Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASMA BRONKHIAL
1. DEFINISI
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak
sel dan elemennya.
Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa
mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam hari
atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang
luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
(Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia, 2004). Asma adalah suatu
kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
napas yang
menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di
dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel
baik dengan atau tanpa pengobatan (Keputusan menteri kesehatan republik
indonesia nomor 1023/menkes/sk/xi/2008).
Secara khas, sebagian besar serangan berlangsung singkat selama
beberapa menit hingga beberapa jam setelah itu, pasien tampak mengalami
kesembuhan klinik yang total. Namun demikian, ada suatu fase ketika pasien
mengalami obstruksi jalan napas dengan derajat tertentu setiap harinya. Fase ini
dapat ringan dengan atau tanpa disertai episode yang berat atau yang lebih serius
lagi, dengan obstruksi hebat yang berlangsung selama berhari-hari atau
berminggu-minggu. Keadaan semacam ini dikenal sebagai status asmatikus. Pada
beberapa keadaan yang jarang ditemui, serangan asma yang akut dapat
berakhir dengan kematian.
2. FAKTOR-FAKTOR PENCETUS
a. Infeksi virus
Infesi virus merupakan faktor pencetus yang panting untuktimbulnya serangan
asma. Hal ini disebabkan oleh kerusakansel mukosa atau seeara tidak langsung
sebagai akibat berbagairekasi karena terlepasnya mediator kimia.
b. Alergen makanan
Pada anak yang agak besar serangan asma jarang sekalidiecetuskan oleh alergen
makanan. Alergen makanan sebagaifaktor peneetus hanya penting pada masa
bayi. Sensitivitasterhadap makanan seringkali menghilang dengan bertambahnya
umur.
c. Alergen hirup
Tungau debu rumah yang terdapat dalam debu rumahmerupakan alergen hidup
yang terpenting. Penghindarannyaagak sulit oleh karena perlu usaha yang terus
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. (Tanjung, 2003)
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktorfaktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. (Tanjung, 2003)
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest. (Tanjung, 2003)
4. GEJALA KLINIS
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase
inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi
mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang kumat-kumatan. Pada
beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan
sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat
atau tiba-tiba menjadi lebih berat. (Medicafarma,2008) Wheezing terutama
terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat atau
lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan
atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak
terdengar sama sekali. Batuk hamper selalu ada, bahkan seringkali diikuti dengan
dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka keluhan sesak akan
semakin berat. (Medicafarma,2008) Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita
lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan
memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga pada pasien dengan Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas
adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan irama pernapasan.
Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu pernapasan ikut
aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan
diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit
iii.
iv.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.Kadang pada darah terdapat
peningkatan dari SGOT dan LDH.Hiponatremia dan kadar leukosit kadangkadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu
infeksi.Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
(Medicafarma,2008)
b. Uji faal paru
Berguna
untuk
menilai
asma
meliputi
diagnosis
dan
penatalaksanaannya. Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai :
Derajat obstruksi bronkus
Menilai hasil provokasi bronkus
dosis besar baik oral maupun parenteral, tanpa perlu tapering off. Obat pilihan
hidrocortison dan dexamethason (Medlinux,2008)
d. Ekspektoran.
Adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan
menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus diencerkan
dandikeluarkan. Sebaiknya jangan memberikan ekspektoran yang
mengandung antihistamin, sedian yang ada di Puskesmas adalah Obat
Batuk Hitam (OBH), Obat Batuk Putih (OBP), Glicseril guaiakolat (GG)
(Medlinux,2008)
e. Antibiotik
Hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh
rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang
meninggi. (Medlinux,2008)
DAFTAR PUSTAKA
Konsep baru penatalaksanaan Asma Bronkial pada anak E.M. Dadi Suyoko Sub Bagian
Alergi - Imunologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
IndonesiaRurnah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Medicafarma. (2008, Mei 7). Asma Bronkiale. Diakses 24 September 2012 dari
Medicafarma: http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/asma-bronkiale.html
Medlinux. (2008, Juli 18). Penatalaksanaan Asma Bronkial. Diakses 24 September 2012
dari Medicine and Linux: http://medlinux.blogspot.com/2008/07/penatalaksanaanasma-bronkial.html
Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma. Diakses 24
September 2012 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Depkes RI:
http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ASMA.pdf
Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 24 September 2012 dari
USU digital library: http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf
A. DAFTAR MASALAH
1. Anamnesis : sesak nafas terutama saat beraktifitas, batuk bertambah saat
malam hari (nokturnal)
2. Pemeriksaan fisik :pada kulit terdapat allergic shiners, hidung terdapat nafas
cuping hidung, pada dada terdapat retraksi suprasternal, pada paru terdapat
retraksi suprasternal dan intercosta, auskultasi didapatkan suara tambahan
yaitu ronki basah kasar di kedua lapang paru, dan wheezing
3. Pemeriksaan penunjang : leukositosis, hitung jenis terdapat kesan bergeser ke
kiri = infeksi akut
B. DIAGNOSA SEMENTARA
Asma bronkial kronik episodik jarang dengan serangan derajat sedang
Dasar diagnosis :
- Asma Bronkial menurut PNAA 2006 :
1. Pada anamnesis didapatkan sesak nafas terutama saat beraktifitas, batuk
bertambah saat malam hari (nokturnal)
2. Dari pemeriksaan fisik didapatkan gejalaallergic shiners, hidung terdapat nafas
cuping hidung, pada dada terdapat retraksi suprasternal, pada paru terdapat
retraksi suprasternal dan intercosta, auskultasi didapatkan suara tambahan yaitu
ronki basah kasar di kedua lapang paru, dan wheezing
- Asma kronik episodik jarang (asma ringan) menurut PNAA 2006 :
1. Frekuensi serangan < 1x/bulan
2. Lama serangan <1 minggu
3. Diantara serangan tanpa gejala
4. Tidur dan aktifitas tidak terganggu
5. Pemeriksaan fisik diluar serangan normal atau tidak ada kelainan
- Serangan derajat sedang menurut GINA 2006:
1. Posisi lebih suka duduk
2. Bicara penggal kalimat
3. Tidak ada sianosis
4. Retraksi sedang, ditambah retraksi suprasternal
5. Frekuensi nafas takipnea
C. DIAGNOSIS DEFFERENSIAL
1.
Bronkopnemonia
2.
Tb paru
3.
Bronkhitis
4.
Bronkiolitis
Dasar diagnosis :
1. Bronkopnemonia :
Anamnesis :sesak nafas, batuk, mengi, gelisah atau rewel, sering disertai
demam, kadang-kadang disertai gangguan intestinal seperti mual, muntah dan
nyeri abdomen, kadang-kadang disertai nyeri kapala.
