You are on page 1of 14

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) FISIKA

MATERI ALAT OPTIK TERINTEGRASI KARAKTER


MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC
Artikel
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika

oleh :
Bagus Purwo Nugroho
4201410014

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2014

PENGESAHAN

Artikel yang berjudul


Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Fisika Materi Alat Optik Terintegrasi
Karakter Menggunakan Pendekatan Scientific
disusun oleh:
Bagus Purwo Nugroho
4201410014
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 1
September 2014

Dosen Pembimbing

Dra. Dwi Yulianti, M.Si.


NIP. 19600722198403 2 001

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) FISIKA


MATERI ALAT OPTIK TERINTEGRASI KARAKTER
MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC
Bagus Purwo Nugroho & Dwi Yulianti
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
Semarang, Indonesia
Email: nugrohobagus92@gmail.com
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan produk LKS yang terintegrasi karakter dan
menggunakan pendekatan scientific, mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif dan
perkembangan karakter siswa setelah menggunakan LKS. Karakter yang dikembangkan
adalah jujur, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, komunikatif, dan tanggungjawab. Penelitian
pengembangan ini menggunakan quasi experimental design dengan bentuk non-equivalent
control group design. Prosedur penelitian meliputi: (1) pendahuluan, (2) merancang produk,
dan (3) pengembangan produk. LKS diuji kelayakan dan keterbacaan dengan menggunakan
angket kelayakan serta tes rumpang. Hasil uji kelayakan menunjukkan bahwa LKS layak
digunakan sebagai panduan pembelajaran fisika. Hasil uji keterbacaan menunjukkan bahwa
LKS mudah dipahami. LKS dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Siswa yang
mendapatkan pembelajaran berpanduan LKS mengalami peningkatan pemahaman konsep
yang lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa menggunakan
LKS. LKS juga dapat mengembangkan karakter jujur, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu,
komunikatif, dan tanggungjawab.
Kata Kunci: pengembangan, LKS, alat-alat optik, karakter, pendekatan scientific.
Abstract
The study aimed to get a product that is integrated character worksheet and using scientific
approach, determine the increase in cognitive achievement and character development of
students after using the Worksheet. The characters are developed are honest, discipline,
creative, curiosity communicative, and responsibility. The development research using
quasi-experimental design with a form of non-equivalent control group design. Research
procedures include: (1) introduction, (2) designing products, and (3) product development.
Worksheet tested the feasibility and readability by using questionnaires and cloze test.
Feasibility test results showed that the worksheet is feasible to use as a guide the learning
of physics. Readability test results indicate that worksheet is easy to understand. Worksheet
can increase students' cognitive learning result. Students who get a guided learning
worksheet to increase understanding of the concept of a higher than students who had
learning without the use of worksheet. Worksheet can also develop character honest,
discipline, creative, curiosity communicative, and responsibility.
Keywords: development, worksheets, character, scientific approach.

PENDAHULUAN
Hasil survei yang dilakukan UNESCO pada tahun 2012 menyatakan bahwa
indeks perkembangan pendidikan Indonesia berada pada posisi ke-64, dibandingkan
Qatar (55) dan Mongolia (45). Untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia,
pemerintah mengeluarkan Permendikbud No.54 tahun 2013 sebagai upaya

