Professional Documents
Culture Documents
Higiene Pasien :
Tinjauan umum
Dalam pandangan Islam, pasien harus diperhatikan kesinambungan kemampuannya dalam
menjalankan kewajiban agama. Sholat hanya dapat dijalankan dalam keadaan kebersihan
fisik dan ritual. Penting bagi dokter untuk membedakan antara ketidakbersihan, najis, hadats,
dengan bersih, suci dan memberikan advis kepada pasien. Bila hadats kecil bersuci dengan
wudlu, tetapi bila najis dibersihkan sebelum melakukan sholat, dan bisa jadi ini bukanlah
sesuatu yang mudah bagi pasien.
Sekresi fisiologis normal
Sekresi mata : air mata dan discharge mata pagi hari bukan najis tetapi harus dibersihkan
karena dapat menjadi nidus untuk terjadinya infeksi
Sekresi telinga : sekresi telinga luar adalah najis dan harus dibersihkan. Pada saat wudlu
membersihkan lubang telinga luar adalah sedalam yang aman.
Sekresi hidung : sekresi hidung bukan najis tetapi sebaiknya jangan biarkan mengumpul.
Rasulullah SAW menganjurkan untuk meniup hidung tiga kali saat bangun tidur untuk
membersihkan sekresi, yang dapat menjadi akumulasi infeksi dan bahan-bahan toksik.
Selama wudhu membersihkan lubang dalam cuping hidung, instinshaaq, menghilaangkan
sekresi dan kotoran.
Sekresi tenggorokan : sekret tenggorokan bukan najis, tetapi harus dibuang secara hati-hati
karena menularkan infeksi bakteri dan virus lewat udara.
Sekresi rongga mulut : saliva tidak najis. Meludah di sembarang tempat dapat menyebarkan
penyakit yang ditularkan lewat udara. Meludah di rumah sakit atau di ruang publik secara
estetik tidak bisa diterima. Islam mengajarkan praktik-praktik yang memastikan kebersihan
mulut. Mulut dibasuh sehari lima kali saat wudlu. Dengan menggunakan siwaak (sikat gigi)
sangat ditekankan dan dianjurkan saat menunaikan sholat, sebeum memasuki tempat umum,
setelah makan dan saat bangun dari tidur. Sikat gigi harus dibersihkan diantara penggunaan
satu dengna yang lain.
Sekresi vagina: Sekret yang melembabi vagina tidak najis sepanjang masih berada di dalam
kanal vagina. Discharge vagina antar menstruasi tidak najis. Mandi (ghusl) diperlukan bila
terdapat discharge setelah mimpi basah seksual walaupun cairan ini sendiri tidak najis. Semua
discharge dan cairan lain dari daerah perineal harus dicuci secepatnya karena berpotensi
tinggi untuk infeksi. Darah menstruasi dicuci bila mengenai pakaian dan disikat bila mana
kering. Pakaian dapat digunakan untuk sholat walaupun sisa darah masih terlihat. Menyentuh
daerah perineal baik sendiri maupun orang lain atau hewan membatalkan wudlu.
Sekresi penis: hukum mengenal tiga jenis discharges dari penis: cairan seminal, mani,
discharge prostat, madhi, discharge uretra, wadi. Semen tidak najis karena berisi sperma yang
merupakan bahan herediter manusia hidup. Semen kering pada pakaian disikat, sedangkan
yang basah dicuci dengan air dan pakaian dapat digunakan untuk sholat. Discharge prostat
atau urethra yang terjadi secara sendiri tanpa semen adalah najis. Discharge cairan prostat dan
urethra butuh mengulangi wudlu kerena kontaminasi urin. Menyentuh penis sendiri, atau
orang lain membatalkan wudlu.
Sirkumsisi: sirkumsisi, menghilangkan preputium, diwajibkan bagi pria muslim. Tindakan
yang higienis ini mencegah akumulasi discharge urethra dan urin di dalam preputium yang
dapat mengakibatkan infeksi. Sirkumsisi pada wanita bersifat simbolik dan tidak boleh
melibatkan mutilasi alat genital.
