Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
humanistik. Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia (Budiningsih 2005:68). Tujuan sejati dari pendidikan
seharusnya adalah pertumbuhan dan perkembangan diri siswa secara utuh sehingga mereka
menjadi pribadi dewasa yang matang dan mapan, mampu menghadapi berbagai masalah dan
konflik dalam kehidupan sehari-hari. Agar tujuan ini dapat tercapai maka diperlukan sistem
pembelajaran dan pendidikan yang
keterampilan yang memadai (income generating skills). Pendidikan dan pembelajaran yang
bersifat aktif-positif dan berdasarkan pada minat dan kebutuhan siswa sangat penting untuk
memperoleh kemajuan baik dalam bidang intelektual, emosi/perasaan (EQ), afeksi maupun
keterampilan yang berguna untuk hidup praktis.
Pengelolaan kelas tidak dapat dilepaskan dari aspek manusiawi dari pembelajaran dan
pengajaran. Pengelolaan kelas yang ditekankan pada bagaimana mengelola pribadi-pribadi
yang ada akan lebih menolong dan mendukung perkembangan pribadi, baik pribadi siswa
maupun pribadi gurunya. Kelas yang dikelola dengan cara demikian akan menyebabkan
siswa tidak hanya akan berkembang intelektualitasnya saja, namun juga aspek aspek afektif,
konatif, dan sosialitasnya. Sebab belajar ternyata tidak hanya terbatas pada aspek intelektual
tetapi juga aspek perasaan, perhatian, keterampilan dan kreativitas.
Suciati dan Irawan (dalam Budingsih 2005:77-78) menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan humanistik sebagai berikut
1; Menentukan tujuan pembelajaran.
2; Menentukan materi pelajaran.
3; Mengidentifikasi kemampuan awal (entry behavior) siswa.
4; Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan
diri atau mengalami dalam belajar.
5; Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
5
mereka terlibat dalam tugas-tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi mereka
dapat menyelesaikannya bila dibantu oleh teman sebaya mereka atau orang dewasa. Zona
perkembangan terdekat menggambarkan bahwa anak belum selesai dalam belajarnya tetapi ia
akan cakap dalam waktu tertentu.
G;
Prinsip ketiga dari teori Vygotsky adalah menekankan pada keduaduanya, hakikat sosial dari belajar dan zona perkembangan terdekat adalah pemagangan
kognitif, yaitu suatu proses di mana seorang siswa, tahap demi tahap mencapai kepakaran
dalam interaksinya dengan seorang pakar, apakah dengan orang dewasa atau teman sebaya
yang lebih tinggi pengetahuannya.
H;
Prinsip keempat, Vygotsky memunculkan konsep scaffolding, yaitu
memberikan sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal
pembelajaran, dan kemudian mengurangi bantuan tersebut untuk selanjutnya memberi
kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera
setelah ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa bimbingan atau petunjuk,
peringatan, dorongan, ataupun yang lainnya yang memungkinkan anak tumbuh mandiri.
Disinilah guru membantu siswa dengan mengingatkan bahwa materi aritmatika sosial dapat
diselesaikan dengan model perbandingan yang pernah dipelajari.
2.2.3;Carl Rogers
I;
Carl Rogers dapat dikatakan sebagai bapak aliran humanistik. Pendekatan dari
aliran ini dapat dimengerti dari prinsip-prinsip penting belajar humanistik yang didefinisikan
sebagai sentral dari filsafat pendidikannya yaitu:
1; Keinginan untuk belajar (The Desire to Learn)
J; Manusia mempunyai keinginan untuk belajar. Keinginan itu dapat dilihat dengan
keingintahuan yang sangat dari anak ketika ia menjelajahi lingkungannya dengan
kebebasan. Orientasi ini sangat berlawanan dengan kelas tradisional, dimana guru atau
kurikulum menentukan kendali.
2; Belajar secara signifikan (Significant Learning)
K; Belajar mempunyai tujuan dan dimotivasi oleh kebutuhan untuk tahu. Belajar secara
signifikan terjadi ketika belajar dirasakan relevan terhadap kebutuhan dan tujuan siswa.
3; Belajar tanpa ancaman (Learning Without Threat)
L; dipertinggi ketika siswa dapat menguji kemampuan mereka, mencoba pengalaman
membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan celaan.
4; Belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated Learning)
M; Belajar atas inisiatif sendiri mengajarkan siswa untuk mandiri dan me reka mempunyai
kesempatan untuk membuat pertimbangan, pemilihan, dan penilaian.
