Professional Documents
Culture Documents
Sebuah trafo arus tegangan menengah, akan terdiri dari beberapa bagian utama seperti
ditunjukkan pada Gbr1, yaitu:
Batang penghantar Primer (Primary Bus Bar) dan terminal Primer (Primary
Terminal).
Inti Sekunder(Secondary Core).
Dimana:
Ip adalah Arus Primer, Is adalah Arus Sekunder.
Ns adalah jumlah kumparan Sekunder, Np adalah jumlah kumparan primer.
Perbandingan dari Arus Primer terhadap arus sekunder disebut juga Rated ratio.
Dari persamaan diatas, maka besarnya arus sekunder Is yang akan mengalir disisi
sekunder adalah jumlah kumparan Primer Np dibagi jumlah kumparan sekunder Ns
dikalikan dengan arus yang mengalir disisi primer Ip atau dalam bentuk formulasi
menjadi:
Dimana:
Is adalah arus sekunder, Ip adalah arus sekunder
Np adalah Jumlah kumparan primer, Ns adalah jumlah kumparan sekunder.
Pada kenyataannya, tidak semua arus primer akan terduplikasi disisi kumparan sekunder.
Akan dibutuhkan suatu arus eksitasi Ie agar proses reproduksi arus sekunder dapat
terjadi. Dengan demikian, apabila arus eksitasi kita masukan dalam formulasi, besarnya
arus sekunder menjadi:
Dimana Ie adalah arus eksitasi yang dibutuhkan agar proses reproduksi arus sekunder
dapat terjadi. Karena Arus eksitasi tidak dapat diabaikan, maka proses reproduksi arus
sekunder akan mengalami kesalahan dan biasa disebut sebagai kesalahan transformasi
( transformation error). Selain daripada itu, akan terjadi juga pergeseran fasa. Kesalahan
pada fasa biasa disebut sebagai pergeseran fasa.
Jika disederhanakan, maka skematik diagram dari arus primer, arus eksitasi dan arus
sekunder ditunjukan pada garmbar dibawah ini;
Dari Gbr6. terlihat bahwa arus sekunder Is yang mengalir pada burden merupakan
perkalian antara ratio dengan arus primer dikurangi dengan arus eksitasi Ie yang diserap
oleh inti/core untuk membangkitkan arus sekunder.
Perhitungan Kesalahan Arus (Current Error/ Ratio Error).
Kesalahan arus atau kesalahan perbandingan adalah kesalahan yang ditimbulkan oleh
transformer dalam melakukan pengukuran disebabkan karena adanya kenyataan bahwa
aktual perbandingan transformasi adalah tidak sama dengan perbandingan transformasi
pengenal (Rated Transformation Ratio).
Kesalahan Arus (Current Error) atau kesalahan perbandingan (Ratio
Error) diekspresikan dalam persen (%) dan diformulasikan dengan persamaan sebagai
berikut:
Dimana:
Kn adalah Perbandingan transformasi pengenal (Rated Transformation Ratio).
Ip adalah arus primer actual/sebenarnya (Actual Primary Current).
Is adalah arus sekunder actual/sebenarnya (Actual Secondary Current) pada saat Ip
mengalir disisi primer dan kondisi pengukuran terjadi.
Satu bagian terpenting dalam pembahasan tentang trafo arus adalah mengenai
karakteristik saturasi dari suatu trafo arus.
Trafo arus tegangan menengah pada umumnya digunakan untuk dua tujuan utama, yaitu
untuk pegukuran (metering) dan untuk perlindungan atau proteksi.
Trafo arus untuk tujuan pengukuran dirancang untuk bekerja pada kondisi normal dimana
arus primer sebenarnya atau aktual arus primer yang mengalir pada belitan primer berada
pada kisaran arus primer pengenalnya (Rated Primary Current).
Trafo arus untuk tujuan proteksi dirancang untuk bekerja pada kondisi tidak normal
dimana arus primer sebenarnya atau aktual arus primer yang mengalir pada belitan primer
jauh lebih besar dari arus primer pengenalnya (Rated Primary Current).
Karakteristik Trafo Arus Untuk Pengukuran (Metering).
Sebuah trafo arus yang ditujukan untuk pengukuran arus harus memiliki karakteristik
dasar sebagai berikut:
1. Trafo arus untuk pengukuran atau metering harus memiliki tingkat ketelitian yang
tinggi pada kondisi kerja normal. Yang dimaksud kerja normal adalah kondisi
dimana arus yang mengalir di sisi primer berada pada kisaran arus primer
pengenalnya (Rated Primary Current), sehingga keluaran dari trafo arus tersebut
disekitar nilai arus sekunder pengenalnya, misalnya 1A atau 5A.