Cairan ruang interstitial: ruang membranosa mempunyai berbagai macam sekresi. Cairancairan pleura, peritoneal, perikardial dan sinovial bukan najis dan harus dibersihkan bila
mereka berada di luar ruang tempat mereka.
Kumis dan Janggut: dianjurkan untuk mencukur kumis dan memanjangkan janggut. Kumis
sebaiknya dicukur dan tidak dibiarkan tumbuh hingga melebihi ukuran yang dapat
dipertahankan kebersihannya. Janggut harus dicuci selama wudlu dan disisir secara teratur
untuk mencegah penumpukan kotoran. Dalam kondisi medis tertentu dibenarkan untuk
mencukur janggut bila ditakutkan terjadi infeksi.
Bulu ketiak: Dianjurkan mencukur bulu ketiak dan diperlukan untuk kebersihan. Timbunan
keringat di ketiak meningkatkan bau.
Rambut kemaluan : Dianjurkan untuk mencukur dan membersihkan secara teratur rambut
kemaluan.
Rambut tubuh: tidak ada larangan bagi wanita untuk mencukur rambut badan atau wajah
berlebih.
Darah :
Darah dari epistaxis dan darah segar akibat luka (vena atau arteri) tidak najis tetapi harus
dibersihkan dengan air. Darah segar dari hemorrhoid dan lesi di anus tidak membatalkan
wudlu, tetapi harus dibersihkan segera dan sebelum menjalankan sholat. Termasuk darah
yang keluar selama prosedur cupping atau hijaamah tidak dianggap sebagai najis.
Sekresi saluran nafas :
Discharge respirasi yang berhubungan dengna common cold, sinusitis, nasopharyngitis, otitis
media, dan sputum adalah bukan najis, tetapi harus dibersihkan dan dibuang sesegera
mungkin.
Sekresi saluran genito-urinaria: discharge yang berasal dari urethritis, sistitis, prostatitis,
dan pyelonefritis dianggap sebagai najis karena adanya kontaminasi urin. Wudlu dikatakan
masih sah pada kasus hematuria kontinu (mikroskopis dan makroskopis). Sholat harus
dilakukan sesegera mungkin setelah mengambil wudlu. Urinary bag yang sesuai dan
sebaiknya diletakkan di tempat yang terpisah dengan pakaian dan tempat sholat. Pada
inkontinensia urin, wudlu sesegera mungkin diikuti dengan sholat.
Diare: diare didefinisikan sebagai discharge tinja berlebihanm sering dan encer. Diare
dianggap sebagai najis dan membatalkan wudlu
Muntah : vomiting atau muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut. Vomitus GIT
atas tidak dianggap sebagai najis dan tidak membatalkan wudlu. Alasannya adalah bahwa isi
dari GIT bagian atas adalah makanan yang baru saja dicerna. Vomitus GIT bagian bawah
terutama pada intestinum bagian bawah mengandung bahan ekskresi fecal yang merupakan
najis. Vomitus berat yang mengandung komponen intestinal dianggap sebagai najis. Vomitus
pada bayi diperlakukan sama dengan urinenya cukup dibersihkan saja.
Prosedur Invasif
Intubasi : pipa trakea, esofagus, gastrik, dan nasogastrik dimasukkan ke dalam tubuh dengan
maksud diagnosis maupun terapi. Cairan yang dihasilkan dari prosedur itu tidak dianggap
sebagai najis, tetapi harus dibersihkan untuk mencegahnya sebagai nidus infeksi. Kateterisasi
kandung kemih yang terkontaminasi urin adalah najis. Kateterisasi jantung tidak
dikategorikan sebagai kontaminasi karena darah segar bukan najis.
Stoma : kolostomi dan ileostomi dibuat untuk mengalirkan isi intestinum agar dapat keluar.
Stoma yang bersih dan tertutup dan sholat dapat dilaksanakan walaupun di dalamnya ada
discharge. Tempat kolostomi dijaga agar tetap sebersih mungkin di sepanjang waktu. Wudlu
harus dilakukan tiap-tiap akan sholat.
Luka : discharge hasil dari luka harus dibersihkan tetapi bukanlah najis dan tidak
membatalkan wudlu.
I.
