You are on page 1of 21

TUGAS KMB 1

Ca. LARING

OLEH :
1.

NI MADE ARI SUYASTINI

2.

I GEDE ARNAWA

12E 10779
12E

10782
3.NI PUTU ARY KRISNAYANTI
10785

12E

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


2013
LAPORAN PENDAHULUAN
Ca. LARING
I. KONSEP DASAR TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi Laring
Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas yang bagian atas. Bentuk
laring seperti limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar dari bagian bawah.
Laring merupakan struktur kompleks yang telah berevolusi yang menyatukan trakea dan
bronkus dengan faring sebagai jalur aerodigestif umum. Laring dibentuk oleh kartilago,
ligamentum, otot dan membrana mukosa. Terletak di sebelah ventral faring. Berada di
sebelah kaudal dari os hyoideum dan lingua, berhubungan langsung dengan trakea. Di bagian
ventral ditutupi oleh kulit dan fasia, di kiri kanan linea mediana terdapat otot-otot infra
hyoideus. Posisi laring dipengaruhi oleh gerakan kepala, deglutisi, dan fonasi. Secara umum,
laring dibagi menjadi tiga: supraglotis, glotis dan subglotis. Supraglotis terdiri dari epiglotis,
plika ariepiglotis, kartilago aritenoid, plika vestibular (pita suara palsu) dan ventrikel
laringeal. Glotis terdiri dari pita suara atau plika vokalis. Daerah subglotik memanjang dari
permukaan bawah pita suara hingga kartilago krikoid. Ukuran, lokasi, konfigurasi, dan
konsistensi struktur laringeal, unik pada neonatus. Batas atas laring adalah aditus laring,
sedangkan batas bawahnya adalah batas kaudal kartilago krikoid. Laring membentang dari
laryngoesophageal junction dan menghubungkan faring (pharynx) dengan trachea. Laring
terletak setinggi Vertebrae Cervical IV VI.Laring pada bayi normal terletak lebih tinggi
pada leher dibandingkan orang dewasa. Laring bayi juga lebih lunak, kurang kaku dan lebih
dapat ditekan oleh tekanan jalan nafas. Pada bayi laring terletak setinggi C2 hingga C4,
sedangkan pada orang dewasa hingga C6. Ukuran laring neonatus kira-kira 7 mm
anteroposterior, dan membuka sekitar 4 mm ke arah lateral.

Stuktur penyangga Laring


Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang yaitu tulang hyoid dan beberapa
tulang rawan.

Tulang hyoid

Tulang hioid merupakan tulang yang berbentuk seperti huruf U. Terletak di antara
laring dan mandibula. Hioid berfungsi sebagai tempat melekatnya beberapa otot
mulut dan lidah. Jumlah tulang hioid hanya 1 pada setiap manusia.

Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus dibagian belakang dan
prosesus brevis bagian depan.

Tulang hioid dapat dipalpasi atau diraba di leher depan dan lewat mulut pada
dinding faring lateral. Pada permukaan atas tulang hioid dihubungkan dengan
lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendon dan otot-otot. Sewaktu menelan
kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik keatas, sedangkan bila
laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan menggerakan
lidah.

Tulang rawan (kartilago)


o

Tulang rawan yang menyusun laring adalah : kartilago epiglotis, kartilago tiroid,
kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis
dan kartilago tritisea.

Kartilago krikoid (Cartilago cricoidea)


Merupakan kartilago yang berbentuk cincin utuh, terletak di belakang
kartilago tiroid dan merupakan tulang rawan paling bawah dari laring.
Kartilago ini mempunyai arcus anterior yang sempit dan lamina posterior
yang lebar. Pada bagian lateral nya ada facies articularis sirkular yang
akan bersendi dengan cornu inferior kartilago tiroid. Sedangkan di bagian
atasnya terdapat facies articularis yang akan bersendi dengan basis
kartilago

aritenoid.

Di

setiap

sisi

tulang

rawan

krikoid

melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di


bagian belakang melekat otot krikoaritenoid posterior.