5; Belajar dan berubah (Learning and Change)
N; Belajar yang bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar. Perubahan adalah fakta
hidup. Pengetahuan berada dalam keadaan yang berubah secara konstan. Apa yang
dibutuhkan sekarang adalah individu yang mampu belajar dalam lingkungan yang
berubah (dalam Djiwandono 2006:184-186).
2.3; Contoh Strategi Pembelajaran matematikasih dalam Materi Aritmatika Sosial
O;
di Kelas VII
Tahapan stategi pembelajaran matematikasih adalah: (1) Pendahuluan (2) Kegiatan
inti (3) Penutup. Pada pendahuluan guru melakukan apersepsi dan motivasi. Pada kegiatan
inti para siswa melakukan diskusi kelompok dan saling berbagi pendapat dalam pengawasan
guru. Pada kegiatan penutup siswa membuat rangkuman dan diberikan tugas rumah.
Disamping itu para siswa diberikan cuplikan gambar atau artikel sebagai refleksi.
Refleksi adalah proses yang mengajak siswa untuk memikirkan arti manusiawi
tentang apa yang dipelajari dan pentingnya bagi sesama. Ini akan menghantar siswa semakin
menghargai hidup orang lain lewat nilai-nilai dalam kehidupan bersama. Tegasnya
menonjolkan makna dalam pengalaman manusiawi (Kartono 2002:74). Jadi pada
pembelajaran aritmatika sosial pada kegiatan refleksi artinya
membahas tentang hal-hal penting yang sudah dipelajari dalam proses pembelajaran yang
berkaitan dengan nilai-nilai.
Pada pembelajaran materi aritmatika sosial dengan strategi matematikasih, kalimatkalimat dalam soal-soal cerita dirancang dan disusun sedemikian rupa sehingga nilai-nilai
dapat ditonjolkan. Dari kalimat-kalimat yang disajikan dalam soal sifat-sifat keteladanan juga
menjadi perhatian. Perlu dihindari soal cerita dalam matematika yang bermakna negatif.
Karena dari alam bawah sadar siswa akan muncul interpretasi bahwa hal-hal negatif itu boleh
dilakukan (Ayudhya 2008:30). Dari pernyataan ini dapat kita nyatakan juga bahwa, soal
cerita yang bermuatan pesan-pesan kebaikan akan berpengaruh positif pada diri siswa.
Sebagai contoh dapat dilihat perbandingan pada soal cerita berikut ini,
Soal biasa:
Pak Syukur adalah seorang pedagang beras. Ia membeli beras seharga Rp. 5.500,00 per
kg. Apabila pak Syukur mengalami kerugian sebesar Rp. 1000,00.per kg Berapakah
harga penjualan per kg beras tersebut?
Soal pembelajaran matematikasih:
Pak Syukur adalah seorang pedagang beras. Ia membeli beras merek KASIH seharga
Rp. 5.500,00 per kg. Suatu hari seorang ibu datang ke tokonya, dan ingin membeli satu
kg beras dengan merek yang sama, ternyata uang yang dimiliki sang ibu tidak
mencukupi. Dengan keinginan untuk membantu sang ibi dan berbagi, pak Syukur rela
rugi sebesar Rp. 1000,00. Berapakah uang yang dimiliki ibu tersebut?
Kedua soal tersebut memiliki tuntutan pemahaman konsep yang sama dalam matematika,
yakni menghitung harga penjualan apabila harga pembelian dan rugi diketahui. Namun kedua
soal akan berbeda secara signifikan jika ditinjau dari menanamkan nilai-nilai pada diri siswa.
Dari penjelasan Ayudhya (2008:38) dan Soedjadi (2007:75-84) pada pembahasan
integrasi nilai-nilai dalam matematika, dibatasi karakter atau nilai-nilai pada pembelajaran
matematikasih terdiri dari:
1;
Kerjasama
2;
Rasa hormat
3;
4;
5;
Mencintai sesama
Berdasarkan uraian-uraian terdahulu, dapat disusun aktivitas siswa dalam
4; Berbagi dan memberi adalah aktivitas siswa yang meliputi: membuat kesimpulan
hasil diskusi, memberikan jawaban kepada teman kelompok, memberi saran
(mengeluarkan pendapat) dalam diskusi kelompok,
perangkat
pembelajaran
menggunakan
strategi
pembelajaran
RPP
Tes Hasil
Belajar
Buku Siswa
Meningkatkan karakter peserta didik Kurang Mampu Dalam Menganalisis Data Penelitian
Dessimination
Design
Develop
Define
Model 4-D
Strategi Pembelajaran Matematikasih
2.5
siswa
menggunakan
pembelajaran
beraliran
humanistik
berparadigma
pendekatan