You are on page 1of 12

PENGARUH PEMBERIAN HIDROTERAPI KAKI (Footbath) DENGAN

MENGGUNAKAN MINYAK ESENSIAL LEMON (Citrus limonum) TERHADAP


PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR LANSIA
The Effect of Foot Hydrotherapy With Lemon Essential Oil to The Fulfillment of Sleep In
Elderly
Maria Nining Kehi*, Ahmad Yusuf*, dan Eka Mishbahatul M.Has*
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Surabaya, Kampus C UNAIR Surabaya Telp. 031 5913754
e-mail:niningkehi.30januari@gmail.com/ ncleovetra@yahoo.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur baik dalam mempertahankan maupun
memulai tidur malam terjadi pada orang lanjut usia awal (usia 60-74 tahun). Hal ini diakibatkan oleh
banyak faktor seperti penyakit fisik, obat-obatan, gaya hidup, stres emosional, lingkungan, latihan
fisik, asupan makanan dan hormon. Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pemenuhan kebutuhan tidur lansia adalah hidroterapi kaki dengan menggunakan minyak esensial
lemon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh hidroterapi kaki dengan
menggunakan minyak esensial lemon terhadap pemenuhan kebutuhan tidur lansia. Metode:
Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen. Populasinya adalah lansia dari Griya Usila
Santo Yosef Surabaya sebanyak 22 orang, dibagi dalam dua kelompok (intervensi dan kontrol).
Sampel diambil dengan menggunakan total sampling. Variabel independen adalah hidroterapi kaki
dengan menggunakan minyak esensial lemon. Variabel dependennya adalah pemenuhan kebutuhan
tidur lansia. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality
Index), SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire). Analisis: Analisis datanya
menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dan uji Mann Whitney derajat kemaknaan 0,05. Hasil:
Hasil menunjukan bahwa ada pengaruh pemberian hidroterapi kaki dengan menggunakan minyak
esensial lemon terhadap peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur lansia dengan nilai p=0,003 dan
adanya perbedaan pemenuhan kebutuhan tidur antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
sebesar =0,00. Dapat disimpulkan bahwa terdapat efek yang signifikan pada pemberian hidroterapi
kaki dengan menggunakan minyak esensial lemon terhadap pemenuhan kebutuhan tidur lansia di
Griya Usila Santo Yosef Surabaya. Diskusi: Terapi ini dapat dijadikan modifikasi intervensi
keperawatan dan direkomendasikan sebagai intervensi. Penelitian selanjutnya sebaiknya
berkembang dengan menggunakan berbagai jenis lain dari minyak esensial atau adanya modifikasi
dari rendaman kaki untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur lansia.
Kata kunci: Gangguan tidur lansia, hidroterapi kaki, rendaman kaki, minyak esensial lemon
ABSTRACT
Introduction: The fulfillment needs of sleep in elderly is one of disorders in initiating and
maintaining sleep in nighttime sleep occurred in the early elderly (age 60-74 years). It can caused
by many factors such as physical illness, medications, lifestyle, emotional stress, environment,
physical exercise, intake of food and hormones. One of therapy that can be used for improve the
fulfillment need of sleep in elderly is foot hydrotherapy. The aim of this research was to explain the
effect of foot hydrotherapy with lemon essential oil to the fulfillment of sleep in elderly. Method:This
study used quasy exsperiment design. Population were elderly at Griya Usila St.Joseph Surabaya,
22 elderly were included which devided into two groups (control & intervention). Samples were
taken by using total sampling. The independent variable was foot hydrotherapy with lemon essential
oil. The dependent variable was the fulfillment needs of sleep in elderly. Data were collected by using
PSQI questionnaire (Pittsburgh Sleep Quality Index). Analysis: Data were then analyzed by using
Wilcoxon Sign Rank Test and Mann Whitney test with significant levels 0,05. Result:The results
show the effect of foot hydrotherapy using lemon essential oil increase fulfillment needs of elderly
sleep with = 0.003 and the difference found between the treatment and control groups at = 0.00.

It can be concluded that there was a significant effect on the provision of foot hydrotherapy using
lemon essential oil to the fulfillment needs of the elderly sleep in Griya Usila St. Joseph Surabaya.
Discussion: It can be used as a modification of nursing interventions and recommended to solved
the elderly who has sleep disorders. Futher research should developed by using another kind of
essential oil or modification of footbath to improve the fulfillment of sleep in elderly.

