Professional Documents
Culture Documents
Kompetensi Dasar :
Indikator :
Kerangka Teoritis
Challenge and
Response
(Arnorld J Toynbee)
: manusia menjawab tantangan
yang ada pada alam sekitarnya
Keadaan Alam
Keadaan bumi pada masa mengumpulkan makanan
masih labil, karena perubahan bentuk permukaannya,
sungai masih sering berpindah-pindah aliran, keadaan
ini berlangsung selama kurang lebih 600.000 tahun.
Perkembangan kebudayaan masa ini masih sangat
lambat, ditambah lagi manusia yang hidup pada saat ini
termasuk manusia purba seperti Pithecantropus Erectus,
Homo Soloensis, Homo Wajakensis, kehidupan mereka
sangat bergantung kepada alam.
Kehidupan Sosial
Upaya-upaya yang dilakukan oleh
manusia purba pada masa
mengumpulkan makanan dalam
mempertahankan dan
mengembangkan kehidupannya,
antara lain dengan :
Hidup berkelompok antara 10-15
orang
Hidup berpindah-pindah tempat
(Nomaden) di daerah yang dekat
dengan sumber air, seperti sungai
atau danau.
Kelompok berburu tersusun dalam
keluarga kecil.
Kehidupan Ekonomi
Masih tergantung pada alam
Berburu dan mengumpulkan makanan
(umbi-umbian, biji-bijian, buah-buahan dan
daun-daunan)
Hidup berpindah-pindah tempat di daerah
yang dekat dengan sumber air, seperti
sungai atau danau agar mudah mencari
makanan.
Menciptakan alat dari batu dan tulang
untuk membantu kekurangan fisik mereka
Pembagian kerja berdasarkan jenis
kelamin. Laki-laki bertugas melakukan
perburuan dan kaum wanita
mengumpulkan makanan (tumbuhan dan
hewan kecil) yang tidak memerlukan
tenaga besar dan juga bertugas mengurus
anak.
Hasil Budaya
Kebuayaan Pacitan berupa kapak
genggam, kapak perimbas, flake,
kapak penetak.
Kebudayaan Ngandong berupa alatalat dari tulang dan tanduk, kapak
gengam, kapak perimbas dan flake.
Tehnologi
Menciptakan alat dari batu dan tulang
untuk membantu kekurangan fisik mereka
Reconstruct
ion
Lithic
flakes
Pacitan
Kehidupan Sosial
Hidup berkelompok 10-15
orang bahkan lebih.
Semi sedenter (setengah
menetap)
hidup di goa-goa sebagai
tempat tinggal (abris sous
roche) sementara, tempat
berlindung dari Iklim dan
ancaman binatang buas.
Yang hidup di daerah
pesisir menghasilkan
kebudayaan
Kjonkenmoddinger (sampah
dapur)
Kehidupan Sosial
Kaum wanita tidak banyak
terlibat dalam perburuan
dan lebih banyak berada
di sekitar goa-goa tempat
tinggal mereka. Oleh
karena perhatian wanita
ditujukan pada lingkungan
yang terbatas , maka ia
mampu memperluas
pengetahuannya tantang
seluk beluk tumbuhan
yang dapat dibudidayakan
Kehidupan Ekonomi
Masih bergantung pada alam
Hidup berburu didalam hutan,
menangkap ikan dan
mengumpulkan makanan
seperti umbi-umbian, buahbuahan, biji-bijian dan daundaunan
Yang tinggal di pesisir pantai
makanan pokok mereka
adalah kerang dan ikan laut
Mereka juga sudah
menyimpan dan mengawetkan
daging dengan cara dijemur
setelah diberi ramuan
Mereka
juga
sudah
mengenal berbagai tanaman
untuk dibudidayakan.
Bercocok
tanam
mulai
dikerjakan dengan amat
sederhana dan dilakukan
secara
berpindah-pindah
(berhuma). Hutan yang akan
ditanami
mereka tebang,
dibakar dan dibersihkan.
Setelah tidak subur lagi,
tanah
tersebut
mereka
tinggalkan untuk mencari
lahan yang baru.