menyempurnakan standar kompetensi lulusan (SKL) 2006 menjadi SKL 2013 atau
lebih dikenal kurikulum 2013. Sesuai dengan standar kompetensi lulusan (SKL) 2013,
pembelajaran pada kurikulum 2013 mencakup pengembangan ranah kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan
pendidikan. Untuk mewujudkan tercapainya ketiga ranah kompetensi tersebut,
diterapkan sebuah pendekatan pada pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan
dengan jenjang pendidikan. Untuk jenjang pendidikan SD-MI menggunakan
pendekatan tematik terpadu, SMP-MTs menggunakan pendekatan trans-disciplinarity,
sedangkan SMA-MA, diterapkan pendekatan pembelajaran yang berbasis sains atau
pendekatan scientific (Permendikbud, 2013).
Pendekatan scientific dalam pembelajaran meliputi menggali informasi melalui
pengamatan, bertanya, melakukan percobaan, mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta. Hasil penelitian Fauziah et al. (2013), menyatakan bahwa tahap-tahap
pendekatan scientific dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan temuannya,
sehingga berdampak positif terhadap kemampuannya. Kegiatan ilmiah tersebut
dilaksanakan untuk semua mata pelajaran, tak terkecuali mata pelajaran fisika.
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam. Sesuai dengan
Permendikbud No.69 tahun 2013, salah satu materi fisika yang diajarkan pada tingkat
pendidikan menengah atas (SMA-MA) adalah alat optik. Untuk memahami peralatan
optik, sebaiknya siswa diajak untuk melakukan percobaan/praktikum. Namun saat ini
banyak guru fisika masih menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi
alat optik. Sehingga siswa kesulitan mengilustrasikan materi yang disampaikan guru.
Salah satu upaya yaitu menggunakan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif
dalam memahami dan melakukan kegiatan langsung mengenai materi alat optik.
Berdasarkan Permendikbud No.87 tahun 2013 perangkat pembelajaran yang
komprehensif mencakup rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar,
media pembelajaran, evaluasi, dan lembar kerja siswa (LKS). LKS merupakan lembar
kegiatan bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk
mempermudah pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. Lebih dari itu,
Permendikbud No.64 tahun 2013 menekankan pengembangan sikap rasa ingin tahu,
jujur, tanggung jawab, logis, kritis, analitis, dan kreatif melalui pembelajaran fisika.
Hasil penelitian Amelia et al. (2013) menunjukkan bahwa penggunaan LKS mata
pelajaran fisika dengan mengintegrasikan pendidikan karakter efektif digunakan dalam
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan karakter siswa. Sedangkan

menurut penelitian Astuti et al. (2013), LKS hasil pengembangan memberikan alternatif
strategi pembelajaran yang inovatif, konstruktif, dan berpusat pada siswa, dengan
memfokuskan pada tercapainya kompetensi yang diharapkan.
Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kemendikbud telah melakukan program pencanangan pendidikan karakter secara
nasional pada tanggal 2 Mei 2010. Salah satu program utama untuk meningkatkan
mutu proses dan output pendidikan adalah integrasi pendidikan karakter di semua
mata pelajaran. Berdasarkan Permendikbud No.69 tahun 2013 tentang kurikulum
SMA-MA, pendididkan karakter diintegrasikan pada semua materi pelajaran fisika
SMA-MA. Hasil penelitian Raharjo (2010), menyimpulkan bahwa pendidikan karakter
dapat mempengaruhi akhlak mulia peserta didik. Menurut Musyarofah et al. (2013)
pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA disimpulkan dapat
menumbuhkan kebiasaan bersikap ilmiah pada siswa.
METODE
Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIIA SMA Negeri 1 Cilacap. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development)
dengan prosedur sebagai berikut:
Tahap Define

Melakukan obeservasi dan menganalisis penggunaan


LKS di kelas X SMA berdasarkan kurikulum 2013.

Tahap Design

Membuat LKS fisika materi alat optik terintegrasi


karakter menggunakan pendekatan scientific beserta
perangkat pembelajaranan lainnya.
Validasi pakar
Uji Coba Skala Kecil
1. Uji Kelayakan LKS Fisika
2. Uji Keterbacaan LKS Fisika
Revisi LKS Fisika