2. Trafo arus untuk pengukuran atau metering harus mampu memberikan
perlindungan yang baik kepada peralatan yang dihubungkan dengannya ketika
terjadi kegagalan atau kesalahan sistem. Trafo arus untuk pengukuran harus
memiliki tingkat kejenuhan yang rendah. Tingkat kejenuhan untuk trafo
pengukuran biasanya direpresentasikan dalam bentuk Factor Safety, yang biasa
disingkat FS. Trafo arus untuk pengukuran harus memiliki nilai FS yang sama
atau lebih kecil dari Nilai FS pengenal.
Karakteristik Trafo Arus Untuk Sistem Proteksi (Protection).
Sebuah trafo arus yang ditujukan untuk penggunaan sistem perlindungan atau proteksi,
maka karaketeristik yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Trafo Arus untuk proteksi harus mampu dilewati oleh arus primer yang nilainya
puluhan kali lipat dari arus primer pengenalnya (Rated Primary Current) tanpa
mengalami kesalahan transformasi atau reproduksi arus disisi sekunder yang
sangat besar. Proses transformasi arus untuk proteksi tidak memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi. Trafo arus untuk proteksi di rancang untuk bekerja pada
saat kondisi tidak normal terjadi atau terjadinya gangguan (disturbance).
2. Trafo arus untuk proteksi harus memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi. Dengan
tingginya tingkat kejenuhan yang dimiliki, maka trafo arus proteksi akan mampu
mereproduksi arus disisi sekunder dengan baik ketika terjadi lonjakan arus primer
ketika terjadi gangguan. Tingkat kejenuhan dari trafo arus kelas proteksi biasa
dikenal dengan istilah ALF (Accuracy Limit Factor). Trafo arus untuk proteksi
harus memiliki nilai ALF yang sama atau lebih besar dari nilai ALF Pengenal.
Kurva Magnetisasi dari Trafo Arus.
Gbr1 dibawah ini adalah perbandingan dari kurva magnetisasi trafo arus kelas metering
dengan kurva magnetisasi untuk proteksi/perlindungan.
Sumbu horisontal mewakili kekuatan atau intensitas medan magnetik (Magnetic Field
Intensity, H). Intensitas medan magnetik berbanding lurus dengan besaran arus, yaitu H
= N. I/l
Sumbu vertikal mewakili kerapatan medan magnetik (Magnetic Field Density, B).
Kerapatan medan magnetic berbanding lurus dengan besarnya tegangan induksi yang
dihasilkan oleh suatu kumparan, sesuai dengan persamaan:
V = 4.44. F.A. B. N
Sebagaimana dibahas pada materi sebelumnya (Prinsip Kerja Trafo Arus), Trafo Arus
Tegangan Menengah akan mentransformasikan arus primer yang bernilai ratusan hingga
ribuan ampere, menjadi arus sekunder yang bernilai jauh lebih kecil dan bisa ditangani
oleh peralatan ukur konvensional.
Pada umumnya, atas pertimbangan ekonomis, nilai keluaran arus sekunder suatu trafo
arus dibatasi pada nilai-nilai tertentu, misalnya 1A, 2A atau 5A. Untuk keperluan khusus
dan spesifik, adalah sangat dimungkinkan dibuat sebuah trafo arus yang arus sekundernya
diluar nilai tersebut diatas.
Dalam kondisi ideal, proses transformasi dari arus primer yang besar menjadi arus
sekunder yang kecil merupakan perbandingan atau rasio dari arus primer pengenal dan
arus sekunder pengenal. Sebagai contoh, jika kita mempunyai trafo arus dengan rasio
1000/5, maka artinya jika trafo tersebut dialiri arus primer sebesar 1000A, maka akan
mengalir arus sekunder sebesar 5A.
Pada kenyataannya, proses transformasi dari arus primer menjadi arus sekunder, selalu di
ikuti dengan rugi-rugi atau loss di setiap bagian trafo arus. Rugi-rugi yang muncul pada
trafo arus bisa berupa rugi pada kumparan primer-sekunder maupun rugi-rugi yang
muncul pada sisi inti/core. Akibat adanya rugi-rugi tersebut, maka besarnya arus
sekunder sebenarnya/aktual menjadi berbeda dengan nilai arus sekunder pengenal.
