Professional Documents
Culture Documents
Daun Sirsak Gout PDF
Daun Sirsak Gout PDF
PENDAHULUAN
Peningkatan usia harapan hidup dan
status gizi bagi masyarakat pada dekade
terakhir ini telah menyebabkan transisi
pola kebiasaan hidup termasuk pola
makan. Hal
ini berdampak pada
perubahan dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular. Perubahan pola
penyakit itu berhubungan dengan pola
makan dari pola makan yang tradisional
yang mengandung banyak karbohidrat
dan serat, sayuran ke pola makan dengan
komposisi banyak protein, lemak, garam.
Pola makan seperti makanan yang banyak
mengandung purin apabila tidak diubah
maka kadar asam urat didalam darah
yang berlebihan akan menimbulkan
penumpukan kristal asam urat. Perubahan
pola makan tersebut dapat menyebabkan
salah satu penyakit yaitu Gout. Gout
disebabkan adanya penumpukan kristalkristal yang merupakan hasil akhir dari
metabolisme purin. Dimana ginjal tidak
mampu mengeluarkan asam urat melalui
urine sehingga membentuk kristal yang
berada dalam cairan sendi, maka akan
menyebabkan penyakit Gout.
Prevalensi Gout di kota Semarang
mencapai 165,375 penderita, jumlah
tersebut terdiri atas pra lansia (45-59 thn)
sebanyak 48,055 orang, lansia (60 thn)
sebanyak 42,787 orang, pada penderita
laki-laki lebih banyak dibandingkan pada
penderita perempuan dengan proposi
puncaknya pada usia 50 tahun (Susenas,
2010).
Seiring dengan meningkatnya usia
harapan hidup, jumlah populasi penduduk
juga meningkat. Pada tahun 2002, jumlah
1
penduduk di Indonesia lebih kurang
sekitar 16 juta jiwa. Badan Kesehatan
Dunia, WHO, memperkirakan tahun
2025 jumlah penduduk di Indonesia
sekitar 60 juta jiwa, mungkin salah satu
terbesar di dunia. Dibandingkan dngan
jantung dan kanker, penyakit gout boleh
tidak terlampau menakutkan. Namun,
jumlah
penduduk
yang
tinggi
kemungkinan besar membuat keluhan
nyeri
gout
menjadi
keluhan
favorit(Pudjiastuti & Utomo, 2003).
Penyakit
gout
lebih
sering
menyerang laki-laki mulai dari usia
pubertas hingga mencapai usia puncak
40-50 tahun. Pada penderita gout sering
mengalami nyeri sendi yang sering terjadi
karena
adanya
endapan
kristal
monosodium urat yang terkumpul di
dalam sendi sebagai akibat dari tingginya
kadar asam urat di dalam darah. Bila
kristal urat tertimbun pada jaringan diluar
sendi akan membentuk tofi atau tofus
yaitu benjolan bening di bawah kulit
yang
berisi
kristal
urat
yang
menyebabkan timbulnya nyeri. Nyeri
sendi cenderung terjadi pada sendi
pangkal ibu jari. Biasanya dialami pada
malam hari atau pada saat bangun pagi.
Rasa nyeri akan segera bertambah, bila
sendi pada keadaan akut (parah), rasa
nyeri akan datang tiba-tiba, bengkak,
kemerahan. Rasa sakit atau nyeri sendi
ini menyebabkan gangguan akitivitas
pada penderita gout (Potter & Perry,
2005).
Penanganan yang sering dilakukan
untuk mengurangi nyeri gout umumnya
dilakukan dengan memakai obat, yaitu
kelompok salisilat dan kelompok obat
anti inflamasi nonsteroid. Obat-obat non
opioid kerap kali untuk penanganan
nyeri, khususnya pada tahap dalam
program terapi. Salah satu efek yang
serius dari obat anti inflamasi nonsteroid
adalah pendarahan saluran cerna. Risiko
tersebut akan semakin besar dengan
semakin tingginya dosis, pemakaian
campuran, dan tingginya usia penderita
(Smeltzer & Bare, 2001).