Pendahuluan
Agama Islam tidak memandang wanita sebagai benda najis, titisan roh halus, iblis
dan berbagai hinaan dan cacian lainnya, sebagaimana yang menjadi kepercayaan
agama kuno di Eropa. Sebaliknya justru Islam memuliakan para wanita, agama Islam
juga tidak mengurung wanita di dalam rumah, atau mengharamkan para wanita keluar
rumah, bekerja atau bersosialisasi. Asalkan semua itu tetap menjaga batas-batas yang
telah ditentukan di dalam syariat Islam. Khusus di dalam masalah kesehatan dan
kedokteran, Islam justru memberikan peran besar bagi para wanita untuk terjun ke
dalamnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa rumah sakit pertama yang dibangun dalam
sejarah Islam adalah tenda milik seorang wanita, di mana di dalamnya para korban luka
perang dirawat oleh para wanita juga.
Dalam pembahasa kali ini akan di jelaskan secara singkat berkaitan hukum dokter
dan pasien yang berbeda jenis, apa saja landasan hukum yang dipakai, bagaimana
pendapat para ulama tentang hukum dokter dan pasien yang bukan muhrimnya, dan
bagaimana menganalisa tentang hukum tersebut.
II.
Landasan Hukum
A. Al-Quran
Dan Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu,
kecuali apa yang terpaksa kamu lakukan. (Q.S. Al-Anam : 119)
B. Hadits
Siapa yang mampu untuk dapat bermanfaat buat saudaranya, maka berilah
manfaat. (H.R. Muslim)
Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan di turunkan-Nya pula
obatnya, yang diketahui oleh orang yang mengerti dan tidak diketahui oleh orang yang
tidak mengetahuinya. (H.R. Ahmad)
Dari Abdir-Rahman bin Abi Sa`id al-Khudri, dari ayahnya, bahwasanya Nabi SAW.
bersabda: Janganlah seorang lelaki melihat kepada aurat lelaki (yang lain), dan
janganlah seorang wanita melihat kepada aurat wanita (yang lain)". (H.R. Muslim)
C. Pandangan Ulama
1. Fatwa Syaikh Muhammad Saleh Al-Utsmani RA. Dalam kitab Wa Rasaail Syaikh
Ibnu Utsmaimin Juz 1 halaman 30, Syamilah.
,
, ,
.
Jika memungkinkan membuka aurat wanita tersebut dan mengobatinya pada
dokter wanita yang muslimah, maka tidak boleh baginya membuka auratnya dan
melakukan pengobatan kepada dokter lelaki meskipun dia seorang muslim. Namun jika
tidak memungkinkan, dan ia terpaksa melakukannya karena pengobatan, maka boleh
dibuka auratnya oleh dokter lelaki muslim dengan kehadiran suaminya atau
mahramnya, karena dikhawatirkan fitnah atau terjatuh kedalam perkara yang tidak
disukai akibatnya. Jika tidak ditemukan dokter lelaki muslim, maka dibolehkan dokter
lelaki kafir dengan syarat yang telah disebutkan. [1]
III. Analisis
Islam sangat menghargai tugas kesehatan, karena tugas ini adalah tugas
kemanusiaan yang sangat mulia, sebab menolong sesama manusia yang sedang
menderita. Dan menurut Islam, hubungan antara petugas kesehatan dengan pasien
adalah sebagai hubungan penjual jasa dengan pemakai jasa, sebab si pasien dapat
memanfaatkan ilmu, keterampilan, keahlian petugas kesehatan, sedangkan petugas
kesehatan memperoleh imbalan atas profesinya berupa gaji atau honor. Karena itulah
terjadilah akad ijarah antara kedua belah pihak, ialah suatu akad, di mana satu pihak
memanfaatkan barang, tenaga, pikiran, keterampilan, dan keahlian pihak lain, dengan
memberi imbalannya.[2]
Namun semua itu ada ukuran dan batasannya. Dalam masalah merawat dan
mengobati pasien di dalam dunia kedokteran, secara umum Islam mengizinkan hal itu
terjadi walau antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini bisa saja dokter laki-laki dan
pasiennya perempuan, atau sebaliknya. Kecuali untuk jenis penyakit tertentu dan
penanganan tertentu yang mengharuskan dengan sesama jenis.
