You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
Kultur jaringan merupakan metode untuk memperbanyak sel dengan mengisolasi bagianbagian tanaman serta menumbuhkannya secara aseptis ( bebas hama ) di dalam sbuah media.
Namun tehnik ini belum banyak di pakai di Indonesia, padahal tehnik cukup efektif dan steril.
Tanaman bisa melakukan kultur jaringan jika memiliki sifat totipotensi, yaitu kemampuan sel
untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.Setiap sel tumbuhan memiliki informasi
genetik yang lengkap. Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan bahwa sel tumbuhan dapat tumbuh
menjadi individu baru yang utuh dan lengkap sama seperti induknya. Kemampuan sel tumbuhan
untuk tumbuh menjadi individu baru jika diletakkan pada lingkungan yang sesuai dinamakan
totipotensi.
Kemampuan sel tumbuhan yang dinamakan totipotensi telah mendorong ilmuan untuk
mengembangkan sel atau jaringan tersebut sehingga menghasilkan suatu individu baru yang
akhirnya

dikembangkan

suatu

sistem

yang

dinamakan

kultur

in

vitro

tumbuhan.

Secara sederhana kultur in vitro ini merupakan perbanyakan tumbuhan secara vegetatif seperti
menyetek, tetapi jaringan yang akan ditumbuhkan ini di kultur dalam medium khusus.
Sehubungan dengan salah satu teknik pembiakan vegetatif yang masih baru tersebut dan masih
belum banyak dikembangkan di Indonesia, maka saya tertarik untuk mengikuti mata kuliah
pilihan Kultur Jaringan Tumbuhan untuk lebih memahami mengenai teknik tersebut.
Sesuai dengan SK 2 yaitu memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi jaringan
tumbuhan dan hewan serta penerapannya dalam kanteks salingtemas.Dengan KD yaitu
mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan mengaitkannya dengan fungsinya, menjelaskan
sifat totipotensi sebagai dasar kultur jaringan.

BAB II
ISI
2.1. PENGERTIAN KULTUR JARINGAN
Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur atau tissue
culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur (Belanda). Kultur jaringan atau
budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang
steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian
tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna)
dikondisi invitro (didalam gelas). Jadi Kultur in vitro dapat diartikan sebagai bagian jaringan
yang dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus
pandang lainnya. Secara teoritis teknik kultur jaringan dapat dilakukan untuk semua jaringan,
baik dari tumbuhan, hewan, bahkan juga manusia, karena berdasarkan teori Totipotensi Sel
(Total Genetic Potential), bahwa setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu
memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Sel dari suatu organisme
multiseluler di mana pun letakny menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media
buatan yang dilakukan di tempat steril.
Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue
culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.
Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi
bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam
media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup
yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
2

sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut, setiap sel berasal dari satu
sel.
2.1.1. Tipe- tipe Kultur Jaringan
Tipe-tipe kultur, yakni:
1. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji atau seedling.
2. Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan tanamnya menggunakan organ,
seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun, bunga, buah muda, inflorescentia,
buku batang, akar dll.
3. Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan jaringan (sekumpulan sel)
biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya.
4. Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah kultur yang menggunakan media cair dengan
pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan sel atau agregat sel
sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan
meristem.
5. Kultur protoplasma. eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas bagian dinding
selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat dibiarkan agar
membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk
keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik intraspesifik maupun
interspesifik).
6. Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni: kepalasari/
anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur pollen), ovule (kultur ovule),
sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.

2.1.2. Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan


Kelebihan:

Sifat identik dengan induknya;

Perbanyakan dalam waktu singkat;

Tidak perlu areal pembibitan yang luas;

Tidak dipengaruhi oleh musim;

Tanaman bebas jamur dan bakteri.


Kekurangan :

Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara luar;

Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit;

Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus),
peralatan dan perlengkapan;

Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan
agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan;

Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh.

2.2. TEKNIK KULTUR JARINGAN


Tabel 1
NO

kultur

Tahapan Tekhnik Kultur Jaringan

Pembuatan media

Inisiasi

Metode

Sterilisasi

jaringan

Multiplikasi

Pengakaran

Aklimatisasi

dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang


sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan
mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan
induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang
singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat
dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Kultur jaringan akan lebih besar presentase keberhasilannya bila menggunakan
jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari
sel-sel yang selalu membelah, dinding tipis, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil.
Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem
keadaannya selalu membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang mengatur
pembelahan.
Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu sel atau irisan jaringan
tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan dipelihara dalam medium
pada atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril. dengan cara demikian sebaian sel pada
permukaan irisan tersebut akan mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus
yang terbentuk dipindahkan kedlam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk
tanaman kecil yang lengkap dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini hanya dari
satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi planlet
dalam jumlah yang besar.
Pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman ini berdasarkan teori sel sperti yang
dikemukakan oleh Schleiden, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan autonom, bahkan
5

mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi adalah kemampuan setiap sel, darimana saja
sel tersebut diambil, apabila diletakkan dilingkungan yangsesuai akan tumbuh menjadi
tanaman yang sempurna.
Teknik kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat-syarat yang diperlukan
terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan dasar untuk
pembentukkan kalus, penggunaan medium yang cocok, keadaan yang aseptik dan pengaturan
udara yang baik terutama untuk kultur cair. Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat
ditumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh
yaitu bagian meristem, seperti: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan
sebagainya. Bila menggunakan embrio bagian bji-biji yang lain sebagai eksplan, yang perlu
diperhatikan adalah kemasakan embrio, waktu imbibisi, temperatur dan dormansi.
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan
hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya
maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media
yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.
Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan
kultur jaringan juga harus steril.
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan
pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang
telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril
dengan suhu kamar.
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar
yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan
baik.

Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan


6

perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih
atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke
bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan
serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap
serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan
lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit
dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha
kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang
dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.

2.3. KULTUR SEL HEWAN


Sejak awal abad ini kultur sel hewan mamalia maupun sel hewan berdarah dingin atau
sel serangga telah menjadi alat laboratorium yang sangat meningkat kegunaannya dan
melibatkan berbagai disiplin ilmu,mulai dari embriologi sampai mikrobiologi.Berbagai studi
terdahulu biasanya dibatasi oleh ketersediaan jumlah sel yang mencukupi,namun belakangan
ini sudah dapat dilaksanakan kultur sel berskala besar dalam suspensi atau melalui sistem
microcarrier yang baru.
Sekarang terjadi peningkatan penggunaan kultur sel hewan untuk produksi
vaksin(polio,gondong,campak,rubella,rabies,dan lain sebagainya),interferon,hormon dan
agan immunologis seperti insulin,molekul antibodi monospesifik yang diperoleh dari sel
hibridoma dan faktor pembeku darah seperti plasminogen dan aktivator plasminogen dan
aktivator plasminogenMeskipun bahan itu tidak lama lagi mungkin dapat diperoleh melalui
pengklonan gen yang diperlukan ke dalam sel mikrobial sederhana,seperti E.coli atau
/s.cerevisiae,namun banyak diantaranya belum bisa menerima pendekatan ini,sehingga
pengadaannya tetap akan berlangsung melalui teknik kultur sel berskala besaryang serupa
dalam banyak hal dengan praktek fermentasi tradisional yang telah dijelaskan sebelumnya.
Masalah yang timbul dalam kultivasi massa dari sel hewan adalah kepekaan sel yang
sangat tinggi terhadap kotoran dalam suplai air,ongkos dan pengendalian mutu medium,dan
7

terlunya menghindari kontaminasi oleh mikroorganisme yang tumbuh lebih cepat.Kultur sel
hewan telah sangat ditingkatkan oleh berbagai teknik penggabungan sel(untuk membentuk
hibridoma//0,pemindahan kromosom dan infeksi plasmid.
2.3.1.Lini Sel
Sel yang diambil dari hewan dan diperbanyak dalam kultur buatan disebut kuktur in
vitro dan terdapat dalam bentuk kultur primer,kultur sekunder atau lini sel(cell lines). Kultur
sel primer ialah sel yang diambil langsung dari organ atau jaringan tertentu organisme asal
atau dari darah. Dari segi morfologis dan fungsional,kultur ini membentuk populasi yang
tidak seragam. Sel bebas dapat diambil dari potongan jaringan dengan cara tripsinasi
berulang-ulang sehingga membuat sel berada dalam suspensi atau membentuk lapisan
tunggal yang menempel pada permukaan seperti kaca,kolagen atau logam.Sel sekunder
diperoleh dari sel primer melalui perbanyakan in vitro.Suatu lini sel harus memiliki
kemampuan diperbanyak sedikitnya 70 kali sejak isolasi primer sebelumbisa disebut kontinu.
2.3.2.Medium Kultur
Medium kultur memiliki empat komponen dasar:medium dasarmserum,aditif dan
sistem penyanggaan.Meskipun medium bisa disiapkan sendiri dalam laboratorium,medium
dapat pula dibeli dalam bentuk cairan, 10 x konsentrat cair,tepung,atau tepung terotoklaf.Air
yang dimurnikan secara osmotik balik telah diperlihatkan sebagai sumber air paling cocok
untuk penyiapan medium.Medium yang kaya unsur nutrisi yang digunakan dalam kultur sel
hewan,sangat cocok untuk hampir semua kontaminan mikrobial.
2.3.3.Sistem Kultivasi Sel
Ada dua macam sistem kultivasi yang digunakan untuk menghasilkan sel hewan
dalam skla besar-kultur lapisan-tunggal(monolayer culture) dan kultur suspensi(suspension
culture).Sistem kultur lapisan tunggal membutuhkan sebuah penopang padat dimana sel bisa
tumbuh,yaitu suatu faktor yang membuat kultur lapisan tunggal sukar ditingkatkan
skalanya.Sebaliknya,sistem kultur suspensi tumbuh bebas diseluruh kultur,yang menyerupai
kebanyakan cara sistem mikrobial.Peningkatan skala pada sistem suspensi tidak
menimbulkan banyal persoalan.Oleh karena itu sistem ini menawarkan lebih banyak
kelebihan untuk digunakan dalam proses komersial berskala besar.
2.3.4.Kultur lapisan-tunggal atau kultur yang Bergantung pada Perlabuhan

