You are on page 1of 126
sor nd dewilion ALAGR 2600 0054 PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN REKREASI ARUNG JERAM SUNGAI CITARIK, SUKABUMI Oleh : LASSI LASTIANI A 31.1696 JURUSAN BUDI DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000 RINGKASAN LASSI LASTIANI. Perencanaan Lanskap Kawasan Rekreasi Arung Jeram Sungai Citarik, Sukabumi (Di bawah bimbingan Qodarian Pramukanto dan Andi Gunawan) Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan akan rekreasi, Sukabumi sebagai kabupaten yang memiliki akses yang mudah dari dan menuju ke pusat-pusat komunitas seperti wilayah Jabotabek dan Bandung, menawarkan beberapa kawasan rekreasi altemnatif, diantaranya adalah rekreasi alam Sungai Citarik. Sungai Citarik mempunyai potensi yang sangat besar sebagai salah satu daerah tujuan rekreasi alam dan rekreasi petualangan arung jeram, Pengembangen kawasan rekreasi arung jeram Sungai Citarik ini memiliki beberapa kepentingan, baik kepentingan industri pariwisata daerah, perekonomian penduduk setempat maupun kelestarian lingkungan alam sekitarnya. ‘Untuk dapat mengakomodasikan kepentingan-kepentingan tersebut di atas, maka diper- Jukan suatu perencanaan lanskap kawasan rekreasi yang baik. ‘Tujuan studi perencanaan ini adalah untuk membuat perencanaan lanskap kawa- san rekreasi arung jeram Sungai Citarik, Kabupaten Sukabumi melalui penataan spasial, berupa rencana tata ruang, tata hijau, tata letak fasilitas, rencana siriculasi, dan rencana aktivitas pengunjung. Perencanaan kawasan tersebut diharapkan dapat menunjang kelancaran, keamanan, dan kenyamanan pengunjung dalam melakukan kegiatan rekreasi dengan mempertimbangkan Kepentingan sosial, ekonomi, dan kelestarian lingkungan alam sekitamya. Sedangkan metode studi yang digunakan adalah metode kombinasi dua pendekatan untuk perencanaan kawasan rekreasi menurut Gold (1980), dengan pene- kanan terhadap pendekatan sumber daya dan pendekatan aktivitas. Tahap-tahap perenca- naan yang digunakan adalah sebagai berikut : persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, konsep perencanaan dan perencanaan, Hasil inventarisasi tapak yang dilakukan dengan pengamatan lapang, perekaman wawancara dan penyebaran angket serta studi pustaka menunjukkan bahwa tapak mem- punyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai kawasan rekreasi alam dengan rekreasi utama arung jeram, Potensi tapak yang paling utama dalam perencanaan kawa- san rekreasi arung jeram adalah faktor biofisik sungai sebagai media rekreasi terutama hidrologinya, Sungai Citarik memiliki kondisi hidrologinya yang sangat menunjang kegiatan arung jeram, yaitu arus yang deras dengan beberapa jeram dan batuan yang, ‘menonjol dari dasar sungai serta kualitas air yang masih baik. Selain itu Sungai Citarik ‘mempunyai tingkat kesulitan II sampai I (International Scale of River Difficulty) yang berarti cukup menantang untuk diarungi tetapi masih cukup aman dimana tingkat kecela- kaan terhadap pengunjung tergolong rendah. Tetapi fluktuasi ketinggian air dan anus. sungai menyebabkan kegiatan rekreasi arung jeram tidak dapat dilakukan sepanjang waktu, Untuk itu perlu diadakan jenis rekreasi alam lain sebagai rekreasi alternatif bagi pengunjung, antara lain memotret atau foto hunting, trekking, piknik, viewing, kemping, dan lain-lain. Dari hasi! pengembangan sumberdaya tapak diperoleh fungsi-fungsi yang dapat diterapkan pada tapak yaitu fungsi rekreasi air, rekreasi darat, Konservasi, penyangga, sirkulasi dan pelayanan, Dengan memperhatikan fungsi-fungsi ruang yang terbentuk dan pengalokasiannya dalam tapak, maka tapak dapat dibagi ke dalam tiga zona, Zona-zona yang akan dikembangkan tersebut meliputi zona inti, zona penunjang dan zona penyang- ga dengan tata ruang yang divtamakan untuk tujuan keefisienan, kenyamanan dan kea- ‘manan serta menambah pengalaman pengunjung dalam berekreasi, Tata ruang tersebut ‘memperlihatkan pola pergerakan pengunjung dan pengelola serta hubungan keterkaitan antar ruang dan fasilitas yang mengakomodasikan program kebutuhan ruang, konsep ruang dan konsep sirkulasi dalam bentuk suatu tata ruang yang fungsional dan dinamis. Zona inti merupakan zona yang dimanfaatkan secara optimal untuk pengem- bangan rekreasi utama yaitu arung jeram, Fungsi-fungsi yang dikembangkan dalam zona ini antara Iain : fungsi rekreasi utama, fungsi pelayanan dan fungsi utilitas yang dialo- kasikan pada beberapa sub zona, Zona inti meliputi badan sungai dan beberapa daerah riparian sungai yang digunakan sebagai Jaunching/start area, stop/rest area dan finish area, Zona penunjang ditujukan untuk menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan rekreasi altematif yang dikembangkan di riparian sungai seperti piknik, trekking, viewing, kemping dengan segala fasilitasnya, Pembagian ruang dalam zona ini ditentu- an berdasarkan intensitas penggunaannya untuk kegiatan rekreasi yaitu terdiri dari welcome area, intensif area, dan semi intensif area, Sedangkan zona penyangga dituju- kkan untuk melestarikan biofisik tapak dengan memperbaiki dan melindungi dacrah- daerah tertenta yang mempunyai daya dukung readah dan kepekaan tinggi. Pada zona ini, dilakukan tindakan preservasi dan konservasi terhadap air, tanah, satwa dan vegetasi, antara lain dengan penanaman vegetasi, pembangunan retaining wal! dan saluren-saluran drainase, Pemanfaatannya untuk kegiatan rekreasi terbatas hanya untuk jenis rekreasi non intensif. Konsep sirkulasi yang dikembangkan pada tapak bertujuan untuk menghubung- ‘kan roang-ruang dalam tapak sehingga pengunjung dapat menikmati tapak secara optimal. Berdasarkan peruntukannya, sirkulasi pada tapak dibagi menjadi dua yaita sirlalasi rekreasi dan sirkulasi pelayanan. Sirkulasi rekreasi dibagi menjadi dua yaitu sirlalasi di darat yang meliputi sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki serta sirkulasi di badan sungai. Konsep sirkulasi rekreasi utama yaitu arung jeram merupakan sirkulasi linear dimana pintu masuk berbeda dengan pintu keluar, Jalur-jalur sirkulasi selain dirancang seefisien mungkin untuk keamanan dan kenyamanan pengunjung juga dibuat untuk menimbulkan kesan petualangan dan menonjolkan kealamian tapak. Sirkulasi pelayanan dikembangkan bagi pihak pengelola untuk menunjang kelancaran kegiatan rekreasi serta kepuasan, kenyamanan dan keamanan pengunjung dalam berekreasi. Seperti halnya sirkulasi rekreasi, sirkulasi ini juga dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi di ‘badan air dan di darat. Sedangkan berdasarkan fungsinya, sirkulasi pelayanan terdiri dari sirkulasi akomodasi dan sirkulasi penyelamatan, Untuk menunjang kelancaran dan kenyamanan pengunjung dalam berekreasi pada tapak direncanakan beberapa fasilitas penunjang rekreasi yang tersebar di beberapa wang pada tapak, Fasilitas-faslitas tersebut antara lain pinta gerbang, kantor pengelola, pondok wisata, area piknik, information dan visitor center, camping ground, waterfront restaurant, papan interpretasi dan penunjuk arah, menara pandang, gazebo dan shelter serta toilet dan kamar mandi dan fasilitas penunjang lainnya, PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN REKREASI ARUNG JERAM SUNGAI CITARIK, SUKABUMI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : Lassi Lastiani A 31.1696 JURUSAN BUDI DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000 Judul : Perencanaan Lanskap Kawasan Rekreasi Arung Jeram Sungai Citarik, Sukabumi. Nama Mahasiswa : Lassi Lastiani ‘NRP 31.1696 Menyetujui : Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing I Jr. Qodarian Pramukanto, Dip. Env. M. Dr. Ir_Andi Gunawan, MSc. ‘NIP 131 669 948, ‘NIP 131 681 404 oven Sm Mengetaiai + P68 See Badi Daya Pertanian 3 12 -_Ir_ Sudradjat, MS. NIP 130 873 228 ‘Tanggal Lulus: 23 JAaNvag! 2000 RIWAYAT HIDUP Lassi Lastiani dilahirkan di Garut, Jawa Barat pada tanggal 14 Mei 1976, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. Barli dan Dra. Sriyati Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Garut. Pada tahun 1988 penulis: menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Leuwidaun II dan pada tahun 1991 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri I Garut. Penulis ulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri I Garut pada tahun 1994 dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Pada tahun 1995 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada Bulan Oktober 1998, penulis mengikuti IFLA (International Federation of Landscape Architects) 35" World Congress di Bali. Pada kegiatan yang sama penulis sebagai anggota tim IPB berhasil menjadi juara UI Student Design Competition dengan Judul “Preserving The Traditional Village of Suku Naga by Designing Its Landscape. Pada kegiatan Student Design Competition dalam IFLA Eastern Regional Conference yang diselenggarakan pada Bulan Oktober 1999 di Korea, penulis sebagai anggota tim IPB ditetapkan sebagai peserta dengan karya terbaik TI yang berjudul “Desain of Beratan Lake to Harmonize Nature and Culture KATA PENGANTAR Syukur Alhamdullillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana di IPB, Selama melakukan studi lapang dan menyusun laporan ini penulis mendapat banyak bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Qodarian Pramukanto, Dip. Env. M. dan Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, MSc, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan bagi penulis dalam menyusun laporan ini. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. yang telah bersedia untuk menguji dan memberikan masukan pada penulis. ‘Mamah, Bapa, Tita, Ade, keluargaku tercinta atas dukungan dan Doa-nya, Pak Lody selaku pemilik Arus Liar yang telah mengizinkan penulis melakukan pengambilan data di perusahaannya, Mas Aswin dan Pak Malik yang telah mem- bantu penulis selama di lapang. Bapak Rohman dan Bi Uneng sekeluarga, terima kasih atas Kebaikan dan bantuannya selama penulis berada di Sukabumi Ani dan Yoke (Tim Sukses Pane!) makasih banyak udah mau disusahin nih ama ‘temennya yang agak telat, Dee dan Ketty (akhimya diriku bisa nyusul juga), Adang (thanks yaa), Tya (temen di saat bingung), Mbak Nanick (bareng juga ya wisudanya), ‘Ade, Tini, Ratna (B-14) dan [jal (makasih yaa.udah mau direpotin Lassi). Aik, Vitri, Ketty, Nelly, Tari, Lita, Ine dan Uul, thanks yaa... udah mau nemenin Lassi ke Citarik, diajak basah-basah. Temen-temen LA-31 lainnya, Septi, Ipunk, David, Uwie, Ambar, Dinny, Inwan, Aryo, Ubet, Edi, Halim, Eva, Noen, Yusi, Mbak Ira. Pihak-pihak Jain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Akhimya penulis berharap agar tulisan ini dapat berguna bagi yang memerlukannya, Bogor, Januari 2000 Penulis DAFTAR ISI DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR ... PENDAHULUAN. “atar Belakang Stu. Tujuan Studi... Kegunaan Studi TINJAUAN PUSTAKA. ‘Lanskap Sungai. Rekreasi Sungai ‘Arung Jeram. Perencauaan Lanskap Kawasan Rekreas. METODOLOGI ‘Tempat dan Waktu... Metode Studi Batasan Studi... DATA DAN ANALISI: Aspek Biofisik.... Lokasi Tepak dan Aksesibilias.. Hidrologi dan Geometri Sungai ‘Topografi dan Kemiringan Lahan. Tanah dan Geologi Sensous Quality. Aspek Sosial Pengunjung dan Aktivitas Perusahaan Pengelola... Penduduk Setempat..... Tata Guna Lahan..... SINTESIS. peut tanto Pemanfaatan Potensi dan Penanggulangan Kendala Evaluasi Kesesvaian Lahan Tapak.....cnmnne Program Ruang.... ae Alternat Pongemibengan Sumberdaya Tapak Altematif Aktivitas dan Fasilitas Rekreasi ‘Hubungan Ruang dan Fungsi. KONSEP PERENCANAAN ..... Konsep Dasar Perencanaan, Konsep Pengembangan Tapak. Konsep Ruang... Konsep Rekreasi. Fasilitas Tapak Tata Ruang Tapa... PERENCANAAN LANSKAP. Rencana Ruang Zona inti... Zona Penunjang.... Zona Penyangga. Reneana Sirkulasi Sirkulasi Rekreasi. Sirkulasi Pelayanan Rencana Tata Hijau : Tata Hijau di Zona Int...... Tata Hijau di Zona Penunjang...... Tata Hijau di Zona Penyangga Rencana Fasilitas. Rencana Pengelolaan Pengunjung 1 8 Informasi Pengunjung... a 98 Pengawasan dan Pembatasan Pengunjung....... FeEeOe Waktu dan Musim Kunjungan 2... 99 90 90 ot Penutupan Tapek dan Area Terlarang. Pengawasan Usaha dalam Tapak... Rencana Tapak. KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan... Saran........ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN....... iii 99 99 101 101 102 103 105 DAFTAR TABEL Teks No. Hal 1. Jenis Data, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan...... 16 2, Analisis Sintesis Sumberdaya Lanskap Kawasan Rekreasi Sungai Citak... $4 3, Matriks Hubungan Sumberdaya Rekreasi dan Aktivitas pada Tapak. 59 4, Hasil Evaluasi Ksesuaian Lahan pada Tapak. Se ree 5. Fungsi Ruang, Tujuan dan Aktivitas yang akan Dikembaneken pada Tapa Berdasarkan Pendekatan Sumberdaya .. 65 6, Jenis Rekreasi, Ruang, Fasilitas Penunjang, Jumlah Fasilitas dan Luasan Lahan ‘Yang Diperlukan Berdasarkan Pendekatan Aktivitas.... 70 7. Fungsi, Zona, Aktivitas dan Fasilitas yang akan Dikembangkan pada Tapak.. 71 Lampiran No. Hal 1. Daftar Pertanyaan Angket untuk Pengunjung.. 106 2. Jenis-Jenis Vegetasi Alami pada Tapak.. 109 3, Jenis-Jenis Satwa Liar pada Tapak ... 110 DAFTAR GAMBAR Teks Nomor Hal 1, Lima Komponen Utama Sungai Menurut Kuska (1977) : 3 2. Peta Lokasi Studi... : 2 3. Diagram Perencanaan Lanskap Kawasan Rekreasi Gold (1980) 213 4, Peta Lokasi dan Aksesibilitas Tapak.....cnccsrssmnnnnsnssn 18 5. Diagram Lokasi Tapak..... 19 6. Peta Analisis Hidrologi Tapak. 20 7. Grafik Hubungan Ketinggian Air Sungai dan Kesesuaianaya untuk Whitewater... : Catatan Duga Permokaan Air Sungai Temibatan Desa Pajagan 9. Tiga Bagian Sungai Menurut Davis (ass dalam Gordon, MacMahon dan Tinlayson, 1992)... : oie erate eet 10. Peta Analisis Topourai dan Kemiringan Lahan 11. Peta Kemiringan Lahan dan Potongan Tapak Studi 12. Peta Analisis Tanah dan Geologi........ 13. Grafik Talim Tapak...csv 14. Alcan Udara Dingin pada Tapak (Robinete, 1983) 15. Peta Analisis Vegetasi Tapak. 16. Kondisi Jalur Sirkulasi pada Tapak. 17 Jalur-Jalur Sirkulasi pada Tapak. 18, Peta Analisis Pemandangan Tapak.. 19. Aktivitas Rekreasi Utama pada Tapak 20. Lokasi Start Area di Desa Pajagan 00m : 21. Penginapan Bernuansa Alam Pedesean di Start Area seers 4B 22. Peta Analisis Tata Guna Lahan pada Tapak. eeteestesersearic.} 23. Peta Komposit Hasil Overlay ...scnnnnns Paaeel 24, Peta Pembagian Ruang Tapak Berdasarkan organ Rang rs enn Pendekatan Sumberdaya....ue 25. Peta Pembagian Ruang Tapa Berdasarkan Program same den Pendekatan Aktivitas... 26, Hubungan Ruang dan Fungsi dalam Tapak.. 27. Peta Konsep Ruang Tapak 66 28, 29. 30. 34. 32, 33. 34, 35, 36. 37, 38. 39, 40, al. 2 vi Diagram Konsep Sirkulasi Tapak......unmnmnmnnnesnnecinrnnaneee 78 Matriks Konsep Tata Ruang Tapak .. 80 Peta Rencana Tata Ruang Tapak ene 82 Peta Rencana Sirkulasi Tapak ...nnnsee 85 Jalur Sirkulasi Pejalan Kaki berupa Walks... 86 Bentuk Jalur Sirkulasi yang Direncanakan pada Tapak 85 Detail Fasilitas Pintu Gerbang.... Model Lapangan Parkis Pondok Wisata. ‘Area Piknik.... Camping Ground. : Papan Interpretasi dan Papan Penunjuk Arab... Menara Pandang, Waterfront Restaurant... Landscape Plan 100 PENDAHULUAN Latar Belakang Studi Seiring dengan pesatnya laju pembangunan dan pertumbuhan penduduk, maka bertambah pula permintaan akan rekreasi yang dapat mengimbangi rutinitas dan kesibukan sehari-hari masyarakat perkotaan. Untuk memenuhi kebutuhan akan rekreasi tersebut, Sukabumi sebagai kabupaten yang memiliki akses yang mudah dari dan menuju ke pusat-pusat komunitas seperti wilayah Jabotabek dan Bandung, mena- warkan beberapa kawasan rekreasi alternatif, dianteranya adalah rekreasi alam Sungai Citarik. Sungai Citarik yang berhulu di Gunung Halimun, Kabupaten Sukabumi dan bermuara di sungai Cimandiri, mempunyai potensi yang sangat besar sebagai salah satu daerah tujuan rekreasi alam dan rekreasi petualangan arung jeram. Salah satu potensi yang dimiliki oleh Sungai Citarik ini adalah arusnya yang cukup deras, aimya ‘yang masih jernih dan pemandangan alam sekitarnya yang masih alami, Arung jeram atau whitewater rafting merupakan jenis rekreasi petualangan yang memanfaatkan arus sungai. Di Indonesia, jenis rekreasi ini mulai dilakukan secara profesional sejak tahun 1980an, Pada kawasan rekreasi arung jeram Sungai Citarik sendiri, terdapat beberapa pengusaha pengelola dengan jumlah pengunjung yang semakin bertambah dari waktu ke waktu. Selain menambah pendapatan daerah, berkembangnya kegiatan rekreasi ini juga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi penduduk setempat. Di lain pihak, perkembangan tersebut dapat menimbulkan kerusakan alam bila tidak ada usaha penataan kawasan, baik dari pemerintah daerah setempat maupun pihak pengelola sendiri. Pengembangan kawasan rekreasi arung jeram Sungai Citarik ini memiliki beberapa kepentingan, baik kepentingan industri pariwisata daerah, perekonomian penduduk setempat maupun kelestarian lingkungan alam sekitamya. Untuk dapat mengakomodasiken kepentingan-kepentingan tersebut di atas, maka diperlukan suatu perencanaan lanskap kawasan rekreasi yang baik, Tujuan Studi Studi ini bertujuan untuk menyusun rencana lanskap kawasan rekreasi arung jeram Sungei Citarik, Kabupaten Sukabumi melalui penataan spasial, berupa rencana tata ruang, tata hijau, tata letak fasilitas, rencana sirkulasi, dan rencana aktivitas pengunjung. Perencanaan kawasan tersebut diharapkan dapat menunjang kelancaran, keamanan, dan kenyamanan pengunjung dalam melakukan kegiatan rekreasi dengan mempertimbangkan kepentingan sosial, ekonomi, dan kelestarian lingkungan alam sekitarnya, Kegunaan Studi Hasil studi perencanaan lanskap yang dilakukan di kawasan rekreasi arung jeram Sungai Citarik ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi Dinas Pariwisata dan Pemerintah Daerah setempat, perusahaan pengelola rekreasi arung jeram Sungai Citarik serta pihak-pihak tein yang terlibat dalam perencanaan dan pengembangan kawasan rekreasi ini. TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sungai Zonneveld (dalam Forman dan Godron, 1986) menyatakan bahwa lanskap terdiri dari sistem yang kompleks, dibentuk oleh aktivitas batu-batuan, air, udara, tumbuh- tumbuhan, hewan, dan manusia yang membentuk satu kesatuan Suatu daerah di permukaan bumi dikatakan memiliki karakter lanskap secara alamiah jika daerah tersebut memperlihatkan keharmonisan dan kesatuan yang kuat diantara elemen-elemen alami yang ada di dalamnya seperti bentukan lahan, formasi batu-batuan, vegetasi, satwa, dan lain-lain, Karakter alami its meliputi gunung, bukit, lembah, laut, sungai, danau, rawa, hhutan, padang pasir, padang rumput, dan sebagainya (Simonds, 1983). Sungai merupakan salah satu elemen lanskap dengan segala komponennya yang memiliki Karakter tertentu yang telah dibentuk oleh alam atau buatan manusia, dan sebagai suatu bentukan lanskap yang dinamis sungai juga memiliki kegunaan bagi ‘manusia dan mahluk hidup lainnya (Notodihardjo, 1986), Selanjutnya Notodibardjo (1986) dan Sosrodarsono dan Tominaga (1985) menyatakan bahwa kegunaan sungai adalah sebagai berikut ; lalu lintas air, pembangkit tenaga listrik, pengendali kekeringan, irigasi, pengendali intrusi air laut, pengembangan air tanah, saluran pembuangan untuk menampung air selokan kota dan air buangan dari areal pertanian, persediaan air untuk keperluan rumah tanga dan industri, serta pengembangan rekreasi dan pariwisata. Kuska (1977) membagi lingkungan sungai menjadi lima komponen utama yaitu sungai, daerah banjir, Koridor sungai, daerah transisi dan daratan (Gambar 1). Koridor Sungai Daerah Banjir Daerah Transisi Gambar I. Lima Komponen Utama Sungai Menurut Kuska (1977). Sungai dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok (Hendee, Stankey and Lucas, 1977) yaitu : 1. Wild Rivers, yaitu sungai atau bagian sungai yang masih asli dengan aksesibilitas rendah, biasanya tidak dapat dicapai kecuali melalui jalan setapak. Sungai atau agian sungai ini mempunyai daerah tepian yang masih alami dan air yang belum tercemar, 2. Scenic Rivers, yaitu sungai atau bagian sungai dengan tepian yang masih alami, belum mengalami modifikasi tepi, aksesibilitas cukup baik, bisa dicapai dengan kendaraan, 3. Recreational River Area, yaitu sungai atau bagian sungai yang dengan mudah dapat dicapai dengan kendaraan (mobil) dengan daerah tepian sungai yang sudah ‘mengalami perubahan atau modifikasi. Lanskap tepi sungai merupakan kawasan perbatasan yang tidak saja penting - secara ekologi karena kekayaan jenisnya atau fungsinya sebagai koridor alami, tetapi juga potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan rekreasi Karena akan memberi- kan kekayaan pengalaman bagi seseorang (Lyle, 1985). Tiga buah clemen analisis - lanskap sungai menurut Litton (1975) adalah : 1, Bentukan lahan yang memberi karakter visual tersendiri bagi lanskap sungai, 2. Pola vegetasi riparian yang mempengaruhi kestabilan dan bentuk sungai, serta karakter visual lanskap sungai, 3. Keberadaan air dan ekspresinya. Kondisi alam dan keadaan lingkungan sosial dari suatu sungai harus diselidiki secara seksama, serta rencana perbaikan harus disesuaikan dengan tingkat pengem- bangan daerah pengalihan dan sekitarnya, Rekreasi Sungai Rekreasi sungai merupakan rekreasi alam yang dilakukan di lingkungan sungai, baik pada badan sungai maupun sempadannya. Kegiatan rekreasi yang dilakukan dapat bersifat pasif, seperti jalan-jalan, melihat pemandangan, pengamatan alam, dan fotografi, Sedangkan jenis kegiatan rekreasi aktif adalah berkemah, ‘memancing, berperahu, kanoe, arung jeram, dan lain-lain (Lee, 1994). Rekreasi alam sendiri didefinisikan sebagai rekreasi yang tidak dibatasi bangunan-bangunan tertentu dan dilakukan di alam terbuka (Douglass, 1982). Prawoto (1986) menyatakan bahwa bila suatu tapak hendak dijadikan kawasan untuk kegiatan rekreasi alam terbuka, maka faktor-faktor yang perlu menjadi bahan pertimbangan adalah 1, Keadaan ekonomi setempat, 2, Sumber perlindungan alam setempat, 3. Persepsi dan pandangan masyarakat, 4, Perencanaan dan koordinasi yang ada, 5. Fasilitas dan kelengkapan yang tersedia. Sedangkan faktor-faktor dasar yang mempengaruhi permintaan rekreasi alam terbuka menurut Douglass (1982) terdiri dari L. Masyarakat; dengan unsur-unsur ukuran populasi, jenis kelamin, tempat tingyal, usia, dan tingkat pendidikan, ‘Waktu; dengan unsur kesempatan dan mobilitas, Masyarakat; dengan unsur pendapatan dan kemakmuran, Komunikasi; dengan unsur media massa, periklanan, dan penyuluhan, Penawaran; dengan unsur ketersediaan fasilitas rekreasi, serta mudah atau tidak- nya lokasi yang dikunjungi. ‘Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kualitas rekreasi sungai antara lain pemandangan, lingkungan alami sungai, ikan dan satwa liar, serta vegetasi riparian, Faktor lain yang sering luput sebagai bahan pertimbangan perencanaan rekreasi sungai adalah kecukupan jumlah air dalam sungai atau disebut aliran air wan sungai. Aliran air sungei membentuk pemandangan, memelihara lingkungan sungei dengan iken dan kehidupan liarnya, menciptakan tempat-tempat kemping terbaik, dan menjalankan kegiatan whitewater (Whittaker, Shelby, Jackson, and Beschta, 1993) Whittaker ef al, (1993) juga mengkategorikan beberapa pengalaman rekreasi sungai dengan syarat-syarat kondisi sungainya 1. Berperahu, dimana sungai tersebut bukan merupakan sarana pengangkutan air utama, bebas dari batu-batu besar, merupakan saluran bebas hambatan menuju ke pemberhentian, dan tidak ada kerusakan mesin akibat pendaratan, 2. Whitewater atau arung jeram, dimana sungai dengan kecepatan aliran utama ber- ada pada kelas IM/IV, memil besar dengan tarikan arus yang kuat, dan aman dari arus bawab, i jangkavan yang jauh pada kelas II, ombak yang 3. Perjalanan dengan perahu, dimana perjalanan membutuhkan minimal 2 hari dengan 4-6 jam per hari pada badan sungai, 4. Hiking, dimana terdapat akses ke tepi sungai dengan pandangan yang terbuka untuk pemandangan ke arah sungai, 5. Camping, dimana terdapat pemandangan ke arah sungai, areal yang datar dan ter~ buka untuk tenda, akses keluar-masuk, pantai berpasir, dan aman dari gangguan serangga, 6. Memancing, dimana tepian terbuka, keadaan air sungai yang cukup jernih, keda- laman yang memadai, dan keragaman ikan, 7. Pemandangan atau estetik, dimana terdapat pandangan terbuka, proses geologi yang aktif, beberapa jalur yang pernah dilewati manusia, keragaman satwa dan vegetasi alami, bunyi atau bau dari sungai, serta adanya daya tarik lain seperti air terjun atau kejernihan air sungai Kuska (1977) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengarubi pengalaman rekreasi sungai seseorang adalah morfologi sungai tersebut dimana koridor sungai yang sempit dan tebing yang curam di kiri-kanan badan sungai akan menimbulkan kesan akrab dan intim antara pengguna dan lingkungannya. Sinousity merupakan jumlah kelokan sebuah sungai yang menentukan jarak maksimum seorang pengguna dapat melihat pengguna lainnya, berbanding lurus dengan daya dukung visual, Artinya makin banyak kelokan suatu sungai maka daya dukung visual sungai tersebut juga semakin besar. Selanjutnya Whittaker ef al, (1993) menyatakan bahwa dalam perencanaan sungai untuk tujuan rekreasi diperlukan informasi yang dapat membantu perencana untuk mengerti dan mengkarakteristikkan hubungan antara aliran dan kondisi bebe- rapa sumber daya sungai, antara lain 1. Kuantifikasi hidrologi sungai, meliputi jumlah dan waktu aliran air sungai, 2. Kuantifikasi geometri hidrolis sungai, yaitu bagaimana aliran sungai mempe- ngaruhi variabel hidrolik, seperti kedalaman, lebar sungai, velocity dan wetted perimeter, 3. Deskripsi dari posisi lanskap dan tipe sungai berdasarkan sistem klasifikasi geomorfis, 4. Integrasi geometti hidrolis dan proses-proses geomorfis sungai, terutama yang mempengaruhi respon saluran dan area deposisi seperti pantai, tepian sungai, dan daratan banjir untuk berubah secara hidrologi, Perkiraan bagaimana aliran sungai mempengaruhi karakter dan tipe vegetasi riparian, Hal tersebut sangat penting untuk menjaga Kelestarian sumber daya sungai yang sangat berharga. Perencanaan lanskap untuk rekreasi suogai harus dapat meminimkan dampak negatif terhadap kondisi alami sungai antara lain dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan sungai dan menyertakan seluruh aspek biofisik dan sosial sungai tersebut Arung Jeram (Whitewater Rafting) Salah satu jenis rekreasi aktif yang dilakukan di badan sungai adalah arung jeram. atau whitewater rafting. Jenis rekreasi petualangan ini dilakukan dengan memanfaatkan aus sungai dan menggunakan perahu karet atau kano yang tahan benturan dan tidak mudah tenggelam. Di Indonesia sendiri, rekreasi ini mulai dikelola secara profesional sebagai jenis rekreasi alam altemnatif sejak tahun 1980 an. Dalam penentuan tingkat kesesuaian sungai untuk kegiatan rekreasi arung jeram, ada tiga Karakteristik sungei yang perlu diperhatikan yaitu : debit, gradien dasar sungai dan struktur fisik sungai (Bennett, 1993). Karakteristik tersebut selain menentukan tingkat kesesuaiannya untuk kegiatan whitewater juga menentukan tingkat kesulitannya. Debit sungai diukur dalam meter kubik per detik (cms) atau ofs (cubic feet per second). Nilai debit sung dihitung dengan rumus lebar sungai x kedalaman sungai x kecepatan arus = cms Berdasarkan debitnya, sungai dikelompokkan ke dalam tiga kelas, yaitu : sungai kecil (100 efs - 1000 of), sungai menengah (1000 cfs:- 6000 ef) dan sungai besar yang debitnya dafiat mencapai 100,000 cfs, Perubahan kecepatan arus dan penampang sungai berbanding Iurus dengan kekvatan arus sungai, dimana semakin sempit penampang ssungai semakin tinggi kecepatan arus maka semakin besar pula kekuatan arus sungai Karakteristik sungai yang kedua yaitu gradien dasar sungai yang mempunyai satuan meter per kilometer (mpk) dihitung dengon menggunakan rumus : Ketinggian pada start point —ketinggian pada finish point = mpk Jarak antara start point dan finish point Gradien dasar sungai dipengaruhi oleh karakter fisik sungai, dimana semakin curam dasar sungni maka semakin tinggi tingkat kesulitannya untuk kegiatan whitewater (Wheat, 1983). Lebih lanjut Bennett (1993) menyatakan bahwa tiap sungai mempunyai karakter fisik yang berbeda satu sama lain, Karekter fisik sungai yang mempengeruhi aliran uutama sungai adalah : bentukan dasar sungai, batuan, tipe saluran dan hidrologinya dan lain-lain. Beberapa tipe aliran sungai yang disebabkan oleh bentukan fisik sungai tersebut antara lain : ombak (standing waves, diagonal waves), lidah air (tongues), arus balik (stopper), air terjun (waterfalls), pusaran (eddies), pillows, rooistertails, holes, dan lain-lain, Untuk mengukur tingkat kesulitan dan intensitas arus sebuah sungai digunakan dua sistem yaitu Desert sale atau Grand Canyon System dan International Scale of River Difficulty. Sistem yang paling umum dan digunakan di Indonesia adalah Jnternational Scale of River Difficulty (ISRD). Sistem ini mengelompokkan sungai ke dalam enam kelas yaitu dari I sampai VI. Tidak semua sungai dapat masuk ke dalam satu kelas. Hal tersebut antara lain karena tingkat kesulitan sungai dapat berubah setiap tahunnya akibat adanya fluktuasi Ketinggian air, sampah, gangguan geologi dan cuaca yang buruk. Berikut ini adalah deskripsi tingkat kesulitan sungai menurut ISRD : Kelas 1 : Easy. Anus sungai cukup deras dengan beberapa riffles dan ombak kecil. Beberapa rintangan dapat diatasi dengan mudah melalui sedikit latihan. Resiko untuk perenang kecil, self rescue dapat dilakukan dengan mudah Kelas Il: Novice. Arus sungai deras dengan saluran-saluran lebar dan bebas yang dapat dilalui dengan mudah tanpa pemandu, Gerakan manuver sewaktu wwaktu diperlukan tetapi batuan dan ombak-ombak sedang dapat dihindari dengan mudah oleh pendayung terlatih. Tingkat kecelakean bagi perenang kecil, keberadaan tim pendamping akan sangat menolong walaupun jarang dipertukan, Kelas Ul: Jniermedicie, Arus deras dengan ombak cukup besar dan tidak beraturan sulit dihindari dan dapat membanjiri perahu. Manuver-manuver rumit dalam arus deras dan kontrol perahu yang baik pada lintasan sempit dan di sekitar langkan sungai seringkali harus dilakuken, Ombak besar atau sirainers biasa ditemukan tetapi dapat dihindari dengan mudah. Begitu pula dengan pusaran dan arus air yang kuat terutama pada sungai dengan volume yang besar. Kecelakaan pada perenang jarang terjadi, self rescue biasanya mudah dilakukan tetapi tim pemandu mungkin diperlukan untuk menghindari kecelakaan. Kelas IV : Kelas V : Kelas VI Advanced. Arus sungai deras dan Kuat, tetapi masih dapat diramalkan, Dalam mengarungi sungai, dibutubkan Keablian dalam mengendaliken perahu terutama dalam pusaran air. Pada tipe-tipe sungai tertentu, biasa dijumpai ombak-ombak besar yang sulit dihindari, begitu pula dengan holes, pusaran air yang menarik perahu ke dasar sungai schingga diper- Tukan manuver-manuver yang cepat dan tangkas. Arus yang kuat sering- kali membahayakan sehingga tim pemandu sangat diperlukan. Tingkat kecelakaan pada perenang sedang sampai tinggi. Kondisi air menyebab- kan self rescue sulit dilakukan, Tim rescue dengan keterampilan tinggi ddan terlatih sangat penting, Expert. Arus sungai sangat deras dan kuat dengan rate yang panjang dan lama. Rintangan-rintangan sering dijumpai di sepanjang jalur yong dapat menyebabkan rafter terlempar dari perahu, Rute yang kompleks dipenuhi oleh ombak-ombak besar dan kuat, holes dan uncuran-huncuran curam. Riam dapat berlangsung lama sebelum tiba ke bagian sungai yang lebih tenang sehingga para rafter dituntut mempunyai stamina yang tinggi. Berenang tidak dianjurkan Karena berbahaya, Tindakan penyelamatan sangat sulit schingga peralatan lengkap, pengalaman dan kemampuan rescue tinggi sangat penting untuk dapat bertaban. Extreme. Aras sungai dapat sangat sulit dan berbahaya untuk diarungi pada kondisi tertentu. Kesalahan keoil dapat berakibat fatal dan ada kemungkinan tindakan penyelamatan tidak dapat dilakukan. Sungai hanya dapat diarungi oleh tim yang sudah berpengalaman pada keting- gian air yang menguntungkan, Dalam merencanakan perjalanan arung jeram pada suatu sungai dikenal suatu sistem untuk memastikan keselamatan para rafter sampai ke tujuan, yaitu SAPE system (Bennett, 1993). SAFE system terdiri dari empat tahap yaitu Scout (mengintai), Analize (menganalisa), Formulate (merencanakan) dan Execute (melaksanakan). ‘Tahap pertama yaitu scout dilakukan dengan memperhatikan arus dari tepi sungai atau pada daerah yang tenang dari perahu. Pada tahap ini perlu diusa- hakan agar setiap anggota tim dapat mengenali arus dari beragai sudut, Pemilihan pos-pos untuk pengamatan visual seperti batu besar berbentuk unik dilakukan pada tahap ini untuk memandu pata rafter selama perjalanan. Tahap kedua adalah tahap menganalisa arus dan kemampuan tim untuk melaku- kan perjalanan, Pada tahap ini juga perlu diketahui tentang lokasi-lokasi rintangan, saluran-saluran aman dan jalurjalur teraman pada sungai. Tahap berikuinya adalah tahap merencanakan rute yang akan dilalui, rencana cadangan dan manuver-manuver yang perlu dilakukan serta lokasi tim rescue di pimggir sungai. Tahap teralkhir adalah tahap pelaksanaan perjalanan arung jeram melalui rute yang dianggap paling aman. Perencanaan Lanskap Kawasan Rekreasi Perencanaan adalah suatu alat yang sistematis digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara yang terbaik untuk mencapai keadaan tersebut (Gold, 1980). Marsh (1985) menyatakan bahwa perencanaan suatu lanskap adalah penyesuaian program dengan suatu lanskap untuk menjaga kelestariannya. Hal-hal yang ingin dilesta- rikan antara lain pemandangan dari suatu lanskap, ekosistem, atau unsur-unsur yang Jangka untuk mencapai penggunaan terbaik dari suatu lanskap. ‘Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995), merencanakan lanskap untuk kawasan rekreasi, terutama rekreasi alam, adalah merencanakan suatu bentuk penyesuaian program rekreasi dengan suatu lanskap terutama untuk menjaga kelestariannya. Untuk menghasilkan suatu rencana dan rancangan rekreasi yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, dipelajari dan dianalisis, yaitu: 1. Potensi dan kendala sumber daya yang tersedia, 2, Potensi pengunjung, 3, Kebijaksanaan dan peraturan yang terkait dengan sumber daya yang ada dan penggunaannya, 4, Altematif dan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan, 5. Pemanfaatan hasil pereneanaan dan pelaksanaan. Selanjutnya Gold (1980) menyatakan bahwa dalam merencanakan lanskap suatu daerah, dimana di dalamnya terdapat aktivitas rekreasi, dibutuhkan informasi yang ‘mengintegrasikan manusia dengan waktu lung dimana pengalokasian sumber daya dilakukan untuk mengbubungkan waktu Iuang pada saat ini dan masa yang akan datang ‘Ada empat pendekatan Gold (1980) yang dipakai dalam proses perencanaan suatu kawasan, yaitu 1. Pendekatan sumber daya (resource approach), pada pendeketan ini, sumber daya alam atau biofisik menentukan tipe-tipe dan jumlah aktivitas rekreasi yang dapat disclenggarakan pada suatu tapak. Penawaran membatasi permintaan atau penggu- naan untuk manusia atau disebut daya dukung sumber daya. Faktor alam lebih diperhatikan daripada faktor-faktor sosial, dimana kelestarian alam merupakan tujuan utama, di atas kebutuhan manusia dan sumber dana yang tersedia. Pendekatan sumber daya sangat efektif digunakan pada perencanaan sumber daya pada kawasan pinggiran kota seperti : kewasan sumber-sumber air, kawasan konservasi alam dan taman-taman nasional Pendekatan aktivitas (activity approach), aktivitas-aktivitas yang telah ada pada tapak merupakan penentu jenis dan jumlah aktivitas yang akan dikembangkan pada Kawason tersebut di masa yang akan datang. Pada pendekatan ini, permintaan merupakan tolak ukur, dimana faktor sosial lebih diutamakan dari pada faktor alam. . Pendekatan ekonomi (economic approach), dasar ekonomi dan surmber dana. yang tersedia menentukan jumlah, tipe, dan lokasi dari aktivitas-aktivitas rekreasi yang akan dikembangkan. Penawaran dan permintaan dimanipulasi oleh harga dan nilai tukar fasilitas dan aktivites yang akan digunakan pengunjung, dimana keuntungan ‘yang akan didapat merupakan fokus utama perencanaan. . Pendekatan prilaku (behavioral approach), prilaki manusia dan waktu-waktu luangnya menentukan pemilihan tempat dan waktu serta bagaimana orang menggu- nakan waktu luangnya. Dalam proses perencanaan kavasan rekreasi untuk memenu- hi kabutuhan manusia dalam menggunakan waktu uang, ditentukan oleh keinginan serta kepuasan pengunjung tapak. Kombinasi dari pendekatan-pendekatan (combined approach), menggabungkan aspek-aspek positif deri tiap-tiap pendekatan dan diseimbangkan untuk mendapatkan semua kebutuhan dan keinginan pengguna serta perlindungan terhadap sumber daya. Pendekatan ini dihubungkan dalam suatu proses perencanaan dengan (1) mengum- pulkan dan menganalisa sumber daya-sumber daya rekreasi yang ada dan yang potensial (2) mengidentifikasi kelompok-kelompok pengguna dan karakteristiknya (3) memperkirakan penawaran dan permintaan rekreasi sesuai dengan sumber daya tapak dan kebutuhan pengguna (4) menerapkan panduan-panduan perencanaan, interpretasi lanskap, dan analisis biaya tersebut ke dalam suatu rencana rekreasi, METODOLOGI Tempat dan Waktu Studi perencanaan lanskap kawasan rekreasi arung jeram ini berlokasi di Sungai Citarik, Kabupaten Sukabumi yang mempunyai panjang keseluruhan 44 km (peta lokasi dapat dilihat pada Gambar 2) dengan panjang sungai yang digunakan sebagai rate perjalanan arung jeram kurang lebih sepanjang 23 km. Kawasan wisata ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tempat awal arung jeram, tempat istirahat di beberapa ‘tempat di sepanjang sempadan sungai, dan tempat akhir arung jeram, Tanpa skala Gambar 2, Peta Lokasi Studi. Metode Studi Metode studi yang digunakan adalah metode kombinasi dua pendekaten untuk perencanaan Kawasan rekreasi menurut Gold (1980), dengan penekanan terhadap pende- katan sumber daya dan pendekatan aktivitas, Metode ini dipilih karena dapat menyeim- bangkan antara penggunaan sumber daya suatu kawasan rekreasi dengan pengalokasian kebutuhan pengunjung akan jenis rekreasi tertentu sehingga kelestarian kawasan dapat tetap terjaga dan kepuasan pengunjung dapat tercapai. Tahep-tahap perencanaan yang digunakan adalah sebagai berikut : persiapan, inventasisasi, analisis, sintesis, konsep perencanaan dan perencanaan (Gambar 3). Alteratifaternatif: Pendekstan SDA 1 Pendekatan skits Danger Signal “Tajuan Dattsrkebututan Desks lemen (ais (non spasiat)) $ [Tab Pata (epsil) = Foto Matike ‘Ronsop Peogenibaagan “Landrcape Plan Reneana Tus jou Rencana Fasilias Rencana Svea Gambar 3, Diagram Perencanaan Lansekap Kawasan Rekreasi Gold (1980) Persiapan. Pada tahap ini ditetapkan tujuan perencanaan lanskap kawasan rekreasi anung jeram Sungai Citarik, berikut program, dan informasi lain tentang berbagei keinginan dan kepentingan baik dari pihak pengelola, pengunjung atau penguna tapak, penduduk setempat dan pemerintah daerah yang terkait 4 Inventarisasi. Inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data keadaan awal tapak yang dilakukan antara Tain dengan survey lapang, wawancara, pengamatan, perekaman, dan sebagainya. Survey lapang dilakukan untuk mengetahui keadaan awal tapak, baik keadaan di dalam maupun di Iuar tapak. Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan, seperti Pemda, perusahaan pengelola, pengunjung dan masyaraket sekitar. Pengambilan data primer melalui pembagian angket atau quisioner pada pengunjung dilakuikan pada hari biasa (weekday) dan weekend (Sabtu dan Minggu) serta pada hari libur dengan jumlah responden 60 orang (daftar pertanyaan pada quisioner dapat dilthat pada Tabel Lampiran 1). Wawancara tersebut dilakukan untuk ‘mengetahui Keinginan pihak-pihak di atas, arah pengembangan tapak di masa yang akan datang serta fasilitas yang diperlukan i kewasan tersebut. Selain itu, dilakukan juga studi pustaka untuk mendapatkan standar, persyaratan dan peraturan-peranuran pemerin- tah mengenai penataan kawasan rekreasi sungai. Pada Tabel 1 dapat dilihat jenis-jenis data yang dikumpulkan, bentuk, sumber dan cara pengambilannya, Analisis. Dalam tahap ini dilakcuken penilaian kesesuaian sumber daya tapak dan kondisi luar tapak yang mempengarubi tapak dengan tujuan perencanaan yang telah itentukan pada tahap persiapan yaitu sebagai kawasan rekreasi arung jeram. Data fisik dan sosial dianalisis untuk memperoleh potensi dan amenity yang akan dikembangkan, serta memperhitungkan kendala, dan danger signal untuk mencari cara mengatasinya Potensi dan amenity adalah keadaan yang sesuai dan menunjang kegiatan rekreasi arung, jeram, kendala adalah kondisi yang menghambat sedangkan danger signal adalah kondisi ‘yang dapat membahayakan pelaksanaan kegiatan rekreasi tersebut. Kriteria yang digu- nakan dalam menentukan keunggulan dan Keterbatasan tapak tersebut adalah tingkat kesesuaian sumberdaya dengan fungsi rekreasi dan fungsi preservasi tapak. Fungsi rekreasi meliputi beberapa fasiitas yang akan dikembangkan dalam tapak untuk menun- Jjang kegiatan rekreasi arung jeram. Fungsi preservasi meliputi preservasi vegetasi ripari- ‘an domestik, satwa liar yang ada. serta fisiografi alami dari sungai Citarik sendiri, Data yang dianalisis dipindahkan secara grafis untuk mempermudah penentuan kesesuaian Gari berbagai aspek sumber daya yang diperoleh, Hasil analisis berupa foto-foto dan peta-peta analisis. ‘Sintesis. Pada tahap sintesis, hasil-hasil analisis dioverlay untuk menghasilkan altematif pembagian ruang menurut pendekatan aktivitas dan pendekatan sumber daya. ‘Altematif-altematif tersebut ditujukan untuk mengarahkan pengembangen tapak yang dapat mengakomodasikan aktivitas rekreasi pengunjung dengan tetap menjaga kelestari- an lingkungan Sungai Citarik sebagai media rekreasi, Pada tahap ini juga ditentukan daya Gukung tapak untuk masing-masing aktivitas rekreasi yang berupa Tuasan lahan yang, iperlukan, jumlah pengunjung yang dapat ditampung dan jenis serta jumlah fasititas ‘yang diperlukan. Hasil yang diperoleh pada tahap ini berupa matriks hubungan ruang, aktivitas dan fasilitas serta zonasi tapak. Konsep Perencanaan, Pada tahap ini, alternatif terpilih atau gabungan dari dua alternatif pada tahap sintesis dikembangkan sehingga menghasilkan konsep tapak untuk ‘menghasilkan perencanaan yang mampu mengakornodasikan aktivitas rekreasi pengun- jung, sosial ekonomi penduduk setempat serta melindungi biofisik kawasan, Hasil perencanaan disajikan dalam bentuk rencana tata hijau, rencana fasilitas dan rencana sirkulasi serta rencana lanskap secara keseluruhan dan gambar-gambar perspektif. Batasan Studi Studi perencanaan ini dibatasi dari tahap persiapan sampai tahap perencansan ‘yang menghasilkan rencana lanskap kawasan rekreasi arung jeram Sungai Citarik melalui penataan fasilitas rekreasi dengan mengembangkan potensi tapak sesuai dengan kebu- tuhan aktivitas rekreasi pengunjung dan memperhatikan daya dukung lingkungan. 6 Tabel 1. Tabel Jenis Data, Bentuk Data, Sumber, dan Cara Pengambilan Tenis Data Bentuk Data Sumber Cara Pengambilan Daa Fisk am 1 Retin 4 Curahhujan bulanan BPS, BMG Sekunder b. Arab dan kecepatan angi ce Subusataxata d. Kelembaban udara 2. Topografi a. Peta topografi BPN, Kunjungan ke tapak Sekunde, primer . Petakemiringan lohan surveilapang. ©. Poladrainase Hidrologi Peta hidrologi BPN, Direktorat Sungai, Sekunder, Jeunjingan ke tapak Primer 4, Geometsi sungai 2. Lebar sungai BPN, kunjungan ke tapak, Sckunder, b, Fluktuasi amas Direktorat Sungai Primer . Pola sungai d Keberadaan bentukan usu 5. Kualitas air a Kekerohan Konjungaa ke tgpab/survei Primer sungai b. Polusi lapang 6. Kualitasestetika a, Good view,bad view Kunjungan ke tapel/survei Primer b. Bentukan unik lapang 7. Lokasi dan Dinas PU, survey lapang Sekunder, aksesibilitas primer 8. Jaringan Dinas PU, survey lapang Sckunder, ‘wansfortasi dan primer siskulasi ‘Data Bidlogi 1. Data vegetasi. a. Senisdan penyebaran-PHPA, kunjungan ke Sekaunder, vegeasi air ‘apa primer 'b, _Jenis dan penyebaran ‘vegetai parian 2, Satwa a Jenisdan penyebaran PHA, kunjungen ke Sckunder, primer ‘twa air tapak, stud pustaka ’. _Jenis dan penyebaran satwa di darat Data Sosial J. Tata gunalehan Tate guna lahan tapak Bapeda Tk I Sukabumi —_Sekunder 2. Kepomilikan Status kepemiikan Iehon di Bapeda Tk If Sukabumi _Sekunder Jafar tapak 3, Pengunjang -«a,-—Aktvitas pengunjung -Diparda Sukabumi, sokunde, primer b. Keinginan pengunjung pengunjung S, Citak , Jumlah pengunjung —— Wawancara 4, Masyarakat Pendapat dan Keiginan Masyarakat Primer sekilar masyacakat Wawancara DATA DAN ANALISIS Aspek Bio! ik Lokasi Tapak dan Aksesibilitas Studi perencanaan ini dilakukan di tapak yang terletak pada koordinat 6°50’ 7°02°LS dan 106°35’ - 106°38’BT, Sungai Citarik yang dijadikan tapak studi berhulu i Gunung Halimun pada ketinggian S00 m di atas permukaan laut dan bermuara di ‘Sungai Cimandiri pada ketinggian 60 m dpl. Secara administratif tapak terletak pada dua kecamatan yaitu kecamatan Cikidang dan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi serta meliputi beberapa desa diantaranya Desa Cialing, Sampora, Cijambe, dan Cikadu, Luas tepak yang akan direncanakan meliputi daerah sepanjang aliran sungai yang dijadikan rute perjalanan arung jeram yaitu 23 km dari panjang keseluruhan Kurang lebih 44 km, termasuk daerah riparian sungai. Pemerintah Daerah Sukabumi itarik me- netapkan luas kawasan pengembangan seluas 28 ha. Luas tersebut meliputi Jaunching area seluas 15 ha, siop area 3 ha dan finish area seluas 10 he. Lokasi tapak studi berjarak sekitar 30 km dari ibukota Kabupaten Sukabumi, 70 km dari kota Bogor dan 120 km dari Jakarta. Peta lokasi dan aksesibilitas tapak dapat dilihat pada Gambar 4. Untuk mencapai lokasi terdapat beberapa jalur alter- dalam Rencana Penataan Ruang Kawasan Pembangunan Wisata Sungai natif dengan kondisi jalan yang pada umumnya cukup baik dan dapat dilalui oleh kendaraan bermotor. Sepanjang 10 km pada jalur menuju lokasi Jaunching area, merupakan kawasan pertanian berupa sawah, hutan karet, perkebunan dan pemu- kiman penduduk yang khas sehingga menjadi daya tarik tersendiri_ bagi pengunjung yang sebagian besar berasal dari kota besar. Lokasi kawasan rekreasi arung, jeram Sungai Citerik mempunyai letak yang, sangat strategis sehingga Pemerintah Daerah Sukabumi menetapkannya sebagai salah satu dari 14 titik kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Sukabumi. Letaknya yang mudah dicapai dari beberapa kota besar seperti Sukabumi, Bandung dan Jabotabek, menjadikan kawasan ini sebagai kawasan_ rekreasi alternatif yang cukup menarik (Gambar 5). Kawasan rekreasi ini juga dilewati oleh wisatawan yang akan mengunjungi kawasan wisata pantai Pelabuhanratu sehingga berpeluang tinggi untuk dikunjungi oleh wisatawan. Ze, Lokasi tapak studi *-y., Batas kecamatan satan negara FC Kawasen wisita A Jalan propinst @ Toukota kecamatan satan kabupaten Gambar 4. Peta Lokasi dan Aksesibilitas Tapak. 9 B DKI Jakarta DWKee. Cibadak _, Kodya Sukabumi Bandung +k Lokasi start dan finish area Gambar 5. Diagram Lokasi Tapak Hidrologi dan Geometri Sungai Sungai Citarik sebagai tapak studi, merupakan salah satu sub DAS Sungai Cimanditi yang bermuara di Teluk Pelabuhanratu. Sungai ini mempunyai panjang keseluruhan sekitar 44 km dengan kedalaman yang bervariasi antara 50 — 250 cm dan lebar sungai antara 10 - 50 m. Sungei Citarik dipilih sebagai lokasi rekreasi arung jeram diantaranya Karena mempunyai arus yang deras, kualitas air yang masih baik serta adanya belasan jeram dan batuan yang menonjol dari dasar sungei, Sungai sebagai bentukan alam yang mempunyai topografi paling rendah dalam tapak merupakan penampung limpasan air dari daerah sekitarnya, Limpasan air tersebut kemudian dialirkan ke daerah yang lebih rendah sampai bermuara di laut. Sesuai dengan karakteristik topografi dan geologinya, Sungei Citarik mempunysi pola drainase dendritic atau bercabang (Gambar 6). Pola ini biasa ditemukan di suatu area dengan struktur geologi yang relatif seragam (Loebis, Soewarno dan Suprihadi, 1991). Daerah huly eungat dengan penampang sung yang sempt dan dalam, kualtas ne masit bak dan anus deras, ‘Aluc drainase alam: sebagar sumber ar bagi sungat yang perl dyaga dengan melesta- kan vegetast dan bentukan topogralinya. Daerah tengah sunga dengan lebar ‘sungai rata-rata 15 m, arus deras. kualitas air cukup batk dengan beberapa jeram yang menantang, sangat cocok sebagai media rekreasi arung Jeram. mempredikes terjacinya banyr. Alur dramase alarm pada lereng terjal, sangat rawan longsor dan eros terutama cisebabkan karena kurangnya penutupan vegetas Catatan duga permukaan are sebagar peman- tau kebnggan ar di Jembatan Paysqan untuk Daerah pemukiman dengan dranase buatan yang menceman baden | sungat dengan limbah comestik [ sehinggge perlu penanganan lebih laryut dengan pembuatan kantong- kantong dra pengolah lmbah, Lahan-lanan pertanian dengan pengolahan tanh intensf menceman badan sunga dengan limbah pestisida dan pupuk. Daerah hil dengan lebar ‘sungai antara 25 - SO m, arus lambat. , kualitas air kurang baik untuk dyacikan |: media rekreass ! PERENCANAAN LANSKAP LEGENDA KAWASAN RERREAST ARUNG JERAM SUNGAI CITARIK, SUKABUML [RX] Sungei ar = % mbar 6: Se] Garis kontur PETA ANALISIS HIDROLOGI DAN ST ou OLA DRAINASE ALAMI TAPAK Hoe Digambar oleh S+] Drainase alami LASSI LASTIANIA 31.1696) Dosen Pembimbing, 1r, Qodarian Pramukanto, Dp, Env, M ‘Dr. fr. Andi Gunawan, MSc, 2 Selain topografi dan geologi, aliran sungai juga dipengaruhi oleh keberadaan vegetasi riparian, tata guna lahan dan curah hujan pada catchment area, Penggunaan catchment area sebagai daerah pertanian atau pemukiman berdampak besar pada sistem drainase alami, mengurangi infiltrasi air bujan, meningkatkan total runoff dan sedimentasi pada aliran sungai, Menurut Forman dan Gordon (1986), vegetasi riparian sungai mengatur aliran air dan nutrisi mineral, meminimalken total runoff dan banjir musiman, mengurangi erosi tanah, sedimentasi dan pendangkalan sungai serta meningkatkan kualitas air. ‘Menurut pengamatan kualitatif di lapangan, kualitas air Sungai Citarik cukup memenuhi syarat untuk digunakan sebagai media kegiatan rekreasi. Secara fisik, air Sungai Citarik cukup jernih, tidak berasa, berwarna atau berbau dan bebas bahan kimia serta sampah domestik lainnya. Kualitas air dapat berubah sewaktu-waktu, pada musim penghujan dimana debit air relatif lebih besar dan arus semakin kuat, aliran air cenderung mengerosi bagian hulu. dan membawa sampah ke hilir. Dengan demikian mengganggu kegiatan rekreasi karena air menjadi keruh oleh partikel tanah dan sampah yang terbawa dari hulu. Pada tapak, sekitar 25% dari zone riparian sungai digunakan sebagai pemu- kiman dan lahan pertanian, Penggunaan zone riparian sungai sebagai pemukiman mempengaruhi kualitas air sungai secara langsung baik pembuangan limbah dan sampah ke dalam aliran sungai maupun penggunaan badan sungai sebagai MCK. Hal tersebut selain menurunkan kualitas air sungai juga mengganggu kegiatan rekreasi Pembangunan MCK yang dekat dengan badan air harus mempertimbangkan Jetak lapisan air tanah serta jenis tanah dengan tingkat porositasnya untuk menentu- kan jarak yang aman schingga pencemaran pada sumber-sumber air dapat dihindari (Harris and Dines, 1988). Untuk mencegah pencemaran badan sungai oleh limbah domestik dari MCK, setiap jamban penduduk/indust sistem konstruksi khusus dengan septic tank. Jarak yang paling aman untuk pemba- wisata harus dibangun dengan ngunan septic tank agar tidak menimbulkan perembesan/bahaya lingkungan adalah 10 im dari sumber air bersih (laut, danau, sumur, sungai). Alternatif lain yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kualitas air dan lingkungan sungei dari pencemaran limbah domestik dari pemukiman padat/industri pariwisata adalah dengan sistem pengotahan limbah/ sampah kolektif (Harris and Dines,1988), Dengan sistem ini, limbah dan sampah dikumpulkan pada satu tempat untuk kemudian diolah melalui proses STP (Sewage Treatment Plant) dengan hasil akhir yang aman untuk dialirkan ke sungai Berdasarkan kriteria Inernational Scale of River Difficulty (ISRD), Sungai Citarik _mempunyai tingkat kesulitan paling tinggi TI yang berarti_ cukup sulit diarungi dengan ombak cukup tinggi, pusaran air dan arus balik serta beberapa jeram yang deras dan bebatuan yang menonjol ke permukaan air. Untuk menjaga keselamatan para rafter, selain adanya keharusan untuk memakai helm dan pelampung, juga diperbatikan keting-gian air yang aman untuk diarung Untuk melakukan rekreasi arung jeram, diperlukan ketinggian air antara 60 sampai 120 skala “peilschaal” atau catatan duga permukaan air. Ketinggian air ideal untuk rekreasi ini adalah pada angka 90. Jika ketinggian air sudah melewati angka 120, kegiatan arung jeram dihentikan Karena arus terlalu kuat sehingga dapat membahayakan para rafter. Sedangkan pada angka dibawah 60, arus tidak cukup kuat untuk meluneur- kan peralu dan batu-batu terlalu menonjol ke permukaan air sehingga menghalangi perja-lanan peraht menuju ke hilir. Ketinggian air salah satunya dipengaruhi oleh cura hujan, dimana ketinggian air maksimal biasanya terjadi pada musim penghujan (Bulan Oktober sampai Mei), sedangkan tinggi air minimal terjadi pada musim kering (Bulan Juni sampai September). Pada Gambar 7 dapat dilihat hubungan ketinggian air dengan kesesuaiannya untuk whitewater. 30 60 90 120,150 Ketinggian Air Sungai pada Skala Peilschaal = 2 z 8 g 2 = & é Gambar 7. Grafik Hubungan Ketinggian Air Sungai dan Kesesuaiannya untuk Whitewater Pada musim penghujan, ketinggian air sungai dapat berubah sewaktu-waktu dan terjadi banjir bandang yang membahayakan para rafter. Untuk itu pemantauan ketinggian ait dan prediksi terjadi banjir harus dilakukan, Selama ini para pengelola rekreasi arung jeram memantau ketinggian air dengan membaca catatan duga permukaan air yang terletak di jembatan Desa Pajagan (Gambar 8). Cara lain untuk memperkirakan terjadinya banjir bandang adalah dengan mengamati kualitas fisik air sungai, tingkat kekeruhan serta adanya sampah yang terbawa arus dari hulu. Gambar 8. Catatan Duga Permukaan Air Sungai Jembatan Desa Pajagan. Secara hidrologi, potensi lainnya yang dimiliki oleh Sungai Citarik untuk dijadikan sebagai kawasan rekreasi arung jeram adalah nilai sinousity yang tinggi dan banyaknya delta atau pulau di tengah alur sungai. Nilai Sinousity yang tinggi berarti Sungai Citarik memiliki banyak’ Kelokan sehingga daya dukung visualnya tinggi Adanya pulau atau delta pada beberapa tempat di aliran Sungei Citarik merupakan pemandangan yang menarik bagi pengunjung dan dapat digunakan sebagai stop area. Davis (1899 dalam Gordon er al., 1992) membagi sungai menjadi tiga bagian yaitu headwater sone atau bagian hulu, middle order atau bagian tengah dan lowland cone atau bagian hilir, Tiap-tiap bagian sungai tersebut mempunyai karakteristik tersendiri yang dapat dijadikan potensi atau merupakan kendala bagi pengelolaan rekreasi arung jeram. Pada bagian hulu yang merupakan daerah erosi, mempunyai kontur yang relatif lebih rapat membentuk lembah yang curam dan biasanya melalui banyak terjunan dan jeram, Penampang melintang berbentuk V dengan materi palung sungai terdiri dari batu cadas, Kerikil dan tanah, Alur sungai di bagian hulu ini biasa- nya mempunyai aliran yang lebih besar daripada bagian sungai lainnya, Arusnya m4 yang lebih deras merupakan potensi tersendiri bagi para rafter. Selein itu di daerah ini air relatif lebih dingin dan stabil. Penampang sungai yang lebih sempit berarti vegetasi dapat lebih menaungi alur sungai Bagian tengah sungai (middle zone) yang merupakan daerah peralihan dari bagizn hulu ke bagian hilir mempunyai gradien dasar sungai yang lebih landai sehingga kecepatan aliran relatif lebih kecil dari bagian hulu, Umumnya penampang sungai pada bagian tengah berbentuk U sehingga masin mampu menerima aliran banjir. Daerah ini juga merupakan daerah keseimbangan antara daerah erosi dan pengendapan yang sangat bervariasi dari musim ke musim. Lereng bantaran sungai di bagian ini tidak terlalu terjal sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembangunan struktur, Pada sungai bagian tengah, arusnya masih cukup kuat untuk diarungi, banyak jeram dan batuan serta deita yang terjadi akibat pengendapan sehingga sangat cocok digunakan sebagai tempat kegiatan rekreasi arung jeram. Bagian hilir biasanya melalui dataran yang terbentuk dari endapan pasir halus sampai kasar, lumpur dan endapan bahan organik lainnya yang sangat labil, Alur sungai berbelok-belok yang disebut dengan meander. Pada bagian hilir ini kemi- ringan dasar sungai menjadi sangat landai sehingga kecepatan alirannya lambat dan mudah terjadi pengendapan. Apabila terjadi banjir, biasanya akan melimpas ke daerah Kiri dan Kanan sungai membentuk dataran banjir (flood plain) dan kadang- kadang juga dapat membentuk tanggul alam (nafural levees) sepanjang alur sungai. Pada Sungai Citarik, bagian ini dapat dilihat Kurang lebih tiga km sebelum muara sungai yaitu Sungai Cimandiri. Aliran air yang lambet tidak memungkinkan diada- kan kegiatan arung jeram, karenanya daerah ini dijadikan sebagai finish area. Lereng banta-ran sungai yang cukup landai (0 - 15%) dapat digunakan untuk membangun struktur bangunan tetapi perlu diperhatikan kelabilan tanahnya Pembagian sungai di atas dapat digunakan untuk menyeleksi tingkat kegiatan arung jeram, tingkat penggunaan, jenis dan jumlah pengunjung serta jenis fasilitas yang dapat diakomodasikan di dalamnya, Pembagian sungai tersebut dapat dilihat pada Gambar 9. Pola yang biasa terdapat di bagian hilir Penampang melintang skematik sungai aluvialdataran banjir tanggul alam 1 Gambar 9. Tiga Bagian Sungei Menurut Davis (1899) dalam Gordon, McMahon and Finlayson (1992). Menurit bahasan diatas, secara hidrologis, Sungai Citarik mempunyai potensi besar untuk dijadiken kawasan rekreasi arung jeram, Dalam usaha pengembangannya, perhitungan daya dukung, baik daya dukung sungai secara fisik dan ekologis maupun daci segi sosial sangat diperlukan. Daye dukung yang dimaksud adalah tingkat pengsu- naan dan jumlah pengguna pada tingkat pengembangan tertentu yang dapat bertahan tanpa menimbulkan kerusakan fisik, ekologis dan menurunkan kualitas pengelaman berekreasi (Tivy, 1972) Dalam pembangunan struktur seperti gedung dan jalan sebagai fasilitas pen- dukung rekreasi yang sesuai dengan daya dukung, sungai terutama untuk mem- pertahanken pola drainase alaminya diperlukan perencanaan yang tepat dan terpadu. 26 Usaha untuk mempertahankan pola drainase alami alami tapak dan kualitas air serta bentukan alami sungai tersebut antara lain : (1) memaksimalkan jarak antara drainase pembuangan dari tapak ke sungai, (2) memaksimalkan konsentrasi waktu dengan meminimalkan total runoff, (3) Penggunaan daerah penyangga untuk melindungi sungai dari zone pembangunan serta, (4) menghindari pembangunan struktur dan aliran drainase buatan dari bentukan kritis seperti lereng yang terjal, tanah yang labil dan habitat alami (Marsh, 1991). Pengelolaan program dan pengunjung dilakukan dengan memperhitungkan daya dukung fisik dan ekologis sungai serta daya dukung sosial sehingga kegiatan rekreasi dapat terakomodasi dengan baik tanpa menganggu kelestarian sungai dan memberikan kenyamanan dan kepuasan yang maksimal bagi pengunjung. Topografi dan Kemiringan Lahan Tapak studi yang merupakan deerah sepanjang riparian sungai sebagian besar terletak pada daereh yang bergelombang dengan kemiringan lebih dari 15%. Bebera-pa tempat di tepian sungai bahkan mempunyai tebing dengan kemiringan meneapai hampir 00%. Peta analisis topografi dan kemiringan lahan tapak dapat dilihat pada Gambar 10. 1. Daerah yang relatif datar dengan kemiringan 0 - 5% terdapat di bagian hilir sungai menuju ke muara. Daerah ini terletak pada ketinggian di bawah 100 m dp! dan menempati luasan Kurang dari 5% dari keseluruhan tapak. Daerah dengan kemitingan 0 — 5% mempunyai alternatif pengembangan yang luas yaitu sebagai daerah pemukiman, lahan pertanian maupun untuk kawasan rekreasi. Pada tapak, daerah ini terjadi akibat sedimentasi endapan banjir, biasanya berupa rawa karena aliran drainase yang buruk. Setelah penangenan drainase, daerah ini kini diman- faatkan penduduk setempat untuk lahan pertanian terutama sawah, Pemanfa-atan daerah ini sebagai area, harus memperhatikan letaknya yang berada di dataran banjir, kondisi drainase ‘yang buruk dan kelabilan tanahnya, agian dari kawasan rekreasi arung jeram antara lain sebagai finish 2. Pada tapak, daerah dengan kemiringan 5 ~ 15% (landai-berombak) menempati luasan taurang lebih 20% dari keseluruhan tapak. Seperti halnya daerah yang relatif datar (Kemiringan 0 ~ 5%), sebagian besar daerah ini terletak di bagian hilir menyju muara sungai, Saat ini daerah landai-berombak ini dimanfaatkan sebagai lahan pertanian terutama sawah dan kebun campuran serta daerah pemukiman. Pemanfaatan daerah ini untuk kegiatan rekreasi dengan tingket intensitas sedang ~ .gei cukup sesuai ~ Daerah dengan kemirngan 15% - 40% dapat dimanfaatkan untuk jens rekrest non intensif antara lain sebagar jalur trekking, + Pengembangan daerah im mash dapat dhlakukan dengan teknik grading lebih lanyut dian pembangunan struktur non permanen, Bagjan hulu dengan topograti rapat dan keminngan rata-rata > 40% kurang seoual untuk pengembangan kawasan rekreasi karena rawan longsor dan erosi. Perlu tindakan konservasi tanah dan ar dengan penanaman vegetasi untuk mengurangi bahaya longsor dan erost serta sedimentasi sungai = Daerah bertebing (kemimngan > 40%) dengan bahaya longsor dan eros tinggy pertv tindakan konservasr dengan penanaman vegetasi den retaning wall + Bentukan sungar yang khas menimbul- kan suasana petuatangan, merupakan potersi vsual yang dapat dirikmats ‘sepanyang petjalanan. Daerah dengan kemiringan 5% - 15% di bagien tengah sungai yang berarus. deras. sangat cocok dikembangkan sebagai start area dengan tata letak fasiitas yang memperhatikan daya dukung lahan dan mengantisipast kemungkmnan tecjadinya banyr. = Daerah fur yang mempunyai kemuengan 0 — 5% antara lam dapat dimantaatkan dakar teenie ead sangat luas antara lan sebagai finish es hirdepalleericrnity ae ease Seer fos grepearapieancoboabto Pengolahan tanah intensif untuk lahan pertamian dan pemukwman tanpa usaha konservasi banah di daerah dengan kemunngan > 15% sering menyebabkan longsor dan mengancam kelestanan sungat. LEGENDA KAWASAN REKREASY ARUNG JERAM J] Sungai — a ‘CITARIK, SUKABUM SS} Garis kontur PETA ANALISIS TOPOGRAF] DAN Sa} Jalan KEMIRINGAN LAHAN TAPAK_ Digambar olch LASS! LASTIANL(A 31.1696) ‘Dosen Pembimbing Tr: Qodarian Pramukanto, Dip, Env. M Dr. Ir, Andi Gunawan, {— 28 Pembangunan fasilitas penunjang rekreasi seperti bangunan sederhana, jalan untuk kendaraan bermotor, jalur trekking, parking lot dan lain-lain dapat dilaku- kan tanpa atau dengan modifikasi bentukan lahan (grading atau cut and fill). Tetapi karena daerah ini sebagian besar terletak di pinggir sungai, maka antisi- pasi kemungkinan bahaya banjir perlu dilakukan. Daerah dengan kemiringan 1S ~ 40% (bergelombang — berbukit) menempati hampir 40% dari Keseluruhan uas tapak. Pada kemiringan tersebut pemanfaatan lahan terbatas untuk kegiatan non intensif - semi intensif! Pembangunan struktur harus memperhatikan kemungkinan bahaya erosi dan longsor, terutama pada daerah tepian sungai, Pada tapak terlihat usaha pemanfaatan lahan oleh penduduk setempat sebagai lahan pertanian antara lain dengan sistem teras sederhana. Bahkan di beberapa tempat tertentu, daerah ini dimanfaatkan sebagai daerah pemukiman dengan teknik grading lebih lanjut, Pengolahan tanah yang intensif untuk usaha pertanian dan daerah pemukiman tanpa usaha konservasi tanah seringkali menyebabkan terjadinya longsor, Tetapi untuk jenis kegiatan rekreasi tertentu seperti cross country dan hiking, kemiringan lahan 15-40% merupakan potensi kerena menciptakan tantangan tersendiri bagi para pelakunya. Penyediaan fasilitas penunjang rekreasi arung jeram i daerah ini dapat dilakukan antara lain untuk stop area dengan jenis kegiaten non intensif dan pembangunan struktur terbatas, Usaha modifikasi lahan dengan teknik grading atau cut and fill masih dapat dilakuken dengan memperhatikan kondisi tanahnya, Daerah bergunung dengan kemiringan lebih dari 40% mendominasi bagian utara tapak yaitu bagian hulu sungai. Pada kemiringan tersebut, bahaya erosi dan longsor cangat tinggi terutama pada tepi sungai dimana arus air di bagian hulu sungai celatif lebih deras dari pada bagian sungai lainnya. Dengan demikian, kegiatan rekreasi ‘maupun pembangunan fasilitas rekreasi di daerah ini sangat terbatas pada tingkat intensitas rendah, Berdasarkan tingkat daya dukungnya yang paling rendah, maka alternatif pengembangan yang paling sesuai untuk daerah dengan kemiringan lebih dati 40% ini adalah sebagai daerah konservasi dan preservasi tanah dan air. Kemiringan lahan dan potongan tapak studi dapat dilihat pada Gambar 11 RA OK IS SSeS OTN RS CES Sk Ss SS KSEKSOS OSES ND RSet RROSSES40% 30 Tanah dan Geologi Berdasarkan data tanah dari peta tanah tinjau Daerah Aliran Sungai Cimandiri (Gambar 12), terdapat empat jenis tanah dalam tapak yaitu latosol coklat, asosiasi latosol coklat dan latosol coklat kekuningan, asosiasi latosol coklat kemerahan dan latosol coklat serta asosiasi aluvial kelabu dan aluvial coklat kekelabuan. Keadaan geologis tapak menunjukkan bahwa asosiasi aluvial mempunyai bahan induk enda- pan liat dan pasir, sedangkan asosiasi latosol berbahan induk tuf vulkan intermedier. ‘Menurut Soepardi (1983), tanah latosol merupakan jenis tanah yang terbentuk akibat hancuran oleh iklim yang intensif terutama di daerah tropik. Warna coklat atau kelabu pada horizon B menunjukkan lapisan atas yang tererosikan, sedangkan jika wana dominan lepisan permukaan tanah adalah kuning atau merah menunjukkan bahan induknya basaltik, Pada tanah yang dimanfaatkan untuk pertanian dapat menyebabkan tanah lapisan dalam yang berwarna kuning muncul di permukaan, Sifat yang menonjol dari latosol adalah terbentuknya keadaan granular. Keadaan ini merangsang drainase dalam yang sangat baik. Tanah ini terbentuk dari bahan induk batu/tufa vulkan dan duduk di atas medan bergunung pada 10 ~ 1000 m dpl dengan vegetasi utama hutan tropik lebat, Latosol mempunyai solum yang dalam (lebih dari 1,5 m), bertekstur liat, homogen atau makin liat dengan jeluk, struktur remah, konsis- tensi gembur dan homogen. Ciri lain dari latosol adalah berkadar bahan organik rendah, permeabilitas baik, tahan erosi dengan mineral liat campuran dominan 1:1 Pada tapak, tanah latosol sebagian besar dijumpai pada kawasan dengan kemiringan lahan lebih dari 15%, Sebagai tanah yang tergolong subur dan bersolum dalam, tanah ini dimanfaatkan sebagai Jahan pertanian, Mengingat letaknya yang berada pada kawasan sekitar hulu dan tengah sungai sebagai catchment area, peman- faatannya sebagai lahan pemukiman, pertanian dan tempat rekreasi, harus diper! tungkan secara matang. Kerusakan struktur dan menurunnya kesuburan tanah akibat pemanfaatan yang salah akan berdampak besar pada DAS. Kondisi drainase tanah latosol yang sangat baik dan tahan erosi merupakan potensi dalam pengembangan daerah ini sebagai kawasan rekreasi. Walaupun demikian, pembangunan struktur fasilitas rekreasi tetap harus mempertimbangkan aspek-aspek lain seperti kemiringan Jahan, kemungkinan banjir dan erosi akibat arus sungai yang cukup deras Daerah pertanian dengan pengolahan tanah mtenaif, selam merimbulkan bahaya ‘erosi dan longsor juga merusak struktur tanah dan mengurang} kesuburannya, Daerah dengan kondisi keratal dan batuan lepas cukup banyak dan dapat membahayakan penguayung sehingga perlu tindakan konservas: Daerah dengan jerts tanah cukup subur, berdramase bak dan tahan eros: dimentaatkan penduduk sebagai daerah pertanian dengan pengolahan tanah sem intent. Daerah pengendapan berupa dataran banyir di kiri dan kana. sungel akibat pengikisan intersit dan hulu dan tengoh sungat erly tindakan konservasi berups penghutanan kembali daerah panian hulu dan tengah sungas = Daerah rawan lengsor dan erost akibat arvs sungal yang cukup cif daerah hulu, walaupun mempunyar {jens tanah yang tergolong subur, pemaniaatannya sebaga: daerah | rekreasi sangat terbatas. I erly penutupan vegetasi Pengkat tanah untuk mencegah kervsakan struktur tanah lebih laryut. 12°0n endapan berupa delta dengan jenis tanah sangat subur dimenfaatkan pendudue agai lahani pertanian terutama sawah. = Jalur kendaraan beraspal dengan kondist sangat buruk akibat dramnase yang kurang baik dan kondlsi kerakal dan Aasftrncs vatuan leres cukup banyak schinage TERENCANAANEANSKAP dapat menbekeyskan ponggure jien LEGENDA KAWASAN RERREAST ARUNG JERAM Perl pembnagunan retaining wall dan SS] Sungai 'SUNGAL CITARIK, SUKABUMT tebing-teling penahan. — Camber 12 SN | Jalan PETA ANALISIS TANAH DAN Sa) Garis kontur GEOLOGI_TAPAK Digamiarolch LASSI LASTIANI (A 31.1696) ‘Dosen Ponbimbing Tr. Qodarian Pramukanto, Dip. Env. M Dr. le. Andi Gunawean, MSc. 2 Berdasarkan klasifikasi tanah menurut Thorp dan Smith (1941, dalam Soepardi, 1983) aluvial termasuk tanah azonal yang ciri-cirinya ditentukan oleh sifat bahan induknya. Aluvial merupakan tanah pertanian yang berarti, biasa dijumpai di daerah kiri kanan sungai, Bila didrainasekan dengen baik, tanah ini sangat produktif. Bahan aluvial termasuk ke dalam bahan induk inorganik yang terbentuk karena terangkut air dan diendapkan oleh sungai. Bahan aluvial ini terbagi menjadi tiga kkelas yaitu a). dataran banjir, b). kipas aluvial dan c). delta. Daratan banjir dijumpai di kiri kanan sungai, biasanya pada aliran sungai yang berbelok-belok. Pada belokan sebelah dalam ia mengendapkan bahan sedangkan pada belokan sebelah Iuar ia mengikis tebing sungai, Gejala ini mengh: ‘an lagoon dan oxbow yang sangat cocok untuk tempat pengendapan bahan aluvial dan pembentukan rawa-rawa. Terbentuknya meander memperbesar peluang air melimpah pada waktu banjir, dimana sungai mengangkut banyak bahan. Sebagian bahan ini akan diendap- kan di daerah limpahan air, yang kasar dekat alur sungai sedangkan yang halus di lagoon dan daerah yang berair tenang. Jadi ada dua macam deposit yaitu meander dan banjir yang berkisar dari kasar hingga halus. Kipas aluvial adalah pengendapan yang dipaksa akibat perubahan ketinggian yang mendadak dari aliran sungai, Bahan kipas biasanya berkerikil dan berbatu, agak sarang dan pada umumnya berdrainase baik, Delta terbentuk dari bahan halus yang diendapkan dan menimbun akibat terlalu banyak ombak dan aliran. Suatu delta ‘merupakan awal atau Kelanjutan dari suatu dataran banjir, bahannya berliat dan sering merupakan rawa, Kadar bahan organik aluvial tergolong rendah, permeabilitas lambat dan peka erosi, Pada tapak, tanah ini dijumpai pada ketinggian kurang dari 300 m dpl, mulai dari tengah sampai muara sungai. Pada kemiringan lebih dari 40%, terutama di sekitar riparian sungai, bahaya erosi dan longsor akibat pengikisan oleh ‘anus sungai sangat tinggi terutama jika penutupan vegetasi Kurang, Kondisi permukaan tanah pada tapak khususnya kondisi kerakal dan kerikil serta batuan lepas cukup banyak dan dapat terlihat di permukaan tanah terutama pada daerah dengan kemiringan lebih dari 40% dan daerah yang mengalami erosi. Keadaan tersebut cukup membahayakan kegiatan rekreasi Karena seringkali batuan yang lepas arena longsor masuk ke badan sungai dan menghalangi jalannya perahu. Selain itu kondisi di atas perlu diperhatikan dalam pembuatan jalur (track) untuk penelusuran sungai dan pengembangan aktivitas lainnya, B Kondisi geologi tanah yang rawan terhadap longsor dan gerakan tanah serta drainase yang kurang baik menyebabkan beberapa jalur kendaraan beraspal menyju tapak memiliki kondisi yang sangat buruk, Melihat sifat fisik tanah dan geologi dalam tapak, pengembangannya sebagai kawasan rekreasi arung jeram terbatas pada daerah tertentu dengan kondisi geologi dan tanah yang cukup stabil. Pembangunan struktur fasilitas penunjang rekreasi juga dibatasi dengan daya dukung pondasi yang kurang baik serta komprebilitas rendah, sehingga hanya bangunan-bangunan seder- hana yang dapat dibangun di atas tapak. Dengan demikian bahaya longsor dan am- blas dapat dihindari sehingga Kondisi lahan dapat dijaga dan dipertahankan kelesta- riannya, Alternatif lain untuk melestarikan lahan dan mencegah terjadinya erosi per- mukean adalah dengan mempertahankan vegetasi yang sudah ada dan penanaman vegetasi teruiama di daerah rawan erosi, Sedangkan aktivitas rekreasi lain yang dapat dikembangkan berupa rekreasi alam non intensif dengan durasi singkat antara lain trekking, camping, viewing, cross country, fishing dan \ain-lain, Iktim Tklim adalah sintesis atau kesimpulan dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca dalam jangka panjang di suatu tempat atau daerah (Handoko, 1995). —Iklim dipengaruhi oleh Jahan dan bentukan lahan, vegetasi, Kombinasi vegetasi dan bentuk- an lahan, air serte pengaruh buatan manusia seperti bangunan, jalan dan pembukaen lahan lainnya. Faktorfaktor pembentuk iklim antara lain curah hujan, suhu udara, kelembaban, radiasi matahari, uap air dan angin, Pengamatan data iklim dalam studi perencanaar difokuskan terutama untuk kenyamanan manusia sebagai pengguna tapak dan fungsi konservasi dan preservasi untuk mempertahankan Kondisi tapak. Pada Gambar 13 dapat dilihat grafik iklim tapak 1, Suhu Udara Suhu rata-rata bulanan tapak berkisar antara 19° - 33° C dengan intensitas cahaya matahari cukup tinggi terutama pada daerah yang kurang mendapat naungan vegetasi. Bentukan lahan, ketinggian dan vegetasi sangat mempengarubi suhu dan intensitas cahaya matahari dalam tapak, Pada bagian hulu sungai dimana konturnya lebih rapat dan penampang sungai lebih sempit sehingga vegetasi dapat lebih menaungi alur sungai, memiliki iklim mikro yang relatif lebih sejuk dan nyaman, Sebaliknya, semakin ke hilir dimana penampang sungai lebih lebar, kontur semakin landai dan vegetasi berkurang, suhu dan intensitas uM 9 100 Kelembavan 8° wm ( 10 60 50 40 {Lama Penynaran’ 30 20 fo : Hanian 9 f9 e e of 8 uta taksnat 45 subs Rata Rata she Mine ‘Suhu Udara (°C) YAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT SEP OKT NOP DES Bulan Gambar 13. Grafik Iklim Tapak (1988 - 1998) cahaya matahari relatif lebih tinggi. Penanaman vegetasi dengan kanopi yang padat akan sangat membantu menciptakan iklim mikro yang lebih nyaman. Vegetasi mengontrol radiasi cahaya matahari melalui penyaringan, kontrol radiasi permukaan, refleksi dan penghalang, Dengan demikian, pengunjung akan lebih nyaman dalam melakukan kegiatan rekreasi terutama di daratan pada siang hari. Selain itu Keberadaan sungai sebagai badan air pada tapak sangat berpengaruh dalam menciptakan udara sejuk ke sekeliling tapak. 38 Kelembaban Udara Kelembaban udara rata-rata bulanan pada tapak cukup tinggi yaitu berkisar antara 77 - 89%. Keadaan tersebut dinilai cukup nyaman bagi manusia dan cukup sesuai untuk melakukan kegiatan rekreasi (Brooks, 1985). Kelembaban udara antara lain dipengaruhi oleh topografi, keberadaan badan air dan vegetasi dalam tapak. Kondisi topografi tapak yang berbentuk lembah dan koridor menyebabkan aliran udara dingin bergerak sepanjang koridor dan meninggalkan tapak ke daratan yang lebih tinggi, Hal tersebut menyebabkan tapak teruatama sepanjang riparian sungai terasa lebih lembab dan panas pada siang hari Sebaliknya pada malam hari udara dingin bergerak ke arah tapak dari dataran yang lebih tinggi mengikuti alur sungai sebagai koridor (Gambar 14). Untuk mengurangi kelembaban dalam tapak antara lain dapat dilakukan penanaman vegetasi yang cukup menaungi tetapi tidak menghambat pergerakan angin dengan membersihkan cabang pohon setinggi 2,5 sampai 3 m dari permukaan tanah sehingga dapat mendukung aliran udara. : Malam hari Gambar 14, Aliran Udara Dingin pada Tapak (Robinette, 1983). 6 3. Curah Hujan Curah hujan rata-rata bulanan pada tapak berkisar antara 100 — 344 mm Curah hujan maksimal terjadi pada bulan Desember, sedangkan jumlah minimal terjadi pada bulan Juli, Musim penghujan berlangsung dari bulan Oktober sampai Mei dengan jumlah hari hujan rata-rata 116,7 hari. Pada bulan-bulan kering (Juni sampai September) curah hujan rata-rata mencapai Kurang dari 200 mm, Curah hujan sanget mempengaruhi ketinggian permukaan air sungai. Pada bulan-bulan kering, ketinggian permukaan air sungai dapat mencapai kurang dari 60 pada skala peilschaal yaitu angka minimal untuk kegiatan arung jeram sehingga kegiatan rekreasi ini dihentikan untuk sementara Untuk menanggulangi hal tersebut, maka diadakan program kegiatan rekreasi alternatif seperti trekking, viewing sekitar sungei, ishing, camping dan lain-lain. Pengaturan ketinggian air sungai pada musim kering juga dapat dilakukan dengan sistem pintu air dimana air sungai dapat ditahan dan dialirkan untuk medapatkan ketinggian air yang diinginken. Pada musim penghujan dimana ketinggian air dapat melampaui angka 120, sungai dapat menjadi berbahaya untuk diarungi karena arus yang terlalu deras dan adanya bahaya banjir. Vegetasi dan Satwa Vegetasi Vegetasi dalam tapak dapat dibedakan menjadi dua yaitu vegetasi alami yang berupa hutan dan vegetasi yang terkait dengan kehidupan masyarakat berupa vegetasi pertanian, Vegetasi alami yang berupa hutan sekunder mendominasi sepanjang riparian sungai terutama pada sekitar hulu yang masih jarang dihuni oleh penduduk. Hutan sekunder dengan tipe hutan hujan tropika pegunungen dengan tajuk berlapis-lapis, pohon-pohon tinggi dan didominasi oleh pohon bambu Jenis pohon yang dijumpai di daerah riparian Sungai Citarik antara lain berjenis- jenis Ficus, Waru (Hibiscus tilaceae), sukun (Arthocarpus altilis), kapuk randu (Ceiba petandra), walisongo (Schefflera ochinophylla) dan lain-lain, Sedangkan jenis _semak dan groundcover yang, menutupi tebing dan lereng-lereng sungai antara Tain dari family piperaceae, zingiberaceae, keladi (araceae) Bromelia spp., Cassia alata, Calliandra callothyrsus, Sanchezia nobilis, paku-pakuan dan berjenis-jenis tanaman_merambat Tabel Lampiran 2 memperlihatkan sebagian jenis tanaman yang ada dalam tapak. Peta analisis vegetasi tapak dapat dilihat pada Gambar 15. > 15% dengan rerasering dapat menyebabkan longsor dan erosi serta mencemat sungar dengan pupuk dan pestisida yang digunaskan secara beriebihan, Jk pada kemuringan mn b sungat yendali longsor gat potenst Pemandangan yang memberikan kesan petualangan. PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN REKREASI ARUNG JERAM. SUNGAL CITARIK, SUKABUMI Gambar 15 PETA ANALISIS VEGETASI TAPAK Digambar olds LASSI LASTIANI (A 31.1696) 38 Vegetasi hutan sekunder yang cukup rapat dan khas tropis dengan berjenis- jenis liana dan efifit dapat menimbulkan suasana petualangan dan menjadikan peman- dangan yang menarik bagi para rajier. Vegetasi berupa pohon atau semak di daerah tebing sungai yang menjuntai ke badan sungai, menbantu menghalangi penetrasi sinar matahari dan menciptakan iklim mikro yang lebih nyaman. Keberadaan vegetasi alami selain sebagai pemandangan juga sebagai habitat satwa liar dan meminimum- kan bahaya erosi dan longsor. Pada daerah yang sudah dihuni penduduk atau dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, mempunyai jenis vegetasi yang berbeda. Jenis vegetasi pertanian yang ditemukan di daerah ini antara lain berupa pesawahan, perkebunan, hutan produksi, tegalan, dan pekarangan, Jenis vegetasi eksotik yang dij mpai dalam tapak antara lain padi dan palawija, singkong, kedelai, jagung dan tanaman pangan lainnya, pohon berbuah seperti rambutan, nangka, pepaya, pisang, kelapa, jambu air, belimbing, alpukat dan lainnya, Sedangkan tanamen perkebunan antara lain karet, coklat, dan cengkih. Vegetasi pertanian di ats mendominasi daerah riparian sungai daerah hilir yang mempunyai tanah aluvi yang subur dan kemiringan lahan kurang dari 15%. Penanaman vegetasi pertanian dengan pengelolaan tanah yang intensif pada daerah riparian sungai terutama yang mempunyai kemiringan lebih dari 15%, dapat menimbulkan behaya erosi dan longsor. Di beberapa bagian sungai, bahaya erosi akibat pengolahan tanah untuk pertanian tersebut selain dapat membahayakan keles- tarian sungai, juga menganggu kegiatan rekreasi pada badan sungai. Kendala lain yang ditimbulkan oleh vegetasi di pinggir sungei antara lain adanya batang, ranting dan bagian-bagian pohon lainnya yang jatuh ke badan sungai dan menghalangi jalannya perahu bahkan membahayakan para rafier, Hal itu dapat diatasi dengan pengecekan lapang sebelum kegiatan arung jeram dilaksanakan untuk menyingkirkan bagian-bagian tanaman yang menghalangi terutama setelah terjadi hujan. Pada studi perencanaan ini, perencanaan tata hijau selain untuk kenyamanan pengguna tapak juga ditujukan untuk mempertahankan serta memperbaiki: kondisi tapak. Fungsi vegetasi untuk kenyamanan pengguna tapak adalah sebagai peman- dangan, pencipta suasana petualangan, kesan alami serta iklim mikro yang lebih ayaman, Fungsi ekologis vegetasi adalah sebagai penahan erosi, pengikat tanah, habitat satwa, peredam bunyi dan pengarah angin. Dengan terpeliharanya kelestarian vegetasi riparian sungai, maka kualitas fisik badan sungai dapat dipertahankan dengan meninimalkan sedimentasi dan pendangkalan sungai akibat erosi serta » meningkatnya kualitas air sungai. Perencanaan tata hijau dalam tapak dilakukan dengan mempertimbangkan fungsi dan kesesuaiannya dengan kondisi tapak. Vegetasi yang telah ada dipertahankan sedangkan pemilihan vegetasi dan peletakannya selain untuk fungsi rekreasi juga ditujukan untuk fungsi Konservasi tanah dan air. Satwa Pada tapak dijumpai berbagai jenis satwa antara lain dari jenis mamalia, aves, amphibi dan reptil. Satwa liar jenis mamalia dan reptil umumnya ditemukan pada bagian tapale yang masih alami. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan lapang, jenis mamalia yang sering dijumpai antara lain monyet, musang , bajing, kucing hutan dan lain-lain. Dari jenis reptil ditemukan berbagai jenis ular, kadal dan biawak. Kondisi vegetasi riparian yang masih alami merupakan habitat yang sangat cocok untuk berbagai jenis burung seperti burung kepodang (Oriolus chinensis), burang kacamata (Zosteraps ipalpebrosa), burung kipasan merah (Riphidura phoenicurd), burung prenjak sayap garis (Prinia familiaris), burung udang (Alcedo aithis), burung cakakak (Haleyon chloris) dan lain-lain. Jenis-jenis satwa yang ada pada tapak dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Daerah riparian sungai merupakan pertemuan beberapa ekosistem yang menjadi habitat, tempat berlindung dan penyedia makanan serta pergerakan berbagai jenis satwa sehingga memiliki kelimpahan hayati yang, sangat tinggi. Kelimpahan ini ditenukan oleh kestabilan ekosistemnya yang berarti usaha mempertahankan kondisi alami tapak sangat penting, Dalam perencanaan kawasan rekreasi alam, kelimpahan satwa dalam tapak merupakan potensi yang sangat beser Karena dapat menciptakan pengalaman tersendiri bagi pengguna tapak. Pemanfaatannya dapat dilakukan dengan penempatan stop-stop area pada daerah tertentu, pembuatan pos-pos pengamatan sabwa serta jalur sitkulasi dimana pengunjung dapat mengamati satwa dari jarak tertentu tanpa menggang- qu setwa itu sendiri, Pengembangan kawasan untuk rekreasi arung jeram dilakukan dengan tetap mempertahankan tapak bahkan diusahakan memperbaiki kondis habitat alami satwa liar Jalur Sirkulasi Dalam tapak terdapat dua jalur sirkulasi utama yaitu sirkulasi pengunjung dan sirkulasi pengelola, Dua jalur sirkulasi ini meliputi jalur sirkulasi di darat dan di badan sungai, Sirkulasi pengunjung merupakan sirkulasi Kegiatan rekreasi dengan kegiatan rekreasi utama arung jeram dan kegiatan rekreasi alternatif antara lain trekking, viewing, kemah dan lain-lain, Untuk sirkulasi rekreasi arung jeram, bentuk sirkula- 0 sinya adalah linear, dimana pintu masuk dan keluar berbeda, Sedangkan sirkulasi pengelola merupakan sirkulasi penunjang rekreasi antara Iain meliputi sirkulasi untuk rescue, sirkulasi akomodasi dan peralatan. Sirkulasi pengunjung di darat, wulai dari jalur masule menuju tapak baile dari arah Parungkuda maupun dari arah Cibadak. Kondisi jalur sirkulasi darat tersebut sebagian besar berada dalam keadan baik Jalur berupa jalan beraspal selebar kurang lebih 4 m dengan sisi kiri dan kanan jalan berupa hutan, sawah, perkebunan dan pemu- Kiman penduduk yang bernuansa pedesean, Lokasi start area berada di pingair sungai dengan akses langsung ke jalan raya sehingga pengunjung dapat mencapainya dengan kendaraan, Jalur sirkulasi untuk kegiatan rekreasi arang jeram berikutnya adalah di badan sungai yaitu berupa lintasan arung jeram, Lintasan ini dimulai dari launching area melewati beberapa stop/rest area di pinggir sungai sampai finish area, Selama ini dalam tapak terdapat dua alternatif start area dan beberapa altermatif finish area sehingga pengunjung memiliki beberapa alternatif jalur. Dari finish area yang merupakan akhir lintasan arung jeram, pengunjung menempuh jalur sirkulasi darat untuk meninggalkan tapak. Beberapa lokasi finish area terletak tidak jauh dari jalan beraspal sehingga pengunjung dapat langsung meninggalkan tapak dengan menggunakan kendaraan Sirkulasi pengunjung lainnya adalah sirkulasi untuk kegiatan rekreasi alternatif, yaitu trekking dan kemping. Selain itu terdapatjalur sirkulesi pengunjung menuju pengi- hapan yang terletak kurang lebih 200 m dari lokasi start area. Jalur sirkulasi tersebut berupa jalur setapak dengan pemadatan dan perkerasan serta jembatan bambu melintasi sungai, Kondisi jalur sitkulasi ini dapat dilihat pada Gambar 16, Gambar 16. Kondisi Jalur Sirkulasi pada Tapak Sirkulasi pengelole untuk pelayanan akomodasi antara lain ditujukan untuk membawa kendaraan dan barang-barang pengunjung dari start area ke finish area. Selain itu jalur ini juga digunaken untuk membawa kembali peralatan arung jeram seperti perahu karet, dayung, pelampung dan lain-lain dari finish area ke start area. Jalur sirkulasi pelayanan ini berupa jalan beraspal selebar 2,5 ~ 4 m, sebagian besar dalam kondisi buruk. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh kondisi drainase yang buruk dan kurangnya perawatan, Di kiri kanan jalan terdapat banyak longsoran batu yang membahayakan pengguna jalan. Jalur sirkulasi lain yang digunakan oleh pengelola adalah jelur untuk tindakan penyelamatan yang disebut river ruming system, baik di darat maupun di bedan sungai, Jalur penyelamatan darat terdiri dari dua jalur yaitu jalur pengamat dan jalur pelaksana tindakan penyelamatan, Jalur pengamat mempunyai akses langsung ke badan sungai di beberapa tempat, berupa jalan setapak yang dapat dilalui sepeda motor roda empat (ATP) dan motor trail. Jalur ini berguna untuk mengawasi peserta dan menginformasikan keadaan di lapang pada tim rescue serta memberikan perto- longan pertama jika terjadi kecelakaan, Jalur pelaksana rescue berupa jalan berbatu atau beraspal yang dapat dilalui oleh jeep tim rescue, Akses terdekat menuju sungai untuk jalur ini berada di Citangkolo dimana peserta yang tidak bisa melanjutkan perjalanan dapat diangkut melalui darat, Jalur penyelamatan lain yang termasuk ke dalam river running system adalah yang berada di badan sungei, terdiri dari dua perahu tim rescue yang berada di depan dan di belakang rombongan, Tim depan berada di anus utama dan bertindak sebagai pemandu untuk perabu lainnya, Sedang- kan perahu belakang bertindak sebagai penyelamat jika ada peserta yang jatuh ke sungai dan memastikan rombongan selamat sampai di finish area. Jalur-jalur sirkulasi pada tapak dapat dilihat pada Gambar 17. Sirkulasi pengunjung yang sebagian besar berupa jalan beraspal kurang menampilkan ciri tapak sebagei kawasan rekreasi alam, Di lain pihak hal tersebut memudahkan aksesibilitas menuju tapak, Kondisi jalan yang sebagian besar berkelok dan bertebing dengan kemungkinan bahaya longsor, dikhawatirkan dapat membaha- yakan pengunjung, Perbaikan kondisi jalan sangat diperlukan untuk mempermudah pergerakan pengunjung mengingat semakin meningkatnya jumlah pengunjung dari waktu ke waktu, Meningkatnya jumlah pengunjung dan aktivitas rekreasi di kawasan ini dikhawatirkan dapat menimbuikan dampak yang buruk terhadap lingkungan jika tidak dilakukan pengaturan jalur sirkulasi yang tepat canocing B Alternatif Jalur Rekreasi : 1, A-B: Pinta Masuk 1, Start 1, Finish 1, Pint Kefuar = Panjang rute arang jeram 11 km, fama perjatanan 2,5 =3 jam, 2. A~C: Pinta Masuk 1, Start 1, Finish 2, Pint Keluar 2 1g utc arang jeram 19 km, lama perjatanan 3,5 -4 jam, Pintu Masuk 1, Start 1, Finish 3, Pintu Keluar 3 Panjang rute arung jeram 23 km, lama perjalanan 6 - 8 jan 4, B-C: Pintu Masuk 2, Start 2, Finish 2, Pintu Keluar 2 Panjang rate arung jeram % km, fama perjatanan 1,5 - 2 jam, 5, B-D: Pintu Masuk 2, Start 2, Finish 3, Pinu Keluar 3 Panjang rule arung jeram 12 km, fama perjatanan 3 ~ 3,5 jam. Akomodasi_— Penyelamatan di tempat Penyelamatan darat Jalur sitkulasi untuk akomodasi A-D-C-D-E-F-G-II ‘merupakan jalur sirkulasi darat untuk kendaraan berfungsi sebagai jalur pergerakan pengclola, barang dan poralatan, Jalur sirkulasi untuk River Runing System a~b~c~—d dan badan sung: merupakan jalur untuk tindakan penyclamatan baik di darat mauputn di badan sungai LEGENDA Badan Sungai Jalur Akomodasi Jalur Rekreasi darat Jalur Penyclamatan Pintu Masuk | Start 1 Start 2 /Finish 1 Pintu Keluar 1/Pintu Masuk 2 Finish 2 P F ntu Keluar 2 ish 3 Pintu Keluar 3 + Stop Area PERENCANAAN LANSKAP. KAWASAN REKREASI ARUNG JERAM SUNGAI CITARIK SUKABUML Gambar 17 JALUR SIRKULASI PADA TAPAK Digambar oleh : LASSI LASTIANI/ A 31.1696 Dosen Pembimbing Tr Qodarian Pramukanto, Dip. Env, M Dr. Ir. Andi Gunawan, MSe, No, Gambar : ‘Tanpa Skala a Sensous Quality Pemandangan Tapak sebagai kawasan rekreasi alam, mempunyai potensi berupa peman- dangan alam yang sangat menarik, baik sungai dan ripariannya maupun daerah seke- liling tapak yang dilalui pengunjung. Pemandangan dalam tapak yang dibentuk oleh karakter geologi, topografi, dan vegetasinya antara lain berupa hutan-hutan lebat sepanjang sungai, lembah dan tebing, memberikan kesan alami dan petualangan bagi para pengunjung yang: sebagian besar berasal dari daerah perkotaan, Begitu pula pemandangan berupa sawah, ladang, perkebunan dan pemukiman penduduk yang khas pedesaan (Gambar 18) Pemandangan di atas dapat dinikmati baik selama perjalanan menuju start area maupun selama melakukan kegiatan rekreasi. Untuk memanfaatkan potensi tersebut, selama perjalanan dibuat stop-stop area terutama di tempat-tempat tertentu ‘yang mempunyai pemandangan yang khas, Dari hasil penyebaran quisioner kepada pengunjung, 39 orang memilih beristirahat di hutan, 20 orang memilih di sawah, 8 orang di pemukiman penduduk dan 8 orang lainnya memilih beristirahat di daerah bertebing, Untuk pengunjung yang ingin menikmati pemandangan sekitar tapak dapat melakukan kegiatan trekking menyusuri sungai, Selain bentangan alamnya, vegetasi dan satwa dalam tapak juga cukup menarik untuk diamati antara lain dengan pembuatan menara pandang, rest area dan jalur sirkulasi yang melewati titik-titik tertentu. Untuk mempertahankan potensi tapak tersebut, pembangunan sarana dan fasilitas rekreasi harus direncanakan secara tepat. Selama ini, kendala utama dalam tapak yang dapat mengancam kelestarian pemandangan alami tapak adalah pemba- ngunan struktur yang merusak fisik sungai juga mengancam keberadaan vegetasi alami dan satwa liar sekitar sungai Bunyi Bunyi secara fisik merupakan unsur lanskap yang dapat menimbulkan kesan psikis yang berbeda yaitu kenyamanan atau dapat merupakan gangguan bagi manusia, tergantung dari frekwensi bunyi tersebut, Bunyi dalam tapak yang berasal dari debur- an air, gesekan daun dan suara sabwa dan elemen alam lainnya yang tertiup angin merupakan potensi tapak karena dapat menimbulkan kesan alami dan petualangan. Borrowing scenery di sepanyang (plan menyy tapak Pemandangan dt sepanyang jalan menu} tapak berupa perkebunan, lahan pertaman dan pemuieman penduduk. ¥y Suasana penginapan dengan nuansa pedesaan di delta sungal dekat start area Kondis! finsh area he | olan PETA ANALISIS TATA GUNA LAHAN Ed Garis kontur IXISTING TAPAK Diganbar och LASS! LASTIANI A 31.1696 Doves Penbinbing Tr, Qodarian Prarukanto, Dip, Env, M Dre. Andi Gunawan, MSc. ees st kemiringan antara 15 - 40%, dimana pengolzhan tanah non intensif masih dapat dilakukan, Daerah tengah sungai juga dimanfaatkan oleh perusahaan pengelola rekreasi anung jeram sebagai siart area dengan semua fasilitas penunjang rekreasi antara lain pendopo sebagai tempat berkumpulnya pengunjung, lapangan parkir dan penginapan. Pemanfaatan daerah sekitar jembatan Desa Pajagan sebagai start area untuk kegiatan rekreasi arung jeram cukup sesuai dilihat dari kualifikasi hidrologi sungei dan aksesi- bilitasnya, Arus sungai pada daerah ini cukup deras tetapi terdapat daerah dengan arus tenang sebagai /aunching spot dan tempat latihan sebelum arung jeram dilaksa- nakan, Aksesibilitas ke daerah ini sangat baik mengingat daerah tersebut dilalui jalan beraspal yang cukup lebar setingga jalur akomodasi penunjang rekreasi dapat berja- Jan lancar, Dari segi kealamian kawasan, daerah siart area ini terasa kurang membe- rikan kesan alami Karena letaknya yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dan jalan raya, Beberapa perusahaan pengelola memilih daerah sekitar jembatan Desa Cikadu sebagai finish area yang terletak hampir di muara Sungai Citarik. Daerah hilir ini dilalui jalan raya yang cukup ramai sebagai jalur lalu lintas pariwisata pantai Palabuhenratu, Secara aksesibilitas lokesi ini sangat strategis tetapi kurang memberi- kan privasi bagi pengunjung, Letaknya yang terlalu ke hilir menyebabkan arus di Gaerah ini sangat lambat sehingga waktu perjalanan semakin lama terutama di musim kering dimana ketinggian air rendah dan arus air relatif tambat, Dilihat dari hasil analisis tanah dan hidrologi, penggunaah lahan secara inten- sif teratama pada daerah dengan kemiringan lebih dari 15% dapat berdampak buruk terhadap kelestarian tapak Penggunaan daerah riparian sebagai lahan pertanian selain dapat menimbulkan bahaya erosi dan longsor, juga mencemari air sungai dengan limbah pestisida dan pupuk yang digunakan petani. Sedangkan pada daerah pemu- kiman kendala terbesar selain bahaya erosi dan longsor adalah tercemarnya air sungai oleh limbah dan sampah rumah tangga. Salah satu usaha untuk menjaga kelesterian sungai adalah dengan mengem- balikan fungs: daerah riparian sungai sebagai kawasan lindung. Undang-Undang RI NO. 24 Tahun 1992 tentang penataan ruang menetapkan zone riparian sungai sebagai kawasan lindung, Tujuan dari pengelolaan kawasan lindung menurut Keppres No. 32 Tahun 1990 adalah (1) meningkatkan fungsi lindung terhadap air, tanah, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa, (2) mempertahankan 32 keanckaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam. Walaupun demikian, pengubahan tata guna lahan pada tapak harus tetap memperhatikan kepen- tingan penduduk sckitar yang bertempat tinggal dan bermata pencaharian di daerah ini Kepekaan lahan pada tapak ditentukan oleh jarak dari tepi sungai, tingkat kemiringan, jenis tanah dan struktur geologi serta adanya tidaknya kemungkinan tetkena limpasan banjir. Daerah yang memiliki tingkat kepekaan paling tinggi adalah dacrah yang berjarak Kurang dari 10 meter dari tepi sungei, kemiringan lebih dari 40%, struktur tanah dan geologi yang labil serta kemungkinan terkena limpasan banjir. Untuk daerah tersebut, perlu dilakukan tindakan preservasi dan konservasi tanah dan air dengan penutupan vegetasi alami berupa semak, herba, liana dan vegetasi alami lainnya. Pada daerah dengan tingkat kepekaan paling rendah, memiliki daya dukung paling tinggi sehingga altematif pengembangannya relatif lebih beragam termasuk untuk kawasan rekreasi semi sampai non intensif. Pemerintah dacrah Tingkat I Sukabumi dalam naskah kerjasamanya dengan PT. Hotel Indonesia Internasional telah menetapkan daerah Sungai Citarik sebagai salah satu dari 14 titik kawasan pengembangan wisata Kabupaten Sukabumi. Hal tersebut merupakan faktor pendukung dalam kegiatan perencanaan tapak studi sebagai kawasan rekreasi arung jeram, Dalam usaha pengembangan kawasan ini, selain penataan penggunaan lahan untuk tujuan rekreasi dan konservasi juga diharap- kan dapat menjadi salah satu penopang pengembangan ekonomi mesyarakat setempat, SINTESIS Pemanfaatan Potensi dan Penanggulangan Kendala Pada tahap analisis terhadap berbagai unsur lanskap tapak dihasilkan potensi dan kendala yang kemudian pada tahap sintesis ini diberikan alternatif pemanfaatan potensi dan penanggulangan kendala sesuai dengan tujuan perencanaan yang telah ditentukan, Alternatif-alternatif usaha pemanfaatan potensi dan penanggulangan Kendala yang dilakukan tersebut ditujukan untuk memperoleh arahan terhadap proses perencanaan selanjutnya. Hasil analisis dan sintesis terhadap berbagai unsur lanskap tapak dapat dilihat pada Tabel 2 Evaluasi Kesesuaian Lahan Tapak Analisis kesesuaian penggunaan lahan pada kawasan rekreasi arung jeram berbeda dengan analisis untuk kesesuaian Jahan pada kawasan rekreasi alam lainnya. Kesesuaian penggunaan lahan pada tapak untuk kegiatan rekreasi arung jeram diten- tuken oleh pertimbangan kesesuaian antara karakteristik sumberdaya rekreasi dan persyaratannya, Begitu pula dengan beberapa penggunaan lahan untuk aktivitas- aktivitas rekreasi lain yang ada pada tapak. Karakteristik sumberdaya rekreasi yang digunakan untuk menentukan kese- suaian lahan pada tapek antara lain adalah faktor biofisik baik badan sungai terutama hidrologinya sebagai media rekreasi maupun daerah riparian sungai dan daerah sekitarnya sebagai daerah penyangga serta faktor sosial dan ekonomi setempat Hubungan antara karakteristik sumberdaya dan aktivitas rekreasi pada tapak dapat dilihat pada Tabel 3, dimana sumberdaya yang dapat mengakomodasi aktivitas pada erdasarkan dampak yang ditimbulkannya terhadap tapak, baik biofisik maupun sosial ekonomi tapak Penilaian untuk tiap karakteristik di atas kemudian di overlay sehingga menghasilkan pembagian ruang pada tapak berdasarkan tingkat Kesesuaiannya sebagai media kegiatan rekreasi, terutama arung jeram. Peta hasil overlay tersebut dapat dilihat pada Gambar 23. Dari peta tersebut dapat dilihat bahwa beberapa penggunaan lahan yang telah ada dapat dipertahankan sedangkan sebagian lainnya perlu perbaikan dan penatean lebih lanjut. Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil evaluasi kesesuaian penggunaan lahan tapak dihubungkan dengan tanda noktah. Aktivitas juga dinilai existing pada tapak berdasarkan kriteria-kriteria yang digunakan. Tabel 2. Analisis Sintesis Sumberdaya Lanskap Kawasan Rekreasi Sungai Citarik. Tar | ‘Anal ness ~ Lanskap (1) ~Potensi (2) Kendala @) ~Pemanfiatan Potensi(4) | _Pemecahan Kendala @) Fisile [1 Lokasidan [> Lokasi tapak oukup strategis Lokasisiart dan finish area | - Memanfoatkan semua | - Merencanakan dan mene- ‘Aksesibili- | mudah dicapai dan dekat terlalu dekat dengan pemuki- potensi alam yang ada tapkan peruntukan lahan tas dengan pusat-pusat komunitas, | man penduduk sehingga dalam tapak secara opti- | tapak dalam zena tertentu Berada pada jelur wisatapantai | mengurangi cil tapak sebegai mal untuk tujuan pengem- "| sesuai dengan intensitas Pelabuhanratu kawasan rekreasi alam, bangan kawasan dengan | _kegiatan pengunjung. ~ Mempunyai potensi SDA untuk | -, Tidak ada gerbang masuk memperhitungkan daya | ~ Penentuan rencana penem- rekreasi sungai terutama arung | khusus ke kawasen ini dukung alamnya. patan fasilitas penunjang jeram (anus yang deras, kual Penataan kawasan terutama di | - Mempertahankan kondisi | rekreasi tas air yang masih balk Hingku- | start dan finish area masit tapak yang masih alami. | ~ Perbaikan jalar aspal me- gan masih alert). kurang terpadu naj dan kelua”tapak ‘Angkestan umam menuju lokes ~ Penyediaan gerbang, pa- belum tersedia sehingga pe- pan name lintasan, pusat ‘nguojung harus membawa ken- informasi penganjung dan daraan sendiri atau menyewa Jaintain, kkendaraan, 2, Hidrologi | ~ Ams deres, kualitas air mash | - Adanya fuktuasiketinggian cic | - Mempertahankan kondisi | - Pengadaan pregram rek- | beik, volume dan gradien dasar | yang cukup tinggi antara musim | air sedapat mungkin demi | reasialternatifpada sungai memenuhi syarat untuk | hujan dan musim ering cseimbangan ekologis smusim-musim tertenta kegiatan whitewater sehingga kegiatan whirewater | dan berlangsungnya kegi- | _dimana kegiatsn white ~ Sungei Citarik termasuk kelas tidak dapat dilakukan stan rekreas. ‘water tidake dapat dilak- TIT dengan belasanjeram dan | - Pemanfaaten badan air sebagai | - Pemanftatan delte dan sanakan. batuan yang menonjol dari MCK dan saluran drainase air | sinousity sungai sebagai | - Penataan saluran drainase dasar sungai kotor serta pembuangan sampah | potensi visual dengan pe- | buangan dengen pembu- + Nilai sinousity sungai tinggi terutama pada daerah pemuki- | nempatan stop-step area | _ stan kantong cram di da- ‘menambah pengalaman dan ‘man memurankan Kualitas air itt tertentu rah pemukimaa. kepuasan berekseasi bagi sunga ~ Pengadaan MCK umum pengunjung, agek jauh dari sungei Lanjutan Tabel 2. aw @ @) a) E ©. 3 Fopograt [> Kemiringan laian di beberapa _|- Pemanfaaten dacrah bertebing | - Pemenfaatan aban datar |~ Penyesuaian tata leak tempat di riparian sungai cakup | dan bergelombang sebagai ‘untuk pembangunan sarana | —fasiitas dengan kontur memadai untuk pembangunan | —lahan pertanian dengan pe- dan fasilitas rekreasi Jehan pada tapek. serana dan fasilites rekreasi ngolahen lahan intensif pada | - Mempertahankan bentukan |- Pembangunan retaining ~ Daerah yang mempunyai kemi- | tapak meningkatkan ‘lami riparian sungai yang | wall pada lahaa lbil, ringan > 40% dapat dimanfaat- | kemungkinan bahaya longsor | bergelombang den meman- | _saluran drainase dan kan sebagai media penunjang | Luasnya erea pada tapal yang | featkannya sebagai ‘vegetasi penutup untuk rekreesi ‘mempunyai kemiringan lahan | borrowing scenery dengan | _mencegah erosi/longsor. = Topografi yang bergelombang | > 40% membatasi pengemba- | penempaten siop-stop area, rmemberikan tantangan dan ngan tapak dan pembangunan pemandangan menatik: serana dan fasiltas rekreas ‘Adanya kemungkinen banjir i beberapa tempat. 4, Tanah dan | ~ Secara uum, tanah dalam ada kondisi topografi yang | - Pemanfeatanlahan subur | Perencanasn tata letak Geotos. tapak yang berupa asosiasi bergelombang, tetama pada | untuk pensnamen vegesasi | —fasiitas yang éisesuaiken Iatosol den afuvial cukup subur. | lohan di pinggir sungai, Kepe- | penguat dengan kondisi tanah dan kaan teshadap erosisangat ‘geologi tapak. tings = Pembuatan retaining wall Kondisi batuan lepes sering dan penanaman vegetesi diternui sehingga menganggn untuk mencegah bahay kegiatan rekress. cerost dan longsor. 5. Iklim ~ Suh udara dalem tapak cukup [+ Intenstes cahaya matahari | ~ Vegetasi peneduh tetep |-- Penanaman vegetasi dan a. suhu sejuk dan nyaman terutama cokup tinggi terutamea pada dipertahankan, pembangunan fasilites pada daerah yang berkanopi tengah hart penedub, padat ‘Subu relatif tinggi pads mu- + Penyaranan wektus kunju- sim kemarau. gan rekreasi pada pagi dan sore hari saat subu tidak terlalu panas ss Lanjutan Tabel 2. @. @ z @. @ 5) B Kelembab- | - Kelembaban udera pada tapak | - Pada siang hari dimana udara ~ Penanaman vegetasi untuk an relatif nyaman dan sesuai untuk) —dingin meninggalkan tapak, melancarkan alran udara keegiatan rekreasiakibat kondisi | terutama musim hujan, ~ Pemilihan material sesuai topografi yang berbentuk lema- | Kelembaban relatif lebih dengan kondisiiktim bab, vegetasi dan keberadaan tinggi badan air. «. Curah = Curah hjanrata-rata bulanan | - CH tinggi pada bulen-bolan ~ Pemantaun ketinggian Hiujan ccokup memeruhi kebutuhan. tertentu dapat menyebebken acus sungai urtuk menjaga 6, Vegetasi dan Satwa sir yang diperlukan untuk kegiatan rekreasi arung jeram Vegetasi dalam tapak cukup beragam sehingga merupekan pemandangan yang menarik terutama pada daerah dengen penutupan vegetasi rapat ‘Vegetasi yang menaungi sungei menciptakan iklim mikro yang lebih nyaman dan suasana petualangan, Pada daerah dengan vegetasi yang masih asi dapet dijum-pai satwa liar dengan keliné baba yang cukup tinggi banjir dan ketinggian air smelampaui batas 120 sehingga membahayekan refer. ~ Saat hujan sult diramalkan ~ Pada bulan-bulan kering ketinggian air dapat kurang dari 60 sehingga kegiatan arung jeram tidak dapat dilakukan. ~ Area pertanian dengan pengo- lahan tanah intensif pada dae- rah dengan kemiringan > 15% menye-babkan meaurunnya ‘kesuburan tanah dan menim- ‘butkan behaya erosi dan runoff ~ Adanya bagian pohon yang, menjulur ke badan sungai seringkali mengganggu kegiatan arung jeram. ~ Mempertahankan keberada- an vegetas alam untuk, menunjang kealamian tapak dan kehidupan satwa liar di dalamnya kemungkinan terjadi banjit bandang terutama pada ‘musim-musim penghujan, = Pembangunan pinta ‘untuk mengatar ketinggian air sungaijka dipertukan. - Pemilihan tanamen yang, sesuai dengan kondisi tanah dan topografi tapak ~ Penanaman vegetasi penahan erosi di tempat- tempat dengan resiko erosi dan run-off tinggi 9s Lanjutan Tabel 2 a ®, ___@ &. 7 Talur TTalur shales! pada tapak baik | - Jalur sirkulasi darat untuk | - Mempertahankan jalur ~ Penamibehan fasiitas Sirkulasi | untuk sirkulasi pengun-jung pengelola yang meninggalkan | sirkulasi yang telah ada sirkulasi maupun sirkulasi pengelola tapak berupa jalan beraspal ~ Perbaikan koncisifstk cculup menunjang pergeraken ) _bereda dalam kondisi buruk Jintasan dengan perba- dan kegiatan rekreasi di darat_ | dengan bahaya longsor dan rngunen retaining wall, dan di badan sungei ‘erosi di beberepa tempat saluran drainase, board + Jalursikulasidarat menuju sepanjang jalan, walk, dl tapek berada dalam kondisi ccukup baik berupa jalan ber- aspal dengan lebar 2.5 -3m + Jalur sirkulasi darat berupa jalan setapak menamabah citi ddan kesan alam pada tapak 8. Sensous | ~ Pemandangan alam menu ~ Adanya buangan sampeh dan | - Mempertahankan kondisi | - Penataan dan Quality tapak dan dalam tepak masih limbeh ke badan sungai dari | alamitapak balk vegetasi, ) _peletakan fasts dan lami dan sangat menace pemukiman penduduk di bbentukan alam maupun sarana rekreasi di tempat berupa hutan-hutan lebat sepan- | beberapa tempat sepanjang clemen lanskap alam yang agak jah dari jalan jang sungei, lembah, tebing, ‘sawal-sawah dan kebun, serta pemukiman penduduk yang kkhas pedesaan. ~ Bunyi-bunyian yeng berasal dari gesekan dedaunan, deburan sir dan suara satwa dalam tapak menambah ke-san alami dan suasana petualangan bagi pengunjung. sungai menciptakan peman- dangan yang kureng ayaman ddan mengganggu Kegiatan rekreesi Bunyi kendaraan bermotor dan suara pengunjung di daerah-daerah yang telah ramai menggangeu keberada- an dan kehidupan iar dalam tapak, leinnya ~ Mempertahankan vegeta alami tapak sebagai habitat satwa. ddan pemukiman penduduk. is Lanjutan Tabel 2. yang rapat menunjang kualites visual tapak. Hlamparan sawah dan pemu- ‘kiman pendudulc menjadi objele pemandangan menarik di sekitar tapak. kan kualites fis tapak terata- rma sungai dan ripariannya, @ oO @, a | Aspek Sesial 1. Pengunjung | - Jumlah pengunjung yang 7 Peningkatan jumilah pengun- | - Mempertaianken SDA |- Pengelolaan prog'em dan dan aktwvitas | semakin meningkat merupaken | jung dan penambahan altema- | tapak yang menunjang | _pengaturan jadwal kunjungan. potensidalam pengembengan | tifrekreasi pada tapak yang | kelangsungan kegiatan | - Pembetasan jumlah pengun- tapak. rmelebihi kapasitas daya du- rekreasi jung dan kendaraan yang = SDA pada tapak menunjang Jcung tapak: dapat mengancam ‘masuk kawasen pelaksanaan Kegiatan rekreasi_ | kelestaran fsik sungai alam Ininnya sebagai alteratit bagi pengunjung. 2. Perusahean | - Adanya perusthean pengelola | - Pembangunan struktur untuk ~ Pengaturen pemberianizin pengelota rmenunjeng pengembangan sarana dan fasilitas rekreasi untuk pembangunan struktur tapak sebagai kawasan rekreasi | yang berlebihen dikhawati- fasiites dan sarana rekreasi alam dan membuka kesempatan | kan dapat mengancam keles- sesuai dengan days dukung kerja bagi penduduk sotempat | trian fisk tapake terutama topak i bidang pariwis sungai 3. Penduduk | - Penduduk setempat merupakan | - Kurangnya tenaga kerja lokal | - Pemanfaatan SDM lokal | - Peningkatan keterarpilan setempat ‘SDM potensial sebagai suplay | yang berpendidikan sebagei | sebagai pengelole tenaga kere iokal mela asa wisata pengelola utama. kegiatan rekreasi pelatihan 4.TetaGuna | - Tapak sebagian besar masih | - Pemangeatan lahan tapak yeng | - Mempertahankan tata | - Penataan peruntucan lahan Lahan alami dengan ruang terbangun | _ tidak sesuai dengan kon guna lahan yang masih | sesuai dengen daya dukung <30%. tanah, geologi, topografidan | slami alamnya. = Hlutan dengan vegetasi alam daya dukung tepak menurun- as ‘Tabel 3, Matriks Hubungan Sumberdaya Rekreasi dan Aktivitas pada Tapak Aktivitas Jonis aktivitas ‘Sepeda gunung Sumberdaya Biofisik Karakteristik Tidrologi — | Ketinggian air HO sung 0-90 20-120 >H20 Kualitas air Pola drainase ‘Bentukan dan Hulu Keoepatan Anus | Ter Sungai Bil Topogia | 0- 5% dan 35-15% Kemiringan [15 ~40% Lahan 40% “Tanah dan | Kesuburan Geologi [_Komprebilitas Drainase Keterangan : =: dampak terhadap lingkungan fisik tapak +: dampak tethadap perekonomian penduduk setempat Rekreasi Foto hunting ‘Alktivitas Penunjang Penjualan Lanjutan Tabel 3 oes ‘Altivitas Penuojan; Aktivitas Senis aktivitas Foto hunting Kemping plik Sumberdaya [ Subu Udara__ ‘Kelembaban Curah Hujan “Hotan sekaunder alam Vegetasi dant [Perkebunan & futon produkst Sotwa Lahan jinn penduduk ‘Vepetasi riparian Satwa Sensous | Pemandangan Quality Banyi Sosek Pengunjung | Jura danaktivites [Waktu kunjungen Pendidikan Penduduk | Ekonomi Setempat Partisipas Porasahaan | Penyerapan tenage kere Pengelola | Manajemen ‘Lahan Pertanian |[Pemukiman Penduduk Hiutan Alani ‘Tata Guna Lehan Keterangan = dukung sumber daya tinggi TE] Daya dukung rendah 0 FENDA: SI) = Siang Jaw SESLAL CURUP SESUAT NDAK SEStAL 'SUNGAL CTTARIK SURABU SH 1 Oadiran Pamulano. Di Eas St ‘8sas tg gh pak a ‘Tabel 4. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan pada Tapak. PENGGUNAAN LAHAN BIOFISIK SoseK UNTUKFASILITASREKREAS! [| PADA TAPAK | Ketinggian air & Lebar & kedalaman Tanah & Geologi Vegetasi & satwa Pengunjung & aktivitas Penduduk setempat ‘Tata guna laban kecepatan arus 3 a = 3 Topograli Pemandangan Kualitas Air ‘A, Launching’ start area 1. Lapangan parka 2. Visitor center aang 3, Launching spot 4 Talur trekking 3. Pondok wisata B. Stop area 1. Shelter 2, Banaien 3, Kios makanan ©. Finish area 1 Finish spot 2. Kamar mandi 3, Lapangan parkir ete | Keterangan : RH Sesuai [5 Kurang sesuai ‘Cukup sesuai [) Tidak ada hubungen Program Ruang Dari hasil evaluasi kesesuaian penggunaan lahan yang telah ada pada tapak dapat disimpulkan bahwa beberapa penggunaan Iahan yang ada, tidak atau kurang sesuai dengan kondisi tapak schingga perlu penataan lebih lanjut. Untuk memper- baiki kondisi tersebut maka pada program ruang ini diajukan altematif fungsi dan aktivitas serta fasilitas yang akan dikembangkan pada tapak sesuai dengan pembagian ruang yang diperoleh dari hasil overlay peta-peta analisis. Program ruang tersebut Gihasilkan melalui dua pendekatan perencanaan yaitu pendekatan aktivitas dan pende- kaian sumberdaya. 8 Alternatif program ruang yang terbentuk diharapkan selain dapat mengako- modasikan aktivitas rekreasi pengunjung dan aktivitas penunjang rekreasi juga dapat melestarikan kondisi biofisik tapak dengan mempertimbangkan daya dukungnya. Alternatif Pengembangan Sumberdaya Tapak Tapak sebagai suatu kawasan rekreasi alam dengan jenis rekreasi utama arung jeram memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan baik untuk menunjang rekreasi arung jeram itu sendiri maupun jenis rekreasi lainnya sebagai rekreasi alter- natif, Melalui pendekatan sumberdaya, ruang-ruang yang dihasilkan pada peta kom- posit ditentukan penggunaan terbaiknya untuk suatu kawasan rekreasi alam sehingea dihasilkan beberapa alternatif pengembangan yang selain dapat mengakomodasi kegi- atan rekreasi juga memperhitungkan daya dukung tapak. Alternatif pengembangan tersebut diperoleh dengan memanfaatkan berbagai potensi tapak dan memperhitung- kan kendala serta danger signal yang ada, baik faktor biofisik maupun. sosial ekono- mi tapak, disesuaikan dengan tujuan pereneanaan yang telah ditentukan, Potensi tapak yang paling utama dalam perencanaan kawasan rekreasi arung. jeram adalah faktor biofisik sungai sebagai media rekreasi terutama hidrologinya ‘Menurut Whittaker et al (1993) daya dukung sungai untuk menyelenggarakan rekre~ asi whitewater ditentukan oleh kekuatan arus, Ketinggian dan kualitas air, bentukan dasar sungai, batuan seria tipe saluran yang mempengaruhi tipe-tipe aliran sungai Berdasarkan analisis hidrologi, Sungai Citarik mempunyai tingkat kesulitan II sampai Il (International Scale of River Difficulty) yang berarti cukup menantang untuk diarungi tetapi masih cukup aman dimana tingkat kecelakaan terhadap pengunjung tergolong rendab. Dengan demikian tapak mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan sebagai kawasan rekreasi arung jeram. Beberapa potensi hidrologi lain yang dimiliki Sungai Citarik, seperti kualitas aimya yang masih baik, vegetasi ripari- annya yang alami, dapat dimanfaatkan untuk pengembangan rekreasi air lainnya. Sedangkan menurut bentukan sungainya, bagian sungai yang mempunyai tingkat kesesuaian paling tinggi untuk whitewater adalah bagian tengah sungai Pada agian tengah, penampang sungai berbentuk U sehingga masih mampu menampung, aliran banjir, arus masih cukup deras, sedangkan lereng bantaran sungai tidak terlalu terjal sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembengunan struktur. Bagian bulu sungai yang mempunyai arus yang lebih deras juga dapat dikembangkan sebagai /aunching area dengan pembatasan pengunjung dan pembangunan struktur seminimal mungkin mengingat Kontur lerengnya yang rapat, penampang sungai yang lebih sempit dan tingkat erosi tinggi. Pada daerah hilir sebagai daerah pengendapan mempunyai arus sungai relatif lebih lambat dan kontur lereng landai. Pemmanfaatan daerah hilir sebagai (finish area dengan pengembangan lebih lanjut dan pembangunan struktur harus memperhatikan kondisi drainasenya yang buruk dan adanya bahaya luapan banjir pada musim penghyjan, ‘Kemiringan lahan tapak yang bervariasi antara 0 - 5% (landai) sampai lebih dari 40% (curam) mempengaruhi daya dukung tapak secara keseluruhan. Bagian tapak dengan kemiringan lahan 0 - 5% mempunyai beragam penggunaan antara lain sebagai lapangan parkir, bangunan permanen, jalan beraspal, dan fasilitas rekreasi lainnya, Sedangkan lahan dengan kemiringan 5 - 15% dapat dikembangkan untuk rekreasi semi sampai non intensif dengan pembangunan sarana rekreasi semi perma- nen, Untuk lahan dengan kemiringan 15 - 40% mempunyai peluang pengembangan yang sangat terbatas hanya untuk jenis rekreasi non intensif dan pembangunan sarana seminimal mungkin, tetapi usaha modifikasi lahan dengan teknik cut and fil atau grading masih dapat dilakukan, Lahan dengan kemiringan lebih dari 40% yang ‘mendominasi daerah hulu mempunyai daya dukung paling rendah sehingga pengem- Dangannya sangat terbatas untuk rekreasi non intensif dengan intensitas rendah Penggunaan paling sesuai untuk daerah ini adalah sebagai daerah konservasi dan preservasi tanah dan air. Faktor lain yang menentukan dan mempengaruhi_perkembangan tapak seba- gai kawasan rekreasi alam adalah faktor sosial ekonomi aniara lain pengunjung, pen- duduk setempat, perusahaan pengelola dan tata guna lahan yang telah ada. Dalam mengembangkan Kawasan rekreasi, faktor Kkeinginan pengunjung atau demand menentukan jenis aktivitas dan sarana yang akan dikembangkan pada tapak. Untuk rekreasi arung jeram ini, pasar yang dituju adalah masyarakat kalangan menengeh ke atas karena biaya penyelenggaraan masih relatif mahal. Dengan demikian pemilihan okasi yang dekat dengan pusat-pusat komunitas akan sangat membantu pemasaran, Penduduk setempat mempunyai peran yang sangat besar dalam ikut mengusa- hakan perkembangan kawasan dengan suplay tenaga kerja dan dukungen lainnya Perusahaan pengelola sebagai pihak pengembang kawasan memegang peran penting sebagai peyelenggara kegiatan rekreasi dan Kelestarian tapak melalui pengelolaan program dan penguajung yang sesuai dengan daya dukung tapak. Dari hasil pengembangan sumberdaya tapak di atas diperoleh _fungsi-fungsi yang dapat diterapkan pada tapak yaitu fungsi rekreasi air, rekreasi darat, konservasi, penyangga, sirkulasi dan pelayanan, Pada Tabel 5 dapat dilihat perincian mengenai sumberdaya tapek, fungsi ruang, tujuan dan aktivitas di dalamnya, sedangkan peta pembagian ruang tapak berdasarkan alternatif-alternatif fungsi tersebut dapat dilihat pada Gambar 24. Tabel 5. Fungsi Ruang, Tujuan dan Aktivitas yang akan Dikembangkan pada Tapak Berdasarkan Pendekatan Sumberdaya. No. ‘Sumberdaya Tapake ‘Alternatif pengembangan Fungst Tujuan Ruang T | Sungai berada pada Kelas UT | Rekreasi Air ) Mengakomodasi Whitewater (SRD) dengan Kualitas air yang kegiatan rekreasi ‘Memancing masih baik, belasan jeram dan yang menggunakan ‘batuan yang menonjol dari dasar ‘media badan sungai. sungai. 7 | Pemandangan slam tapak yang | Rekeasi | Mengakomodasi “Trekking lami, terutama pada riparian Darat kegiatan rekreasi Kemping sungai, vegetasi alami dan satwa pengunjung didarat | Piknik liar, ditunjang dengan aksesibiitas (iparian sungai) Viewing ‘yang baik dan kemiringan fakan Foto hunting yang memadai untuk pemnbangu- znan fasiltas pemunjang, relzeasi. 3, | Adanya bahaya erosi dan longsor | Konservasi | Melestarikan dan Penanaman pada daerah dengan strukturtanah memperbaiki kondisi | Pembangunan abil, kemiringan > 40%, kurang, biofisik tapak dengan | retaining wall ‘vegetasi penutup. terutama di memisabkannya dari | dan saiuran dacrah < 10 m dari sungai daerah dengan limba. penggunaan intensif. | Daerah yang perla dilindungt Penyangga | Sebagai buffer area | Rekreasi pasif ‘Karena merupakan habitat satwa untuk melindungi liar atau vegetasi alami seperti Start? > Ruang tanga T 176 Launching area | + Ruang peraatan 1 9 + Toilet dan tempat ganti | + 4 pakaian >» Stoparea |. Toilet 1 6 + Bangku & peneduh 0 40 + Kios makanan : ‘ > Finisharea |. Toiiet dan kamar mandi | 1? Pe + Restoran 7 ie + Sarana tetekomunikasi 1 ‘© Lapangan parkir 7 oF * Kios cendramata Rekreasi alteraatif | > Welcome area |+ Geivang masuk T = Piknik + Lapangan parkir 1 + Visitor center 1 176 «Information center 2 . © Kios-kios dan restoran + Kemping Intensive area |* Camping ground 1 500 + War game + Lapangan bermain 7 ia) + Sepeda gunng | > Semiintensve), aur sepodaguning \ oe © Jalur trekking * Viewing % Non intensive 2 + Foto hunting area foe nee 4 Dengan menggabungkan dua alternatif di atas diperoleh suatu program ruang yang membagi tapak ke dalam enam ruang berdasarkan fungsi dan tujuan ruang yang telah ditentukan pada alternatif pengembangan. Masing-masing fungsi kemudian dibagi ke dalam beberapa zona menurut jenis akti ‘s dan fasilitas yang akan diako- modasikan di dalamnya, Fungsi ruang, zona, aktivitas dan fasilitas yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 7. n Tabel 7. Fungsi, Zona, Aktivitas dan Fasilitas yang akan Dikembang pada Tapak mencegah pembuangan limbah domestik langsuag ke badan air = memeliara daerah riparian dari pembangunan struktur No. |__ Fungsi Ruang ‘Akivitas Fasilitas @ Q) @ a) 6). 1. | Rekreasi Air | - Starratau = daliar ulang ~ rang tunggu dan Lawiching area | - ganti pakaian persiapan + persiapan dan cek peralatan | - toilet dan tempat = menerima informasi berupa —)ganti pakaian instruksi-instruksi dalam, ~ruang peralatan berekreasi Badan air ~ whitewater rafting = Tawnching spot canoeing + dek pemancingan = memancing ~Stop area ~ istirabat ~‘empat duduke | + menikmati permandangan = gzzebo/shelter + minunn/makan ~ ios makanan ~ke toilet = toilet = foto-Foto ~Finish area |= mandi = finishing spot = makan/minam ~ kamar mandi stirahat =restoran = membeli cendramata ~penginapan/hotel | ~kios cendramata ~Japangan parkir | Rekreasi__| - Welcome area | - memasuki kawasan ~ gerbang masuk Alternatif = memarkir kendaraan ~ lapangan park = mendaftar dan membayar + information centre biaya administasi - toilet dan tempat = menerima informasi berupa sganti pakaian * brosur dan leaflet = visitor centre berist + pemutaran filnvslide seramibi, kantor, * perafuran permainan rmusola, ruang, * peralatan pemutaran film, dl, ~ memilih jenis rekreasi ~ kios makanan = penginapan ~Daeral riparian | * piknile ~ jal trekking sangai * trekking ~ bangku dan shelter * viewing sekitar sungai + jembatan gantung foto hunting - menara pandang * kemping ~ papan penunjuk ara ~ papan interpretasi ~ pondok wisata = camping ground 3. | Konservasi_ [Air Timemelihara kualitas air dengan | - kantong-kantong drain sebagai saluran drainase terpadu. ~teinpat sampah jauh | dari badan sungai = MCK umum yang Jul dari sungai Lanjutan Tabel 7 n Q) (2) Q) (4) (5) 3. | Konservasi | - Tanah | = melindungi tanah dari longsor | -refaining wall penahan | - menghindari pembangunan longsor dan erosi | sctuktur pada daerah dengan | - vegetasi pengikat tanah Keemiingan > 40% “Sawa dan | - menikmnati Keanckaragaman | - vegetasi pengundang vegetasi hayati sepanjang riparian satwa sungai | -Hnlur trekking dengan = Foto hunting |__menara pengamatan 4 | Penyangga | Perlindungan | - menikmati keragaman hayati, | - Buffer area berapa bertedub, menghirup udara| | _ruang terbuka hijau 3. | Sirklast ~Kendarean | ~ lal intas untuk rekreasi mena | ~ jalan beraspal menuju, ju dan meninggalkan tapak dalam dan keluar tapak ~lalulintes penunjang rekreasi: | jalan kendaraan dengan akomodasi dan peralatan akses ke sungai untuk * river running system tindakan rescue ~ papan penuniuk arah ~ lapangan parkir ~ Orang = trekking, Berjalan kal ~Jolur trekking dengan papan penunjuk arah dan papan interpretasi & | Pelayanan | -komerail Timembell makanan/ minuman | ~Kios makanan/esioran | = membeli cendramata = toko cendramata “Kebersinan | - menjage kebersihan dan keala- | - tempat sampah dan WC rian kawasan = pos-pos jaga ~keamanan ~mengawasi penguaiung = tim dan peralatan ~pertolongan pede kecelekaan | penyelamatan/ reseue = river running system ~ sarana telekomurikasi = utitas ~ penerangan ~ lampu penerangan jalan = komunikasi ~ saluran air bersih dan ~pengadaan air bersih saluran buangan | tempat ibadah | ~tbadah = musta Hubungan Ruang dan Fungsi Pengalokasian fungsi dengan ruang yang sesuai ditentukan melalui tingkat kedekatan hubungan diantara keduanya. Hubungan antar ruang dan fungsi dijabarkan untuk mengetahui intensitas interaksi dan saling mempengaruhi antar ruang, antar fungsi dan antar ruang dan fungsi yang ada dalam tapak. Tingkat kedekatan hubungan antar ruang dan fungsi tersebut akan berguna dalam menentukan bentuk konsep dan n pengembangan aktivitas dan fasilitas yang akan diintegrasikan dalam tiap ruang yang terbentuk. Keterkaitan ruang dan fungsi tersebut dapat dilihat pada Gambar 26. Launching spot Stoparea___| Finish spot Badan air Daerah Riparian | Welcome area Launching area | Finish area [ Buffer Area Konservasi | Penyangea Rekreasi Air__| Anang Jeram Rekreasi Darat | Pikaik Viewin Kempit Trekkins | Sepeda gumung _| Foto hunting Pelayanan Utilitas. | Sirkulasi Keterangen : @ Eat © Kurang erat © Tidak erat Gamber 26, Hubungan Ruang dan Fungsi dalam Tapak. KONSEP PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan lanskap yang akan dikembangkan pada tapak ada- Jah suatu kawasan rekreasi alam dengan rekreasi utama arung jeram yang memanfaat- kan kondisi sungai yang berarus deras dan pemandangan alam sekitamya yang masih alami. Tujuan utama dari perencanaan kawasan ini adalah untuk merencanakan dan menata kembali tapak sebagai kawasan rekreasi sungai yang dapat memberikan kepu- asan dan kenyamanan berekreasi pada pengunjung dengan tetap memperhatikan daya dukung dan kelestarian biofisik tapak. Konsep Pengembangan Tapak Konsep Ruang Pada tahap analisis dan sintesis data tapak dihasilkan ruang-ruang berdasarkan tingkat kesesuaiannya untuk aktivitas rekreasi dan penunjangnye yang akan dikem- bangkan dalam tapak, Dengan memperhatikan fungsi-fungsi ruang yang terbentuk dan pengelokasiannya dalam tapak, maka tapak dapat dibagi ke dalam tiga zona. Zona-zona yang akan dikembangkan tersebut meliputi zona inti, zona penunjang dan zona penyangga. Pembagian tapak berdasarkan zona-zona tersebut dapat dilihat pada Gambar 27. Zona Inti Zona inti merupakan zona yang dimanfaatkan secara optimal untuk pengem- bangan rekreasi utama yaita arung jeram. Pada zona ini, diletakkan semua fungsi, ruang, aktivitas dan fasilitas yang berhubungan erat sampai kurang erat dengan rekreasi arung jeram. Fungsi-fungsi yang dikembangkan dalam zona ini antara lain fungsi rekreasi utama, fungsi pelayanan dan fungsi utilitas yang dialokasikan pada beberapa sub zona, Zona inti meliputi badan sungai dan beberapa daerah riparian sungai yang digunakan sebagai faunching/start area, stop/rest area dan finish area. Fungsi pelayanan dalam zona inti diutamakan yang berhubungan langsung dengan kegiatan rekreasi arung jeram, begitu pula dengan sarana dan fasilitas yang dikem- bangkan dalam zona ini merupakan sarana dan fasilitas penunjang rekreasi utama. Sungai Jaton ig zossss Fay omsresennase S) ZONAPENYANGGA PERENCANAAS LASSKAP. KAWASAN RERREASI ARUNG JERAM SSUNGAI CITARIK SUEABEME 7 A KONSEP RUANG TADAR, bas ole ASS LASTIANI8 31.1696), een rat. <—| 6 Zona Penunjang Zona ini ditujukan untuk menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan rekreasi alternatif yang dikembangkan di riparian sungai seperti piknik, trekking, viewing, kemping dengan segala fasilitasnya. Pembagian ruang dalam zona ini diten- tuken berdasarkan intensites penggunaannya untuk kegiatan rekreasi yaitu terdiri dari welcome area, intensive area, dan semi intensive area. Zona Penyani Zona penyangga ditujukan untuk melestarikan biofisik tapak dengan memper- beiki dan melindungi daerah-daerah tertentu yang mempunyai daya dukung rendah dan kepekaan tinggi. Pada zona ini, dilakukan tindakan preservasi dan konservasi terhadap air, tanah, satwa dan vegetasi, antara lain dengan penanaman vegetasi, pembangunan retaining wall dan saluran-saluran drainase. Pemanfaatannya untuk kkegiatan rekreasi terbatas hanya untuk jenis rekreasi non intensif. Konsep Rekreasi Lokasi Berdasarkan lokasi tapak, jenis rekreasi yang akan dikembangkan berupa rek- reasi ruang luar yang memanfaatkan sumberdaya tapak berupa badan sungai dan ripariannya, terutama hidrologi sungai sebagai penunjang rekreasi utama. Aktivitas ‘Mengingat tuntutan keinginan dan kebutuhan pengunjung serta mempertim- bangkan kondisi tapak, konsep rekreasi yang akan dikembangkan terbagi yaitu rekreasi utama dan rekreasi alternatif, Rekreasi utama yaitu arung jeram yang memanfaatkan Kondisi hidrologi sungai merupakan jenis rekreasi yang bersifat petualangan sehingga dibutuhkan stamina fisik yang baik dari pelakunya. Sedangkan rekreasi alternatif yang memanfaatkan kealamian daerah riparian sungai, menupakan jenjadi dua rekreasi santai yang dapat dilakukan oleh semua kalangan umur. Waktu Rekreasi Kondisi hidrologis Sungai Citarik tidak memungkinkan dilakukannya kes atan rekreasi arung jeram sepanjang tahun Karena adanya fluktuasi ketinggian air. Rekreasi arung jeram hanya dapat dilakukan pada musim penghujan dimana keting gian air berada antara 60 ~ 120 pada skala peilschaal. Rekreasi alternatif Iinnya dapat dilakukan sepanjang tahun. n Melihat besarnya jumlah pengunjung terutama pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur, maka diadakan pengaturan jadwal pemberangkatan (launching) untuk mencegah sungai terlalu penuh sehingga mengganggu kepuasan berekreasi Pengunjung Pengunjung tapak sebagian besar berasal dari kota besar dan dari berbagai tingkatan umur. Beberapa jenis rekreasi alam yang dikembangkan pada tapak memerlukan stamina tubuh yang baik dari pengunjung untuk menghindari kecelakaan dalam berekreasi. Untuk itu diadakan program kegiatan rekreasi yang memisahkan kelompok umur dan stamina pengunjung dalam melakukan kegiatan rekreasi Pemisahan ini dilakukan dengan membedakan jalur, panjang lintasan, waktu serta frekwensi beristirahat dalam berekreasi. Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi yang dikembangkan pada tapak bertujuan untuk menghu- bungkan ruang-ruang dalam tapak sehingga pengunjung dapat menikmati tapak secara optimal. Berdasarkan peruntukannya, sirkulasi pada tapak dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi rekreasi dan sirkulasi pelayanan, Pada Gambar 28 dapat dilihat diag- ram konsep sirkulasi yang dikembangkan pada tapak. Sirkulasi Rekreasi Sirkulasi rekreasi ini ditujukan untuk pengunjung dalam berekreasi, berda- sarkan medianya, sirkulasi ini dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi di darat yang meli- puti sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki serta sirkulasi di badan sungai. Konsep sirkulasi rekreasi utama yaitu arung jeram merupakan sirkulasi linear dimana pinta masuk berbeda dengan pintu keluar. Jalur-jalur sirkulasi selain dirancang seefisien ‘mungkin untuk keamanan dan kenyamanan pengunjung juga dibuat untuk menimbul- kan kesan petualangan dan menonjolkan kealamian tapak Sirkulasi Pelavanan ‘kulasi pelayanan ini dikembangkan bagi pihak pengelola untuk menunjang kelancaran kegiatan rekreasi serta kepuasan, kenyamanan dan keamanan pengunjung dalam berekreasi, Seperti halnya sirkulasi rekreasi, sirkulasi ini juga dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi di badan air dan di darat, Sedangkan berdasarken fungsinya, sirkulasi pelayanan terdiri dari sirkulasi akomodasi dan sirkulasi penyelamatan, 7" Diagram Sirkulasi Rekreasi Stop Area 1 Stop Area 2 Camping Ground \f =) Satur Sepeda Gunung Sterangan ——> Sirkulasi kendaraan ——> Sirkulasi pejalan kaki > Sirkulasi di badan sungai Finish Area Diagram Sirkulasi Pelayanan Start Area | Eesneeora Stop Area | Kantor pengelola ‘Stop Area? Start area? ‘Ruang Penerimaan Keterangan Stop Area ee Sirkulasi penyelamatan darat Sirkulasi penyelamatan air Spsrent vip > Sirkulasi akomodasi ‘Stop Area 5 Finish Area Gambar 28, Diagram Konsep Sirkulasi Tapak. p Konsep Tapak ‘Tata Hijau Konsep tata hijau yang dikembangkan dalam tapak yaitu berupa tata hijau alami dengan mempertahankan vegetasi yang telah ada dan sesedikit mungkin merubah tatanan lanskap alami tapak. Beberapa fungsi vegetasi yang dikembangkan dalam tapak antara lain untuk Konservasi, estetis dan kenyamanan. Jenis vegetasi yang ditanam dapat berupa pohon, semek dan herba, maupun penutup tanah. Tata Hijau Konservasi. Tata hijau konservasi ini dimaksudkan untuk melindungi dan memperbaiki kondisi biofisik tapak antara Iain sebagai pengikat tanah, penahan erosi dan longsor serta habitat satwa. Jenis vegetasi yang ditanam disesueikan dengan kondisi tapak dan diupayakan menggunakan vegetasi domestik tapak. Tata hijau ini dikembangkan di rnang penyangga dan konservasi tapak. Tata Hijau Estetis, Tata hijau estetis yang dikembangkan dalam zona inti dan zona pengembangan ini ditujukan untuk memberikan pemandangan bagi pengunjung, menutupi bagian tapak yang kurang nyaman untuk dilihat dan sebagai point of view pada beberapa tempat tertentu pada tapak Tata Hijau untuk Kenyamanan, Pengaturan vegetasi untuk kenyamanan dikembang- kan pada ruang-ruang dengan kegiatan rekreasi, baik kegiatan rekreasi maupun pela~ yanan dengan jenis vegetasinya antara lain berupa vegetasi penedub, pembatas ruang, penghalang, peredam bunyi dan lain-lain. Easilitas Tapak Fasilitas yang akan dikembangkan pada tapak disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan pengunjung dengan memperhitungkan daya dukung tapak. Sebagai kawasan rekreasi alam, konsep fasilitas rekreasi pada tapak berupa fasilitas rekreasi dengan ciri dan kesan alami serta petualangan tanpa mengurangi fungsi fasilitas ita sendiri yaitu untuk kelancaran, keamanan dan kenyamanan berekreasi ‘Tata Ruang Tapak Konsep tata ruang yang diterapkan pada tapak diutamakan untuk tujuan keefi- sienan, kenyamanan, keamanan dan serte menambah pengalaman pengunjung dalam berekreasi, Pada matriks tata ruang tapak yang terbentuk (Gambar 29) dapat dilihat pola pergerakan pengunjung dan pengelola serta hubungan keterkaitan antar ruang dan fasilitas yang mengakomodasikan program kebutuhan ruang, konsep ruang dan Konsep sirkulasi dalam bentuk suatu tata ruang yang fungsional dan dinamis. Keterangen —> Sirkulasi kendaraan —> Sirkulasi pejalan kaki —> Sirkulasi di badan air Kantor pengelola : — Fistor (zone ns information center Gambar 29. Matriks konsep Tata Ruang Tapak on PERENCANAAN LANSKAP Reneana Ruang Rencana ruang tapak (Gambar 30) memperlihatkan semua fungsi ruang yang dikembangkan yaitu rekreasi utama, rekreasi alternatif, fungsi pelayanan, fungsi konservasi dan fungsi penyangga, berikut penempatannya dalam tapak termasuk alktivitas dan fasilitas di dalamnya, Fungsi-fungsi ruang tersebut diakomodasikan ke dalam tiga zona utama yang telah ditetapkan pada tahap Konsep yaitu zona inti, zona penunjang dan zona penyangga. Zona Inti Zona inti terdiri dari badan sungai sebagai media rekreasi utama, Jaunching area, stop area dan finish area. Pada zona ini diletakkan semua fungsi, sarana dan fasilitas yang berkaitan erat sampai kurang erat dengan rekreasi arung jeram sebagai rekreasi utama. Berikut ini deskripsi lengkap mengenei ruang-ruang yang direncana- kan dalam zona inti Launching area Pada tapak direncanakan dua lokasi Jaunching area, yaitu di bagian hulu dan tengah sungai. Pembagian tersebut antara lain bertujuan untuk membagi Konsentrasi pengunjung ke dua tempat, mengelompokkan pengunjung berdasarkan kemampuan dan staminanya, serta sebagai alternatif jalur. Arus sungai yang relatif lebih deras pada bagian hulu sungai, menyebabkan tingkat kesulitan arung jeram dari Jaunching area ini lebih tinggi dari pada di bagian tengah. Dengan demikian, launching area ini digunakan bagi pengunjung dengan stamina yang lebih baik. Beberapa fasilitas pada launching area ini antara lain tempat parkir, toilet dan tempat ganti pakaian, gazebo dan bangku-bangku. Launching area yang berada di bagian tengah sungai juga berfungsi sebagai stop atau finish area bagi pengunjung yang mulai dari Jaunching area di bagian hulu, schingga fasilitas yang disediakan pada launching area ini lebih lengkap dan jumlahnya lebih banyak dari /aunching area pertama, Dengan demikian dipilih loka- si dengan kemiringan yang cukup memadai untuk pembangunan struktur. Stop area/rest area ‘Stop area ditempatkan di beberapa tempat di pinggir sungai sepanjang jalur rekreasi arung jeram. Selain berfungsi sebagai tempat istirahat, stop area ini juga dipergunaken pengunjung untuk menikmati pemandangan alam sekitarnya dan “7 [Wetane area] oF Camping gromd Joo. Start 1 Finish area |e} [Ss| °- LEGENDA: Sungai Jalan beraspal Zona inti Zona penunjang Zona penyangga Jalur trekking Jalur sepeda gumung Menara pandang PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN REKREASI ARUNG JERAM SUNGAI CITARIK SUKABUMI (Gambar 30 PETA RENCANA TATA RUANG TAPAK Digambar olch : LASSI LASTIANI (A 31.1696) Dosen Pembimbing Ir, Qodarian Pramukanto, Dip. Env. M ‘Dr. Ir, Andi Gunawan, MSe. {— 83 makenan khas dari kios yang diusahakan penduduk setempat. Stop area direncana- kan di lokasi yang cukup landai sehingga dapat menampung beberapa fasilitas penunjangnya, mempunyai pemandangan unik dengan arus yang relatif lebih tenang, Berdasarkan perhitungan jerak perjalanan dan pertimbangan faktor fisik pengunjung, dari launching area pertama sampai launching area kedua direncanakan dua stop area, Dari launching area kedua sampai finish area direncanakan tiga stop area. Fasilitas yang direncanaken pada masing-masing stop area antara lain toilet, gazebo/shelter dan bangku-bangku serta kios makenan, Einish area Finish area merupakan tempat berakhirnya perjalanan arung jeram yang terletak di pinggir sungai bagian hilir dimana arus sungai sudah mulai melambat, Beberapa fasilitas yang disediakan di finish area ini antara lain lapangan parkir, kios- kios dan restoran, toilet dan kamar bilas, sarana telekomunikasi, kantor pengelola dan lain-lain. Zona Penunjang Zona penunjang merupakan zona yang diperuntukkan untuk menampung semua kegiatan penunjang rekreasi alternatif dan fungsi penunjang lainnya. Ruang- ruang yang direncanakan dalam zona pengembangan antara lain welcome area atau ruang penerimaan, ruang intensif dan ruang semi intensif, Jenis rekreasi alternatif yang dikembangkan dalam zona ini adalah piknik, viewing, trekking, kemping, sepeda gunung, dan foto hunting. Welcome area atau Ruang Penerimaan Ruang penerimaan merupekan ruang yang pertama kali dikunjungi pengun- jung dalam tapak. Ruang ini diperuntukkan sebagai ruang pengelola dan persiapan rekreasi, dimana pengunjung melekukan reservasi ulang dan menerima informasi tentang kawasan, Fasilitas yang direncanakan dalam ruang ini antara lain kantor itor center, lapangan parkir, kios-kios pengelola, gerbang masuk, pusat informasi, dan restoran. Pada tapak dikembangkan dua welcome area yaitu welcome area untuk pengunjung yang mulai dari lamching area pertama dan welcome area di launching area kedua. Lokasi welcome area ini dipilih yang mempunyai akses langsung ke jalan sehingga pengunjung dapat mencapainya dengan kendaraan Ruang Intensif Ruang ini menampung semua kegiatan pengunjung yang berupa rekreasi alter- natif dengan intensitas penggunaan intensif. Jeni rekreasi alternatif yang direncana- 84 kan dalam ruang ini antara lain trekking, sepeda gunung dan kemping, Fasilitas yang, Gisediakan disesuaikan dengan aktivitas rekreasi yaitu antara lain camping ground, toilet, jalur trekking dan jalur sepeda gunung serta fasilitas penunjang lainnya, Ruang Semi Intensif Ruang semi intensif direncanakan untuk dapat menampung semua aktivitas pengunjung yang bersifat semi intensif seperti piknik, viewing dan foto hunting. Sedangkan fasilitas yang disediakan antara lain gazebo/shelter, menara pandang, bangku dan meja piknik, ‘Zona penyangga Zona penyangga berperan sebagai daerah preservasi dan konservasi tanah dan air untuk kelestarian biofisik tapak, Zona ini berupa daerah-daerah yang masih asli seperti hutan sekunder alami dan habitat satwa liar serta daerah dengan tingkat kepe- ‘kan tinggi sehingga perlu perlindungan dan tindakan konservasi. Usaha perlin- dungan dan perbaikan kondisi tapak tersebut antara lain dengan penanaman vegetasi pengikat tanah, pembangunan saluran-saluran drainase dan retaining wall pada daerah dengan kemiringan lebih dari 40%, rawan longsor dan erosi. Hutan sekunder alami yang terdapat dalam zona ini merupakan potensi tersendiri dengan keragaman vegetasinya dan sebagai habitat berbagai satwa liar. Pemanfaatan potensi tersebut antara lain dengan jenis rekreasi interpretatif non intensif dengan pembangunan fasilitas seminimal mungkin. Rencana Sirkulasi Berdasarkan peruntukannya sirkulasi yang direncanakan pada tapak dibeda- kan ke dalam dua sistem yaitu sirkulasi rekreasi dan sirkulasi pelayanan. Masing- masing jalur sirknlasi tersebut direncanakan untuk menunjang pergerakan pengun- jung dan pengelola antar ruang dan antar fasilitas dalam tapak. Jalur-jalur sirkulasi pada tapak dapat dilihat pada Gambar 31. Sirkulasi Rekreasi Rencana sirkulasi rekreasi ini direncanakan selain untuk menunjang pergera- kan pengunjung dalam berekreasi juga memberikan kenyamanan, keamanan dan pengalaman berekreasi bagi pengunjung. Berdasarkan medianya, sirkulasi rekreasi ini terdiri dari sirkulasi di darat dan sirkulasi di badan sungai, {Ke Pelabuhaneaty Sungai Jalur kendaraan pengunjung Jalur akomodasi Jatur penyelamatan Jalur trekking Jalur sepeda ganung Menara pandang Pintu gerbang PERENCANAAN LANSKAP KKAWASAN REKREASI ARUNG JERAM. ‘SUNGAI CITARIK SUKABUMI Gambar 31 PETA RENCANA SIRKULASI TAPAK Digambar oleh : LASSI LASTIANI (A 31.1696) ‘Dasen Pombimbing Ir. Qodarian Pramukanto, Dip. Env. M Dr. le, Andi Gunawan, MSc. Sirkulasi di darat Sirkulasi di darat merupakan sirkulasi penunjang pergerakan pengunjung dalam melakukan rekreasi alternati, terdiri dari sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan, 2 Sirkulasi Pejalan kaki Sistem sirkulasi pejalan kaki dalam tapak ditentukan berdasarkan aspek pemanfaatan, aspek perlindungan sumberdaya dan aspek keamanan pengunjung. Sistem sirkulasi ini dibagi menjadi tiga sub sistem yang masing-masing diwakili satu bentuk jalur. Tiga bentuk jalur tersebut dibedakan dari jenis pemanfaatan dan inten- sitasaya, bentuk fisik (lebar dan permukaan), pengelolaan, dan fasilitas penunjang, Walks, merupakan jalur pejalan kaki yang mendukung fasilitas lainnya dengan tingkat penggunaan yang intensif sehingga digunakan bahan perkerasan yang tahan lama (Gambar 32). Bentuk disain jalur walks mempunyai batas yang jelas, arah tujuan pasti ke suatu tempat atau fasilitas tertentu, Jalur sirkulasi ini berada di daerah dengan tingkat penggunaan intensif yaitu di zona inti dan zona pengembangan. Gambar 32. Jalur Sirkulasi Pejalan Kaki berupa Walks (Walker, 1977). 87 Trails, jalur pejalan kaki yang merupakan bagian dari suatu aktivitas rekreasi tertentu. Pada tapak jalur ini berupa jalur trekking dengan lebar fleksibe! dan tanpa batas fisik yang kak dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih pada aktivitas rekreasi tersebut (Gambar 33), Jalur ini mefintasi daerah riparian sungai yang masih alami dangan vatiasi naik turan menuju poirt-point interest sehingga dirancang, Khusus menggunakan media permukean alami seperti batu, rumput atau pemadatan tanah. Jalur ini dilengkapi beberapa rest area dan menara pandang di beberapa tempat. Berdasarkan tingkat kesulitannya, jalur-jalur trekking yang dikembangkan pada tapak dibagi dua yaitu © Adventure trekking dengan tiga alternatif jalur yaitu B - E, B ~ H dan B - 1 Jalur trekking ini melewati daerah yang relatif masih asli dan medan yang lebih bergelombang diperuntukkan bagi pengunjung dengan stamina baik ‘+ Family wekking dengan dua alternatif jalur yaitu : E-H dan E - 1. Jalur trekking ini melewati daerah-dacrah dengan suasana pedesaan berupa lahan-lahan pertani- an penduduk dengan medan yang lebih mudah. Gambar 33. Bentuk Jalur Trekking yang Direncanakan pada Tapak (Christiansen, 1991). 88 Paths, merupakan jalur sirkulasi yang dati segi fisik dan pemenfaatan berada antara, walks dan ‘rails, antara lain digunakan sebagei jalur utilitas dan beberapa aktivitas rekreasi. Pada tapak jalur ini berada pada daerah dengan intensitas penggunaan tinggi baik di zona inti maupun di zona pengembangan, a Sirkulasi Kendaraan Sirkulasi rekreasi untuk kendaraan pada tapak terdiri dati dua jalur yaitu jalur Kendaraan bermotor dan jalur untuk sepeda gunung. Mengingat kondisi biofisik tapak, jalur sirkulasi kendaraan bermotor dalam tapak dibatasi seminimal mungkin Jalur ini berupa jalan beraspal selebar 2,5 m_menuju dan meninggalkan tapak dan antar ruang dalam tapak. Fasilitas yang disediakan untuk kelancaran dan keamanan pergerakan pengun- jung dalam tapak antara Tain papan penunjuk arah, saluran drainase, dan retaining wall pada jalur-jatur yang rawan longsor. Sedangkan Jalur sirkulasi rekreasi sepeda gunung berupa jalan setapak dengan media permukaan alami seperti perkerasan tanh, batu kerikil dan rumput. Seperti halnya jalur untuk trekking, jalur sepeda gunung inipun terdiri dari beberapa jelur alternatif yang dibedekan menurut panjang jalur dan tingkat kesulitannya yaitu CE, C—H, C-I,E-HdanE-1. Sirloulasi di badan air Sirkulasi rekreasi di badan air merupakan jalur untuk aktivitas arung jeram baik rafting maupun canoeing. Jalur sirkulasi ini dibagi ke dalam beberapa sub sistem sebagai jalur alternatif pilihan bagi pengunjung. Altemnatif-altemnatif jalur tersebut dibuat berdasarkan panjang jalur serta pilihan start dan finish area. ‘Beberapa jalur arung jeram yang dikembangkan pada tapak yaitu © Jalur 1 yaitu dari start area 1 (A) melewati stop area 1 (C) dan stop area 2 (D), berakhir di start area 2. (E), dengan jarak kurang lebih 7 km dan waktu tempub 1,5 ~2 jam. © Jalur 2 yaitu dari start area 2 (B) melewati stop area 3 (F), stop area 4 (G) dan_ stop area 5 (H) berakhir di finish area (1), berjarak kurang lebih 9 km ‘yang ditempuh dalam waktu 2 ~ 3 jam. © Jalur3 berawal dari Siart 1 (A) melewati stop-stop area (C, D, E, F, G dan H) berakhir di finish area (D, merupakan jalur paling panjang yaita kurang lebih 16 km ditempuh dalam waictu 4 ~ 6 jam. 9 Sirkulasi Pelayanan Sirkulasi pelayanan merupakan sitkulasi pengelola dalam menunjang kegiatan rekreasi dalam tapak. Berdasarkan fungsinya, sirkulasi ini terdiri dari sirkulasi ako- modasi dan sirkulasi penyelamatan. Sirkulasi Akomodasi Sirkulasi akomodasi antara lain ditujukan untuk membawa kendaraan dan barang-berang pengunjung dari launching area ke finish area, meyediakan akomo- dasi bagi pengunjung dan mengangkut peralatan, Jalur sirkulasi ini berupa jalan ‘eraspal selebar 2,5 m dari launching area ke finish area dan jalan-jalan setapak yang menghubungkan beberapa ruang dalam tapak. ‘kulasi Penyelamatan Sistem sirkulasi penyelamatan pada tapak terutama untuk jenis rekreasi arung jeram yang beresiko tinggi mengikuti sistem sirkulasi yang telah ada yaitu river ‘running system. Sistem sirkulasi ini terdiri dari jalur sirkulasi penyelamatan di badan air dan di darat, Jalur sirkulasi untuk penyelamatan di badan sungai, sama dengan jalur sirku- Jasi untuk rekreasi air, terdiri dari dua perahu tim rescue yang berada di depan dan belakang rombongan perahu pengunjung. Sedangkan jalur sirkulasi penyelamatan di darat, bertujuan untuk mengawasi kegiatan rekreasi di badan air sehingga jalur ini dibuat sedekat mungkin dan mempunyai akses ke badan sungai di beberapa tempat Jalur ini digunakan oleh kendarsan penyelamat berupa ATP (sepeda motor roda tiga) dan mobil jika diperlukan, sehingga direncanakan dua jalur yang berupa jalur primer dan jalur sekunder. Jalur primer merupakan jalur yang mengikuti jalur rekreasi mulai start sampai {finish berupa jalan dengan pemadatan tanah selebar 1,5 m untuk dilalui ATP. ‘Sedangkan jalur sekunder merupakan jalur darurat untuk tindakan penyelamatan jika terjadi keoelakaan yaitu untuk mengangkut pengunjung dari badan sungai. Jalur sekunder berupa jalan yang mempunyai akses langsung ke badan sungai dan dapat dilatui mobil Jalur sirkulasi penyclamatan darat dilengkapi oleh beberapa menara pengawas yang dilengkapi teropong dan radio komunikasi sehingga mempunyai jangkauan lebih tuas, Menara-menara pengawas ini selain direncanakan pada lokasi dengan elevasi lebih tinggi dari daerah sekitamya juga dipilih pada daerah-daerah yang rawan kecelakaan Rencana Tata Hijau Rencana tata hijau tapak merupakan rencana penataan dan pemanfeatan vege- tasi sesuai dengan rencana tata ruang tapak. Sebagai kawasan rekreasi alam, rencana tata hijau tapak djusahakan untuk tetap mempertahankan kondisi dan kesan alami kawasan dengan mempertahankan dan mengkonservasi sebagian besar area tapak. Berdasarkan fungsinya, rencana tata hijau tapak terdiri dari tata hijau estetis, tata hijau Konservasi dan tata hijau untuk kenyamanan, Tata hijau diatas direncanakan dalam zona-zona yang ada pada tapak dengan memperhatikan fungsi ruang, intensitas kenyamanan dan keamanan pengunjung serta nilai estetika masing-masing ruang. ‘Tata Hijau di Zona Inti Pada zona ini, tata hijau yang dibutuhkan antara lain berupa tata hijau estetik, tata hijau konservasi dan tata hijau untuk kenyamanan. Tata hijau estetik yang diren- canakan di launching dan finish area antara lain berupa pohon, semak dan penutup tanzh berbunga dan bertajuk indah. Sedangkan tata hijau konservasi direncanakan di pinggir sungai terutama yang rawan longsor dan erosi. Tata hijau untuk kenyamanan Girencanakan di stop dan finish area berupa pohon antara lain yang berfungsi sebagai peneduls, pembatas dan penghalang pandangan Tata Hijau di Zona Penunjang Tata hijau yang direncanakan pada zona pengembangan berupa tata hijau estetik dan tata hijau untuk kenyamanan, Tata hijau estetik ditempatkan di ruang penerimaan sebagai point of interest berupa pohon, semak dan penutup tanah yang berbunga dan bertajuk indah. Sedangkan tata hijau untuk kenyamanan diletakkan di twang intensif dan ruang semi intensif berupa pohon dan semak yang berfungsi sebagai penedub, pembatas, penghalang pandangan dan peredam kebisingan. ‘Tata Hijau di Zona Penyangga ‘Area penyangga merupakan area yang bertujuan melindungi dan melestarikan Kondisi alami biofisik tapak. ‘Tata hijau pada zona ini sebagian besar merupakan vegetasi existing berupa vegetasi riparian sungai dan hutan sekunder alami, Sedang- kan vegetasi yang akan dikembangkan antara lain vegetasi untuk Konservasi seperti vegetasi pengikat tanah yang berupa semak dan penutup tanah. oO Rencana Fasilitas Pintu Gerbang Pintu gerbang direncanakan pada daerah masuk dan keluar tapak yaitu di welcome area dan finish area, Pintu gerbang dirancang cukup representatif dan mampu menarik perhatian orang yang melewati kawasan ini dengan disain yang menampilkan ciri khas alami kawasan (Gambar 34) Gambar 34, Detail Fasilitas Pintu Gerbang. Kantor Pengelola Kantor pengelola merupakan pusat segala kegiatan pengelolaan kawasan anta- ra lain berfungsi sebagai tempat pertemuan dan perencanaan program rekreasi serta gudang perlengkapan. Fasilitas ini berupa bangunan yang diletakken di ruang peneri- ‘maan dan mempunyai akses paling mudah ke semua ruang dalam tapak Lapangan Parkir Lapangan parkir direncanakan di welcome area dan finish area, Mengingat kondisi tanah dan geologi di welcome area serta kemiringan lahannya, maka untuk perkerasan lapangan parkir digunakan bahan yang dapat menyerap air tetapi cukup kuat untuk menopang beban di atasnya, Bahan perkerasan berupa pemadatan tanah, pasir dan atu kali, Sedangkan lapangan parkir pada finish area dimana kondisi tanah dan geologinya lebih stabil dan kemiringannya lebih memadai, maka digunakan bahan perkerasan lebih permanen tetapi masih dapat menyerap air berupa grassblock Contoh lapangan parkir yang dikembangkan pada tapak dapat dilihat pada Gambar 35 Gambar 35. Modei Lapangan Parkir (Christiansen, 1991). 3 Pondok Wisata Pondok wisata diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin menginap di tapak, Fasilitas ini berupa bangunan-bangunan semi permanen dengan disain arsitektural setempat (Gambar 36). Pondok wisata direncanakan di delta sungai dengan kondisi tanah dan geologi yang cukup stabil sehingga menampilkan nuansa pedesaan yang, khas dan ciri tapak sebagai kawasan rekreasi sungai Gambar 36, Pondok Wisata (Walker, 1977). Area Piknik Area piknik merupakan ruang terbuka hijau berupa lepangan rumput yang dilengkapi fasilitas penunjang seperti bangku dan meja piknik serta tempat sampah. Secara fisik area piknik sebagian terbuka dan sebagian lagi tertutup vegetasi pemben- tuk ruang dan pemberi naungan (Gambar 37). Gambar 37, Area Piknik (Walker, 1977). Information dan visitor Center Information dan visitor centre berupa bangunan yang cukup luas untuk me- nampung pengunjung dengan segala kegiatan persiapan rekreasi, Bangunan ini anta- ra lain berfungsi sebagai tempat pengunjung melakukan reservasi ulang dan mener ma informasi tentang kawasan berupa brosur, pemutaran film atau slide dan petunjuk- petunjuk dalam melakukan rekreasi lainnya, Fasilitas ini diletakkan di ruang peneri- maan dengen disain bangunan disesuaikan dengan kondisi tapak dan menampilkan ciri alami kawasan dan budaya setempat. Camping ground Camping ground disencanakan di ruang intensif berupa area tenda dengan fasilitas penunjang antara lain toilet, saluran drainase, tempat sampah dan fasilitas sanitasi lainnya (Gamber 38). Area tenda ini berada pada kemiringan kurang dari 5% dengan pola bertingkat mengikuti arah lereng. Drainase dibuat pada setiap tingkatan dengan memanfaatkan drainase alam 95, Gambar 38. Camping Ground (Christiansen, 1991) Papan Interpretasi dan Penunjuk Arah Papan interpretasi dan penunjuk arah merupaken salah satu sarana sirkulasi rekreasi yang berguna untuk memberikan informasi arah, lokasi dan keunikan tapak bagi pengunjung, Papan-papan ini diletakkan di lokasi-lokasi tertentu yang dapat ‘menuntun pengunjung menuju lokasi yang diinginkan, daerah berbahaya, daerah yang memerlukan perhatian khusus seperti pemandangan unik atau habitat satwa. Desain papan sederhana, menarik, dibuat dari bahan yang kuat dan tahan lama (Gambar 39), Menara Pandang Fasilitas ini disediakan bagi pengelola maupun pengunjung agar dapat menga- ‘mati tapak dengan jangkauan lebih luas, diletakkan pada lokasi dengan elevasi lebih tinggi dari area pengamatan, Bagi pengetola, fasilitas ini berguna untuk pengawasan kegiatan rekreasi sedangkan bagi pengunjung untuk aktivitas viewing, foto hunting dan interpretasi satwa dan flora. Fasilitas pendukung yang disediakan antara lain teropong untuk pengamatan dan radio komunikasi bagi pengelola (Gambar 40) Gambar 39. Papan Interpretasi dan Papan Gambar 40. Menara Pandang. Penunjuk Arab. 7 Restoran Fasilitas ini direncanakan di beberapa ruang antara lain welcome dan finish area dengan arsitektur bangunan khas daerah setempat. Pada finish area, restoran diletakkan di pinggir sungai (Gambar 41). Gambar 41, Waterfront Restaurant (Walker, 1977). Gazebo/ Shelter Fasilitas-fasilitas ini direncanakan sebagai tempat beristirahat dan berteduh sambil menikroati pemandangan alam, Gazebo dan shelter ini diletakkan tersebar pada hampir semua ruang pada tapak. Arsitektur bangunan disesuaikan dengan citi has daerah setempat, dibuat dari bahan semi permanen tapi Kuat dan tahan Jama. 38 Jembatan Gantung Jembatan gantung ini merupakan salah satu fasilites penunjang_ sirkulasi rekreasi berguna untuk menghubungkan dua daerah yang terpisah oleh badan sungai, Disain jembatan disesuaikan dengan ciri alami kawasan dan berkesan petualangan, ‘terbuat dari bambu yang merupakan vegetasi alami dominan tapak dengan lebar 2 m. ‘Toilet, Tempat Ganti Pakaian dan Kamar Bilas. Toilet direncanakan di hampir semua ruang yang dikembangkan pada tapak. Ukuran dan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing ruang. Tempat ganti pakaian dan kamar bilas yang merupakan salah satu fasilitas penunjang rekreasi arung jeram direncanakan di zona inti, Tempat ganti pakaian diletakkan di launching area sedangkan kamar bilas diletakkan di finish area. Rencana Pengelolaan Pengunjung Informasi pengunjung Pemberian informasi pada pengunjung sebelum dan pada saat melakukan Kegiatan rekreasi sangat penting selain untuk memperlancar kegiatan rekreasi, mem- berikan kepuasan berekreasi bagi pengunjung juga mencegah terjadinya kecelakaan pada seat berekreasi, Informasi diberikan dalam bentuk penyuluhan, latihan, brosur, ‘pemutaran film dan papan-papan interpretasi dan papan penunjuk arah Pengawasan dan Pembatasan Jumlah Pengunjung Mengingat daya dukung tapak yang terbatas, untuk mempertahankan kealami- an tapak dan memelihera kelestarian badan sungai, maka perlu diadakan pembatasan jumlah pengunjung dan aldivitas yang dilakukan dalam tapak. Hel itu antara lain Gilakukan dengan sistem pemesanan tempat sebelum pengunjung datang ke lokasi secara langsung, sehingga jumlah pengunjung yang akan datang dapat diperkirakan dan dibatasi jumlahnya jauh-jauh hari, Dalam tapak sendiri, untuk menghindari keru- sakan tapak akibat ulah pengunjung, maka diadakan semacam upaya pengawasan terhadap tindakan pengunjung selama rekreasi seperti vandalisme, membuang sam- pah sembarangan, dan lain-lain, Upaya tersebut antara lain dengan penyuluhan dan pemberian informasi mengenai pentingnya melestarikan biofisik tapak serta memba- tasi jumlah barang yang dibawa pengunjung ke dalam tapak. Waktu dan Musim Kunjungan Rekreasi arung jeram hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu, dengan demikian dikembangkan jenis rekreasi altemnatif sebagai rekreasi yang dapat dilakukan sepanjang waktu tanpa tergantung pada ketinggian air sungai atau kondisi tapak lainnya. Pada waktu-waktu tertentu dimana jumlah pengunjung meningkat tajam, perlu diadakan pengaturan jadwal pemberangkatan agar badan sungai tidak ‘erlalu penuh, Penutupan Tapak dan Area Terlarang ‘Daerah-daerah tertentu pada tapak mempunyai tingkat kepekaan sangat tinggi schingga dapat membahayakan keselamatan pengunjung sehingga perlu adanya upa- ya pembatasan dan penutupan daerah dari aktivitas pengunjung, Pembatasan daerah tersebut tidak hanya dapat dilakukan secara fisik seperti dengan pagar, papan-papan Jarangan dan pembatasan lainnya Karena luasnya lahan, tetapi juga dapat dilakukan secara psikologi dan memberian pengertian pada pengunjung akan bahaya yang dapat timbul dan pentingnya menjaga kelestarian tapak. Pengawasan Usaha dalam Tapak Perkembangan tapak sebagai daerah wisata yang banyak mengundang banyak pengunjung akon menarik orang untuk mendapatkan nafkah dari sektor ini, baik dengan berjualan atau menawarkan jasa. Perkembangan usaha ini seringkali menim- bulkan ketidaknyamanan pada pengunjung dan menurunkan kualitas biofisik tapak Dengan demikian perlu adanya tindakan pengelolaan usaha pada tapak antara Jain dengan mengalokasikan suatu area tersendiri pada tapak sebagai tempat usaisa dan ‘memperketat ijin pendirian bangunan dalan tapak Rencana Tapak Hasil akhir dari perencanaan lanskap kawasan rekreasi arung jeram Sungai Citarik, Sukabumi ini yang berupa rencana tapak (site plan) dapat dilihat pada Gambar 42. Jawa Barat \ Program Studi Arsitektur Pertamanan Jurusan Budi Daya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 2000 PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN REKREASI! ARUNG JERAM SUNGAL CITARIK, SUKABUMI Gambar 41 LANDSCAPE PLAN H} Digambar oleh | } LASSI LASTIANI (A 31.1696) i || Dosen Pembimbing : Ir. Qodarian Pramukanto Dr. Ir. Andi Gunawan, MSe. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Potensi sumberdaya tapak terutama kondisi hidrologinya, sangat sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan rekreasi sungai terutama untuk jenis:rekreasi arung. jeram atau whitewater, Kondisi ini ditunjang dengan adanya dukungan masyarakat dan pemerintah daerah setempat dalam usaha pengembangan kawasan. Tetapi daya dukung biofisik tapak harus diperhitungkan untuk mencegah kerusakan alam akibat pemanfaatan yang berlebihan. Untuk itu pertu diadakan upaya penataan kawasan untuk mengakomodasikan kebutuban rekreasi pengunjung dan mempertahankan kelestarian kawasan. Berdasarkan analisis data tapak dihasilkan potensi dan kendala tapak dalam kaitannya dengan pengembangan Kawasan ini sebagai rekreasi sungai, Melalui pemanfaatan potensi sumberdaya dan penanggulangan kendala tapak dihasilkan suatu program ruang yang dapat menampung semua aktivitas dan fasilitas yang akan dikembangkan pada tapak. Program ruang tersebut terdiri dari enam fungsi yaitu fumgsi rekreasi air sebagai rekreasi utama, rekteasi darat sebagai rekreasi altematif, fangsi konservasi, penyangga, sirkulasi dan fungsi pelayanan. Untuk mengakomo- dasikan fungsi-fungsi ruang tersebut, pada tapak direncanakan tiga zona utama yaita zona inti, zona pengembangan dan zona penyangga dengan pertimbangan kepekaan dan kesesuaian sumberdaya untuk masing-masing peruntukan. Dengan pembagian tapak tersebut, maka kegiatan rekreasi dan aktivitas penunjangnya dapat terako-modasi ‘dengan bai tanpa melampaui daya dukung tapak Untuk memberikan kenyamanan dan kepuasan serta pengalaman dalam berek- reasi pada pengunjung selain penambahan fasilitas dan tata letaknya, juga direncanaken Jjenis rekreasi alam lain sebagai rekreasi altemnatif. Selain itu melalui pola ruang dan pola sirkulasi dihasilkan altematif-altematif perjalanan berupa paket-paket wisata terpadu sehingga pengunjung dapat lebih menikmati tapak. Keseluruhan rencana tapak yang berupa tata ruang kawasan, renoana sirkulasi, tata letak fasilitas dan rencana aktivitas pengunjung diharapkan dapat menunjang kelancaran, keamanan, dan kenyamanan pengunjung dalam melakukan Kegiatan rekreasi dengan mempertimbangkan kepentingan sosial, ekonomi, dan Kelestarian lingkungan alam sekitamya, 102 Saran Dalam mengembangkan suatu kawasan rekreasi alam terutama sungai, hendak- nya memperhatikan kepekean dan daya dukung tapak. Hal tersebut dimaksudkan untuk tetap menjaga Kelestarian dan kealamian kawasan sehingga kegiatan rekreasi dapat tetap berlangsung di dalamnya. Kerusakan alam yang terjadi pada kawasan terutama disebabkan oleh pembangunan dan peletakan sarana dan fasilitas rekreasi yang tidak memperhatikan daya dukungnya serta adanya konsentrasi pengunjung pada suatu tempat. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan pengelolaan pengunjung dan pengadaan program kegiatan rekreasi yang lebih terpadu, juga dengan pembatasan jumlah dan pengaturan waktu cunjungan. Sedangkan pembangunan sarana dan fasilitas penunjang yang Kurang tepat dapat diatasi dengan peraturan izin pembangunan yang lebih ketat, Partisipasi penduduk sangat penting dalam usaha pengembangan kawasan, arena selain dapat membantu perekonomian setempat, masyarakat setempat juga dapat ditkut sertakan dalam usaba pelestarian kawasan. Untuk itu perlu diadakan suatu upaya yang dapat memberikan pengertian kepada masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan dan memberikan Kesempatan yang lebih besar untuk berperan aktif dalam mengelola kawasan. DAFTAR PUSTAKA. Bennett, J. 1993, RAFTING, The Complete Guide to Whitewater Rafting, Techniques and Equipment, Swiftwater Publishing, Co, Portland. 254 p Brooks, R. G. 1988, Site Planning : Environment, Process and Development. Prentice Hall Inc. New Jersey. 322 p Christiansen, 1991. Park Planning Handbook. University Park. Pennsylvania, 413 p Douglass, R. W. 1982. Forest Recreation. Pergamon Press. New York. 362 p Forman, RT. and M. Godron. 1986, Landscape Ecology. John Wiley & son New York, 620p. Gordon, N. D., T. A. McMahon, and B. L. Finlayson. 1992. Stream Hydrology, An Introduction for ecologist. John Wiley & Son. 495 p. Gold, S.M. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Book Co. New York. 322p. Handoko. 1995. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan ‘Unsur-Unsur Tkim. Pustaka Jaya. Jakarta, 192 hal. Hendee, J. C., G. H. Stankey and R. C. Lucas. 1977. Wildemess Management. Forest Service, U. S. Departement of Agriculture. Washington D. C. 381 p. Istiadi, Y., Soetisno, B. R., dan Kurniawan. 1991, Keanekaragaman Hayati Cagar Alam Gunung Halimun. Biological Science Club. Jakarta. 140 hal, Kuska, J. 1977, Biological Approach to River Planning Management. River Recreation Management and Research Symposium (Mineapolis), Proc. Pp. 46-54, Lee, Su-Shin. 1994. Design Strategies to Minimize Conflict between Recreation and Nature Conservation. Case Study in Pei Kain Si Riparian Greenways. The 6” IELA Eastern Regional Conference Taipei (Mineapolis), Proc. Pp 46-54. Litton, R. B. 1977, River Landscape Quality and Its Assesment, River Recreation ‘Management and Research Symposium (Mineapolis), Proc. Pp. 46-54. Loebis, J., Soewarmo., B. Suprihadi, 1993. Hidrologi Sungai. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta, 312 hal, Lyle, J, I. 1985. Design for Human Ecosystem. Van Nostrand Reinhold Co. New York. 279 p. Lyle, J. 1. 1985. Design for Hurnan Ecosystem, Van Nostrand Reinhold Co. New York. 279 p. Marsh, W, M, 1985, Landscape Planning, Environment Application. John Wiley & Son. New York. 341 p. Notodihardjo, M. 1989. Pengembangan Wilayah Sungai di Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta, 128 hal Prawoto, A. J. 1986, Studi Permintaan Rekreasi Harian Penguajung pada Kawasan Rekreasi Alam Terbuka Sarangan, Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor. Robinette, G. 0. 1983. Landscape Planning for Energy Conservation. Van Nostrand Reinhold Co. New York. 22 p. Simonds, J. 0, 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co. New York. 331 p. Siti Nurisjah dan Q. Pramukanto. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskep. Jurusan Budidaya Pertanian IPB. Bogor. 58 hal. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 591 hal. Sosrodarsono, S. dan Tominaga, M. 1985, Perbaikan dan Pengaturan Sungai PT. Pradnya Paramita, Jakarta. 355 hal Tivy, J. 1972, The Concept and Determination on Carrying Capacity of Recreational Land in USA. The Countryside Commision for Scoutland. Perth. 58 p. Walker, T. D, 1977. Perspective Sketches. FDA Publisher Co. Mesa. 250 p. Wheat, D. 1983. The Floater’s Guide to Colorado. Falcon Press Publishing Co, Inc. Montana. 412 p. Whittaker, D.,B. Shelby, W. Jackson and R. Beschta. 1993. Instream Flow for Recreation : A Hand Book on Concept and Research Methods. US River, Trail and Conservation Program, National Park Service. Anchorage. 103 p. LAM PORAN ‘Tabel Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Angket untuk Pengunjung dengan Jumiah Responden 60 Orang. Ne. Kriter: waban Jumlah — Persentase @ ® 8) @ 1. denis kelamin a, Lakileki 33 35 ’. Perempuan 27 45 2, Usia (tahun) a. 10-20 tahun 9 1s ‘6, 21-35 tahun 4B ns ©. 36-50 tahun 7 Ws 6. di ates 50 tahun 1 2 3. Asal kota/ tempat tinggal a. Jakarta dan sekitarnya 45 ” ». Bogor 8 13 . Bandung 3 5 4. Sukabumi 3 5 e. Lainnya 1 2 4. Pekerjaan a. Pegawai Negri 4 8 b. Swasta 40 65 ©. ABRI - - 4. Pelajarhmabasiswa 16 25 e. Lainnys 2 4 5. Penghaslan rata-rata per bul a. Tidak berpenghasilan (dari orang twa, suami) 1s 28 b. <500 bu 2 4 ¢. $00 ribu~ 1,5 juta 14 24 4. 1,5 jute ~3 jura 2 2 ©. >3juta 7 "1 6. Cara i | temeang_kawesan re § stat a, Teman atau keluarga 33 35 ’. Media massa 4 23 ¢. Sekolah’ Kampus 4 8 4. Orgenisasi pecinta alam i 2 . Brosur leaflet 8 2 f. Lainnya - : 2. apa mel i aru a. Teman 38 6 ’. Keluerga 8 4 ©. Teman kegja 14 23 d. Lainnya - - 8. Fiekw kukan kes ram a. Baru pertama kali 4a 4 . 2 kali u 1B . Tobit das 2 kali 5 8 9. Kondis jalan memujulokas! a. Memadai 2 37 by, Kurang memadai dan pertu perbaikan 38 8 07 Lanjutan Tabel Lampiran 1 wo @ a @ 70.” Cara pencapaian menuiu lokasi 2 Kendaraan umum 12 20 . Kendaraan pribadi 29 50 ©. Kendaraan perusahaan 7 10 4. Lainnya 12 20 11, Kegiatan lain vang ingin dilakukan di sekitar kawasan rekreasi! ‘start area (jewaban boleh lebih dari sat) a. Memotreyfoto hunting 36 b, Piknik 13 ¢. Santi sambil menikmati pemandangan sekitar sungai 45 d, Jalan-jalan menyusuri sungai (trekking) 16 @. Kemping 2 £ Lainnya - 12, Fasiitas di start 2 gami_pakaian, park, a Memadai 32 37 b. Kurang memedsi, priu perbaken dan penambahan sarana 8 53 13. Fasilitas yang diinginkan di start area (jawaban boleh lebih dari satu) a. Toilet dan tempat ganti pakaian 28 b. Restoran 9 ¢. Penginapan 18 «. Sarana telekomunikast 37 4. Parkir 16 e. Kios oleh-ole 20 © Sarana rekreasilainnya 8 h. Lainnya - 14, Pemilthan lokasi dan fasitas sioprest rea a. Baik 40 66 b. Kurang baik, periu penambahan sarana 20 34 15. Jeram Sungai Chari a. Menantang, 8 14 . Cukup menantang a7 78 ¢. Monoton 5 8 16. Pemandangan vang paling menasikselam pecalanan a. Hutan 39 ’, Sawah dan tadang 20 «. Pemukiman pendudule 8 @. Lainnya 8 17. Dasrah ang paling dinginkan sebagai stows! area : a. Hutan 30 b. Sawah dan ladang 19 ‘. Pemukiman penduduk 2 &. Lainnya 6 18. Fasiitas yang diinginkan di sopiest area G eh lebih dar sau): a. Toilet 4 b. Banghu-bangka 21 ©. Kios makanan-minaman 2 &. Lainnya 6 Lanjutan Tabel Lampiran 1 108 a a o w 19. Fasiltas vane ada di finish area a. Memada 2 70 . Kurang memadai, perlu perbaikan dan penambahan 1 30 20. Exsilitas vane ding inlsh_ area (jawaban boleh lebih dant) a. Toilet dan kamar mandi 44 b. Pa 20 © Restoran 20 4. Sarana Telkom 36 e. Penginapan n f Kios oleh-oleh 26 , Sarana olah raga/tekreas lainnya 7 h Lainnya 7 21, Keinginan untuk kembali_ke kawasan_rekreasi_arung_jerara ital a Ads 56 34 b, Tidak 4 2 Keterangan Pengambilan data dilakukan selama 4 bari yaitu hari biasa/weekday (10 orang tesponden), hari sabtu minggu/weekend (30 orang responden) dan hari libur (20 orang responden), Tabel Lampiran 2. Jenis-Jenis Vegetasi Alami pada Tapak. 109 No. Nama Latin Nama Daerah’ Jenis Ket/Lokasi Famili 1. Albizzia chinensis Tenjing Pohon Hulu dan tengah 2. Alfingia excelsa Hamahelidaceae Pohon Hulu 3. Aglalia sp. Meliaceae Pohon Hulu 4 Area catecu Aren Pohon Tengah dan hilir 3. Arthocarpus atlis Sukun Pohon Hula dan tengah 6. Ananas sp. Nanas-nanasan — Semak Hulu dan tengah 7. Asplenium nidus Paku-pakuan = GC Hulu dan tengah 8. Alocasia sp. Talas-talasan -- Semak ‘Hulu, tengah, hilir 9. Bambusa sp, Bambu Pohon Hulu, tenga, hilir 10. Blechnum orientale Paku-pakuan = GC Hult dan tengah 11. Baringtonta racemosa Gelenggang Pohon — Hilir 12. Cananga odorata Kenanga Pohon Hulu dan tengah 13. Cassia alata Pohon Hulu dan tengah 14. Calliandra sp. Kaliandra Semak Hulu dan tengah 15. Caryota mitis Pale putti Pohon Tengah dan hilir 16. Castanaopsis acuaminatissima Fagaceae Pohon Hulu 17. Ceiba petandra Kapukrandu — Pohon Hulu, tenga, hilir 18. Cinnamomum javanicum Lauraceae Pohon Hulu 19. Cyathea sp. Paku-pakuan = GC Hulu dan tengah 20. Coctus spesiosus Pacing Semak Hulu, tengeh, hilir 21. Cordyline terminalis Hanjuang merah Semek Tengah dan hilir 22. Cordyline fruticosa Hanjuang Semak Tengah dan hilir 23. Durto zibethinus Duren Pohon Tengah dan hilir 24, Diptherocarpus trinarvis Dipterocarpaceae Pohon Hulu 25. Ficus alba Moraceae Pohon Hiulu, tengeh, hilir 26. Ficus benyamina Beringin Pohon Tengah 27. Fieus calophyta Moraceae Pohton Hulu 28. Ficus elastiea Karet Pohon Hulu, tengah, hilir 29. Ficus microcarpa Moraceae Pohon Hulu dan tengah 30. Ficus retusa Moraceae Pohon Hulu 31, Fleus nitida Moraceae Pohon Hulu dan tengah 32. Hibiscus ilaceae Waru Pohon Tengah dan hilir 33. Imperata cylindrica Alang-alang Semak — Hilir 34. Lygodium fleruosum Paka sari Semak Hulu, tengah, hilir 35. Micania micrantha TM Huy tengah, blir 36. Melastoma spp. Semak Tengah 37. Nephrolepis exaltara Pakis krul Semak Hulu dan tengah 38. Nephrolepis biseratia Pakis baris Semak Hulu dan tengah 39. Nicolaia elator Honje Semak Tengah dan hilir 40. Piper spp. Sirih-sirihan Semak Hulu, tengah, bilir 41, Sachezia nobilis Semak Tengah dan hilir 42. Salmanea saman Kihyjan Pohon Hulu dan tengah 43. Schefflera achinophylla Walisongo Pokon Hulu, tengah, hilir 44. _ Scindapsus aureus Monstera TM Hulu dan tengeh Lanjutan Tabel Lampiran 2. 110 No. Nama Latin Nama Daerah/ Famili Jenis__KeULokast 45. Seravia pendula Aposynaceae Pohon Hulu 46. Stirax benzoin Stryraceae Pohon Hulu 47. Turpinia schaerocarpa Stapyleaceae Pohon Hulu 48. Strombosia javanica —_Alaeceae Pohon Huh 49. Tamarindus indicus Asem Pohon Hulu dan tengah 30. Terminalia catapa —Keetapang, Pohon Tengah dan hilir 31. Terminalia microcarpa Combretaceae Pohon Hulu, tenga, hilir 52. Talaema candulli Magnoliaceae Pohon Hulu 53. Quercus peculiformis Fagaceae Pohon Hulu 34. Quercus lienata Fagaceae Pohon Hulu Keterangan : - GC: Ground cover! penutup tanah -TM : Tanaman Merambat Sumber : - Keanekeragaman Hayati Cagar Alam Gunung Halimun, Biological Tabel Lampiran 3. Jenis-Jenis Satwa Alami pada Tapak Science Club, 1991. ~ Pengamatan lapang No. ‘Nama Latin ‘Nama Lokal ‘Keterangan Lokasi Mamalia i. Felis sp. Meong sisi Daerah hutan alarni 2, Felis bengalis Meong congkok — Daerah hutan lami 3. Prionodon linsang Sero Badan dan bataran sungai alami 4, Melogale orientalis Lasun Jarang dijumpai 5. Herpestes javanicus Ganggarangen —_arang dijumpai 6 Mydaus javaensis Sigung, Hutan dan badan sungai 7. Paradoxonus hermaproditus Careuh bulan _—_-Hrutan dan dekat pemukiman 8 Cynocephalus sp. Tando Jarang,dijumpai 9. Tupaia spp. Tupai Hutan dan lahan pertanian 10. Hylobates moloch Owa Houten alami, pemukiman LL. Presbitis comata Surili Jarang dijumpai 12. Presbitis cristata Latung Hutan alami, deket pemakiman 13. Macaca fascicularis Monyet Hutan alam, dekat pemukiman 14. Rafiupa bicolor Bajing besar Hutan alami, laban pertanian No. ‘Spesies/Nama Latin Fami Nama Lokal ‘Aves 1. Icheynaeius malayanensis _Accipitridae Biang hitam 2. Spilornis cheela Accipitridae Elang ular 3. Parus major Acgithinidae Jinjing kulit 4. Haleyon eyanoventris Alcedinidae Cangkakak Lanjutan Tabel Lampiran 3 a No. Spesies/Nama Latin Famili Nama Lokal ‘Aves 3 Callocatia sp “Apodidae Walet dada putib 6. Callocalia esculenta ‘Apodidae Walet sapi 7. Megalaima javensis Capitonidae ‘Teruntung 8. Chloropsis cyanopogon Chloropsidae Cia hijau 9. Geopelia striata Colombidae Perkcutut 10. Streptopelia chinensis Colombidae Tekukur LL. Cissa thalassiha Curvidae Ekek geleng 12. Corvus enca Curvidae Gagak hutan 13. Cypsirina temia Curvidae Sacran 14, Dicaeua saugel Dicaecidee Cabe-cabean 15. Dicrurus anectans Dicruridae Saeran 16. Cyornis unicolor Muscicapidae ——_Sikatan biru 17. Rhipidura auryura Muscicapidae —-Kipasan 18. Aeptopyga qystacalis ‘Nectarinidae Sesap madu gunung 19. Nectarinia ps. Nectarinidae Burung madu 20. Picus punicues Picidae Caladi burik 21. Passer montanus Ploceidae Burung gereja 22. Gracula religiosa Scolopacidae -Ciung 23. Pyenonotus aurigaster Pycnonotidae - Cangkurileung bodas 24. Copsyeus saularis Turdidae Kacica 25, Brachypterix montana Turdidae Cingeuing 26. _ Bobo sumatranus Tytonidae, Burung hantw Sumber: Keanekaragaman Hayati Cagar Alam Gunung Halimun, Biological Science Club, 1991

You might also like