1.
2.
Haram Menyentuh
Keharaman menyentuh tubuh atau kulit dari lawan jenis adalah hal yang telah
menjadi kesepakatan para ulama, atau pendapat jumhur ulama. Kalau pun ada
pengecualian, namun hukum asalnya adalah at-tahrim (keharaman).
Dari Aisyah RA. Berkata, Telapak tangan Rasulullah SAW. tidak pernah
menyentuh telapak tangan seorang perempuan pun, dan beliau bersabda ketika
membaiat para wanita: Aku telah membaiat kalian lewat ucapan. (H.R. Muslim)
Dan pada dasarnya keharaman sentuhan kulit ini juga berlaku pada dokter atau
perawat laki-laki yang menangani pasien perempuan, dan dokter atau perawat
perempuan yang menangani pasien laki-laki. Tentu dikecualikan dalam keadaan darurat
yang mempertaruhkan nyawa, atau yang memenuhi ketentuan syariat.
3.
Haram Berduaan
Selain diharamkan melihat aurat dan menyentuhnya, laki-laki dan perempuan yang
bukan mahram juga diharamkan untuk bersepi-sepi berdua. Tanpa ada kehadiran
mahram.[3]
Adapun duduk berkhalwat dengan dokter pria, meskipun dalam waktu yang lama,
semata-mata hanya karena tujuan pengobatan dan selama dokter itu seorang muslim
yang dapat dipercaya dan baik akhlaknya dan selama itu merupakan keharusan, maka
hal itu tidak dilarang.[4]
Dalam keadaan darurat itu membolehkan segala yang dilarang, menurut kaidah
Ushul fiqh yang disepakati oleh sekalian ulama ushul. Dengan demikian, dokter boleh
melihat dan memegang bagian badan yang memerlukan pengobatan dan pemeriksaan
sekalipun kepada aurat terbesar. Ini berlaku umum baik terhadap tubuh pria maupun
tubuh wanita atau sebaliknya.[5]
205.
[3] Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupa
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
B.
TUJUAN
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
1.menjelaskan tentang tata cara merawat pasien menurut islam dan kesehatan.
2.Menjadi perawat profesional dengan bertindak sesuai fungsi dan tujuan dari
asuhan keperawatan.
3.Mewujudkan pelayanan kesehatan sesuai dengan syariat islam dalam
masayarakat.
C.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana pandangan islam dan kesehatan tentang etika merawat
pasien?
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ISLAM menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan.
Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan
aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang
memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap
kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya
seseorang. Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik
dari apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari
apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi
juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya,
kualitasnya maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat
enak sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan. Sebagian besar penyakit
berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat
berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi
Muhammad Saw adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus
proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR.
Turmudzi dan al-Hakim)..
Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan
kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam
sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang
kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di
sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam sangat
menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan
batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain
bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang
kotor.
Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan
menjalankan pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa.
Agama sangat melarang perilaku nekad dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa
alat pengaman atau ngebut di jalan raya yang dapat membahayakan diri sendiri
dan orang lain. Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan (al-Baqarah:: l95). Hal ini karena sumber penyakit dan kesakitan,
tidak jarang juga berasal dari pekerjaan dan risiko perjalanan. Sekarang ini
PERSPEKTIF KEPERAWATAN
Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan, karena
muaranya juga sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan derajat
kesehatan. Lumenta mengatakan, pelayanan kesehatan dan pelayanan medis
mempunyai tujuan yang sama, yakni memenuhi kebutuhan individu atau
masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau menormalisasi semua masalah
atau semua penyimpangan terhadap keadaan kesehatan, atau semua masalah
dan penyimpangan terhadap keadaan medis normatif.