Tahap
Development

Validasi pakar
Melakukan uji coba LKS fisika pada kelas X MIA
SMA N 1 Cilacap
Melakukan Analisis Data
Pelaporan
Gambar 1. Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dokumentasi, tes tertulis dan
angket. Tes tertulis terdiri dari tes rumpang untuk menguji keterbacaan LKS, serta pilihan
ganda untuk menguji hasil belajar kognitif siswa yang telah melalui uji validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya beda. Angket digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS
dan perkembangan karakter siswa menggunakan skala Likert.
Data awal dianalisis melalui normalitas dan homogenitas untuk menentukan sampel.
Analisis kelayakan, keterbacaan dan karakter dihitung dengan mencari persentase.
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa diuji dengan uji gain dan t-test. Pengembangan
karakter siswa dianalisis dengan uji gain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Susunan LKS
Produk yang dikembangkan adalah lembar kegiatan siswa (LKS) fisika materi alat-alat
optik untuk kelas X MIA SMA semester genap. LKS ini disusun berdasarkan kurikulum 2013,
yang mengamanatkan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific. Selain itu, LKS ini
juga mengintegrasikan pendidikan karakter (character building) bagi peserta didik. Nilai
karakter yang diintegrasikan antara lain jujur, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, bersahabat /
komunikatif, dan tanggung jawab. LKS memiliki beberapa bagian yang meliputi pendahuluan,
isi, penutup. Bagian pendahuluan terdapat judul, petunjuk penggunaan LKS, kompetensi
dasar yang harus dicapai, tujuan pembelajaran, dan indikator perkembangan karakter siswa.
Selanjutnya pada bagisan isi, LKS memiliki empat sub isi yaitu: (1) LKS 9.1 Mata dan
Kacamata; (2) LKS 9.2 Kamera dan Lup; dan (3) LKS 9.3 Mikroskop; dan (4) LKS 9.4
Teropong. Setiap sub isi LKS memiliki tujuan pembelajaran, ringkasan materi, dan aktivitas
terbimbing yang disesuaikan dengan pendekatan scientific. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Prastowo (2012: 208), LKS terdiri atas enam unsur utama meliputi judul, petunjuk
belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, dan tugas atau langkah
kerja. Bagian penutup berisi daftar pustaka.
LKS disusun menggunakan pendekatan scientific. Langkah-langkah pendekatan
scientific yang ada dalam LKS adalah mengamati, menanya, mencoba, menganalisis, dan
menyimpulkan. Melalui aktivitas dalam LKS, siswa diajak untuk mengamati peristiwa yang
berkaitan langsung dengan alat-alat optik. Siswa diharapkan mampu mengajukan pertanyaan
mengenai peristiwa yang diamati. Rancangan praktikum sederhana disajikan dengan tujuan
agar siswa terlibat dalam penemuan pengetahuan baru. Berdasarkan data atau informasi
yang diperoleh siswa dari kegiatan praktikum, siswa dibimbing agar mampu menganalisis dan
menyajikan data. Selanjutnya siswa menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dan
mempresentasikan hasilnya di kelas.

Nilai karakter diintegrasikan melalui aktivitas dalam LKS dan dilakukan berulang-ulang.
Pendidikan karakter dilakukan terus-menerus dan berkelanjutan hingga menjadi suatu
kebiasaan bagi siswa. Integrasi karakter dalam LKS disisipkan dalam kalimat ajakan dan
instruksi yang disesuaikan dengan indikator masing-masing nilai. Kalimat tersebut dicetak
tebal dan berwarna untuk memberikan penekanan dan menarik perhatian siswa. Karakter
yang diintegrasikan dalam LKS adalah jujur, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, bersahabat /
komunikatif, dan tanggungjawab.
Hasil Uji Kelayakan
Berdasarkan analisis data, diperoleh persentase kelayakan sebesar 86,78%, artinya
LKS berada dalam kriteria sangat layak. Kelayakan LKS ditinjau dari aspek kelayakan isi,
penyajian, dan kebahasaan. Hasil uji kelayakan ketiga aspek disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Analisis Kelayakan LKS

Aspek Kelayakan
Isi
Penyajian
Kebahasaan
Total Persentase

Persentase (%)
88,53
86,82
85,00
86,78

Kriteria
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak

Aspek kelayakan isi terdiri dari kesesuaian materi, keakuratan materi, materi
pendukung pembelajaran, keterkaitan komponen utama pendekatan

scientific dan

pengintegrasian karakter. Aspek kelayakan penyajian terdiri dari teknik penyajian, penyajian
pembelajaran, dan kelengkapan penyajian. Konsep materi secara ringkas disajikan dahulu
sebelum siswa diajak untuk melakukan kegiatan menemukan konsep yang lebih rumit. Bahasa
yang digunakan dalam LKS adalah bahasa Indonesia sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Susunan kalimat dalam LKS memperhatikan struktur SPO/SPOK.
Bahasa yang digunakan dalam LKS disusun dengan jelas agar mudah dipahami dan
menggunakan istilah yang konsisten.
Hasil Uji Keterbacaan
Untuk mengetahui tingkat keterbacaan, LKS diujikan pada 10 siswa yang
mendapatkan pembelajaran fisika materi alat optik menggunakan LKS. Siswa diarahkan untuk
mengisi bagian rumpang dari teks materi alat optik. Berdasarkan analisis data, diperoleh
persentase sebesar 84,29% yang artinya LKS berada dalam kriteria mudah dipahami. Kalimatkalimat yang disusun dalam LKS adalah kalimat yang sederhana namun memperhatikan
struktur SPO/SPOK, sehingga mudah dipahami. Menurut Yulianti (2010: 11), media visual
yang dibuat hendaknya menggunakan kalimat sederhana tetapi bermakna.

Hasil Uji Keefektifan dari Segi Hasil Belajar Kognitif Siswa


Hasil posttest kedua kelas diuji perbedaan dua rata-rata dan menunjukkan bahwa
kelas ekperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil posttest siswa disajikan pada Tabel 2
dan Gambar 2 berikut.
Tabel 2 Perbandingan Rata-rata Posttest
Kelas
Kontrol

Rata-rata Posttest
76,32

Kelas
Eksperimen

Rata-rata Posttest
81,18

Perbandingan Rata-rata Posttest

100
80

81.18

76.32

60
40
20
0
Eksperimen

Kontrol

Gambar 2 Perbandingan Rata-rata Posttest


Besar peningkatan pemahaman konsep fisika di kelas eksperimen dianalisis
menggunakan uji gain. Hasil belajar kognitif siswa disajikan pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.2
sebagai berikut.
Tabel 3 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa
Kelas
Eksperimen

Rata-rata Pretest
61,91

Rata-rata Posttest
81,18

Kriteria Peningkatan
Sedang

Rata-Rata Hasil Belajar


90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

81.18
61.91

Post Test

Pre Test

Gambar 3 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Siswa


Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa kelas kontrol yang mendapatkan

pembelajaran tanpa LKS. Pemahaman konsep siswa meningkat setelah mendapatkan


pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yildirim et al. (2011)
yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran
menggunakan LKS lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa LKS.
Hasil penelitian Mustofa et al. (2013) juga menunjukkan bahwa penggunaan LKS dalam
pembelajaran sains dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil pretest dan posttest pada
kelas eksperimen diperoleh faktor gain sebesar 0,506. Berdasarkan hasil tersebut maka
peningkatan pemahaman konsep fisika materi alat optik berada dalam kriteria sedang.
Hasil Uji Keefektifan dari Segi Perkembangan Karakter Siswa
Karakter yang diintegrasikan dalam LKS adalah rasa ingin tahu, jujur, disiplin, kreatif,
rasa ingin tahu, komunikatif dan tanggungjawab. Pengambilan data perkembangan karakter
melalui dua cara yaitu angket dan observasi. Observasi karakter dilakukan karena angket tidak
selalu mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut Azwar (2013: 96), meskipun pernyataan
sikap yang diperoleh dari suatu skala sikap merupakan indikator yang paling dapat diandalkan,
namun tidaklah berarti bahwa skala sikap selalu dapat dipercaya sepenuhnya dan dapat
dengan jitu mencerminkan sikap yang sesungguhnya. Observasi karakter siswa dilakukan
langsung oleh tiga observer yang merupakan mahasiswa.
Hasil perkembangan karakter siswa disajikan pada Tabel 4, Gambar 4, dan Tabel 5
sebagai berikut.
Tabel 4 Rata-rata Perkembangan Karakter Siswa Melalui Angket
Sebelum

Kriteria
Mulai
Berkembang
Mulai
Berkembang

Setelah

Jujur

76,74%

Disiplin

74,77%

Kreatif

61,11%

Mulai Terlihat

63,02%

Rasa Ingin
Tahu

69,91%

Membudaya

72,57%

Komunikatif
Tanggungjawab

70,83%
77,87%

Mulai
Berkembang
Mulai
Berkembang

81,94%
78,82%

75,26%
87,85%

Kriteria
Membudaya
Mulai
Berkembang
Mulai
B`erkembang
Mulai
Berkembang
Mulai
Berkembang
Membudaya

Gain
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang

Perkembangan Karakter
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%

Sebelum

Sesudah

Gambar 4 Perkembangan Karakter Sebelum dan Sesudah Diberikan LKS


Tabel 5 Perkembangan Karakter Siswa Melalui Observasi
Karakter Yang Dikembangkan
Jujur
Disiplin
Kreatif
Rasa Ingin Tahu
Komunikatif
Tanggung jawab

Persentase
97,78%
81,11%
56,67%
81,11%
77,78%
88,89%

Kriteria
Membudaya
Mulai Berkembang
Mulai Terlihat
Mulai Berkembang
Mulai Berkembang
Membudaya

Berdasarkan data yang diperoleh, persentase karakter awal yang tertanam dalam diri
siswa sebesar 71,39% dan berada dalam kriteria mulai berkembang. Mulai berkembangnya
karakter sebelum pemberian LKS dipengaruhi berbagai macam faktor, baik intern siswa
maupun ekstern. Salah satu faktor ekstern yaitu siswa telah mendapatkan pendidikan karakter
dari guru dan orang tua. Menurut Azwar (2013: 30-38), faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap
penting, media massa, institusi atau lembaga, agama, serta emosi dalam diri individu.
Setelah melakukan pembelajaran menggunakan LKS, terdapat perkembangan
karakter jujur dalam diri siswa. Persentase perkembangan karakter jujur mengalami
peningkatan. Setelah melakukan pembelajaran memakai LKS, karakter jujur siswa masuk
dalam kategori membudaya. Hasil observasi juga mendapatkan hal yang sama, yaitu
perkembangan karakter jujur masuk dalam kategori membudaya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa LKS dapat mengembangkan karakter jujur siswa. Hasil penelitian Musyarofah et al.
(2013) menunjukkan pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA dapat
menumbuhkan kebiasaan bersikap jujur. Untuk mengembangkan karakter jujur, kegiatan
dalam LKS mengajak siswa untuk percaya pada kemampuan diri dan tidak mencontek hasil

kerja kelompok lain. Kegiatan dalam LKS juga mengharuskan siswa untuk melaporkan hasil
praktikum secara jujur.
Kegiatan dalam LKS juga terintegrasi nilai kedisiplinan. Persentase perkembangan
nilai karakter disiplin siswa mengalami peningkatan walaupun masih dalam kategori yang
sama. Hasil observasi juga menunjukkan hal yang sama, yaitu karakter disiplin siswa berada
dalam kriteria mulai berkembang. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa LKS dapat
mengembangkan karakter disiplin siswa. Hasil penelitian Sari et al. (2013) menunjukkan
pembelajaran berbasis karakter dan konservasi efektif untuk pembentukan karakter disiplin
siswa. Untuk mengembangkan karakter disiplin, siswa diharuskan menaati prosedur kerja
laboratorium dan prosedur pengamatan masalah. Ketika melakukan kegiatan dalam LKS,
siswa wajib mematuhi jadwal belajar yang telah ditetapkan.
Setelah melakukan pembelajaran memakai LKS, karakter kreatif siswa masuk dalam
kategori mulai berkembang. Namun hasil observasi menunjukkan hal yang berbeda, yaitu
karakter kreatif siswa masih berada dalam kriteria mulai terlihat. Hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa LKS belum dapat mengembangkan karakter kreatif dengan maksimal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kurang maksimalnya integrasi karakter kreatif pada
LKS. Yaitu kebijakan guru fisika pada kelas eksperimen untuk tidak melakukan praktikum
membuat skema teropong Keppler. Padahal membuat skema teropong Keppler sengat
memicu kreativitas siswa. Menurut Azwar (2013: 30-38), faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap
penting, media massa, institusi atau lembaga, agama, serta emosi dalam diri individu. Untuk
mengembangkan karakter kreatif, siswa diharuskan menggambar skema semenarik mungkin.
Selain itu siswa juga diajak untuk membuat skema teropong Keppler.
Persentase perkembangan karakter rasa ingin tahu mengalami peningkatan, walaupun
masih tetap berada dalam kriteria mulai berkembang. Hasil observasi juga menunjukkan
bahwa karakter rasa ingin tahu siswa berada dalam kriteria mulai berkembang. Berdasarkan
dua hal tersebut, maka dapat disimpulkan LKS terintegrasi karakter dapat mengembangkan
nilai karakter rasa ingin tahu siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Windarsih (2011)
menunjukkan hasil, bahwa pembelajaran berbasis karakter dapat meningkatkan karakter rasa
ingin tahu. Untuk membangkan rasa ingin tahu, siswa diajak untuk aktif bertanya pada ahli
atau guru, membaca, mencari informasi dari segala sumber baik buku, internet, maupun
lingkungan. Kegiatan dalam LKS juga mengajak siswa untuk mengamati fenomena yang
berkaitan dengan materi pelajaran.
Kegiatan LKS mengintegrasikan nilai karakter komunikatif. Terdapat peningkatan
persentase perkembangan karakter komunikatif walaupun masih dalam kategori yang sama,
yaitu mulai berkembang. Hasil observasi juga menunjukkan hal yang sama. Hasil analisis