Kartilago tiroid (Cartilago thyroidea)


Kartilago tiroid dihubungkan dengan kartilago krikoid oleh ligamentum
krikotyroid. Merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua
lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang.
Kartilago tiroid terletak di bagian proksimal kelenjar tiroid, biasanya di
sebut dengan jakun. Biasanya berukuran lebih besar dan lebih menonjol
pada laki-laki akibat hormon yang di ekskresi saat pubertas..

Kartilago epiglotis
Epiglotis atau kartilago epiglotis adalah katub kartilago elastis yang
merupakan lipatan tulang rawan berbentuk daun dan menonjol keatas
dibelakang dasar lidah yang melekat pada tepian anterior kartilago tiroid.
Kartilago ini merupakan kartilago yang paling atas pada laring, yang
keseluruhannya di lapisi oleh membran mukosa. Epiglotis adalah tulang
rawan yang berfungsi sebagai katup pada pita suara (laring) dan tabung
udara (trakea), yang akan menutup selama proses menelan berlangsung.
Pada saat menelan, epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring yaitu
menutup dan mengangkat jakun keatas untuk mencegah masuknya
makanan dan cairan, sehingga tidak mengganggu pernapasan kita karena
masuknya makanan atau cairan tersebut. Epiglotis akan terus terbuka
ketika kita bernapas.

Kartilago aritenoid (Cartilago arytenoidea)


Merupakan Kartilago kecil yang terdiri dari dua buah dan berbentuk
pyramid yang terletak di belakang dari laring pada pinggir atas lamina
kartilago krikoid. Kartilago aritenoid membentuk persendian dengan
kartilgo krikoid disebut artikulasi krikoaritenoid, sehingga dapat terjadi
gerakan meluncur dari medial ke lateral dan rotasi. Kartilago

aritenoid bertanggung jawab terutama untuk membuka dan menutupnya


laring.

Kartilago kornikulata (Cartilago corniculata)


Kartilago kornikulata melekat pada bagian ujung kartilago aritenoid dan
kartilago ini berjumlah dua buah (sepasang). Dua buah kartilago ini
bersendi dengan apex cartilaginis arytenoidea dan merupakan tempat lekat
plica

aryepiglottica

sehingga

menyebabkan

pinggir

atas

plica

aryepiglottica dextra et sinistra agak meninggi.

Kartilago kuneiformis (Cartilago cuneiformis)


Merupakan kartilago kecil yang berjumlah sepasang dan berbentuk batang
yang terdapat di dalam plica aryepiglottica yang berfungsi untuk
menyokong plica tersebut. Kartilago ini berlokasi di lateral dan superior
dari kartilago kornikulata yaitu di dalam plica aryepiglottica dan
merupakan potongan memanjang dari kartilago elastis kecil berwarna
kuning.

FISIOLOGI LARING
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta fonasi.
1.

Proteksi
o

Laring melindungi paru-paru dari benda asing (aspirasi) , fungsi epiglotis, pita
ventricular, pita suara asli, refleks batuk.

Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing
masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara
bersamaan. Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring
ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago
aritenoid

bergerak ke

depan akibat

kontraksi

otot

tiroaritenoid

dan

otot aritenoid.selanjutnya otot ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter. Penutupan

rimaglotis terjadi karena adduksi plika vokalis. Kartilago aritenoid kiri dan kanan
mendekat karena aduksi otot-otot ekstrinsik.
o

Selain itu, dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea
dapat dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang
berasal dari paru dapat dikeluarkan.

Bertindak seperti sfingter, laring mencegah berbagai macam benda yang masuk
kecuali udara ke dalam paru . menutup laringeal inlet,menutup glotis,
menghentikan respirasi saat menelan, refleks batuk(mengeluarkan sekret dan
benda asing)

2.

Fungsi Pernapasan
o

Pembukaan glotis, yang merupakan bagian sempit dari laring, mencegah udara
terhembus sejak awal dari paru-paru selama ekspirasi, sebuah tekanan balik
dibuat untuk membantu mencegah alveoli dari kolaps seutuhnya.

Fungsi respirasi dari laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rimaglotis. Bila
m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis
kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rimaglotis terbuka (abduksi).

Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-bronkital


akan dapat mempengaruhi sirkulasi dalam tubuh. Dengan demikian laring
berfungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi darah.