Karena itu pranata sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan
dan partai politik, memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan,
misalnya untuk meningkatkan pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan
sejenisnya, tetapi tetap harus bekerjasama dengan institusi dan pemberi layanan
medis yang profesional. Sebab tanpa melibatkan para profesional di bidang
kesehatan dan medis, pelayanan yang diberikan tidak akan berhasil, bahkan
akan kontraproduktif. Di tengah tingginya tuntutan kepada profesionalisme kerja
sekarang serta daya kritis masyarakat yang juga meningkat, setiap pekerjaan
harus dijalankan secara profesional. Terlebih pekerja di bidang kesehatan dan
medis, sebab pekerjaan ini sangat berisiko dan berkaitan dengan hidup matinya
manusia, yang dalam sumpah dunia kedokteran, harus dilindungi dan
diselamatkan sejak calon manusia itu masih berada di dalam perut ibunya.
C.
Para Khalifah Abbasiyah juga banyak memiliki dokter dan perawat istana yang
mendapatkan kedudukan istimewa turun temurun. Jurjis ibnu Bakhti, Hunain bin
Ishak dan keturunannya merupakan para dokter dan perawat yang handal.
Bazmi Alim, bukan saja aktif dalam dunia keperawatan, tapi juga membangun
rumah sakit Yamki Baghcha di Istanbul-Turki, dan masih banyak lagi. Figuritas
Ibnu Sina (Avicenna) dan Abubakar al-Razi (Razez) yang dianggap pelopor ilmu
kedokteran dengan karya-karya tulis monumentalnya di bidang keperawatan
medis, semakin memacu banyaknya masyarakat yang terjun dalam profesi
keperawatan, baik pria maupun wanita.
D.
Pada zaman Nabi perawat dapat diberi nama Al Asiyah dari kata Aasa yang
berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberi makanan dan
memberikan obat. Pelayanan kesehatan telah dimulai sejak zaman Nabi
Muhammad SAW dengan seorang perawat wanita yang pertama yang bernama
Rufaidah. Islam sangat menghargai seorang petugas kesehatan karna petugas ini
adalah petugas kemanusiaan yang sangat mulia.
Pelayanan kesehatan adalah memberi pelayanan kesehatan kepada orang yang
membutuhkan baik itu berupa asuhan keperawatan atau pelayanan kepada
pasien. Hubungan antara petugas kesehatan dan pasien adalah sebagai penjual
jasa dan pemakai jasa.
Antara petugas kesehatan dan pasien terjadi akad Hijrah. Akad Hijrah adalah
suatu akad dimana satu pihak memanfaatkan Barang, Tenaga, Pikiran dan
Keahlian.Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan, baik kesehatan Fisik,
Mental maupun kesehatan lingkungan.
F.
1. diwajibkan bersuci dengan air, berwudhu jika berhadats kecil dan mandi jika
berhadats besar
2. Jika tidak bisa dengan air karena dikhawtirkan dapat memperlambat
kesembuhan, maka boleh tayamum
3. Bila tidak mampu bersuci sendiri maka dapat dibantu orang lain
4. Jika pada tubuh terdapat luka yang digips atau dibalut maka cukup
mengusap balutan tadi dengan air
5. Cara bertayamum ialah memukulkan dua tangannya ketanah yang suci
sekali pukulan, kemudian mengusap wajahnya lalu mengusap telapak tangannya
6. Jika sebagian tubuh yang harus disucikan terluka, maka dibasuh dengan air
jika membahayakan cukup diusap sekali saja jika membahayakan juga maka bias
bertayamum
7. Dibolehkan bertayamum pada dinding yang mengandung debu yang suci
8. Jika tidak mungkin bertayamum diatas tanah atau dinding atau tempat lain
yang mengandung debu maka boleh menggunakan sapu tangan
9. Orang yang sakit juga wajib membersihkan tubuhnya dari najis, jika tidak
mungkin maka ia solat apa adanya, dan solatnya sah
Selama bepergian tersebut tidak untuk maksiat dan sesuai dengan ketentuan
ukum islam maka diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan dapat menggantinya
dihari yang lain sesuai dengan puasa yang ditinggalkannya.
2.
Wajib mengganti dihari yang lain dan jika wanita tersebut berpuasa maka
puasanya tidak sah.
4. Orang yang sudah lanjut usia
Orang yang lanjut usia dan perempuan tua yang tidak mampu berpuasa
hendaknya memberi makanan setiap hari, satu orang miskin
2.