tersebut menunjukkan bahwa LKS dapat mengembangkan karakter komunikatif siswa. Hasil
penelitian Bestari et al. (2014) menunjukkan pembelajaran fisika terintegrasi karakter dapat
meningkatkan karakter komunikatif. Untuk mengembangkan karakter komunikatif, siswa
diajak untuk mengkomunikasikan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Siswa juga diajak untuk
memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas.
Selain lima karakter diatas, LKS juga dapat membangun tanggungjawab dalam diri
siswa. Persentase perkembangan karakter tanggungjawab mengalami peningkatan. Setelah
melakukan pembelajaran memakai LKS, karakter tanggungjawab siswa masuk dalam kategori
membudaya. Hasil observasi juga mendapatkan hal yang sama, yaitu perkembangan karakter
tanggungjawab masuk dalam kategori membudaya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS
dapat mengembangkan karakter tanggungjawab siswa. Hasil penelitian yang dilakukan
Musyarofah et al. (2013) menunjukkan pengintegrasian pendidikan karakter dalam
pembelajaran IPA dapat menumbuhkan kebiasaan bersikap tanggungjawab. Untuk
mengembangkan karakter tanggungjawab, kegiatan dalam LKS mengajak siswa melakukan
kegiatan diskusi dan praktikum dengan sungguh-sungguh.
Secara umum, persentase perkembangan karakter siswa mengalami peningkatan, artinya
LKS mampu mengembangkan karakter siswa, khususnya karakter jujur, disiplin, kreatif, rasa
ingin tahu, komunikatif, dan tanggungjawab. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Musyarofah et al. (2013) pengintegrasian pendidikan karakter dalam
pembelajaran IPA disimpulkan dapat menumbuhkan kebiasaan bersikap ilmiah yaitu tanggung
jawab, jujur, kerjasama, ingin tahu, dan kreatif. Peningkatan persentase perkembagan
karakter siswa juga dianalisis menggunakan uji gain. Namun tidak ada peningkatan
persentase perkembangan karakter yang berada pada kriteria tinggi. Hal ini dikarenakan untuk
menumbuhkan karakter siswa, diperlukan proses yang sangat panjang dan berkelanjutan.
Karakter siswa tidak terbentuk instan hanya dengan menggunakan LKS, tetapi dibentuk
melalui pembelajaran yang terintegrasi karakter secara terus menerus dan berkelanjutan. Hal
tersebut sesuai dengan pandangan Kemendiknas (2010: 11-14), ada beberapa prinsip dalam
pengembangan

pendidikan

karakter,

salah

satunya

adalah

berkelanjutan,

artinya

pengembangan nilai - nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang,
dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.
SIMPULAN
Produk penelitian adalah LKS fisika materi alat optik terintegrasi karakter
menggunakan pendekatan scientific untuk kelas X MIIA SMA semester genap. Materi LKS
adalah alat optik mata, kacamata, kamera, lup, mikroskop, dan teropong. Hasil uji kelayakan
yang ditinjau dari aspek kelayakan isi, penyajian, dan kebahasaan menunjukkan persentase
kelayakan sebesar 86,78% yang artinya bahwa LKS sangat layak digunakan sebagai panduan