Hasil Budaya
Hasil budaya mereka
merupakan bendabenda dari zaman
Mesolitikum berupa:
Kjonkenmoddinger
(sampah dapur)
Abris Sous Roche (goa
sebagai tempat tinggal)
Kapak Genggam dan
alat dari tulang masih
dikembangkan
Gerabah mempunyai
peranan dasar sebagai
wadah
Hasil kebudayaan:
Banyak ditemukan di abris sous
roche, hasil penelitian yang dilakukan
oleh Van Stein Callenfels di Goa
Lawa dekat Sampung, Ponorogo
Jawa Timur. Bersamaan dengan
penemuan alat-alat dari Sampung ini
ditemukan pula fosil manusia Papua
Melanesoide yang merupakan nenek
moyang
Bangsa
Papua
dan
Melanesia sekarang
SAMPUNG BONE
CULTURE
FLAKES
CULTURE
Kehidupan
Kerohanian
Mereka sudah mengenal
penguburan dengan menata
mayat dengan posisi jongkok
sesuai posisi ketika manusia ada
di dalam kandungan ibunya
dengan diberi bekal kubur.
Kehidupan kerohanian mereka
sebatas pada pemahaman bahwa
orang yang meninggal rohnya
akan hidup disekitarnya/dunia lain
di sekitar yang hidup
LUKISAN DINDING
GOA
Tehnologi
Kehidupan semi sedenter
membuat mereka
mempunyai waktu luang
yang mereka gunakan
untuk menghaluskan alatalat dan membuat lukisan
di dinding goa.
Mereka juga sudah
menghaluskan makanan
dan membuat pakaian
dari kulit binatang dan
kulit kayu
Kehidupan
Sosial
Pada masa ini juga ditemukan
tanda-tanda kehidupan menetap di
suatu perkampungan. Sudah ada
desa-desa kecil semacam
perdukuhan. Di setiap dukuh ada
beberapa tempat tinggal yang
dibangun secara tidak beraturan.
Membangun rumah, menebang,
membakar hutan, menanam, me
manen, berburu, menangkap ikan
mereka lakukan secara bergotong
royong.
Pembagian kerja berdasarkan jenis
kelamin dan usia.
Kehidupan
Sosial
Pekerjaan yang menghabiskan
tenaga dan beresiko dikerjakan
oleh kaum laki-laki, seperti:
membuat rumah, menggali
lubang untuk benih dan
menangkap ikan di laut. Kaum
wanita merawat bayi, menabur
benih, merawat rumah dan
membuat gerabah. Anak-nak
membantu ibunya membuat
gerabah dan pekerjaan ringan
lainnya.
Kehidupan
Ekonomi
Pada masa ini manusia sudah
menghasilkan makanan sendiri (foood
producing) dengan cara bercocok tanam
dengan berhuma (ladang berpindah)
Pada mulanya jenis tanamannya: keladi,
ubi, pisang, manggis, rambutan, salak
dan kelapa.
Tahap selanjutnya sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman mereka
sudah mengenal irigasi dan tanaman
rumput-rumputan (jewawut dan padi
gaga) yang ditanam di tanah kering
dengan hanya menabur biji-bijinya.
Kehidupan
Ekonomi
Mereka juga sudah menjinakkan
dan memelihara binatang.
Binatang yang pertama kali
dijinakkan adalah anjing yang
dipergunakan sebagai teman dalam
berburu dan sebagai penjaga.
Kemudian mereka juga
menjinakkan babi, ayam dan
kerbau untuk dimakan. Babi dan
kerbau selain untuk dimakan juga
sebagai hewan korban.
Kehidupan
Ekonomi
Telah muncul perdagangan barter,
barang yang dipertukarkan adalah
hasil bercocok tanam, hasil
kerajinan(gerabah, kapak dan
perhiasan) dan ikan laut yang
dikeringkan.
Barang-barang tersebut diangkut
melalui jalan darat, laut dan
sungai. Sehingga perahu dan rakit
pada masa ini memegang peranan
penting sebagai alat transportasi.
Kehidupan
Budaya
Di tempat-tempat tandus dan berbatu
telah mulai kelompok-kelompok kerja
dari industri-industri lokal yang
menghasilkan alat-alat kerja seperti
kapak persegi dan kapak lonjong.
