Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
1. Alfika Dinar Fitri
09/280578/KG/8408
2. Mufidana Azis
10/298842/KG/8654
Pembimbing
Prof. Dr. drg. Iwa Sutardjo, R.S., S.U., Sp. KGA(K)
I.
PENDAHULUAN
Anak-anak adalah individu dalam masa tumbuh kembang dan bukan miniatur
dari orang dewasa. Perawatan yang diberikan pada anak-anak meliputi pencegahan
primer (karies gigi), pencegahan sekunder (mempertahankan gigi yang sudah
terserang karies sampai tiba waktunya tanggal secara fisiologis dalam keadaan sehat)
dan pencegahan tersier (mencegah space loss dan kelainan oklusi).
Gigi
desidui
merupakan
hal
terpenting
dalam
pertumbuhan
dan
terjadi mesial drifting pada celah yang mengalami premature loss maka digunakan
alat space regainer untuk mendapatkan ruang kembali.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Premature Loss
Premature loss pada gigi desidui dapat terjadi akibat adanya karies, erupsi
ektopik atau trauma yang menyebabkan pergerakan gigi desidui atau permanen yang
tidak diinginkan dan berkurangnya panjang lengkung. Kurangnya panjang lengkung
dapat berakibat meningkatnya keparahan gigi berjejal, rotasi, erupsi ektopik,
crossbite, overjet dan overbite yang berlebihan serta hubungan molar yang kurang
baik. Premature loss gigi desidui tipe apapun berpotensi menyebabkan berkurangnya
ruang untuk menampung gigi permanen yang akan menggantikannya (Kuswandari
dkk., 2007). Efek dari tanggalnya gigi susu yang terlampau cepat ialah fungsi dan
kesehatan rongga mulut terganggu, modotnya gigi antagonis, efek psikologis pada
anak dan orangtua, serta posisi gigi-gigi permanen (Foster, 1999).
Space loss merupakanhilangnya daerah kosong dalam lengkung gigi ketika satu
gigi hilang karena dicabut atau hilang karena tidak tumbuh (Harty dan Ogston,
1995). Beberapa penyebab terjadinya space loss antara lain
1. Gigi desidui dengan karies proksimal
2. Gigi yang erupsinya ektopik
3. Perubahan dalam urutan erupsi gigi
4. Gigi molar desidui yang ankilosis
5. Impaksi gigi
6. Transposisi gigi
7. Hilangnya gigi molar desidui tanpa disertai management space yang tepat
8. Missing teeth
9. Resorpsi akar gigi molar desidui yang abnormal
10. Erupsi gigi permanen terlalu dini atau terlambat
11. Morfologi gigi yang abnormal
Space loss bisa terjadi unilateral atau bilateral sebagai akibat dari tipping gigi,
rotasi, ekstrusi, ankilosis, atau perubahan dari ekstrusi gigi dan pendalaman dari
curve of spee. Besarnya space loss bervariasi tergantung pada lengkung yang
terpengaruh, posisinya dalam lengkung, dan jangka waktu sejak gigi yang
bersangkutan tanggal. Kuantitas dan insiden space loss juga tergantung pada
keberadaan dan status gigi di sebelahnya dalam lengkung gigi. Besarnya crowding
atau spacing dalam lengkung gigi akan menentukan derajat kemaknaan akibat space
loss. Apabila space loss dapat diimbangi perkembangan tulang kraniofasial maka
mungkin space regainer tidak diperlukan (Kuswandari dkk, 2012).
B. Space Maintainer
Space maintainer merupakan suatu alat yang dipakai untuk mempertahankan
panjang lengkung ketika gigi dicabut secara dini, alat yang bersifat pasif dalam
menjaga jarak mesiodistal, mempertahankan ruangan akibat pencabutan desidui yang
terlalu
awal
dan
memelihara
gerak
fungsional
gigi(Andlaw
dan
Rock,
1992).Sedangkan menurut Harty dan Ogston (1995), space mantainer adalah alat
cekat atau lepasan yang dirancang untuk mempertahankan ruang yang ada dalam
lengkung rahang.
Space maintainer dapat digunakan untuk mencegah pergeseran ke mesial gigi
molar pertama permanen. Space maintainer akan dilepas apabila sudah tidak
dipergunakan lagi untuk menghindari terhalangnya erupsi gigi permanen di
bawahnya (Andlaw dan Rock, 1992).
