Professional Documents
Culture Documents
PERTEMUAN 13 - Pajak Internasional
PERTEMUAN 13 - Pajak Internasional
Capital Export Neutrality (Netralitas Pasar Domestik): Kemanapun kita berinvestasi, beban
pajak yang dibayar haruslah sama. Sehingga tidak ada bedanya bila kita
berinvestasi di dalam atau luar negeri. Maka jangan sampai bila berinvestasi di
luar negeri, beban pajaknya lebih besar karena menanggung pajak dari dua
negara. Hal ini akan melandasi UU PPh Psl 24 yang mengatur kredit pajak luar
2.
negeri.
Capital Import Neutrality (Netralitas Pasar Internasional): Darimanapun investasi berasal,
dikenakan pajak yang sama. Sehingga baik investor dari dalam negeri atau luar
negeri akan dikenakan tarif pajak yang sama bila berinvestasi di suatu negara. Hal
ini melandasi hak pemajakan yang sama denagn Wajib Pajak Dalam Negeri
(WPDN) terhadap permanent establishment (PE) atau Badan Usaha Tetap (BUT)
yang dapat berupa cabang perusahaan ataupun kegiatan jasa yang melewati time-
3.
Specific Anti Avoidance Rule (SAAR), yaitu ketentuan anti penghindaran pajak
atas transaksi seperti (i) transfer pricing, (ii) thin capitalization, (iii) treaty
2.
menangkal praktik unacceptable tax avoidance atau aggressive tax planning yang dilakukan
oleh Wajib Pajak. Hal ini disebabkan karena tax planning yang dilakukan oleh Wajib Pajak
tidak lagi bersifat defensive tax planning lagi tetapi sudah semakin offensive yaitu dengan
membuat suatu transaksi semu yang pada dasarnya tidak ada tujuan bisnisnya atau membuat
suatu entitas usaha di negara-negara yang dikategorikan sebagai tax haven country. Di
Australia, skema-skema yang dapat dikategorikan sebagai aggressive tax planning oleh
Australian Taxation Office (ATO) adalah sebagai berikut:
1.
Transaksi yang dibuat semata-mata untuk tujuan menghindari pajak. Dengan kata
lain transaksi tersebut tidak mempunyai tujuan bisnis, kalaupun ada tujuan
2.
3.
4.
5.
6.
Internal (domestic)
Internasional
Dalam kedua kelompok tersebut terdapat pajak berganda vertical, horizontal dan
diagonal (terutama dalam Negara yang berbentuk federal). Definisi lain Perjanjian
penghindaran pajak berganda adalah perjanjian antara dua negara bilateral yang mengatur
pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh penduduk oleh
salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (Both Constacting State). Atau
perjanjian perpajakan antara dua negara yang dibuat dalam rangka meminimalisir pemajakan
berganda dan berbagai usaha penghindaran pajak. Perjanjian ini digunakan oleh penduduk
dua negara untuk menentukan aspek perpajakan yang timbul dari suatu transaksi di antara
mereka. Penentuan aspek perpajakan tersebut dilakukan berdasarkan klausul-klausul yang
terdapat dalam tax treaty yang bersangkutan sesuai jenis transaksi yang sedang dihadapi.
Setiap tax treaty mempunyai prinsip-prinsip dasar yang kurang lebih sama, sebagai
bagian dari konvensi internasional di mana setiap negara yang terlibat dalam suatu tax treaty
menyusun treaty-nya masing-masing berdasarkan model-model perjanjian yang diakui secara
internasional. Di dunia ini, ada dua model treaty yang sering dijadikan acuan dalam
menyusun suatu treaty yaitu model OECD dan model PBB.
Memahami treaty yang berlaku antara suatu negara dengan negara lainnya, bisa dimulai
dengan memahami prinsip-prinsip dasar tersebut. Dalam kenyataannya, memahami suatu tax
treaty tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bahasa yang digunakan, jumlah
klausul yang cukup banyak, pemahaman seseorang tentang dasar-dasar perpajakan dan
6
berbagai sebab lainnya merupakan hal yang dapat mempengaruhi kesulitan tersebut. Dengan
memahami prinsip-prinsip dasar dan prinsip umum yang berlaku dalam suatu treaty,
seseorang akan menjadi lebih mudah memahami suatu treaty yang secara spesifik berlaku
untuk negara tertentu.
Sebagai suatu perjanjian, sebuah treaty adalah kontrak yang mengikat suatu negara
dengan negara lain dalam hal perlakuan perpajakan. Oleh sebab itu, di dalamnya selalu berisi
klausul-klausul, pasal-pasal dan ayat-ayat yang berkaitan dengan suatu aspek transaksi dan
pihak tertentu tertentu. Pasal-pasal atau ayat-ayat (article atau artikel) yang terdapat dalam
sebuah tax treaty pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi empat bagian besar yaitu
bagian yang mengungkapkan cakupan tax treaty, bagian yang mengatur minimalisasi
pengenaan pajak berganda, bagian tentang pencegahan penghindaran pajak dan bagian yang
mencakup hal-hal lainnya.
Semua bagian itu cenderung lebih mudah dipahami dari pada berbagai definisi, istilah
dan pengertian yang sering disebutkan dalam suatu tax treaty. Berbagai definisi, istilah dan
pengertian inilah yang menjadi lebih penting untuk dipahami setiap pihak khususnya
berkaitan dengan kepentingan dalam praktek bisnis sehari-hari. Disamping tujuan utama
seperti disebutkan diatas P3B juga mempunyai tujuan khusus lainnya yaitu :
a.
b.
dapat
dipastikan
pendudukan
atau
warga
negara
asing
akan
e.
5. Transfer pricing.
Kegiatan ini adalah mentransfer laba dari dalam negeri ke perusahaan dengan hubungan
istimewa di negara lain yang tarif pajaknya lebih rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan
membayar harga penjualan yang lebih rendah dari harga pasar, membiayakan biaya-biaya
lebih besar daripada harga yang wajar, thin capitalization (memperbesar utang dengan beban
bunga untuk mengurangi laba).
Misalnya: tarif pajak di Indonesia 28%, di Singapura 25%. PT A punya anak
perusahaan B Ltd di Singapura, maka laba di PT A dapat digeser ke B Ltd yang tarifnya lbh
kecil dengan cara B LTd meminjamkan uang dengan bunga yang besar, sehingga laba PT A
berkurang, memang pendapatan B Ltd bertambah namun tarif pajaknya lebih kecil. Hal bisa
juga dilakukan dengan PT A menjual rugi (mark down) barang dan jasa (harga jual di bawah
ongkos produksinya) ke B Ltd. Di Indonesia, transfer pricing dicegah dalam UU PPh pasal 18
dimana pihak fiskus berhak mengkoreksi harga transaksi, penghitungan utang sebagai modal
dan DER (Debt Equity Ratio).
SUMBER
http://sophiaririnkali.blogspot.com/2013/05/konsep-dasar-pajak-internasional.html
10