Pemeriksaan fisik : takipneu, napas cuping hidung, retraksi dinding dada, dan
sianosis, pada auskultasi didapatkansuara napas menurun, ronkhi basah halus
di kedua lapang paru, tidak ada Wheezing, pada perkusi didapatkan suara
redup, vokal fremitus menurun
Pemeriksaan penunjang : foto rontgen thorak proyeksi posterior-anterior
didapatkan gambaran sugestif Bronkopneumonia
2. Tuberkulosis :
Score Tb
Parameter
0
1
2
3
Laporan
Kontak TB
Tidak jelas
keluarga(BTA /tidak BTA +
jelas)
+ (10mm,
Uji
0.5
mm
negatif
tuberkulin
dalamkeadaa
n anergi)
Klinis gizi buruk
BB/keadaan
BB/TB<90%
BB/TB<70%
gizi
BB/umur<80%
BB/umur<60%
Demam yang
tidak
2 minggu
diketahui
penyebabnya
Batuk kronis 3 minggu
Pembesaran
1 cm, jumlah > 1
kelenjar
dan tidak nyeri
getah bening
Pembengkak
ada
an tulang
Normal atau
Gambaran sugesrif
Foto thorak
tidak
ada
TB
kelainan
Scor minimal 6 sudah didiagnosa Tuberkulosis
3. Bronkhitis
:
Anamnesis : pilek, batuk ringan, demam, sesak
Pemeriksaan fisik : napas cuping hidung, nafas cepat, retraksi dinding dada,
danwheezing
Pemeriksaan penunjang : hasil pemeriksaan radiologis didapatkan peningkatan
corakan bronkial
4. Bronkiolitis
Sering pada anak usia < 2 tahun
Anamnesis : rinorea ringan (meler), batuk, demamtidak tinggi
Pemeriksaan fisik : setelah 1-2 hari ditemukan gejala napas cepat (frekuensi
napas 50-60x/menit), denyut nadi meningkat retraksi dada, serta terdengar
ronki dan wheezing di seluruh permukaan paru
Pemeriksaan penunjang : didapatkan gambaran normal, penebalan
peribronkhial, atelektasis, kolaps segmental, atau hiperinflasi
D. INITIAL PLANS
: S: IPDx
O:
1. Uji kulit atau pemeriksaan IgE spesifik untuk menentukan faktor
resiko atau pencetus asma
2. foto thorakproyeksi Anterior-Posterior untuk melihat adanya
pembesaran paru, pada asma didapatkan gambaran kosta lebih datar
dari pada interkosta
3. uji fungsi paru : dengan pengukuran sederhana, yaitu peak expiratory
flow rate (PEFR) atau arus puncak ekspirasi (APE), pulse oxymetry,
spirometri, sampai pengukuran yang komplek yaitu muscle strength
testing, volume paru absolut, serta kapasitas difusi untuk
mengevaluasi satu atau lebih aspek fungsi paru, yaitu : volume paru,
fungsi jalan napas, dan/atau pertukaran gas
- Menurut PNAA 2004, untuk mendukung diagnosa Asma anak
dipakai batasan sebagai berikut :
Variabilitas PEF atau FEV1 15 % (penilaian variabilitas
sebaiknya dilakukan dengan mengukur selama 2 minggu)
Kenaikan PEF atau FEV1 15 % setelah pemberian inhalasi
bronkodilator
Penurunan PEF atau FEV1 20 % setelah provokasi
bronkus
4. uji provokasi bronkus : mentolin, histamin latihan/olahraga, udara
kering dan dingin, atau dengan salin hipertonik untuk menilai
hiperreaktifitas bronkus. Apabila hasilnya negatif, maka dapat
menyingkirkan diagnosis asma persisten, sedangkan hasil positif
tidak selalu berarti bahwa pasien tersebut memiliki asma. Hal ini
dikarenakan hiperreaktifitas saluran napas juga terdapat pad apasien
rinitis alergi, fibrosis kistik, bronkiektaksis, dan penyakit paru
obstruktif menahun
5. pengukuran petanda inflamasi saluran napas non-invasif,
pemeriksaan dilakukan dengan cara memeriksa eosinofil sputum,
baik yang spontan maupun yang diinduksi dengan garam hipertonik
6. analisis gas darah = dilakukan bila bertambah parah atau serangan
derajat berat merupakan baku emas untuk menilai parameter
pertukaran gas dan dapat dijumpai adanya peningkatan pCO2 dan
rendahnya pO2 (hipoksemia)
IP Tx
IP Mx
IP Ex
Pertimbangan pemeriksaan :
1. Foto Ro toraks dan sinus
2. Uji fungsi paru
3. Uji
respons
terhadap
bronkodilator
4. Uji provokasi bronkus
5. Uji keringat
6. Uji imunologi
7. Pemeriksaan motilitas silia
8. Pem refluks gastroesofagus
Tidak berhasil
Berikan bronkodilator
Tidak mendukung
diagnosis lain
Mendukung
diagnosis lain
Bukan asma