Klasifikasi space maintainer menurut Snawder (1980) adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
(A) Space maintainer lepasan untuk rahang atas, (B) Space maintainer
lepasan untuk rahang bawah (Barber, 1982)
Keuntungan penggunaan removable space maintainer antara lain alat dan gigi
dapat dibersihkan dengan mudah, dapat mempertahankan dimensi vertikal, dapat
dikombinasikan dengan tindakan preventif yang lain, dapat dipakai setengah hari
sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi darah pada jaringan lunak, dapat dibuat
dengan mudah dan estetis, dapat untuk mengunyah dan alat bantu bicara,
mempertahankan bentuk lidah, dapat menstimulasi erupsi gigi permanen, tidak
memerlukan bands, pemeriksaan gigi (karies) dapat dengan mudah dilakukan, dan
dapat menciptakan ruang untuk erupsi gigi tanpa harus membuat alat baru. Kerugian
penggunaan removable space maintainer antara lain ada kemungkinan alat hilang,
dapat patah, pasien tidak mau memakai alat, dapat menahan pertumbuhan rahang ke
lateral apabila klamer tidak pas, dan dapat mengiritasi jaringan lunak (Finn, 2003).
Syarat-syarat pembuatan space maintainer, antara lain:
1. Mampu mempertahankan jarak mesiodistal
2. Erupsi gigi antagonis tidak terganggu
3. Erupsi gigi permanen tidak terganggu
4. Tersedia cukup ruang mesiodistal untuk erupsi gigi permanen pengganti.
5. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pergerakan mandibula
6. Bentuk sederhana, mudah dalam perawatan, dan mudah untuk dibersihkan.
Menurut Finn (1973), space maintainer diperlukan apabila:
1. Gigi m2 dicabut sebelum gigi P2 siap menggantikan;
2. Gigi m1 tanggal terlalu awal tidak mutlak butuh SM seperti gigi m2;
3. Pada kasus anodonsia P2, lebih baik membiarkan M1 menutup celah;
4. Anodonsia I2 sering dibiarkan, agar C menempati ruang yang ada;
5. Pemasangan space maintainer anterior untuk tujuan psikologis dan mencegah
timbulnya bad habit;
6. M1 tanggal sebelum M2 erupsi, dibiarkan agar M2 menempati ruang tersebut.
Namun apabila M2 telah erupsi maka ruangan harus dipertahankan;
7. m2 dicabut menjelang erupsi M1 dibuatkan space maintainer berupa labial arch
dengan gigi tiruan m2;
8. Spacemaintainer aktif sering digunakan untuk mendesak M1 ke distal.
9. Space maintainer aktif (space regainer) bertujuan untuk memperoleh kembali
ruang yang mengecil karena adanya pergeseran gigi-gigi ke arah ruang kosong
akibat premature loss.
Kontraindikasi space maintainer menurut Snawder (1980), antara lain:
1. Tulang alveolus di atas gigi tersebut sudah hilang dan ruang tersebut cukup untuk
erupsi gigi pengganti;
2. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui cukup untuk
ruang erupsi gigi pengganti dan tidak ada kemungkinan hilangnya ruang;
3. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan ortodontik;
4. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan.
C.
Space Regainer
Space regainer digunakan untuk mendapatkan ruang pada keadaan kekurangan
ruang atau terjadinya mesial drifting pada celah yang mengalami premature loss
(Andlaw dan Rock, 1992).Space regainer perlu dipertimbangkan pemakaiannya
apabila terjadi space loss atau penyempitan ruang. Sasaran intervensi terhadap space
loss dengan space regainer adalah pemulihan lebar dan perimeter lengkung dan
memperbaiki posisi erupsi gigi permanen penggantinya. (Kuswandari dkk, 2007).
Indikasi pemakaian alat space regainer adalah pada prematur loss gigi molar
desidui yang mengakibatkan terjadinya kekurangan ruang erupsi gigi permanen.