Respirasi diatur oleh dilatasi otot aktif pembukaan laring, membantu dalam
mengatur pertukaran gas dalam paru-paru dan pemeliharaan keseimbangan asambasa.

3.

Fungsi Fonasi
o

Fonasi adalah produksi suara dari bergetarnya pita suara.

Produksi suara, fungsi pita suara asli (artikulasi, atau membentuk suara kedalam
pidato, merupakan fungsi dari langit-langit, lidah, bibir, dan mandibula).

Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta
menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh
peregangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid
akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago

aritenoid. Pada saat yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan


atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan
yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya, kontraksi m.krikoaritenoid akan
mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plikavokalis akan mengendur.
Kontraksi serta mengendurnya plika vokalis akan menentukan tinggi rendah nya
nada.
4.

Fungsi menelan
o

Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme,yaitu


gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis dan mendorong
bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk ke dalam laring.

5.

Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi.

A. DEFINISI
1. Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya , sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal , cepat, dan tidak
terkendali
2. Carcinoma adalah pertumbuhan ganas yang berasal dari sel epitel atau pertumbuhan
jaringan yang abnormal (Kamus Keperawatan Edisi 17 Sre Itichlitt)
3. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengan
dung pita suara. Laring terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari
kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
kedalam trachea dibawahnya.
4. Ca. laring adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan epitel yang menggangu jaringan
suara yang terletak diantara larynx atau di ujung prixsimal trachea. (Kamus Kedokteran .
Dr. Heidra T. Kaksman)
5. Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang meliputi bagian supraglotik, glotis,
dan subglotis. (Suddart and Brunner)
B. ETIOLOGI
Pada Carcinoma laring etiologinya tidak diketahui dengan pasti, namun memiliki
beberapa faktor resikodiantaranya :
a.Merokok
b.Debu serbuk kayu
c. Kimia toksi

d.Alkohol
e. Polusi industri
C. MANIFESTASI KLINIS
a. Suara serak dalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah
glotis karena tumor mengganggu kerja pita suara selama berbicara .Suara mungkin parau
yang puncaknya suara rendah.
b. Nyeri dan rasa terbakar saat minum air hangat atau minum jus jerik adalh tanda dini
kanker subglotis atau supra glottis
c. Teraba massa di belakang leher
d. Batuk yang kadang kadang dengan reak yang bercampur darah dikarenakan adanya
ulserai pada tumor tersebut
e. Disfagia, kesulitan bernafas dan nafas bau merupakan gejala tahap lanjut.
f. Pembesaran nodus limfa servikal ,penurunan berat badan dan status kelelahan umum dan
nyeri yang menjalar ke telinga dapat terjadi bersama metastase.
D. PATOFISIOLOGI
Paling dini adalah berupa suara parau atau serak kronik, tidak sembuh-sembuh walaupun
penderita sudah menjalani pengobatan pada daerah glotis dan subglotis. Tidak seperti suara
serak laringitis, tidak disertai oleh gejala sistemik seperti demam.Rasa tidak enak
ditenggorok, seperti ada sesuatu yang tersangkut. Pada fase lanjut dapat disertai rasa sakit
untuk menelan atau berbicara.Sesak napas terjadi bila rima glotis tertutup atau hampir
tertutup tumor 80%. Sesak napas tidak timbul mendadak tetapi perlahan-lahan. Karena itu
penderita dapat beradaptasi, sehingga baru merasakan sesak bila tumor sudah besar
(terlambat berobat). Stridor terjadi akibat sumbatan jalan napas. Bila sudah dijumpai
pembesaran kelenjar berarti tumor sudah masuk dalam stadium lanjut. Bahkan kadangkadang tumornya dapat teraba, menyebabkan pembengkakan laring.Bila tumor laring
mengadakan perluasan ke arah faring akan timbul gejala disfagia, rasa sakit bila menelan dan
penjalaran rasa sakit kearah telinga.Apabila dijumpai kasus dengan jelas diatas, khususnya
dengan keluhan suara parau lebih dari dua minggu yang dengan pengobatan tidak sembuh,
diderita orang dewasa atau tua, sebaiknya penderita segera dirujuk.
E. KLASIFIKASI
TUMOR GANAS LARING
SUPRAGLOTIS
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih baik).
T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan glotis masih bisa
bergerak (tidak terfiksir).

