Professional Documents
Culture Documents
Ca. LARING
OLEH :
1.
2.
I GEDE ARNAWA
12E 10779
12E
10782
3.NI PUTU ARY KRISNAYANTI
10785
12E
Tulang hyoid
Tulang hioid merupakan tulang yang berbentuk seperti huruf U. Terletak di antara
laring dan mandibula. Hioid berfungsi sebagai tempat melekatnya beberapa otot
mulut dan lidah. Jumlah tulang hioid hanya 1 pada setiap manusia.
Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus dibagian belakang dan
prosesus brevis bagian depan.
Tulang hioid dapat dipalpasi atau diraba di leher depan dan lewat mulut pada
dinding faring lateral. Pada permukaan atas tulang hioid dihubungkan dengan
lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendon dan otot-otot. Sewaktu menelan
kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik keatas, sedangkan bila
laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan menggerakan
lidah.
Tulang rawan yang menyusun laring adalah : kartilago epiglotis, kartilago tiroid,
kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis
dan kartilago tritisea.
aritenoid.
Di
setiap
sisi
tulang
rawan
krikoid
Kartilago epiglotis
Epiglotis atau kartilago epiglotis adalah katub kartilago elastis yang
merupakan lipatan tulang rawan berbentuk daun dan menonjol keatas
dibelakang dasar lidah yang melekat pada tepian anterior kartilago tiroid.
Kartilago ini merupakan kartilago yang paling atas pada laring, yang
keseluruhannya di lapisi oleh membran mukosa. Epiglotis adalah tulang
rawan yang berfungsi sebagai katup pada pita suara (laring) dan tabung
udara (trakea), yang akan menutup selama proses menelan berlangsung.
Pada saat menelan, epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring yaitu
menutup dan mengangkat jakun keatas untuk mencegah masuknya
makanan dan cairan, sehingga tidak mengganggu pernapasan kita karena
masuknya makanan atau cairan tersebut. Epiglotis akan terus terbuka
ketika kita bernapas.
aryepiglottica
sehingga
menyebabkan
pinggir
atas
plica
FISIOLOGI LARING
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta fonasi.
1.
Proteksi
o
Laring melindungi paru-paru dari benda asing (aspirasi) , fungsi epiglotis, pita
ventricular, pita suara asli, refleks batuk.
Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing
masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara
bersamaan. Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring
ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago
aritenoid
bergerak ke
depan akibat
kontraksi
otot
tiroaritenoid
dan
rimaglotis terjadi karena adduksi plika vokalis. Kartilago aritenoid kiri dan kanan
mendekat karena aduksi otot-otot ekstrinsik.
o
Selain itu, dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea
dapat dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang
berasal dari paru dapat dikeluarkan.
Bertindak seperti sfingter, laring mencegah berbagai macam benda yang masuk
kecuali udara ke dalam paru . menutup laringeal inlet,menutup glotis,
menghentikan respirasi saat menelan, refleks batuk(mengeluarkan sekret dan
benda asing)
2.
Fungsi Pernapasan
o
Pembukaan glotis, yang merupakan bagian sempit dari laring, mencegah udara
terhembus sejak awal dari paru-paru selama ekspirasi, sebuah tekanan balik
dibuat untuk membantu mencegah alveoli dari kolaps seutuhnya.
Fungsi respirasi dari laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rimaglotis. Bila
m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis
kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rimaglotis terbuka (abduksi).
Respirasi diatur oleh dilatasi otot aktif pembukaan laring, membantu dalam
mengatur pertukaran gas dalam paru-paru dan pemeliharaan keseimbangan asambasa.
3.
Fungsi Fonasi
o
Produksi suara, fungsi pita suara asli (artikulasi, atau membentuk suara kedalam
pidato, merupakan fungsi dari langit-langit, lidah, bibir, dan mandibula).
Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta
menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh
peregangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid
akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago
Fungsi menelan
o
5.