pembelajaran fisika. Hasil uji keterbacaan menunjukkan persentase sebesar 84,29% yang
artinya LKS berada dalam kriteria mudah dipahami. LKS dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa. Pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa
kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran tanpa LKS. LKS dapat mengembangkan
karakter siswa, khususnya karakter jujur, disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, bersahabat /
komunikatif, dan tanggung jawab
SARAN
Komunikasi dengan guru kelas harus baik agar tidak terjadi kesalahpahaman saat
pengambilan data maupun ketika pembelajaran menggunakan LKS. Guru hendaknya
menganjurkan siswa untuk mempelajari materi berikutnya terlebih dahulu sebelum diajarkan
di sekolah. Himbauan pada tiap indikator karakter hendaknya lebih ditekankan dan dilakukan
secara berulang-ulang agar pengintegrasian karakter berhasil diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, O.T., Yurnetti, & Asrizal. 2013. Pembuatan LKS Fisika Berbasis ICT dengan
Mengintegrasikan Nilai Pendidikan Karakter Kelas X Semester 2. Pillar of Physics
Education, vol. 2, 89-96. Tersedia di http://ejournal.unp.ac.id [diakses 14-1-2014].
Astuti & Setiawan. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan
Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Kooperatif Pada materi kalor. Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia, 2(1): 89-94. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii
[diakses 7-1-2014].
Azwar, S. 1995. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bestari, D., D. Yulianti, & P. Dwijananti. 2014. Pembelajaran Fisika Menggunakan Sea
Berbantuan Games Untuk Mengembangkan Karakter Siswa SMP. Unnes Physics
Education Journal, 3(1). Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej.
Fauziah, R., A.G. Abdullah, & D.L. Hakim. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar
Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Journal Of Vocational Technology
Education, 9(2): 165-178.
Hussain, A., M. Azeem., & A. Shakoor. 2011. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs
Traditional Lecture. International Journal of Humanities and Social Science, 1(19):269276.
Halomoan, M._____. Kajian Terhadap Pengembangan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Bangsa Di Satuan Pendidikan. Tersedia di http://sumut.kemenag.go.id/ [diakses 7-12014].
Mugiono, S. 2001. Perbandingan Prestasi Belajar antara Siswa yang Menggunakan LKS
Fisika Terbitan Depdikbud dengan Siswa yang Menggunakan LKS Fisika Rancangan
Guru. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

Musyarofah, N. Hindarto, & Mosik. 2013. Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam


Pembelajaran IPA Guna Menumbuhkan Kebiasaan Bersikap Ilmiah. Unnes Physics
Education Journal, 2(2). Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej.
Nagl, M.G., Dusanka Z. Obadovic, & Mirjana Segedinac. 2012. Effective Teaching of Physics
and Scientific Method. TEM Journal, 1(2):85-89.
Permendikbud no.54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Permendikbud no.64 tahun 2013 tentang Standar Isi
Permendikbud no.65 tahun 2013 tentang Standar Proses.
Permendikbud no.69 tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar & Struktur Kurikulum SMA-MA.
Permendikbud no.81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
Permendikbud no.87 tahun 2013 tentang Layanan Hukum dan Organisasi
Raharjo, S.B. 2010. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia: Balitbang
Kemendiknas di Jakarta. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 3: 229-238.
Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan (Edisi 3). Translated by Diana Angelica, 2009.
Jakarta : Salemba Humanika.
Sari, Y.K., Sri Mulyani E.S., & Saiful Ridlo. 2013. Efektivitas Penerapan Metode Quantum
Teaching Pada Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Berbasis Karakter Dan
Konservasi. Unnes Journal of Biology Education, 2(2). Tersedia di
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujeb.
UNESCO. 2012. The Education for All Development
http://unesco.org/new/en/education [diakses 10-1-2014].

Index.

Tersedia

di

UU Republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Widodo, A. T. 1993. Tingkat Keterbacaan Teks: Suatu Evaluasi Terhadap Buku Teks Ilmu
Kimia Kelas 1 SMA. Disertasi. Jakarta: IKIP Jakarta.
Yildirim, N., Sevil Kurt, & Alipasa Ayas. 2011 . The Effect Of The Worksheets On Students
Achievement In Chemical Equilibrium. Journal of Turkish Science Education, 8(3):44-

58.

You might also like