Keywords: Elderly sleep disorders, foot hydrotherapy, footbath, lemon essential oil

PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah bagian dari proses
tumbuh kembang. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup di mana seseorang akan
mengalami kemunduran fisik, mental dan
sosial secara bertahap (Depkes, 2008). Upaya
membantu
para
lanjut
usia
dalam
mengusahakan
dan
mempertahankan
kesehatan optimal maka aspek utama yang
perlu dilakukan adalah pemeliharaan tidur.
Menurut Potter dan Perry (2005) tidur dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
penyakit fisik, obat-obatan, lingkungan, gaya
hidup, stres emosi, latihan fisik, dan asupan.
Persentase lansia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan dan angka ini akan
terus meningkat hingga tahun 2020 menjadi 29
juta jiwa atau setara dengan 11,4% dari total
penduduk Indonesia pada 2020 (Supartondo,
2005). Sebagian besar lansia berisiko tinggi
mengalami gangguan tidur akibat berbagai
faktor. Sekitar 60% lansia akan mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur setelah
berusia 75 tahun. Menurut data survei
epidemiologik bahwa pada lansia yang tinggal
di rumah atau panti werdha menunjukkan
persentase sebesar 15 sampai 75 % dari mereka
yang mengalami ketidakpuasan dalam
lamanya dan kualitas tidur malam (Prayitno,
2002).
Jumlah lansia terbanyak berada di
Griya Usila Santo Yosef Surabaya sebanyak
120 orang dengan jumlah lansia yang
mengalami gangguan tidur sebanyak 45 orang.
Bangunan Griya lansia ini di lengkapi juga
dengan sarana prasarana yang cukup memadai
dalam hal ini alat terapi. Saat pengumpulan
data dari 6 orang lansia dalam satu kamar
peneliti menemukan sebanyak 2-3 orang lansia
dengan masalah gangguan tidur.
Kurang tidur dapat menimbulkan
dampak yang sangat signifikan pada kualitas
hidup. Ketidakcukupan dan ketidakefisiennya
tidur pada lansia dapat memperburuk penyakit
dasarnya merubah baik mood maupun perilaku,
khususnya pada mereka dengan penurunan
kemampuan
kognitif.
Akibat
dari
ketidakcukupan tidur ini berupa kecelakaan
bahkan kematian (McEnany, 2011). Seperti
siklus lain dalam tubuh, proses tidur juga diatur
oleh sebuah mekanisme khusus yang disebut
sebagai irama sirkadian (circadian rhythm).
Hormon melatonin berperan dalam mengontrol
irama sirkadian, sekresinya terutama pada

malam hari yang berhubungan dengan rasa


mengantuk. Selain dipengaruhi oleh hormon
melatonin irama sirkadian termasuk siklus
tidur-bangun harian ini juga dipengaruhi oleh
cahaya dan temperatur sebagai faktor
ekstermal selain aktifitas sosial dan rutinitas
kerja. Oleh sebab itu perlu diberikan terapi
guna memperbaiki kondisi lansia tersebut.
Untuk mengatasi masalah tidur
berbagai usaha dapat dilakukan baik cara
farmakologi maupun nonfarmakologi. Salah
satu terapi nonfarmakologi untuk mengatasi
gangguan tidur adalah dengan mendengarkan
musik, membaca buku, mandi air hangat,
minuman hangat, tempat tidur yang nyaman,
merendam kaki dalam air hangat yang
bertemperatur 37 hingga 39 C (Amirta, 2007).
Merendam kaki dengan air hangat merupakan
salah satu jenis dari
hidroterapi. Jenis
rendaman kaki tersebut dikenal dengan
hidroterapi kaki (footbath) (Wilcox, 2006).
Berdasarkan hal tersebut tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh dari
pemberian
hidroterapi
kaki
dengan
menggunakan minyak esensial lemon terhadap
pemenuhan kebutuhan tidur lansia.
BAHAN DAN METODE
Desain penelitian yang digunakan
adalah quasy experiment. Besar sampel yang
diperoleh 22 lansia yang mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur di Griya Usia
Santo Yosef Surabaya, dibagi dalam 2
kelompok; kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Teknik sampling menggunakan total
sampling dan diambil berdasarkan kriteria
populasi penelitian yakni: 1) lansia berumur
60-75 tahun; 2) kognitif baik dan fungsi pancar
indera baik; 3) tidak sedang menggunakan
obat-obatan; 4) tidak memiliki alergi; 5) bukan
penderita Hipertensi berat, infeksi kulit, infeksi
menular, gangguan fungsi paru, epilepsi dan
gangguan
toileting.
Variabel
bebas
(independen) berupa pemberian intervensi
berupa hidroterapi kaki (footbath) dengan
menggunakan minyak esensial lemon (Citrus
limonum). Variabel terikat (dependen) dalam
penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan
tidur lansia.
Pengambilan
sampel
dilakukan
dengan melakukan wawancara pada calon
responden dan berpedoman pada kuesioner
PSQI, SPMSQ (Short Portable Mental Status
Questionnaire) serta kriteria populasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Peneliti

mengumpulkan responden dalam sebuah


ruangan lalu menjelaskan tujuan dari penelitian
yang akan dilakukan lalu memberikan lembar
informed Condet untuk diisi oleh responden.
Peneliti lalu menjelaskan mengenai metode
pemberian hidroterapi kaki (footbath) dengan
menggunakan minyak esensial lemon kepada
kelompok intervensi. Misalnya mereka
diajarkan untuk menghitung waktu merendam
kaki selama intervensi dilakukan. Dalam
melakukan hidroterapi kaki ini, responden
diminta untuk memasukkan kaki ke dalam
ember berisi air dengan suhu 38-41C sebatas
pergelangan kaki (10-15 cm dari telapak kaki)
selama 7 menit, lalu pada menit ke- 7 tersebut
ditambahkan air bersuhu 40-45C ke dalam
ember hingga menit ke-10 intervensi
dihentikan. Intervensi hidroterapi kaki dengan
menggunakan minyak esensial lemon
diberikan dalam kurun waktu seminggu. Alat
pengumpul data terdiri atas dua bagian; bagian
pertama terdiri dari data demografi dan kedua
adalah PSQI yang mampu mengukur kualitas
dan pola tidur lansia.Kuesioner ini dibuat oleh
Bussye et al (1989) untuk mengevaluasi
kualitas dan mendiagnosis gangguan tidur.
Kuesioner berisi 18 butir pertanyaan dalam 7
domain dari kualitas tidur subjektif, latensi
tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan
tidur, penggunaan obat-obatan tidur, dan
disfungsi aktivitas siang hari. Skor dari setiap
pertanyaan adalah 0-3 dan skor maksimal
setiap pertanyaan adalah 3. Total skor rata-rata
dari tujuh komponen kuesioner tersebut adalah
rentang antara 0-21. Skor lebih dari 5
menunjukkan kualitas tidur yang buruk.
Data Post-intervensi yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan Wilcoxon sign
rank test dan Mann Whitney test dengan
derajat kemaknaan sebesar 0,05.
HASIL
Distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin sama besar, terbanyak berusia 66-74
tahun dengan lama tinggal 1-5 tahun di panti
sebanyak 17 orang. Kebiasaan sebelum tidur
paling banyak adalah berupa berbincangbincang dengan teman sekamar sebanyak 32%
atau 7 orang dan sebesar 41% atau sebanyak 9
orang tidak memiliki kebiasaan tidur siang.
Seluruh responden memiliki fungsi intelektual
utuh dengan hasil skorsing menggunakan
kuesioner SPMSQ.

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan kualitas


pemenuhan kebutuhan tidur lansia di Griya
Usila Santo Yosef Surabaya sebelum
diberikan intervensi
Skor
Kelompok
Kelompok
kualitas
Perlakuan
kontrol
tidur
Persentas Persentas
PSQI
e (%)
e (%)
0
0
0
0
1 Sangat
baik
0
0
0
0
2 Baik
10
90,9
9
81,81
3 Kurang
1
9,09
2
18, 19
4 Sangat
kurang
11
100
11
100
TOTAL
Berdasarkan tabel 1, data responden
pre intervensi diperoleh data bahwa seluruh
responden memiliki kualitas tidur kurang baik
hingga sangat kurang. Namun setelah
mendapatkan hidroterapi kaki dengan
menggunakan minyak esensial lemon maka
pemenuhan kebutuhan tidur seluruh responden
pada kelompok intervensi menjadi berkualitas
baik (Tabel 2). Terdapat perubahan persentase
dari skor kualitas kurang 90,9% dan sangat
kurang sebesar 9,09% menjadi 100%
berkualitas baik setelah pemberian intervensi
pada kelompok intervensi dan tampak tidak
ada perubahan pada kelompok kontrol.
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan kualitas
pemenuhan kebutuhan tidur responden pada
kedua kelompok setelah pemberian terapi
pada kelompok intervensi
Skor
Kelompok
Kelompok
kualitas
Perlakuan
kontrol
tidur PSQI Persentas Persentas
e(%)
e (%)
0
0
0
0
1 Sangat baik
2

Baik

11

100

Kurang

81,81

Sangat
kurang
TOTAL

18,19

11

100

11

100

Perubahan skor pemenuhan kebutuhan


tidur lansia sebelum dan setelah diberikan
intervensi berupa hidroterapi kaki dengan
menggunakan minyak esensial lemon (Tabel
3). Hasil analisa uji Wilcoxon Sign rank Test
antara data pre dan post intervensi ditemukan

adanya peningkatan pemenuhan kebutuhan


tidur pada kelompok perlakuan akibat
pemberian hidroterapi kaki (footbath) dengan
menggunakan minyak esensial lemon (Citrus
limonum). Didapatkan nilai p= 0,003
(p<<0,05), maka H1 diterima yang artinya
ada pengaruh yang signifikan pada pemberian
hidroterapi kaki dengan menggunakan minyak
esensial lemon terhadap pemenuhan kebutuhan
tidur Namun berbeda pada kelompok kontrol
diperoleh nilai p= 0,5 (p> > 0,05) yang
artinya H1 ditolak dan tidak ada pengaruh
intervensi terhadap kelompok kontrol. Pada
hasil uji statistik Mann Whitney diperoleh data
hasil p=0,000 yang artinya p< <0,005, yang
artinya terdapat perbedaan yang sangat
bermakna antara kedua kelompok penelitian
(Tabel 3).

(kuantitas) berkurang terpaut 1-4 jam, efisiensi


tidur di bawah 65%, gangguan ketika tidur
malam kurang lebih dalam rentang 19-27 poin,
tanpa penggunaan obat-obatan tidur, dan
terganggunya aktivitas di siang hari. Sebagian
besar responden menyatakan dan menilai
sendiri bahwa kualitas tidurnya kurang,
dirasakan kesulitan dalam memulai tidur,
mempertahankan tidur yang nyenyak dan
keseringan untuk ke toilet saat tidur serta
merasa tidak segar saat bangun tidur di pagi
hari dengan keadaan masih mengantuk.
Kesulitan memulai tidur lebih dari 30 menit,
lama tidurnya kurang, kesulitan memulai tidur
lebih dari 30 menit, lama tidurnya kurang dari
6 jam. Paling banyak 12 orang responden dari
kedua kelompok penelitian memiliki pola tidur
di siang hari dari jam hingga 1 jam. Proses
menjadi lanjut usia akan membawa perubahan
dalam pola tidur. Menurut Potter & Perry
(2005), perubahan pada pola tidur lansia
disebabkan oleh adanya perubahan sistem saraf
pusat yang mempengaruhi pengaturan tidur.
Kerusakan sensorik, umum dengan penuaan,
dapat mengurangi sensitivitas terhadap waktu
yang mempertahankan irama sirkadian.
Mengenai kebiasaan lansia yang sering
berkemih di malam hari, oleh Moiser et al
(1998) dalam Potter & Perry (2005)

PEMBAHASAN
Pada awal dilakukan pengambilan data
awal untuk menentukan sampel penelitian
diperoleh hasil data bahwa semua responden
dalam penelitian ini mengalami gangguan tidur
dengan rentang kualitas pemenuhan kebutuhan
tidur pada skala kurang hingga sangat kurang.
Responden mengalami gangguan latensi tidur
(kesulitan memulai tidur), lama tidur malam

Tabel 3. Skor pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia sebelum dan setelah diberikan hidroterapi
kaki (footbath) dengan menggunakan minyak esensial lemon (Citrus limonum)
Responden

Skor perkembangan pemenuhan kebutuhan tidur lansia


Perlakuan

Kontrol

Perbedaan
1
2

Pre
14
17

Post
7
5

3
4
5
6
7
8
9
10
11

13
11
10
13
10
10
13
13
12

4
4
4
6
4
6
3
4
4

Perbedaan

-7
-12

Pre
13
13

Post
13
14

0
+1

-9
-7
-6
-7
-6
-4
-10
-9
-8

14
15
15
15
14
14
14
14
14

14
15
12
15
14
13
14
14
14

0
0
-3
0
0
-1
0
0
0

p = 0,03
Wilcoxon Signed Rank Test
p 0, 05

p = 0,564
Wilcoxon Signed Rank Test
p 0, 05

p = 0,000
Mann Whitney Test
0, 05

menegaskan bahwa para lansia mengalami


penurunan kapasitas tampung kandung kemih
(vesica urinary) dan adanya kelemahan pada
otot-otot kandung kemih tersebut. Adanya
perubahan itulah yang menyebabkan banyak
lansia sering terganggu tidurnya dengan
kebiasaan terbangun di malam hari untuk
berkemih.
Peneliti melihat dari hasil wawancara
bahwa gangguan ketika tidur malam yang
terbanyak adalah komponen insomnia dan
kebiasaan bangun pagi terlalu cepat, keluhan
semua responden bangun tengah malam untuk
pergi ke kamar mandi atau akibat kepanasan.
Suhu lingkungan kamar responden memang
terasa hangat karena jendela yang terdapat di
setiap kamar berjumlah 2 buah ditutup sejak
sore hari dan tidak terlihat adanya kipas angin
di semua kamar. Selain kepanasan, responden
sering kali mondar-mandir toilet untuk buang
air kecil walaupun hanya sedikit urine yang
dikeluarkan setiap kali berkemih. Adapun yang
paling banyak mengalami gangguan adalah
responden perempuan dan yang sudah tinggal
selama kurang lebih 5 tahun dan merasa sudah
biasa dengan pola tidur yang seperti demikian
setiap harinya.
Pada penelitian ini responden yang
mengalami gangguan tidur sebagian besar
berusia 66-74 tahun. Carpenito (2000) dalam
Azizah (2011) bahwa efisiensi tidur sesuai
dengan meningkatnya usia.
Jenis kelamin
sangat menentukan kebutuhan tidur seseorang.
Kualitas pemenuhan kebutuhan tidur pada
perempuan kurang ketimbang laki-laki dan
sebagian besar memiliki pola tidur siang. Sama
halnya dalam Potter & Perry (2005) dinyatakan
bahwa
rutinitas
harian
seseorang
mempengaruhi pola tidur. Mengantuk menjadi
patologis ketika mengantuk terjadi pada waktu
individu harus atau ingin tetap terjaga. Pada
malam hari, responden perempuan memiliki
lama tidur kurang dari 6 jam. Pada siang hari
hampir semua lansia perempuan lebih banyak
menghabiskan waktu di dalam kamar dengan
sedikit kegiatan sehingga beberapa diantaranya
memiliki pola tidur siang 30 menit hingga 1
jam. Berbeda dengan laki-laki sebagian tidak
tidur di siang hari, sebagian pula memiliki pola
tidur siang sekitar sejam yang lainnya memiliki
banyak aktifitas pada siang hari. Sedangkan
berhubungan dengan lama tinggal, peneliti
mendapatkan data bahwa kebanyakan lansia
yang mengalami gangguan tidur dengan
kualitas pemenuhan kebutuhan tidur kurang

dan sangat kurang ini berada pada rentang


waktu penyesuaian akhir sekitar 1-5 tahun
sedangkan responden yang tinggal lebih dari 6
tahun memiliki kualitas pemenuhan kebutuhan
tidur yang lebih baik. Sehingga menurut
Gitawati (2007), lansia yang telah tinggal lebih
lama
memiliki
kemampuan
dalam
menyesuaikan diri dengan keadaan panti lebih
baik dibandingkan lansia yang baru saja masuk
sebagai penghuni panti yang baru.
Dampak setelah pemberian hidroterapi
kaki dengan menggunakan minyak esensial
lemon kepada responden pada kelompok
perlakuan selama seminggu atau selama 7 hari
lamanya adalah adanya perubahan yang
bermakna yakni dari responden yang memiliki
kualitas tidur kurang berjumlah 9 orang dan
kualitas tidur sangat kurang 2 orang diperoleh
skor seluruh responden dengan kualitas tidur
baik atau sebesar 11 orang setelah tindakan
hidroterapi kaki. Responden mengalami
penurunan skor dan merasa puas dengan
tidurnya baik dari segi kuantitatif maupun
kualitatif dibuktikan dengan tidur yang lama
dengan mampu memulai tidur lebih awal
setelah diberikan hidroterapi kaki dengan
menggunakan minyak esensial lemon lalu
bangun tidur tidak terlalu pagi yakni sebagian
besar mampu mempertahankan tidurnya
hingga jam 06.00 pagi dan berkurangnya
kebiasaan untuk pergi ke toilet selama tidur
malam. Sedangkan pada kelompok kontrol,
didapatkan tidak ada perubahan yang berarti
dengan jumlah responden dengan kualitas
pemenuhan kebutuhan tidur kurang sebanyak 9
orang dan yang sangat kurang sebesar 2 orang.
Responden kelompok ini mengeluhkan hal
yang sama seperti pada saat dilakukan
wawancara dan pretest awal. Pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan yang bermakna
sehingga dapat diartikan bahwa terjadi
perbaikan kualitas pemenuhan kebutuhan tidur
responden dalam kelompok tersebut. Hal ini
dapat saja terjadi karena masih menurut Potter
& Perry (2005) bahwa banyak faktor yang
dapat mempengaruhi timbulnya gangguan
tidur responden baik dari luar maupun dari
dalam diri lansia dalam hal ini adalah
responden penelitian.
Hasil komponen dalam kuesioner
PSQI yang tidak banyak mengalami perubahan
baik sebelum maupun sesudah diberikan
intervensi dengan pemberian hidroterapi kaki
dengan menggunakan minyak esensial lemon
adalah komponen 6 dan 7 yakni penggunaan

obat-obatan dengan skor tetap kosong pada


saat sebelum dan sesudah tindakan serta
adanya gangguan aktivitas di siang hari yang
mengalami penurunan tidak dari 1 poin ke 0
poin pada saat sesudah intervensi diberikan.
Gangguan aktivitas di siang hari yang
dimaksudkan adalah beberapa permasalahan
yang dimiliki oleh responden selama berada
dan tinggal di Griya, bagaimana efek dari
permasalahan yang dihadapi tersebut serta
jenis masalah yang mampu merangsang
responden untuk secepatnya mengatasinya.
Hasil uji statistik dengan menggunakan
Wilcoxon Sign Rank Test yang dapat dilihat
pada tabel 5.1 diperoleh data peningkatan skor
nilai kualitas pemenuhan kebutuhan tidur
responden pada kelompok perlakuan sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi pemberian
hidroterapi kaki dengan menggunakan minyak
esensial lemon dengan nilai p= 0,03.
Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan
hasil p=0,564, yang menandakan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan pada pretest dan
posttest. Untuk mengetahui perbedaan antara
kelompok perlakuan dan kontrol juga
dilakukan uji statistik Mann Whitney U Test.
Hasil yang diperoleh yaitu sebesar p= 0,000
yang berarti p<<0,05, maka terdapat
perbedaan yang sangat bermakna aatara hasil
pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol, yang berarti ada pengaruh hidroterapi
kaki dengan menggunakan minyak esensial
lemon terhadap pemenuhan kebutuhan tidur
lansia di Griya Usila Santo Yosef Surabaya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Seyyedrasooli (2013) irama suhu kulit
memiliki hubungan fungsional yang sangat
signifikan dengan siklus tidur dan bangun pada
malam hari. Penurunan suhu inti tubuh
sebelum dan selama tidur dihubungkan dengan
dilatasi atau pelebaran dari pembuluhpembuluh darah dan menghasilkan panas dari
pusat tubuh hingga ke pembuluh darah perifer.
Rendaman kaki dengan air panas atau hangat
sebelum tidur dapat meningkatkan suhu tubuh
bagian perifer dan darah tanpa meningkatkan
ataupun menurunkan suhu inti tubuh dan hal
inilah yang mampu meningkatkan kualitas
tidur dan mempermudah onset tidur lansia.
Oleh sebab itu intervensi pemeberian
hidroterapi kaki dengan minyak esensial lemon
ini dilakukan setengah jam sebelum lansia tidur
di malam hari yakni sekitar pukul 19.00-20.00
WIB saat jadwal lansia untuk tidur malam
dimulai.

Dasar utama yang digunakan oleh


peneliti dalam memilih penggunaan air hangat
sebagai bentuk intervensi keperawatan yang
tepat bagi lansia dengan masalah gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur adalah bahwa air
sendiri
memiliki
kemampuan
untuk
mengurangi atau menurunkan ambang nyeri
serta daya apung atau efek hidrostatik serta
hidrodinamiknya
mampu
mengurangi
tekananan pada sendi-sendi tubuh (Goldby &
Scott, 1993). Air memiliki takanan hidrostatik
yang berarti mampu memberikan tekanan ke
segala arah dengan kekuatan yang sama sesuai
dengan kedalaman dan tekanan cairan.
Sedangkan aliran turbulensi dari
efek
hidrodinamik dari air mampu memberikan
tahanan pada tubuh serta efek latihan dapat
menjadi lebih cepat (Sutawijaya, 2010).
Keadaan tenang dan nyaman yang ditimbulkan
inilah yang memberikan dan merangsang rasa
kantuk untuk meningkatkan pemenuhan
kebutuhan tidur lansia.
SIMPULAN DAN SARAN
Sebelum diberikan hidroterapi kaki dengan
menggunakan minyak lemon, pemenuhan
kebutuhan tidur responden dalam kriteria
kurang. Responden memiliki gangguan pada
tidurnya secara subyektif, gangguan latensi
tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur malam,
dan gangguan aktivitas di siang hari. Sesudah
diberikan intervensi berupa pemberian
hidroterapi kaki dengan menggunakan minyak
esensial lemon maka skor nilai kualitas
pemenuhan kebutuhan tidur responden
meningkat menjadi kualitas pemenuhan
kebutuhan tidur baik. Hidroterapi kaki dengan
menggunakan minyak esensial lemon dapat
meningkatkan kualitas pemenuhan kebutuhan
tidur lansia karena dapat meningkatkan rasa
kantuk. Memberikan kesempatan untuk
menenangkan, merelaksasikan responden
dengan efek hidrostatik dan hidrodinamik yang
dimiliki air hangat. Di samping itu juga mampu
mengurangi tekanan pada sendi-sendi kaki dan
mengurangi nyeri sendi kaki serta memberikan
rasa nyaman dengan aroma minyak esensial
lemon yang dihirup dari uap air hangat.
Bagi lansia yang mengalami gangguan
tidur atau kebutuhan tidurnya kurang, perlu
melanjutkan melakukan hidroterapi kaki
dengan menggunakan minyak lemon sebagai
upaya untuk meningkatkan kebutuhan tidurnya

sehingga dapat mencapai derajat kesehatan dan


kualitas hidup yang optimal, bagi sitter/
petugas panti werdha atau praktisi kesehatan
lainnya, dapat memfasilitasi pengadaan sarana
yang dibutuhkan untuk melakukan terapi dan
membantu lansia baik yang masih mampu
beraktifitas maupun yang tidak untuk
melalukan intervensi hidroterapi kaki dengan
menggunakan minyak esensial lemon sebagai
alternatif untuk meningkatkan kebutuhan tidur
lansia, bagi perawat diharapkan agar dapat
memodifikasi intervensi keperawatan yang
sudah ada dalam penatalaksanaan asuhan
keperawatan, sebagai upaya peningkatan
pemenuhan kebutuhan tidur para lansia yang
mengalami gangguan tidur dan terakhir bagi
peneliti
selanjutnya
diharapkan
dapat
melakukan penelitian dengan jumlah sampel
yang lebih banyak, dan dengan minyak
esensial lainnya yang mampu membantu
meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur
lansia serta mampu menilai kepuasan tidur
dengan menggunakan kuesioner yang mampu
menilai Mood lansia demi mendukung hasil
penelitian mengenai kepuasan tidur. Selain itu
juga dapat mengadakan penelitian yang dapat
membandingkan efektivitas antara pemberian
footbath, minyak esensial serta campuran
keduanya bagi masalah pemenuhan kebutuhan
tidur pada lansia.

KEPUSTAKAAN
Agustus, A. 2002. Aromaterapi Cara Sehat
dengan Wewangian Alami. Jakarta:
Penebar Swadaya
Amir, N. 2007. Gangguan Tidur pada Lanjut
Usia,
Diagnosis,
dan
Penatalaksanaan. Cermin Dunia
Kedokteran
Aswar, ddk. 2010. Penyakit di Usia Tua.
Jakarta: EGC
Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia
Edisi I. Yogyakarta : Graha Ilmu
Becker, J, 2007, Terapi Bermutu (Rahasia
Hidup Berkualitas). Purwokerto:
Keluarga Dokter
Benson,

H, 2000, Benson Relaxation,


www//http:dua.org/Ag/ga03/2013.ht
m. Diakses tanggal 10 Oktober
2009.jam 13:00 WIB

Buysse DJ, Reynolds CF 3rd, Monk TH,


Berman SR, Kupfer DJ. The
Pittburgh Sleep Quality Index: a net
instrumen for psychiatric practice
and Research. Psychiatry Res 1989;
28 (2): 193-213
Darmojo, R.B. 2006. Geriatri (Ilmu Kesehatan
Lanjut)Edisi ke-3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Davis, M, 1995, Panduan Relaksasi Dan
Reduksi Stres, Edisi 3, Jakarta: EGC
Depkes RI 2009, Profil Kesehatan Indonesia,
Depertemen Republik Indonesia,
Jakarta.
Efendi & Makhfudli 2009, Keperawatan
Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik
dalam
Keperawatan,
Salemba, Jakarta.
Erfandi,

2008,
Mengkaji
Kebutuhan
Tidur.

Pemenuhan
www//http:

pro_health.com.Diakses tanggal 12
November 2009. Jam 16.00 WIB
Febryansah, 2009, Bahaya-bahaya akibat
kurang
tidur.
www//http://wartawarga.gunadarma.
ac.id/2009/12/bahaya-bahayaakibat-kurang-tidur/Diakses tanggal
12 Januari 2010.jam 14:00 WIB
Ganong, F.W. 2003. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC
Ginanjar, Eka. 2008. Mengenal Penyakit
Rematik,
http://ekginanjar
blogspot.com/2008/08/mengenalpenyakit-rematik.html
Hanun, M. (2011). Mengenal Sebab-Sebab,
Akibat-Akibat, dan Cara Terapi
Insomnia. Jogjakarta: Flash Books
Hidayat, AA 2006, Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan, Salemba Medika,
Jakarta
Hutasoit, AS, 2002, Panduan Aromatherapy
Bagi Pemula, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Hu, et al, 2012, Acute effects of adm footbath
on arterial stifftness in Health Yong
and
folder
women
Capital
Univercity of Physiol Education and
Sport, Department of Kinesiologi,
Canada, no. 112, hal. 1261-1268
Ismayadi, 2004, Asuhan Kpereawatan dengan
Reumatik (Artritis Reumatoid) pada
lansia, Universitas Sumatera Utara
Ismani, N 2001, Etika Keperawatan, Widya
Medika, Jakarta.
Kalat, J. W. (2010). Biopsikologi, Jilid: 2.
Jakarta: Salemba Humanika.
Kaplan, H. I & Sadock, B. J. (2010). Sinopsis
Psikiatri, Jilid 2. Tangerang: Bina
Rupa Aksara

Kurnia, I & Notosoedirdjo, 1998, Aspek


Neuro-Psikiatri: Gangguan TidurInsomnia,
Surabaya: Lab/SMF
Kedokteran Jiwa FK Unair/ RSUD
Dr. Soetomo

characteristic in The eldery,USA,


Journal of Psychosomatic Research,
Pandey, et al, 2011, Alternative therapies
useful in The Management of

Krauchi K, et al, 1999, A Warm Efek Promote


The Rapi Onset Of Sleep

Diabetes:

Lany, E, 2001, Insomnia: Gangguan Sulit


Tidur, Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Technology

Liao WC, Chiu MJ, Landis CA, 2008, A Warm


Footbath Before Bedtime Sleep in
Older Taiwanese With Sleep
Disturbance, Res Nurs Health 31:
514-528

Science no. 3, hal. 504-512

Lumbantobing, SM, 2001, Neurogeriatrik,


Balai Penerbit FK UI, Jakarta
Maryam, Siti, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya, Salemba Medika,
Jakarta

systematic

review,

Department of Pharmacy, Institute of


and

Management,

Gorakhpur, Journal of Pharm Bioall

Potter, PA & Perry, AG, 2005, Fundamental


Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik, Vol 2, edisi 4, EGC, Jakarta
Price, S, 1997, Aromaterapi bagi Profesi
Keperawatan, EGC, Jakarta
Saeki, Y, 2002, The Effect Go Foot-Bath with
or Without The Essential Oil of

Nirmala ,2011, Hidroterapi untuk Problem


Nyeri

Sendi

dan

Stroke,

http://www.kibm.or.id/healthy-

Lavender

on

The

Autonomic

Nervous System: A Randomized


Trial. Complement Ther Med Vol 8,

news/399-hiroterapi-untuk-problem-

on.1, hal. 2-7

nyeri-sendi-dan-stroke.html [diakses
tanggal 04 Oktober 2014 pukul 16.00

Sari, Dhini, 2011, Pengaruh Hidroterapi kaki


dengan

WIB]

Menggunakan

Lavender
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Nugroho, W,2009, Komunikasi dalam

Terhadap

minyak

Pemenuhan

Kebutuhan Tidur pada Lansia di UPT


PSLU Pasuruan, Skripsi Perawat,
Universitas Airlangga, Surabaya

Keperawatan Gerontik, EGC, Jakarta


Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset
Nursalam,

2013,

Pendekatan

Metodologi

Penelitian

Keperawatan,

edisi

3,

Praktis
Ilmu
Salemba

Medika, Jakarta

Keperawatan.

Yogyakarta:

Graha

Ilmu
Seyyedrasooli, Allehe, et al 2013, The effect
of footbath on sleep quality in

Ohayon, MM, 2004, Interaction between sleep


normatif

data

and

sociocultural

elderly:

blinded

randomized

clinical trial, Journal of caring


Science, vol. 2, on.4, hal. 305-311.
Stanhope, M. & Lancaster, J 2004, Community
and public health nursing, 6th
edition, Mosby, USA
Stanley, M & Beare, PG, 2006, Buku Ajar
Keperawatan Gerontik, edisi 2,
EGC, Jakarta
Sung, EJ, 2000, Improve Winter Sleep With
Hot Tube bor Footbath, Journal of
Physiological

Anthropological

Applied Human Science


Suryawanshi, JA, 2011, An Overview of
Citrus aurantium used in treatment
of various disease, Journal of Plant
Science Vol. 5 no. 7, hal. 390-395
Sutawijaya, Bagus, 2010, Bugar & Sehat
dengan Berolahraga dan Proses
Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika
Tamher, S. and Noorkasiani 2009, Kesehatan
Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan, 1st edition,
Salemba Medika, Jakarta.

You might also like