Kontraindikasi pemakaian alat space regainer, antara lain:
1. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui cukup atau
lebih bagi ruang erupsi gigi pengganti
2. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan ortodontik
3. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan
4. Pasien alergi terhadap akrilik
5. Pasien tidak kooperatif
Syarat-syarat pembuatan space regainer, adalah:
1. Terdapat kurang ruang mesiodistal untuk erupsi gigi permanen pengganti
2. Mampu menciptakan jarak mesiodistal
3. Erupsi gigi antagonis tidak terganggu
4. Erupsi gigi permanen tidak terganggu
5. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pergerakan mandibula
6. Bentuk sederhana, mudah dalam perawatan, dan mudah untuk dibersihkan
Kerugian penggunaan alat space regainer yaitu dapat mengiritasi jaringan lunak
di sekitarnya dan dapat menghambat pertumbuhan rahang ke arah lateral.Sasaran
intervensi terhadap space loss dengan space regainer adalah pemulihan lebar dan
perimeter
lengkung
serta
memperbaiki
posisi
erupsi
gigi
permanen
penggantinya.Space regainer harus dipakai dan dikontrol terus sampai gigi permanen
disebelahnya erupsi sempurna atau sampai diawalinya perawatan ortodontik
(Kuswandari, 2007).
D. Analisis Ruang
Perkiraan ukuran gigi yang belum erupsi adalah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
UGD M x UGD Ro
X=
UGD Ro
Keterangan:
X
UGD M
Setelah melakukan analisis ruang dan panjang lengkung, dapat diketahui derajat
crowding lengkung gigi. Menurut Andlaw dan Rock (1992), gigi dapat digolongkan
sebagai salah satu dari tipe berikut:
1. Gigi tidak berjejal dengan kelebihan ruang.
Ciri-cirinya adalah terdapat spacing di antara gigi-gigi insisivus; ruang
yang tersedia dalam lengkung rahang melebihi ruang yang diperlukan untuk
gigi-gigi yang belum erupsi.
2. Gigi tidak berjejal dengan ruangan cukup.
Ciri-cirinya adalah kontak normal di antara gigi-gigi insisivus; ruang yang
tersedia dalam lengkung sama dengan ruang yang diperlukan untuk gigi-gigi
yang belum erupsi.
3. Crowding ringan.
Ciri-cirinya adalah sedikit overlap pada gigi-gigi insisivus; ruang yang
tersedia dalam lengkung rahang kurang sampai 4 mm dari yang diperlukan
untuk gigi-gigi yang belum erupsi.
4. Crowding berat.
Ciri-cirinya adalah overlap rotasi atau pergeseran gigi-gigi insisivus; ruang
yang tersedia dalam lengkung rahang kurang melebihi 4 mm dari yang
diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi.
III.
LAPORAN KASUS
= 149396
Nama pasien
Tempat/Tgl lahir
= SDN Terbansari I
= Subarmi
Alamat
= Terban, Sleman.
B. Pemeriksaan Subjektif
Motivasi:
Orangtua pasien meminta agar gigi anaknya dirawat.
Keluhan utama (CC):
Ingin mencabutkan gigi depan atas kiri yang goyah
Kedaaan sakit sekarang (PI):
Tidak merasakan sakit pada gigi tersebut.
Riwayat gigi (PDH):
Pasien pernah mencautkan gigi geraham susu di puskesmas sekitar satu tahun
yang lalu tanpa komplikasi
Riwayat kesehatan umum (PMH):
Tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat, dan cuaca.
Belum pernah menderita sakit yang mempengaruhi tumbuh kembang.
Riwayat kesehatan keluarga (FH):
a. Gigi
b. Umum = - Ayah
- Ibu
: tidak
d. Kumur-kumur
: tidak
e. Air minum
: sumur
C. Pemeriksaan Objektif
Kedaaan umum
Penampilan
: sehat
: kooperatif dan komunikatif
Berat badan
: 18 kg
Tinggi badan
: 113 cm
Bibir
Pipi
Kelenjar limfe
: tidak teraba
Lain-lain
: -
Lidah
Gusi
Langit-langit
Dasar mulut
Jaringan Keras
Oklusi
Keterangan :
Kebersihan Mulut
OHIS = DIS + CIS
= 6
6
=
6
1
6
1
6
+
0 0
0
0
6
1
6
0
: Gigi goyah
V : Gigi tinggal akar
O : Karies
: Tumpatan
Tx/: orthodontik
42 = D/: Linguoversi
Tx/: orthodontik
85 = D/: Premature Loss
Tx/: SM
74 = D/:Radices
Tx/: Ekso
83 = D/: karies dentin dengan insensitif dentin
Tx/: opdent (telah dilakukan pada 30/06/14)
84 = D/: Radices
Tx/: Ekso
85 = D/: Radices
Tx/: Ekso
D. RENCANA PERAWATAN
1. Exo
2. Opdent
3. TAF
4. Space maintainer
5. Orthodontik
6. Kontrol
IV.
RENCANA PERAWATAN
Rahang
RahangBawah
Atas
Kanan Kiri
Ket
10.4
10,0
N
9,0
9,3
N
7,0
7.0
N
5,0
6,4
N
4,3
N
8,3
8,7
N
11.0
7,3
5,6
5,8
5.9
11.7
8.3
5,6
5,9
5.9
N
N
N
N
N
31
: 5.9 mm
42 : 5,8 mm
32
: 5,9 mm
Determinasi Lengkung
(Rahang Bawah)
Keterangan:
1. Lengkung awal:
2. Lengkung ideal:
Keterangan:
Overjet awal : 3.7 mm
Protaksi RB
: 1 mm
: 58,0 mm
: 60,6 mm
Kanan
: 30,0mm
Kiri
: 30,6 mm
Kesimpulan: Menurut perhitungan terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi 33,
34, 35 sebesar 2,7 mm, dan kekurangan ruang untuk erupsi 43, 44, 45 sebesar 4,2
mm. Kekurangan ruang melebihi batas + 1 mm sehingga kasus ini merupakan
indikasi untuk pembuatan space regainer pada sisi kanan dan kiri. Namun karena
tidak ditemukan adanya tilting pada gigi sekitar area edentulous dan terdapat
crowding pada gigi anterior bawah, maka pasien akan dirawat dengan space
maintainer untuk menjaga agar space pada posterior tidak berkurang dan dilanjutkan
dengan perawatan orthodontik.
3.
4.
Prosedur Perawatan
1)
Rencana Perawatan
a.
b.
c.
Kontrol
2)
Jalannya Perawatan
a.
b.
arch dan C klamer juga diperiksa agar tidak menyebabkan oklusi traumatik
pada mukosa rongga mulut.
Pasien perlu diberikan motivasi untuk selalu memakai alat dan menjaga
kebersihannya. Pasien dan orang tua pasien diminta untuk memperhatikan
ruang kosong pada lengkung gigi pasien, apakah bertambah besar atau kecil,
serta memperhatikan apakah gigi pengganti sudah mulai tumbuh atau
belum. Operator juga harus memberikan motivasi kepada pasien untuk
selalu datang kontrol pada waktunya.
c.
Kontrol
Kontrol dilakukan pada hari ke-2, ke-12, dan ke-30.
Pada kontrol hari ke-2, ke-12, dan ke-30, dilakukan pemeriksaan
subjektif dan pemeriksaan objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan
pasien tentang alat yang dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk
ditanyakan antara lain adalah apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien,
apakah pasien kesulitan saat memakai dan melepas alat, apakah pasien
sudah merasa nyaman saat memakai alat, apakah alat dapat digunakan
pasien saat makan. Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan jaringan
lunak (adakah gingiva/mukosa yang terkena trauma/iritasi akibat pemakaian
alat), retensi dan stabilisasi alat, oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat
pemakaian alat (diperiksa dengan articulating paper).
V.
PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R.J dan Rock, W.P., 1992, Perawatan Gigi Anak (terj), edisi 2, Widya
Medika, Jakarta.
Barber, TK., 1982, Space Management, CV Mosby, London.
Finn, S.B., 1973, Clinical Pedodontic, W.B. Saunders Co., Philadelphia.
Finn, S.B., 2003, Clinical Pedodontic, 4th ed, W.B. Saunders Co., Philadelphia.
Foster, TD., 1999, Buku Ajar Ortodonsi, edisi III, EGC, Jakarta.
Mc.Donald, R.E dan Avery, D.R., 1994 Dentistry for The Child and Adolescent,
Sixth edition, Mosby, St.Louis.
Kuswandari, S., Sri Rantinah, SB, Jatmiko, IS., dan Kusumawardani, P., 2007,
Bahan Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Anak II, FKG UGM, Yogyakarta.
Moyers, R.E., 1988, Handbook of Orthodontics, Edisi IV, Year Book Medical
Publisher, Chicago, Hal 221-227.
Snawder, K.D., 1980, Handbook of Clinical Pedodontics, The C.V. Mosby Company,
St.Louis.