T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid bagian
belakang, dinding medial daari sinus piriformis, dan arah ke rongga pre epiglotis.
T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada leher
atau sudah merusak tulang rawan tiroid.
GLOTIS
Tis Karsinoma insitu.
T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,
atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak
atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.
SUBGLOTIS
Tis karsinoma insitu
T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.
T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.
T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar laring atau
kedua-duanya.
Penjalaran ke kelenjar limfa (N)
Nx Kelenjaar limfa tidak teraba
N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba
N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm homolateral.
N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3 - 6 cm.
N2a Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter labih dari3 cm tapi tiak lebih daari 6 cm.
N2b Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.
N2c Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih daaari 6 cm.
N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.
METASTASIS JAUH (M)
Mx Tidak terdapat/terdeteksi.

M0 Tidak ada metastasis jauh.


M1 Terdapat metastasis jauh.
STAGING (STADIUM)
ST1 T1 N0 M0
STII T2 N0 M0
STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
STIV T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M3
F. KOMPLIKASI
Berdasarkan pada data pengkajian. potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk
1. Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
2. Hemoragi
3. Infeksi
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor.
b. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru.
c. CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pred.

epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.


Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang terbanyak

adalah karsinoma sel skuamosa


e. Pemeriksaan hematologi yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel- sel tumor pada
peredaran darah dengan sendi mental dan setri fugis darah
f. Laringografi yaitu dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan
nodul limfe
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignansi. Pengobatan
pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi dilakukan untuk
menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan dengan gigi diatasi,
jika mungkin sebelum dilakukan pembedahan. Jika pembedahan akan dilakukan, tim yang
terdiri atas multidisiplin ilmu mengevaluasi kebutuhan pasien dan keluarga untuk
mengembangkan suatu rencana keperawatan yang berhasil.
a.

Terapi Radiasi

Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien
yang hanyamengalami 1 pita suara yang ssakit dan normalnya dapat digerakan(bergerak
saat fonasi), selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
mungkinmengalami kondritis (inflamasi cartilage) atau stenosis. Terapi radiasi juga dapat
digunakan secara praoperatif untuk mengurangi ukuran tumor.
b. Radioterapi
sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa
pembesaran kelenjar leher. Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu
pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan
keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta dapat
dipertahankannya suara yang normal.
c. Laringektomi
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar
limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar
leher.Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra dan
subglotik.Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya satu diantara
tiga penderita akan sembuh sempurna.
Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
1. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita suara dan
trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah
sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
2. Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu
benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan setengah
kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan parau setelah
pembedahan.
3. Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara
yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau
tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan peroral
meningkat.
4. Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring,
memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan
otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang ( stoma )

WOC
Faktor predisposisi inhalasi zat karsinogen dari: merokok, bahaya industry, dan polusi udara.
Perubahan epitel termasuk metaplasia
sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
rasa sakit untuk menelan atau berbicara

Perubahan nutrisi :
Kurang dari
kebutuhan tubuh

Glotis menutup
Terjadi proses peradangan
Di area tengorokan membengkak

Ketidakefek
tifan pola
nafas nafas
Nyeri
a

Ansietas

II. KONSEP DASAR ASKEP


A. Pengkajian
a. Anamnesa
1. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien yang menyebabkan gangguan pada tenggorokan.
2. Kehuhan klien
Tanyakan pada klien apa saja yang dikeluhkan sebelum dan sesudah terjadinya Ca
Laring.