A. DEFINISI
1. Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya , sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal , cepat, dan tidak
terkendali
2. Carcinoma adalah pertumbuhan ganas yang berasal dari sel epitel atau pertumbuhan
jaringan yang abnormal (Kamus Keperawatan Edisi 17 Sre Itichlitt)
3. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengan
dung pita suara. Laring terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari
kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
kedalam trachea dibawahnya.
4. Ca. laring adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan epitel yang menggangu jaringan
suara yang terletak diantara larynx atau di ujung prixsimal trachea. (Kamus Kedokteran .
Dr. Heidra T. Kaksman)
5. Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang meliputi bagian supraglotik, glotis,
dan subglotis. (Suddart and Brunner)
B. ETIOLOGI
Pada Carcinoma laring etiologinya tidak diketahui dengan pasti, namun memiliki
beberapa faktor resikodiantaranya :
a.Merokok
b.Debu serbuk kayu
c. Kimia toksi
d.Alkohol
e. Polusi industri
C. MANIFESTASI KLINIS
a. Suara serak dalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah
glotis karena tumor mengganggu kerja pita suara selama berbicara .Suara mungkin parau
yang puncaknya suara rendah.
b. Nyeri dan rasa terbakar saat minum air hangat atau minum jus jerik adalh tanda dini
kanker subglotis atau supra glottis
c. Teraba massa di belakang leher
d. Batuk yang kadang kadang dengan reak yang bercampur darah dikarenakan adanya
ulserai pada tumor tersebut
e. Disfagia, kesulitan bernafas dan nafas bau merupakan gejala tahap lanjut.
f. Pembesaran nodus limfa servikal ,penurunan berat badan dan status kelelahan umum dan
nyeri yang menjalar ke telinga dapat terjadi bersama metastase.
D. PATOFISIOLOGI
Paling dini adalah berupa suara parau atau serak kronik, tidak sembuh-sembuh walaupun
penderita sudah menjalani pengobatan pada daerah glotis dan subglotis. Tidak seperti suara
serak laringitis, tidak disertai oleh gejala sistemik seperti demam.Rasa tidak enak
ditenggorok, seperti ada sesuatu yang tersangkut. Pada fase lanjut dapat disertai rasa sakit
untuk menelan atau berbicara.Sesak napas terjadi bila rima glotis tertutup atau hampir
tertutup tumor 80%. Sesak napas tidak timbul mendadak tetapi perlahan-lahan. Karena itu
penderita dapat beradaptasi, sehingga baru merasakan sesak bila tumor sudah besar
(terlambat berobat). Stridor terjadi akibat sumbatan jalan napas. Bila sudah dijumpai
pembesaran kelenjar berarti tumor sudah masuk dalam stadium lanjut. Bahkan kadangkadang tumornya dapat teraba, menyebabkan pembengkakan laring.Bila tumor laring
mengadakan perluasan ke arah faring akan timbul gejala disfagia, rasa sakit bila menelan dan
penjalaran rasa sakit kearah telinga.Apabila dijumpai kasus dengan jelas diatas, khususnya
dengan keluhan suara parau lebih dari dua minggu yang dengan pengobatan tidak sembuh,
diderita orang dewasa atau tua, sebaiknya penderita segera dirujuk.
E. KLASIFIKASI
TUMOR GANAS LARING
SUPRAGLOTIS
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih baik).
T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan glotis masih bisa
bergerak (tidak terfiksir).
T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid bagian
belakang, dinding medial daari sinus piriformis, dan arah ke rongga pre epiglotis.
T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada leher
atau sudah merusak tulang rawan tiroid.
GLOTIS
Tis Karsinoma insitu.
T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,
atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak
atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.
SUBGLOTIS
Tis karsinoma insitu
T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.
T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.
T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar laring atau
kedua-duanya.
Penjalaran ke kelenjar limfa (N)
Nx Kelenjaar limfa tidak teraba
N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba
N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm homolateral.
N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3 - 6 cm.
N2a Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter labih dari3 cm tapi tiak lebih daari 6 cm.
N2b Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.
N2c Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih daaari 6 cm.
N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.
METASTASIS JAUH (M)
Mx Tidak terdapat/terdeteksi.
Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien
yang hanyamengalami 1 pita suara yang ssakit dan normalnya dapat digerakan(bergerak
saat fonasi), selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
mungkinmengalami kondritis (inflamasi cartilage) atau stenosis. Terapi radiasi juga dapat
digunakan secara praoperatif untuk mengurangi ukuran tumor.
b. Radioterapi
sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa
pembesaran kelenjar leher. Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu
pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan
keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta dapat
dipertahankannya suara yang normal.
c. Laringektomi
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar
limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar
leher.Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra dan
subglotik.Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya satu diantara
tiga penderita akan sembuh sempurna.
Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
1. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita suara dan
trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah
sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
2. Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu
benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan setengah
kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan parau setelah
pembedahan.
3. Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara
yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau
tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan peroral
meningkat.
4. Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring,
memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan
otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang ( stoma )
WOC
Faktor predisposisi inhalasi zat karsinogen dari: merokok, bahaya industry, dan polusi udara.
Perubahan epitel termasuk metaplasia
sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
rasa sakit untuk menelan atau berbicara
Perubahan nutrisi :
Kurang dari
kebutuhan tubuh
Glotis menutup
Terjadi proses peradangan
Di area tengorokan membengkak
Ketidakefek
tifan pola
nafas nafas
Nyeri
a
Ansietas
2. Data Obyektif
Pasien tampak kurus
Keefektifan pola nafas berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh glotis,
gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan
kental.
C. Perencanaan
DX 1
a. Rencana Tujuan :
-
b. Kriteria Hasil :
-
Intervensi
Auskultasi bunyi usus
Rasional
Makan di mulai
ketodaktoleransian GI.
Konsul dengan ahli gizi/ dukungan Berguna dalam identifikasi kebutuhan nutrisi
tim nutrisi
DX 2
a. Rencana tujuan :
- Nyeri pasien berkurang
- Pasien tampak rileks
b. Kriteria hasil :
- Paien mengatakan merasa lebih nyaman
- Pasien nampak tenang
Intervensi
NO
Intervensi
Rasional
Atur
posisi
pasien
mungkin
Ajarkan teknik relaksasi dan nafas Relaksasi dapat mengurangi ketegangan dan
dalam
Kolaborasi dalam pemberian obat Dengan pemberian obat dapat mengurangi nyeri
analgetik contohnya kodein
pasien
DX 3
a. Rencana Tujuan :
Kriteria hasil :
= 36,5 37,50C
c. N = 60 - 100 x/mnt
d. R= 16 - 20 x/mnt
No
Intervensi
1
Kaji TTV
2
Kaji penyebab cemas
Rasional
mengidentifikasi rasa ketidaknyamanan pasien
menegtahui apa yang menyebabkan pasien cemas
dan mempermudah dalam memberikan tindakan
selanjutnya
alami
Anjurkan keluarga untuk selalu dengan ditemani oleh keluarga, pasien akan
menemani pasien
merasa lebih tenang dan nyaman
Kolaborasi dalam pemberian obat efek pengobatan dapat membantu menurunkan
anti cemas
kecemasan pasien.
DX 4
a. Rencana Tujuan
Bersihan jalan nafas efektif
b. Kriteria Hasil
No Intervensi
1
Mengobservasi tanda-tanda vital
Rasional
Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
perkembangan keadaan umum
pada
pernapasan,
adanya
sianosis.
Tinggikan kepala 30-45 derajat.
Memudahkan
jalan
napas
drainase
dan
sekret,
membantu
kerja
mencegah
komplikasi pernapasan.
Ganti selang atau kanul sesuai Mencegah akumulasi sekret dan perlengketan
indikasi.
D. Implementasi
TTV normal
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku ajar keperawatan Medikal bedah Brunner dan Suddarth editor
Suzzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare : alih bahasa, agung waluyo...(et al) editor edisi bahasa
indonesia, monika ester. Ed. 8 Jakarta:EGC.
Carpenito,Lynda Juall.2006.Buku saku diagnosis keperawatan.Edisi 10, Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran
Nanda.2007. Diagnosa Nanda.Jakarta:EGC