Secara non farmakologis dikenal
pula beberapa cara untuk menghilangkan
gejala nyeri akibat peradangan pada
penderita gout . Bisa dengan pengobatan
dalam atau pengobatan luar. Pengobatan
dalam, biasanya digunakan beberapa
jenis tanaman yang mampu menghambat
perombakan matrik ekstraseluler serta
menstimulasi ekspresi beberapa asosiasi
gen penyusun kartilago seperti kolagen.
Intervensi
Persentase
(%)
4
20,0
10
50,0
6
30,0
Frekuensi
20
100
Kontrol
Persentase
(%)
4
20,0
11
55,0
5
25,0
Frekuensi
20
100
Skala
Nyeri
Frekuensi
Nyeri
Ringan
Nyeri
Sedang
Nyeri
Berat
Jumlah
20
100
Kontrol
Persentase
(%)
2
10,0
15
75,0
3
15,0
Frekuensi
20
100
B. Analisis Bivariat
1. Perbedaan Skala Nyeri Penderita Gout
Sebelum dan Sesudah Diberikan
Rebusan Daun Sirsak pada Kelompok
Intervensi
Tabel 5.3 Perbedaan Nyeri Penderita
Gout Sebelum dan Sesudah
Diberikan Rebusan Daun
Sirsak pada Kelompok
Intervensi di Kel. Genuk
Barat, Kec. Ungaran Barat,
2013
Variabel
Mean
SD
Skala
Nyeri
Negatif
14
5,30
1,525
3,391
Positif
4,25
1,251
Ties
pvalue
0,001
Mean
SD
Skala
Nyeri
Negatif
5,25
1,482
0,333
Positif
5,20
1,281
Ties
11
pvalue
0,739
Kelompok
Mean
SD
p-value
Skala
Nyeri
Intervensi
2
0
4,25
1,251
-2,272
0,026
5,20
1,281
Kontrol
2
0
HASIL ANALISIS
Berdasarkan
uji
Mann
Whitney,
didapatkan nilai Z hitung = -2,272 dengan pvalue 0,026. Oleh karena kedua p-value 0,026 <
(0,05), maka Ho ditolak, dan dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan skala nyeri responden sesudah
diberikan rebusan daun sirsak antara kelompok
intervensi dan kontrol di Kel. Genuk Barat, Kec.
Ungaran Barat, Kab. Semarang. Ini juga berarti
bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian
rebusan daun sirsak terhadap skala nyeri
penderita gout di Kel. Genuk Barat, Kec.
Ungaran Barat, Kab. Semarang.
PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil penelitian
mengenai gambaran nyeri Gout sebelum dan
sesudah pemberian rebusan daun sirsak di
Kelurahan Genuk Barat Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang. Sejumlah 40
responden telah dipilih, yaitu para penderita Gout
yang berada di Kelurahan Genuk Barat
Kecamatan Ungaran Barat, dimana 20
responden sebagai kelompok intervensi dan 20
responden lainnya sebagai kelompok kontrol.
A. Gambaran Nyeri pada Penderita Gout
Sebelum Diberikan Rebusan Daun Sirsak
pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Hasil penelitian menunjukan bahwa
tingkat nyeri sedang dan nyeri berat pada
kelompok intervensi dan kontrol tidak jauh
beda yaitu pada kelompok intervensi 10
responden (50,0%) mengalami nyeri sedang,
dan 11 responden (55,0%) pada kelompok
kontrol mengalami nyeri sedang begitu juga
nyeri berat, 6 responden (30,0%) pada
kelompok intervensi mengalami nyeri berat,
dan 5 responden (25,0%) pada kelompok
kontrol mengalami nyeri berat.
Dapat diartikan bahwa sebagian besar
responden pada kelompok intervensi atau
kelompok kontrol sebagian besar mengalami
nyeri sedang disebabkan karena tingginya
5.
dasar
Tamsuri,
A.
(2007).
Konsep
dan
penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC