Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama
: Ahmad
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 11 tahun
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Thehok, Jambi
: 4 Oktober 2011
II. Anamnesa
Keluhan Utama :
Timbul bintil-bintil kemerahan dan gatal di badan, wajah, tangan dan kaki
sejak 4 hari.
Keluhan Tambahan :
o
Keadaan Umum
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Kepala
RR : 22 x/menit
T: 38,0 0C
normocephal
hidung : dbn
telinga : dbn
mulut : dbn
Leher
-
Thoraks
-
Abdomen
Genitalia
Status Dermatologis
vesikel
nonhemoragik,
multipel,
papul
eritema,
multipel,
millier
vesikel
nonhemoragik,
multipel,
Regio Zygomatikum
papul
eritema,
multipel,
millier
papul
eritema,
multipel,
millier
vesikel
nonhemoragik,
multipel,
Impetigo vesikobulosa
V. Diagnosa Kerja
VI. Terapi :
Umum :
-
mencegah garukan
Khusus :
Sistemik :
o
-
o
-
VII. Prognosa :
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Pemeriksaan Histologi
Percobaan Tzanck
Cara : membuat sediaan hapus yang diwarnai dengan Giemsa, bahan
diambil dari kerokan dasar vesikel.
Interpretasi : didapatkan sel datia berinti banyak.
BAB II
TEORI
2.1 Definisi Varisela
Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular, disebabkan oleh
Varicella Zooster Virus (VZV), yang menyerang kulit dan mukosa, dan ditandai
dengan adanya vesikel-vesikel.1
2.2 Epidemiologi
Di negara barat kejadian varisela terutama meningkat pada musim dingin
dan awal musim semi, sedangkan di Indonesia virus menyerang pada musim
peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya Namun varisela
dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita
yang tinggal di populasi padat, ataupun menyebar di dalam satu sekolah.2,3
Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 59 tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit
setelah terjadi penularan. Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan,
percikan ludah, terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara
transplasental. Individu dengan zoster juga dapat menyebarkan varisela. Masa
inkubasi 11-21 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar 24 48 jam sebelum
lesi kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari.1,2,3,5
2.3 Patogenesis
Setelah VZV masuk melaui saluran pernapasan atas, atau setelah penderita
berkontak dengan lesi kulit, selama masa inkubasinya terjadi viremia primer.
Infeksi mula-mula terjadi pada selaput lendir saluran pernapasan atas kemudian
menyebar dan terjadi viremia primer. Pada Viremia primer ini virus menyebar
melalui peredaran darah dan system limfa ke hepar, dan berkumpul dalam
monosit/makrofag, disana virus bereplikasi, pada kebanyakan kasus virus dapat
mengatasi pertahanan non-spesifik sehingga terjadi viremia sekunder.
Pada viremia sekunder virus berkumpul di dalam Limfosit T, kemudian virus
menyebar ke kulit dan mukosa dan bereplikasi di epidermis memberi gambaran
sesuai dengan lesi varisela. Permulaan bentuk lesi mungkin infeksi dari kaliper
endotel pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel dermis, folikel kulit dan
glandula sebasea, saat ini timbul demam dan malaise.1,2,3
terdapat badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang
tertutup, jarang pada telapak tangan dan telapak kaki. Penyebarannya
bersifat sentrifugal (dari pusat). Total lesi yang ditemukan dapat mencapai
50-500 buah.
Makula kemudian berubah menjadi papulla, vesikel, pustula, dan
krusta. Erupsi ini disertai rasa gatal. Perubahan ini hanya berlangsung
dalam 8-12 jam, sehingga varisella secara khas dalam perjalanan
penyakitnya didapatkan bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam waktu
yang bersamaan, ini disebut polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan sel
dibawah kulit dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum,
sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam.
Gambaran vesikel khas, bulat, berdinding tipis, tidak umbilicated,
menonjol dari permukaan kulit, dasar eritematous, terlihat seperti tetesan
air mata/embun tear drops. Cairan dalam vesikel kecil mula-mula jernih,
kemudian vesikel berubah menjadi besar dan keruh akibat sebukan sel
radang polimorfonuklear lalu menjadi pustula. Kemudian terjadi absorpsi
dari cairan dan lesi mulai mengering dimulai dari bagian tengah dan
akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu tergantung
pada dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan
dangkal berwarna merah muda, dapat terasa nyeri, kemudian berangsurangsur hilang.
Lesi-lesi pada membran mukosa (hidung, faring, laring, trakea,
saluran cerna, saluran kemih, vagina dan konjungtiva) tidak langsung
membentuk krusta, vesikel-vesikel akan pecah dan membentuk luka yang
terbuka, kemudian sembuh dengan cepat. Karena lesi kulit terbatas terjadi
pada jaringan epidermis dan tidak menembus membran basalis, maka
penyembuhan kira-kira 7-10 hari terjadi tanpa meninggalkan jaringan
parut, walaupun lesi hyper-hipopigmentasi mungkin menetap sampai
beberapa bulan.
Penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi ditandai dengan
demam yang berlanjut dengan suhu badan yang tinggi (39-40,5 0C)
mungkin akan terbentuk jaringan parut.1,2,3
Varisela Pneumonia
Varisela Pneumonia terutama terjadi pada penderita immunokompromis,
dan kehamilan. Ditandai dengan panas tinggi, Batuk, sesak napas,
Reye sindrom
letargi, mual, muntah menetap, anak tampak bingung dan perubahan
sensoris menandakan terjadinya Reye sindrom atau ensefalitis. Reye
sindrom terutama terjadi pada pasien yang menggunakan salisilat,
sehingga pada varisela penggunaan varisela harus dihindari. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan SGOT, SGPT serta
amonia.2,3,4
Ensefalitis
Komplikasi ini tersering karena adanya gangguan imunitas. Dijumpai 1
pada 1000 kasus varisela dan memberikan gejala ataksia serebelar,
biasanya timbul pada hari 3-8 setelah timbulnya ruam. Maguire (1985)
melaporkan 1 kasus pada anak berusia 3 tahun dengan komplikasi
ensefalitis menunjukkan gejala susah tidur, nafsu makan menurun,
hiperaktif, iritabel dan sakit kepala. 19 hari setelah ruam timbul, gerakan
korea atetoid lengan dan tungkai. Penderita meninggal setelah 35 hari
perawatan.1.
2.7 Tatalaksana
Pada anak sehat, varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Lotio
calamine dapat diberikan pada lesi kulit lokal, dan untuk menghilangkan gatal
diberikan
antihistamin.2,3,4
Penggunaan
kortikosteriod
tidak
dianjurkan.4
10
timbulnya ruam terbukti dapat berguna untuk menurunkan panas dan menghambat
timbulnya lesi varisela. Pada pasien dengan immunosupresi, asiklovir telah
menunjukaan efisiensi dalam menurunkan kejadian diseminata. Terapi dengan
asiklovir harus dimulai pada 3 hari setelah onset zoster. VZ terlihat kurang
suseptibel dengan pengobatan asiklovir.
Pemberian asiklovir tidak dianjurkan untuk anak-anak berusia dibawah 12
tahun. Dosis asiklovir, dosis dewasa 800 mg 5x/hari tiap 4 jam selama 7 hari, pada
anak >6 tahun 800 mg 4x/hari selama 5 hari, < 6tahun 200-400 mg 4x/hari selama
5 hari.2,3,4,6 Dosis parenteral ini terutama diberikan pada anak immunokompromis
yang terkena herpes zoster. Asiklovir oral dengan dosis 80 mg/BB/hari dibagi
dalam 4 dosis, terbaik digunakan 1-2 hari sebelum timbulnya ruam kulit.
Asiklovir oral umumnya digunakan untuk anak-anak dengan status imun yang
baik. Selain itu Valacylovir 500 mg setiap 8 jam dan Famciclovir 1 gr/hr dalam 3
dosis termasuk golongan antiviral yang lebih baik absorpsinya.6
2.8 Prognosis
Prognosis bonam.1,2,3,4 Prognosis sangat bergantung pada penatalaksanaan
pertama dan fasilitas perawatan yang tersedia, maka mortalitas sangat bervariasi
antara 1-50%. Jaringan parut yang timbul dapat diperbaiki dengan tindakan
dermabrasi atau pemberian collagen impalant.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini, pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan timbul
bintil-bintil kemerahan dan gatal di badan, wajah, tangan dan kaki sejak 4 hari.
Bintil kemerahan sudah timbul 1 hari sebelumnya, tetapi hanya timbul satu di
bawah leher, pasien mengeluhkan nafsu makan berkurang, lemas, rasa tidak enak
di tenggorokkan dan nyeri kepala serta demam. Bintil-bintil kemerahan makin
bertambah banyak, menyebar ke wajah, tangan dan kaki, dan lama-kelamaan
seperti gelembung berisi cairan, yang dirasakan semakin gatal, yang menyebabkan
pasien sering menggaruk-garuk sehingga beberapa dari gelembung tersebut pecah
sehingga berbentuk keropeng merah kehitaman yang terdapat di wajah dan
tangan.
Pasien membenarkan jika ada beberapa teman sekelasnya yang menderita
sakit yang sama seperti pasien. Pasien menyangkal adanya nyeri tulang dan sendi,
menggigil (-), batuk (-), pilek (-) dan muntah-muntah (-) selama demam
berlangsung. Menurut ibu pasien, suhu tubuh pasien saat diukur tidak terlalu
tinggi yaitu berkisar 37,5-380C, tetapi demam sepanjang hari yang dirasakan
sampai dengan sekarang, dan suhu tubuh tidak pernah normal selama 5 hari
terakhir ini.
Dari anamnesis diatas, onset timbulnya penyakit bersifat akut yaitu sejak 5
hari yang diikuti dengan timbulnya ruam pada kulit yaitu papul eritem dan
12
13
ditemukan bula pada daerah predeleksinya, sedangkan pada kasus ini pada badan,
wajah, tangan dan kaki dijumpai papul eritem dan vesikel.
Terapi varicela bersifat simptomatik, dengan antipiretik dan analgesik, untuk
menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedativa.2 Lokal diberikan bedak
ditambah dengan antigatal (mentol, kamfora) untuk mencegah pecahnya vesikel.
Jika terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik berupa salap atau oral.
Hindari menggaruk untuk mencegah luka. Pada anak, kuku mestinya dipangkas
atau bisa juga dengan menggunakan sarung tangan saat tidur untuk mengurangi
garukan. Obat anti VZV yang lazim diberikan adalah asiklovir, baik untuk
mengobati varisela maupun herpes zoster. Asiklovir yang diberikan 1-2 hari
setelah timbulnya ruam terbukti dapat berguna untuk menurunkan panas dan
menghambat timbulnya lesi varisela.
Pasien pada laporan kasus ini, mendapatkan terapi umum dan khusus. Terapi
khusus berupa pengobatan secara sistemik dengan pemberian antiviral (acyclovir
tab 800mg 4x 1 selama 5 hari), analgetik antipiretik (paracetamol tab 250 mg 3x1
selama 5 hari) dan imunostimulan (imulan syrup 3x1 hari 1 sdt). Sedangkan
pengobatan topikal dengan pemberian lotion calamine sebagai antipruritic,
antiseptik (mencegah timbulnya infeksi akibat garukan).
Prognosis bonam pada pasien ini, jika penatalaksanaan adekuat dan efektif
serta tersedianya fasilitas perawatan, sehingga jaringan parut yang timbul dapat
dicegah dan dikurangi.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Penyakit Kulit Akibat Infeksi Virus. Editor : Djuanda Adhi
Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-4. Balai Penerbit FK
UI.2006. Hal 106-109.
2. Lichenstein R. Pediatric Chicken Pox or Varicella. 2002. (diakses 10
Oktober 2011) (online). Diunduh dari : http://www.emedicine.com.
3. Metha P.M. Varicella, Dept of Pediatrics, Division of Infectious Disease
Lousiana State University and New Orleand Hospital. 2005. (diakses 10
Oktober 2011) (online). Diunduh dari : http://www.emedicine.com.
4. Fisher, R.G and Edward K.N. Varicella Zoster, Pediatric In Renew. 19:6267. 2005. (diakses 10 Oktober 2011) (online).
Diunduh dari : http://www.freeonlinejorurnalcom.
5. Siregar R.S. Saripati Penyakit Kulit, Atlas Berwarna. EGC. 2000
6. Wilmana Freddy. Antivirus dan Interferon. Editor : Ganiswarna G.
Sulistia. Dalam : Farmakologi dan Terapi. Edisi Ke-4. Balai Penerbit FK
UI.2003. Hal 616-621.
15