3. Riwayat penyakit terdahulu


Tanyakan pada klien tentang riwayat penyakit terdahulu apakah pernah
mengalami gangguan pada tenggorokan.
4. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada klien apakah ada anggota keluarganya yang ernah mengalami Ca
Laring

a) Kajian persepsi kesehatan- pemeliharaan kesehatan


1) Kebiasaan merokok
2) Lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat
3) Selalu sering menggunakan pita suara atau terlalu sering bernyanyi.
b) Kaji pola nutrisi metabolik
1) Sulit menelan
2) Mudah tersedak
3) Sakit tenggorokan yang menetap.
c) Kaji pola eliminasi
1) Tidak bisa BAB dengan Normal
2) Sulit BAK
d) Kaji Pola aktivitas dan latihan
Tidak dapat mengeluarkan suara yang normal pada saat sedang menyanyi
e) Kaji pola tidur dan istirahat
1) Tidak dapat tidur dengan nyenyak atau sulit tidur.
2) Sering mengalami mimpi buruk

f) Kaji pola persepsi kognitif


1) Tidak dapat melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan suara.
2) Tidak ada nafsu makan, mual-mual, badan terasa lemah.
g) Kaji pola peran dan hubungan sesama.
1) Tidak ada masalah dengan alat kelamin
2) Tidak ada penyimpangan seksualitas.
h) Kaji pola reproduksi seksualitas
1) Tidak ada masalah dengan alat kelamin
2) Tidak ada penyimpangan seksualitas.
i) Kaji pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Perasaan cemas dan bingung karena penyakitnya belum sembuh.
2) Perasaan takut tidak bisa bersuara lagi/ bisu.
j) Kaji pola persepsi dan pola diri
1) Perasaan takut kehilangan suara.
2) Perasaan malu/ menarik diri.
k) Kaji pola sistem kepercayaan
1) Tidak ada masalah dengan kepercayaan
2) Selalu berdoa dan memintan kepada Tuhan agar penyakitnya dapat disembuhkan
B. Analisa Data
1. Data Subjektif

Pasien mengeluh nyeri pada tenggorokannya


Pasien mengatakan napsu makannya berkurang

Pasien mengatakan dirinya lemas


Pasien mengatakan kesulitan dalam menelan makanan
Pasien mengatakan serak

2. Data Obyektif
Pasien tampak kurus

Pasien tampak gelisah


Pasien tampak sulit bernafas
BB pasien menurun
Bengkak pada area leher
Kebersihan gigi buruk
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan :
- kesulitan dalam menelan makanan
- Gangguan jenis masukan makanan sementara atau permanen
- Gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan , rasa , dan bau karena perubahan
pembedahan / struktur , radiasi atau kemoterapi
2. Nyeri akut berhubungan dengan :
- Insisi bedah
- pembengkakan jaringan
- Adanya selang nasogastrik
3. Ansietas berhubungan dengan
- kurangnya informasi tentang penyakit yang di derita
- kesalahan interpretasi informasi
- kurang mengingat
- Asimilasi materi yang di berikan buruk
4.

Keefektifan pola nafas berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh glotis,
gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan
kental.

C. Perencanaan

DX 1
a. Rencana Tujuan :
-

Berat badan pasien kembali normal

Pasien memilih diet

Nafsu makan pasien bertambah

b. Kriteria Hasil :
-

Terjadinya peningkatan berat badan progresif mencapai tujuan dengan nilai


laboratorium normal dan penyembuhan jaringan sesuai waktunya

Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

Menunjukkan pemahaman pentingnya nutrisi untuk proses penyembuhan dan


kesehatan umum

Tindakan atau intervensi


NO
1

Intervensi
Auskultasi bunyi usus

Rasional
Makan di mulai

hanya setelah bunyi usus

membaik setelah operasi


2

Berikan air tambahan ke selang Memepertahankan hidrasi pasien pada kehilangan


makanan lalu h makanan mulai cairan tak tampak dan drainase dari area bedah .
dari makanan kecil dan tingkatkan dan kandungan makanan dapat mengakibatkan
sesuai dengan toleransi

ketodaktoleransian GI.