Perbedaan antara arus sekunder sebenarnya dgn arus sekunder pengenal inilah yang biasa
disebut kelas akurasi/ketelitian.
Kelas akurasi/ketelitian sebuah trafo arus disesuaikan dengan tujuan penggunaan dari
trafo arus tersebut. Standar IEC60044-1 mendefinisikan 2 buah kelas untuk sebuah trafo
arus, yaitu kelas metering (Metering Class) untuk pengukuran dan kelas proteksi
(Protection Class) untuk perlindungan sistem.
Kelas akurasi/ketelitian sebuah trafo Arus berdasarkan standar IEC60044-1.
Kelas Metering/Pengukuran.
Standar IEC60044-1 telah mensyaratkan beberapa kriteria terkait kelas akurasi dari
sebuah trafo arus yang digunakan untuk pengukuran/metering, yaitu:
Kelas 0.1 > biasa digunakan untuk keperluan laboratory yang membutuhkan
tingkat ketelitian yang tinggi.
Kelas 0.2 dan 0.5 > biasa digunakan untuk keperluan meter pelanggan.
Catatan:
Tabel diatas berlaku untuk jangkauan beban dari 25% beban pengenal (rated
burden) hingga 100% beban pengenal (rated burden).
Contoh penulisan spesifikasi untuk trafo arus jenis metering: 500/5A, 0.2FS5
20VA
Penjelasan spesifikasi diatas dan contoh perhitungan kesalahan rasio bisa di lihat
pada materi Penjelasan Spesifikasi Kelas Metering dan Perhitungan kesalahannya.
Untuk trafo arus jenis proteksi, pada saat arus primer pengenal mengalir pada sisi
primer, maka kesalahan ratio (error ratio) adalah lebih kecil dari 1% untuk kelas
5P dan kesalahan rasio (error ratio) harus lebih kecil dari 5% untuk kelas 10P.
Untuk trafo arus jenis proteksi, pada saat arus primer pengenal mengalir pada sisi
primer, maka pergeseran fasa (phase displacement) adalah lebih kecil dari 60
menit untuk kelas 5P. Pergeseran fasa untuk kelas 10P tidak didefinisikan.
Pada saat arus primer yang mengalir pada kumparan primer sebesar batas akurasi
arus primer pengenal (Rated Accuracy Limit Primary Current), maka besarnya
kesalahan komposit adalah 5% untuk kelas 5P dan 10% untuk kelas 10P.
Contoh penulisan spesifikasi untuk trafo arus jenis proteksi: 500/5A, 5P10 20VA
Penjelasan spesifikasi diatas dan contoh perhitungan kesalahan rasio bisa di lihat pada
materi Penjelasan Spesifikasi Kelas proteksi dan Perhitungan kesalahannya.
Refferensi :
http://trafoinstrumen.wordpress.com
Materi ini merupakan kelanjutan dari materi sebelumnya yang membahas tentang kelas
akurasi/ketelitian dari sebuah trafo arus . Bagian ini lebih menjelaskan secara detail
informasi tentang akurasi kelas yang tertera pada label sebuah trafo arus.
Jika anda memiliki sebuah trafo arus dengan spesifikasi kelas akurasi sebagai berikut:
Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran primer menjadi
besaran sekunder untuk keperluan pengukuran sistem metering dan proteksi
Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, sebagai pengamanan
terhadap manusia atau operator yang melakukan pengukuran.
Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Amp dan 5 Amp
Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada daerah
kerja (daerah pengenalnya) 5% 120% arus nominalnya tergantung dari kelasnya
dan tingkat kejenuhan yang relatif rendah dibandingkan trafo arus untuk proteksi.
Penggunaan trafo arus pengukuran untuk Amperemeter, Watt-meter, VARh-meter,
dan cos meter.
Trafo arus untuk proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat terjadi gangguan
dimana arus yang mengalir beberapa kali dari arus pengenalnya dan tingkat
kejenuhan cukup tinggi.
Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR), relai beban
lebih, relai diferensial, relai daya dan relai jarak.
Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi adalah pada titik
saturasinya seperti pada kurva saturasi dibawah ini.
Trafo arus untuk pengukuran dirancang supaya lebih cepat jenuh dibandingkan
trafo arus proteksi sehingga konstruksinya mempunyai luas penampang inti yang
lebih kecil .
Refferensi :
Refferensi :
Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga
Listrik. Trafo Arus. SK114 No 7-22/HARLUR-PST/2009. hal 7-10, Perusahaan Listrik
Negara.