Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan) dengan anatomi yang juga sangat rumit. Indera
pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar.1,2
Otitis media akut (OMA) merupakan peradangan pada telinga tengah yang
bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki
penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Bila terdapat infeksi bakteri pada
nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran
bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang
dimiliki oleh tuba eustachius. OMA ini terjadi akibat tidak berfungsinya sistem
pelindung tersebut. Sumbatan dan peradangan pada tuba eustachius merupakan
faktor utama terjadinya otitis media. Pada anak-anak, semakin seringnya terserang
infeksi saluran pernapasan atas, kemungkinan terjadinya otitis media akut juga
semakin besar. Pada anak terjadinya OMA dipengaruhi karena tuba eustachiusnya
pendek, lebar dan letaknya lebih horizontal.2,3
Epidemiologi otitis media didapatkan di beberapa negara dunia. Kejadian ini
mencerminkan otitis media merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan, terutama pada negara berkembang dan negara miskin. Bahkan
penyakit ini berkaitan dengan kematian anak, penyebab utama akibat komplikasi
ke otak. Kejadian terbanyak ditemukan pada bayi usia 6 18 bulan dan 4 5
tahun, dan angka kejadian pada laki-laki biasanya lebih sering dibandingkan
perempuan.2,3
Indonesia sebagai negara berkembang perlu memperhatikan masalah kesehatan
ini. Sangat minimnya sosialisasi mengenai penyakit ini mengakibatkan kurangnya
kesadaran masyarakat akan proses pencegahan, sehingga timbul persepsi dari
masyarakat tentang OMA ini hanyalah penyakit yang biasa padahal penyakit ini
adalah salah satu awal untuk timbulnya penyakit komplikasi lain yang cukup fatal,
seperti otitis media supuratif kronis yang akan bisa menjadikan meningitis hingga
ensefalitis, abses subperiosteal dan abses otak.3
Merujuk dari permasalahan yang telah dipaparkan sebelumya diatas tentang
penyakit OMA yang pada umumnya sering terjadi di negara berkembang dan
salah satunya Indonesia, maka akan diuraikan penjelasan yang lebih jelas dan
dalam mengenai penyakit tersebut.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media
berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain
itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis
media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adesif.3,4
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan
tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau
sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam,
gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran
timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah.
Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan
membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terlihat pada
membran timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore.3,4
2.2. Etiologi
1. Bakteri
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut
penelitian, 65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya
melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah.
Kasus lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak ditemukan
mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media
tersering
adalah
Streptococcus
pneumoniae
(40%),
diikuti
oleh
mempunyai tiga fungsi penting, yaitu ventilasi, proteksi, dan drainase sekret.
Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah
selalu sama dengan tekanan udara luar. Proteksi, yaitu melindung telinga
tengah dari tekanan suara, dan menghalangi masuknya sekret atau cairan dari
nasofaring ke telinga tengah. Drainase bertujuan untuk mengalirkan hasil
sekret cairan telinga tengah ke nasofaring.3,4
2.5.2. Patogenesis OMA
Pathogenesis OMA pada sebagian besar dimulai oleh infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada
mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba
Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada
telinga tengah. Bila keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan
refluks dan aspirasi virus atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba
Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari
nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi
proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. Ini
merupakan faktor pencetus terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi.
Bila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami
infeksi serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi
proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran
pernapasan atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan
akan menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. Virus respiratori juga dapat
meningkatkan kolonisasi dan adesi bakteri, sehingga mengganggu pertahanan
imun pasien terhadap infeksi bakteri. Jika sekret dan pus bertambah banyak
dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran
timpani dan tulang- tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap
getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek
membran timpani akibat tekanannya yang meninggi.3,4
2.6. Stadium OMA
10
minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup kembali
dalam 7 sampai dengan 10 hari.3,4
Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret
tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya
sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani.
Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila keadaan ini berterusan,
mungkin telah terjadi mastoiditis.3,4
Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik.
Observasi dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik
dalam dua sampai tiga hari, atau ada perburukan gejala. Ternyata pemberian
antibiotik yang segera dan dosis sesuai dapat terhindar dari tejadinya
komplikasi supuratif seterusnya. Masalah yang muncul adalah risiko
terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik meningkat. Diagnosis
pasti OMA harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat akut, terdapat efusi
telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala inflamasi telinga tengah.
Gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari 39C dalam
24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang-berat atau
demam 39C.3,4
2.8.2 Pembedahan
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA
rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan
adenoidektomi.3,4
1. Miringotomi
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani,
supaya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.
Syaratnya adalah harus dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak
harus tenang sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi
miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan
sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat
pus di telinga tengah. Indikasi miringostomi pada anak dengan OMA
adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis nervus
fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi
merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan
terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu
11
6.
13
BAB III
LAPORAN KASUS
: NLSD
Umur
: 12 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Bangsa
: Indonesia
Suku
: Bali
Agama
: Hindu
Pendidikan
: SD
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
14
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Denyut Nadi
: 80 kali/menit
Respirasi
: 16 kali/menit
Temperatur Axila
: 36,3 oC
Status General
Kepala
: Normocephali
Mata
THT
Leher
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
: Hangat
+
+
Kanan
Normal
Lapang
Tidak ada
Kiri
Normal
Lapang
Tidak ada
15
Membran Timpani
Tumor
Mastoid
Tes pendengaran
Berbisik
Weber
Rinne
Schwabach
BOA
Tympanometri
Audiometri
Nada Murni
BERA
OAE
Tes Alat Keseimbangan
Intak
Tidak ada
Normal
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Lateralisasi ke kiri
+
Sama dengan pemeriksa
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Retraksi, Hiperemi
Tidak ada
Normal
Hidung
Hidung Luar
Kavum Nasi
Septum
Discharge
Mukosa
Tumor
Konka
Sinus
Koana
Kanan
Normal
Lapang
Tidak ada deviasi
Tidak ada
Merah muda
Tidak ada
Kongesti
Normal
Normal
Kiri
Normal
Lapang
Tidak ada deviasi
Ada, mukoid
Merah muda
Tidak ada
Kongesti
Normal
Normal
Tenggorok
Dispneu
Sianosis
Mucosa
Dinding belakang faring
Stridor
Suara
Tonsil
Tidak ada
Tidak ada
Hiperemi
Granulasi (-), post nasal drip (-)
Tidak ada
Normal
T2 / T1 Tenang
Laring
Tidak dievaluasi
3.4
+
memanjang
Resume
Pasien perempuan, usia 12 tahun, mengeluh nyeri di telinga kiri sejak 1 minggu
yang lalu. Awalnya telinga kiri terasa penuh dan lama-kelamaan terasa nyeri.
Terdapat pilek pada pasien yang muncul bersamaan dengan keluhan pada telinga.
Riwayat keluhan yang sama disangkal, riwayat alergi dan penyakit sistemik
disangkal oleh pasien. Pasien belum pernah berobat untuk keluhannya.
16
Pemeriksaan Fisik :
1. Status Present
2. Status General
Liang telinga
Discharge
Membran timpani
: lapang/lapang
: -/: intak/hiperemi
: +/+
: lateralisasi ke kiri
: sama/memanjang
: -/+ (mukoid)
: kongesti/kongesti
: merah muda/ merah muda
: hiperemi/hiperemi
Prognosis baik jika diberikan terapi dini dan adekuat. Bila penanganan
diberikan terlambat dan tidak adekuat maka prognosis buruk.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus didapatkan keluhan pasien yaitu berupa nyeri pada telinga kiri.
Keluhan ini sudah dirasakan sejak 1 minggu. Pada mulanya pasien merasa
telinganya seperti penuh dan hingga kini telinga kiri terasa nyeri. Pasien juga
mengalami pilek yang muncul bersamaan dengan keluhan pada telinganya. Pasien
mengatakan tidak ada cairan yang keluar dari telinga. Dari munculnya keluhan,
pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter. Riwayat penyakit yang sama
dan riwayat penyakit lain seperti alergi dan penyakit sistemik disangkal.
Berdasarkan teori, jenis gangguan yang dialami pasien adalah otitis media akut
stadium hiperemi (OMA std II). Pada penyakit ini, infeksi saluran napas atas dapat
menyebabkan adanya kongesti atau edema pada saluran napas atas, nasofaring
dan tuba Eustachius. Dengan adanya kongesti pada tuba Eustachius, ventilasi
udara akan terganggu, sehingga tekanan pada telinga tengah akan negatif dan
menyebabkan refluks bakteri atau virus dari saluran napas atas dan nasofaring
menuju telinga tengah. Sumbatan pada tuba Eustachius akan mengganggu fungsi
proteksi dan drainase cairan dari telinga tengah ke nasofaring. Akibatnya terjadi
penumpukan cairan atau sekret di telinga tengah. Dengan adanya infeksi patogen
18
19
BAB V
SIMPULAN
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media akut
(OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda yang
bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi
secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual, muntah,
diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran timpani.
Otitis media akut dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Bakteri yang tersering
menyebabkan otitis media adalah Streptococcus pneumonia, sedangkan virus yang
sering menyebabkan kasus ini adalah respiratory syncytial virus. Pada OMA,
terganggunya fungsi tuba Eustachius dalam ventilasi, proteksi dan drainase
berperan penting dalam menimbulkan gejala-gejala yang terjadi.
Untuk mendiagnosis Otitis media akut atau OMA diperlukan kriteria yang
meliputi gejala yang timbul mendadak, tanda-tanda efusi cairan dari telinga
tengah dan tanda-tanda inflamasi telinga tengah. Berdasarkan perjalanan
penyakitnya OMA dibagi menjadi lima stadium, bergantung pada perubahan pada
20
mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba Eustachius, stadium hiperemis
atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium
resolusi. Penanganan yang diberikan harus disesuaikan dengan stadium-stadium
tersebut agar memberikan hasil yang optimal dan tidak berkembang ke stadium
yang lebih parah.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Drake Richard L, Vogl A. Wayne, Mitchell Adam W. M. 2010. Grays
Anatomy for students International Edition. Philadelphia PA: Churchill
Livingstone.
2. Moore Keith L, Agur Anne M. R. 2002. Anatomi Klinis Dasar.
Hipokrates.
3. Soepardi Eflaty A, Iskandar Nurbaiti, Bashiruddin Jenny, Restuti R. Dwi.
2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Adams George L, Boies Lawrence R, Hilger Peter A. 1989. Boies
22