Untuk sebagian besar sel hewan dan sel manusia,kultur yang berhasil membutuhkan adanya
permukaan tempat sel berlabuh atau melekatkan diri.Berlanjutnya pertumbuhan sel sema\cam
ini sangat bergantung pada tersediaanya permukaan.Berbagai metode yang cocok untuk jenis
sel yang bergantung pada tempat berlabuh telah diuraikan,antara lain berbagai bentuk sistem
botol gelinding,bioreaktor plate and packed-bead dan beberapa bentuk permukaan serat
berlubang.
2.3.5.Kultur Sel Suspensi
Sistem sel suspensi telah dikembangkan untuk beberapa jenis sel temasuk sel
manusia,Keuntungan nyata sistem ini adalah volume ukur yang lebih besar dan ongkos yang
lebih murah.Sel bisa mencapai kondisi mantap jika diberi kondisi yang lebih seragam ,dan
peningkatan skala juga lebih mudah dilakukan.
Aerasi pada kultur suspensi yang besar dapat menjadi rintangan bagi pertumbuhan sel
yang baik.Pembentukan gelembung secara intensif untuk memperoleh penyebaran
gelembung yang maksimum dapat menimbulkan kerusakan fisik pada sel bersangkutan .
2.4.KULTUR SEL TANAMAN
Praktek hortikultur telah sejak lama memanfaatkan pengklonan vegetatif dari berbagai
bagian tanaman(pucuk,daun,Dn sebagainya)untuk perkembangbiakan selektif berbagai
spesies tanam secara cepat.Ternyata,jaringan tanaman seperti ujung akar,kambium atau tumor
tanaman relatif mudah ditanaman secara aseptis dalam kultur buatan.Dengan seleksi secara
hati-hati atas medium dan faktor lingkungan lain,ternyata pada berbagai spesies dapat dicapai
diferensiasi dan akhirnya regenerasi seluruh tanaman
Pemanfaatan

kultur

jaringan

tanaman

secara

komersial

ditujukan

untuk

perkembangbiakan tanaman secara cepat bagi keperluan stok dan untuk dijual.Kultur jaringan
juga dapat digunakan dalam penyimpanan jangka panjang plasma nutfah,sehingga
memberikan bahan genetis yang stabil,mengurangu ruang simpan dan menurunkan biaya
pemeliharaan.Sel tanaman dapat juga dikulturkan dalam berbagai cara untuk menghasilkan
bermacam-macam produk farmasi yang berharga,zat pewarna dan peningkat citarasa yang
biasanya diperoleh dari tanaman utuh.
Penerapan kultur sel tanaman pada bioteknologi membutuhkan penguasaan teknik
berskala besar.Kultur kalus berbagai tanaman sekarang sudah dapat dikerjakan secara rutin
dan dipelihara pada medium yang cocok,dimana sel yang sebagian besar belum
9

terdiferensiasi tumbuh secara tidak teratur.Bila ditanam dalam kultur suspensi cairan,sel
tanaman akan tumbuh sebagai campuran sel tunggal dan sel yang berkelompok,Keseragaman
kultur merupakan sasaran yang dituju dalam kultur sel tanaman.sedangkan kultur yang
merata dapat dicapai melalui pemecahan kelompok sel tadi secara mekanis,kimiawi atau
dengan enzim.Sel tanaman tidak bergantung pada tempat menempel atau berlabuh.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kultur jaringan merupakan suatu tehnik membiakkan sel atau jaringan ke dalam media
kultur, sehingga tumbuh, membelah, dan menghasilkan tumbuhan baru dengan cepat dan
memiliki sifat yang sama dengan induknya.
10

Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan mengisolasi bagian tanaman
seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan
secara aseptic yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus
cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi
tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan
di tempat steril. Tanaman yang dimanfaatkan dalam kultur jaringan harus memiliki sifat
Autonom, dan sifat Totipotensi.

Autonom artinya dapat mengatur aktivitas hidup sendiri, sehingga tumbuhan yang

bersifat Autonom akan dapat mengatur aktvitas yg dilakukannya sendiri.


Totipotensi artinya kemampuan setiap sel tumbuhan untuk menjadi individu yang
sempurna atau untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Jadi sifat
totipotensi ( total genetic potential) sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup
dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.

B. SARAN
Pelaksanaan kultur jaringan di Indonesia belum cukup banyak dilakukan. Hal ini
dikarenakan kurangnya dana dan fasilitas. Kami menyarankan kepada pemerintah, sebaiknya
pemerintah ikut memperhatikan masalah mengenai pertanian terutama dalam metode kultur
jaringan yang seharusnya dapat menghasilkan keberhasilan yang besar.

11

You might also like