3.
Tranfusi darah
4.
5.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
Dalam merawat pasien seorang perawat harus memperhatikan aspek-
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kreasimahasiswa.page.tl/MATERI-AGAMA-ISLAM.htm
Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds
2. Salemba Medika: Jakarta
Asmadi.(2008).Konsep Dasar Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
Anonim2009.sejarah perkembangan keperawatan di dunia,dalam di akses selasa
24 agustus 2010 pukul 10:15am
, , , , , ,,
, ,, .
,
, ,
,
, , ,
, , , , ,
, ,
, ,
,
, ,
, ,
,
, ,.
,
, , ,
,
,
,, , ,
KHUTBAH PERTAMA
Sidang Jumat yang berbahagia,
Salah satu kaidah yang sangat agung dalam syariat Islam yang mulia ini adalah bahwasanya
Allah Subhanahu wa Taala dan rasul-Nya tidak memerintahkan suatu perbuatan, kecuali di
dalam perintah itu terdapat kemaslahatan yang besar. Begitu juga tidak melarang suatu
perbuatan, kecuali di dalam perbuatan itu terdapat banyak madharat.
Satu
di
antaranya,
Allah
telah
mengharamkan
perbuatan zina.
Karena
dalam
perbuatan zina ini terdapat banyak madharat serta kerusakan. Allah berfirman,
, ,
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra: 32)
Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Taala melarang manusia untuk mendekati
perbuatan zina dan semua perantara yang bisa menjerumuskan zina dan semua perantara yang
bisa
menjerumuskan
seseorang
ke
dalam
perbuatan
tersebut.
Demikian
ini,
karena zina merupakan perbuatan kotor dan sangat jelek pengaruhnya bagi kehidupan
masyarakat. Allah Subhanahu wa Taala menyebutnya dengan kata fakhisyah. Yang berarti,
perbuatan yang sangat keji. Perbuatan zina bertentangan dengan akal sehat. Zina merupakan
jalan yang membawa kepada kehancuran dan kenistaan, merusak masyarakat, menimbulkan
penyakit berbahaya, bercampurnya nasab, dan juga menyebabkan permusuhan di antara
manusia dan kerusakan lainnya yang sangat berbahaya, sehingga pantas apabila
Allah Subhanahu
wa
Taala memberikan
hukuman
berat
bagi
para
pelakunya.
, , ,
,
,
,
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman. (QS. An-Nur: 2)
Ayat ini menunjukkan hukuman yang disyariatkan Allah bagi seseorang yang berzina dan
belum menikah. Adapun jika pelakunya sudah menikah, maka hukumannya lebih berat dari
yang pertama, yaitu dirajam, dilempari dengan batu sampai mati. Sebagaimana disabdakan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika ada seorang sahabat, Maiz bin Malik
berzina,
kemudian
ia
mengakui
perbuatannya.
Rasulullah shallallahu
alaihi
wa
sallam bersabda,
Pergilah kalian dan rajamlah dia!
Perhatkanlah, wahai jamaah sekalian! Alangkah berat hukuman dunia bagi pelaku zina. Dan
sesungguhnya hukuman di akhirat lebih besar, akan tetapi hanya sedikit manusia yang mau
berpikir.
Maha
Rahman
dan
Rahim
kepada
para
hamba-Nya.
Demikian
pula
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sangat kasih sayang kepada umatnya. Oleh karena
itu, Allah dan rasul-Nya melarang dan mencegah umatnya dari segala perantara yang bisa
membawa seseorang kepada kebinasaan tersebut.
Di antaranya ialah:
Pertama, Allah Subhanahu wa Taala melarang hamba untuk mengumbar pandangannya dan
melihat kepada sesuatu yang haram untuk dilihat, karena akan membangkitkan nafsu
seseorang
dan
menjerumuskannya
ke
dalam
perbuatan
keji.
Dan
sebaliknya,
,
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. an-Nur:
30)
Adapun peringatan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tersebut dalam sabdanya:
Wahai Ali, janganlah engkau ikutkan pandangan yang satu dengan yang lainnya, karena
sesungguhnya bagimu yang pertama, bukan yang kedua. (HR. Abu Dawud dan dihasankan
oleh Syaikh al-Albani).