Ajarkan orang terdekat / keluarga Membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi


teknik pemberian makan sendiri

Konsul dengan ahli gizi/ dukungan Berguna dalam identifikasi kebutuhan nutrisi
tim nutrisi

DX 2

individu untuk meningkatkan penyembuhan

a. Rencana tujuan :
- Nyeri pasien berkurang
- Pasien tampak rileks
b. Kriteria hasil :
- Paien mengatakan merasa lebih nyaman
- Pasien nampak tenang

Intervensi
NO

Intervensi

Rasional

Observasi TTV pasien

Untuk mengetahui kondisi pasien sehingga dapat


menentukan rencana selanjutnya

Kaji skala nyeri pasien

Untuk mengukur skala nyeri pasien

Anjurkan klien istirahat di tempat Istirahat untuk mengurangi intensitas nyeri


tidur

Atur

posisi

pasien

senyaman Posisi yang tepat dapat mengurangi penekanan

mungkin

dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi


nyeri

Ajarkan teknik relaksasi dan nafas Relaksasi dapat mengurangi ketegangan dan
dalam

membuat perasaan lebih nyaman

Kolaborasi dalam pemberian obat Dengan pemberian obat dapat mengurangi nyeri
analgetik contohnya kodein

pasien

DX 3

a. Rencana Tujuan :

Cemas pasien berkurang

Pasien tampak rileks

Pasien lebih memahami kondisinya saat ini

Kriteria hasil :

Pasien nampak tenang


Pasien menyatakan merasa nyaman
Pasien paham akan penyakitnya dan tidak bertanya tanya
TTV normal
a. TD = 90/60 120/80 mmHg
b. S

= 36,5 37,50C

c. N = 60 - 100 x/mnt
d. R= 16 - 20 x/mnt

No
Intervensi
1
Kaji TTV
2
Kaji penyebab cemas

Rasional
mengidentifikasi rasa ketidaknyamanan pasien
menegtahui apa yang menyebabkan pasien cemas
dan mempermudah dalam memberikan tindakan
selanjutnya

Berikan kondisi lingkungan yang dengan lingkungan yang tenang, kecemasan


tenang kepada pasien

pasien dapat dikurangi

Berikan penjelasan pada pasien pasien mengetahui informasi tentang penyakitnya


tentang penyakit yang sedang ia sehingga pasien dapat lebih tenang

alami
Anjurkan keluarga untuk selalu dengan ditemani oleh keluarga, pasien akan

menemani pasien
merasa lebih tenang dan nyaman
Kolaborasi dalam pemberian obat efek pengobatan dapat membantu menurunkan
anti cemas

kecemasan pasien.

DX 4
a. Rencana Tujuan
Bersihan jalan nafas efektif
b. Kriteria Hasil

Sesak nafas pasien berkurang


Pasien bisa batuk efektif
Respirasi pasien normal (18-20 x/menit)
Tidak ada retraksi otot dada
Frekuensi nafas normal

No Intervensi
1
Mengobservasi tanda-tanda vital

Rasional
Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
perkembangan keadaan umum

Awasi frekwensi atau kedalaman Perubahan

pada

pernapasan,

adanya

pernapasan.Auskultasi bunyi napas. ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.


Selidiki kegelisahan, dispnea, dan
3

sianosis.
Tinggikan kepala 30-45 derajat.

pernapasan dan ekspansi paru.


Dorong batuk efektif dan napas Memobilisasi sekret untuk membersihkan
dalam.

Memudahkan

jalan

napas

drainase

dan

sekret,

membantu

kerja

mencegah

komplikasi pernapasan.
Ganti selang atau kanul sesuai Mencegah akumulasi sekret dan perlengketan

indikasi.
D. Implementasi

mukosa tebal dari obstruksi jalan napas.

Lakukan sesuai dengan intervensi


E. Evaluasi
-

Berat badan pasien normal

Pasien memilih diet

Napsu makan pasien bertambah

Pasien merasa nyaman

Pasien nampak tenang

Pasien mengatakan merasa nyaman

Pasien tidak bertanya tanya lagi tentang penyakitnya

TTV normal

Pasien mengatakan tidak sesak lagi

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku ajar keperawatan Medikal bedah Brunner dan Suddarth editor
Suzzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare : alih bahasa, agung waluyo...(et al) editor edisi bahasa
indonesia, monika ester. Ed. 8 Jakarta:EGC.
Carpenito,Lynda Juall.2006.Buku saku diagnosis keperawatan.Edisi 10, Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran
Nanda.2007. Diagnosa Nanda.Jakarta:EGC

You might also like