yang
diberikan.
keluarga
untuk
O :
A :
3.
Hentikan intervensi.
untuk
diagnosa
keperawatan
ini
adalah
setelah
mandi
dengan
air
hangat,
bantu
pasien
untuk
tidur
semifowler.
Menganjurkan
pada
pasien
untuk
toileting.
A :
Hentikan intervensi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas masalah yang muncul
dalam Asuhan Keperawatan pada Tn. B dengan Gangguan Sistem
Pernafasan Penyakit Paru Obstruksi Kronis di Ruang Asoka RS.
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.Adapun yang menjadi
lingkup pembahasan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Penulis mengelola Tn.
B selama 3 hari mulai tanggal 4 Februari 2014 sampai tanggal 7
Februari 2014. Penulis melakukan pengkajian dengan metode
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik pada Tn. B serta studi
dokumentasi dengan pembelajaran rekam medis pasien dan
studi kepustakaan. Penulis menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan resume kasus yang terjadi pada klien sebagai
berikut :
A.
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis
dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi
dan
mengidentifikasi
status
kesehatan
klien
(Nursalam, 2001).
Dalam pengkajian ini penulis menggunakan beberapa cara
untuk memperoleh data menurut, yang digunakan sebagai
berikut :
1.
Wawancara
Pengertian wawancara menurut Nazir (2000) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
wawancara
penulis
mendapatkan
kesulitan
karena
pasien
mengalami
rasa
dada
tertekan,
riwayat
atau
adanya
faktor-faktor
yang
dapat
2.
Observasi
Pengertian
observasi
menurut
Nursalam
(2001)
adalah
data
yaitu
tidak
ditemukannya
tanda-tanda
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik
menurut
Nursalam
(2001)
adalah
penggunaan
otot
bantu
pernafasan
misalnya
c.
Februari
2014
dengan
teknik
perkusi
penulis
yang
dihasilkan
oleh
tubuh
dengan
menggunakan
Studi Dokumentasi
studi
pemeriksaan
dokumentasi
laboratorium
diperoleh
dan
identitas
pemeriksaan
pasien,
sputum.
Hasil
februari
meliputi
: BTA
2014
untuk
negative,
lekosit
pemeriksaan
positif,
epithel
sputum
positif.
faktor
penghambat
dalam
melakukan
kalimat,
sehingga
penulis
tidak
hanya
melakukan
B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Doenges (2000) yaitu cara
mengidentifikasikan, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan
spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko
tinggi serta untuk mengekspresikan bagian identifikasi masalah
dari proses keperawatan.
Diagnosa keperawatan menurut teori Doenges (2000) untuk
kasus
penyakit
keperawatan
paru
yaitu
obstruksi
bersihan
kronis
jalan
ada
nafas
diagnosa
tidak
efektif
dengan
ketidakseimbangan
supply
O2 dan
a.
membersihkan
pernafasan
untuk
sekresi
atau
obstruksi
dari
saluran
bernafas,
perubahan
kedalaman
atau
kecepatan
adanya
penggunaan
otot
bantu
pernafasan,
rasional
semifowler,
rasional
pasien
merasa
nyaman
dan
efektif,
rasional
membantu
mengeluarkan
sekret.
mempermudah
pengeluaran
sekret.
Memberikan
sangat
kooperatif terhadap
semua
tindakan
adalah
penulis
membutuhkan
ketelatenan,
setelah
dilakukan
nebulizer
karena
pasien
dapat
A :
Lanjutkan intervensi :
1)
2)
3)
b.
keperawatan
ini
muncul
karena
adanya
data
melakukan
aktivitas
sehari-hari
karena
kesulitan
nafas
sebelum
aktivitas,
rasional
untuk
penyimpangan
dari
penghematan
energi
melakukan
dan
aktivitas,
sesudah
pasien
mengidentifikasi
sasaran
yang
meliputi
menyediakan
kemajuan
diharapkan.
memberikan
waktu
melakukan
Melakukan
bantuan
untuk
atau
dalam
istirahat,
makanan
dalam
porsi
besar
dan
susah
dikunyah
selama
pelaksanaan
rencana
keperawatan
ini
kursi
roda
secara
mandiri
yang
dapat
O :
c.
A :
Hentikan intervensi.
untuk
mengembalikan
stamina
tubuh
sehingga
dan
tidur
pasien
tidak
terpenuhi
maka
dapat
antitusif,
pengeluaran
rasional
sekresi
menekan
dari
paru.
batuk
dan
Menganjurkan
memudahkan
penggunaan
rasional
Menganjurkan
asap
rokok
pasien
mandi
dapat
dengan
mencetuskan
air
hangat,
batuk.
rasional
pasien
dan
anggota
keluarga
pasien
kooperatif.
O :
2.
A :
Hentikan intervensi.
a.
diagnosa
ini
antara
lain
pada
pasien
tidak
c.
pertahanan
utama
(penurunan
kerja
silia,
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil asuhan keperawatan pada Tn. B dengan Penyakit
Paru Obstruksi Kronis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.
melakukan
pengkajian
dengan
Tn.
B,
penulis
berhubungan
dengan
peningkatan
produksi
sekret,
4.
dilakukan
injeksi,
fisioterapi
dada,
diajarkan
teknik
6.
melakukan
mendokumentasikan
tindakan
tindakan
keperawatan,
tersebut
dalam
penulis
catatan
Saran
1.
Rumah Sakit
Penulis memberikan saran kepada rumah sakit agar dapat
meningkatkan
dan
mempertahankan
standar
asuhan
Institusi Pendidikan
Penulis berharap akademik dapat menyediakan sumber buku
dengan tahun dan penerbit terbaru sebagai bahan informasi
yang penting dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini dan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan terutama dengan pembuatan
asuhan keperawatan dalam praktek maupun teori.
3.
Profesi Perawat
Penulis berharap agar perawat ruangan dapat meningkatkan
mutu pelayanan, lebih ramah lagi terhadap pasien dan dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin,
Hardhi.
2013. Aplikasi
Asuhan
Keperawatan
berdasarkan
Arikunto.
2002. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik.
Sistem
Pernafasan. Jakarta
EGC
Buku
Kedokteran.
Rekam
Medis
Pasien
Rawat
Inap
Di
RSUD