Kelebihan waktu antara masa tanam
dengan masa panen memungkinkan
berkembangnya kegiatan lain di luar
sektor pertanian yang mereka gunakan
untuk membuat alat pemukul kulit
kayu, membuat anyam-anyaman
membuat gerabah dan lainnya
Tehnologi
KAPAK LONJONG
Kapak lonjong
adalah kapak yang
penampangnya
berbentuk lonjong
atau bulat telur.
Di Indonesia kapak
lonjong
persebarannya
hanya terbatas di
wilayah Indonesia
bagian timur.
KAPAK PERSEGI
Pemberian nama kapak
persegi berasal dari
peneliti berkebangsaan
Belanda, Von Heine
Geldern, di Indonesia
Barat terutama ditemukan
di Sumatera, Jawa dan
Bali, juga di Indonesia
bagian timur yaitu,
Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan sedikit di
Kalimantan
GERABAH
Pada zaman ini peranan penting gerabah adalah
sebagai wadah atau tempat keperluan alat-alat
rumah tangga. Gerabah di gunakan sebagai akalt
sehari-hari. Banyak ditemukan di lapisan teratas bukit
kerang Sumatera dan bukit pasir pantai selatan Jawa,
antara Yogyakarta dan Pacitan, Kendeng Lembu
(Banyuwangi), Tangerang, dan Minanga Sipakka
(Sulawesi). Di Melolo (Sumba) banyak ditemukan
gerabah yang berisi tulang belulang manusia
Kehidupan
Kerohanian
Mereka sudah mengenal
upacara penguburan
dengan menggunakan peti
batu (sarkofagus, waruga,
peti kubur batu)
Kebudayaan megalithikum
sangat mewarnai pada
jaman ini. Dengan adanya
bangunan megalithik
seperti menhir, dolmen
dan punden berundak
Kehidupan
Sosial
Pada masa ini mereka hidup di
desa-desa di daerah pegunungan,
dataran rendah dan tepi pantai
dalam tata kehidupan yang makin
teratur dan terpimpin.
Dimungkinkan mereka sudah
mengenal hukum adat mereka
sendiri.
Dikenal juga sistem
kepemimpinan kesukuan dengan
dipimpin kepala suku dari suatu
suku yang tinggal satu lingkungan
kerabat.
Kehidupan
Sosial
Sudah dikenal keahlian
membuat alat dari logam
sehingga membuat
mereka bekerja sesuai
dengan keahliannya
Sistem sosial semakin
komplek sesuai dengan
kebutuhan yang
semakin bertambah
Kehidupan
Ekonomi
Kemampuan mengolah biji logam untuk
membuat peralatan membuat mereka
lebih intens dalam mengolah lahan
pertanian.
Lahan pertanian tidak lagi berpindah tetapi
sudah membuat sawah-sawah dengan
sistem irigasi.
Pertanian dalam bentuk perladangan dan
persawahan menjadi mata pencaharian
utama.
Kemajuan dalam persawahan membuat
surplus bahan pangan sehingga kelebihan
bahan pangan ini kemudia mereka
perdagangkan di luar desanya.
Kehidupan
Budaya
Kemampuan melebur biji logam
untuk dibuat peralatan dari
perunggu maupun besi seperti
kapak, pisau, sabit dan bajak.
Tehnik pembuatan gerabah juga
sudah maju dengan berbagai
ragam hiasnya.
Alat-alat dari logam juga dibuat
untuk kepentingan kepercayaan
seperti nekara, candrasa, moko,
perhiasan, arca perunggu dan
bejana perunggu
Tehnologi
Kemampuan melebur
biji logam untuk dibuat
peralatan dari perunggu
maupun besi.
Tehnik pembuatan alat
dari logam
menggunakan tehnik A
cire Perdua dan tehnik
Bivalve
Kehidupan Kerohanian
Kehidupan kepercayaan semakin
berkembang pada jaman ini. Upacara
penguburan dengan menggunakan
peti batu (sarkofagus, waruga, peti
kubur batu) semakin beragam.
Kebudayaan megalithikum sangat
berkembang pada jaman ini. Dengan
adanya bangunan megalithik seperti
menhir, dolmen dan punden berundak
Studi kasus
Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan
jelas!