Maksudnya, seseorang tidak berdosa dengan pandangan pertama yang tidak disengaja dan
akan mendapatkan dosa dalam pandangan yang keduanya ketika sengaja melakukannya. Ini
menunjukkan, melihat sesuatu yang haram termasuk perantara terjadinya perbuatan zina.
Lantas, kalau pandangan yang seperti ini diharamkan, maka bagaimana dengan orang yang
melihat gambar-gambar wanita seronok dalam majalah-majalah atau bahkan film-film porno
yang akan membangkitkan syahwat? Tentu perbuatan ini lebih diharamkan oleh
Allah Subhanahu wa Taala. Ketahuilah, pandangan merupakan panah beracun dari panahpanah setan.
Kedua, Islam melarang khalwat. Yaitu berduaan antara laki-laki dan wanita yang bukan
mahram, sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda,
Tidaklah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang wanita, kecuali setanlah yang
ketiganya.
tetapi, kita lihat banyak orang tidak memahami hal ini, sehingga banyak yang biasa berduaduaan, seperti di kantor-kantor, tempat rekreasi, dan yang lainnya. Atau di kalangan para
pemuda biasa dikenal dengan istilah pacaran bahkan menjadi kebanggaan. Muncul anggapan
keliru, pemuda atau pemudi yang tidak melakukannya dikatakan kuno.
Subhanallah! Tidakkah kita takut dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam di atas.
Tidakkah kita sadar, bahwa ini merupakan makar setan yang ingin agar manusia
menemaninya di neraka nanti?
Ketiga,
Islam
melarang
wanita-wanita
memperlihatkan
auratnya,
karena
dapat
,
,
, ,
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin, Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab: 59)
Akan tetapi, banyak para wanita yang tidak mempedulikan perintah Allah Subhanahu wa
Taala dan lebih mengikuti gaya orang-orang kafir, wanita-wanita fajir (pelaku dosa) yang
jauh dari petunjuk Allah. Bahkan banyak wanita yang merasa senang dan merasa bangga
dengan mempertontonkan auratnya. Benarlah yang dikabarkan Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam, pada akhir zaman nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya
telanjang. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Dua golongan penduduk neraka yang aku belum melihatnya; orang-orang yang membawa
cambuk seperti ekor sapi yang dia gunakan untuk memukul manusia, dan para wanita yang
berpakaian tetapi telanjang yang berjalan dengan berlenggak-lenggok. Kepala-kepala
mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium
baunya.
Artinya, mereka memakai pakaian tipis atau pakaian ketat, dan pakaian yang menimbulkan
fitnah bagi orang yang melihatnya. Sehingga, sekalipun mereka berpakaian, tetapi hakikatnya
telanjang. Islam adalah agama yang penuh dengan kemaslahatan. Semua perintahnya pasti
bermanfaat, dan semua larangannya pasti mengandung bahaya. Ketika Islam memerintahkan
para wanita untuk berjilbab, tentu karena akan menjaga kehormatan. Ketika Islam melarang
mengumbar aurat, tentu karena banyak bahaya dan berakibat jelek yang ditimbulkannya, di
antaranya tersebar perbuatan zina.
, , , ,
, .
,
KHUTBAH KEDUA
,
, .,
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Zina merupakan salah satu dosa besar dan perbuatan yang sangat keji. Perbuatan ini sangat
dimurkai AllahSubhanahu wa Taala. Oleh karena itu, hendaklah seorang muslim menjaga
diri dari dosa tersebut, serta menjauhi segala sarana yang bisa membawa dirinya kepada
perbuatan nista itu. Dan bertakwalah kepada Allah, karena dengan takwa seseorang akan
selalu terjaga dan tidak terjerumus ke dalamnya.
Marilah kita berdoa kepada Allah, agar terhindar dari perbuatan yang dimurkai.
Sesungguhnya kita tidak akan terhindar dari perbuatan yang dimurkai tersebut kecuali dengan
pertolongan dari Allah Subhanahu wa Taala.
,
, , ,
, , , , , ,
, ,
, ,
, ,
,