You are on page 1of 16

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai oleh
kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi), dalam mood
(contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunia
luar serta dalam hal tingkah laku.2
Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe paranoid,
terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual. Untuk istilah
skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif sederhana.3 Sedangkan
menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang
ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci
(undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia. 4

2.2 Epidemiologi
Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti skizofrenia, sulit
dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua hasil
menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang
sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari
penelitian di 10-negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia
di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap subtipe
skizofrenia.5
Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan perbedaan
dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang lebih awal daripada
perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan
perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah
lebih mungkin daripada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin
memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk
pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia lakilaki.

Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh dunia. Secara historis,
prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi dari
daerah lainnya.3
2.3 Etiologi
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun berbagai
teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis
stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan
lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu
kerentanan spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang
menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan
dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang penuh
ketegangan).
Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya
aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali untuk
klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk
bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang
meningkatkan

aktivitas

dopaminergik

(seperti

amfetamin)

merupakan

salah

satu

psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu
banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi
kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana
hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif
dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua, beberapa
data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin meningkatkan
kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka panjang dengan obat
antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal pada pasien skizofrenia
mungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik.3
Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu:
1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala positif pada
penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan badan sel
dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang otak kemudian ke
nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku
khususnya halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja

melalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif
mesolimbik dopamin pathways menyebabkan gejala positif meningkat.
2. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah serebral
korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin pathways adalah
sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala
negatif dan kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikal
terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin di
mesokortikal dopamin pathways dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan
sekunder terjadi melalui inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui
blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal dapat
memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif.
3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra pada batang otak
ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari sistem saraf
ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin

pathways dapat

menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson


yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan dopamin di
jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea,
diskinesia atau tik.
4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah hipotalamus ke
hipofisis anterior. Dalam keadaan normal tuberoinfundibular dopamin pathways
mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi
melepaskan inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini
akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin
yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.4
Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti mengenai
hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya, karena obat antipsikotik atipikal
mempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa peneliti melaporkan pemberian
antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas noradrenergik.3
2.4 Gejala dan Diagnosis
Gejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala positif dan negatif dari skizofrenia
yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi
pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,
3

modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk. 5 Gejala
waham dan halusinasi dapat muncul dan terutama waham curiganya.3
Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakan diagnosa skizofrenia. Adapun
menurut DSM-IV sebagai berikut:
A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian
waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):
1) Waham
2) Halusinasi
3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)
4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)
Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau
halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran
pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya.
B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan,
satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan
diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa
anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal,
akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Pada 6
bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan gejala kriteria A)
dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual.
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif atau
gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada episode
depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif
atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif
singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif 3
Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di
Indonesia yang ke-III sebagai berikut:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau

lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):


a) thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi kualitasnya
berbeda.

thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal); dan
thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar, atau
delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar
delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);
delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi auditorik:
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara) atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasien
d) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
2.5 Diagnosa Banding
Skizofrenia residual merupakan salah satu diagnosa banding dari skizofrenia paranoid.
PPDGJ-III memberikan pedoman diagnostik untuk skizofrenia residual yakni harus
memenuhi semua kriteria dibawah ini untuk suatu diagnosis yang meyakinkan:
a. Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik,
aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam
ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja
sosial yang buruk.
b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi
kriteria untuk diagnosis skizofrenia.
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan
telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia.5

2.6 Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia.
Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada
skizofrenia paranoid, gejala positif lebih menonjol, maka adapun pengobatan yang
disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik golongan tipikal (CPZ, HLP).4
Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang
bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta
antihistamin (H1). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupun
negatif.3 Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat, berbeda dengan
klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang
menonjol. Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik atipikal secara
kuantitatif karena efek samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang
rendah.7
Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas antagonis
yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT 2) dan antagonis lemah pada reseptor
dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H 1). Efek samping berupa gejala ekstrapiramidal
sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis -1 adrenergik yang bisa menimbulkan
hipotensi ortostatik dan sedatif.6 Selain itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan
insiden 1-2% ditambah harganya yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi
pasien yang tidak berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.
Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi
perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual. Terapi perilaku
menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk
hal-hal yang diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan.
Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia. Pusat dari
terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi
yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang dibahas
di dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya.
Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan
mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.
Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan
rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.

Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep


penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik yang dialami psien
adalah aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak
emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang
diinterpretasikan oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi yang
terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harus
dimengerti dalam hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam
konteks hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungan
kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat ulang tahun
pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat
dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya dan memiliki kepercayaan
tentang kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred Bleuler menyatakan bahwa sikap
terapeutik terhadap pasien adalah dengan menerima mereka bukannya mengamati mereka
sebagai orang yang tidak dapat dipahami dan berbeda dari ahli terapi.3
2.7 Prognosis
Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang. Perbedaan
prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor prognosis spesifik di Tabel
2.13.
Prognosis Baik
Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas
Onset akut
Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan
pramorbid yang baik
Gejala gangguan mood

Prognosis Buruk
Onset muda
Tidak ada faktor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan

pramorbid yang buruk


(terutama Perilaku menarik diri, autistik

gangguan depresif)
Gejala positif
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem pendukung yang baik

Gejala negatif
Riwayat keluarga skizofrenia
Sistem pendukung yang buruk
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma prenatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan

Walaupun skizofrenia bukanlah penyakit yang fatal, namun rata-rata kematian orang
yang menderita skizofrenia dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.
Tingginya angka kematian berkaitan dengan kondisi buruk di institusi perawatan yang
berkepanjangan yang menyebabkan tingginya angka Tuberkulosis dan penyakit menular
lainnya. Namun, penelitian baru-baru ini pada orang-orang skizofrenia yang hidup dalam
masyarakat, menunjukkan bunuh diri dan kecelakaan lain sebagai penyebab utama kematian
di negara berkembang maupun negara-negara maju. Bunuh diri, khususnya, telah
muncul sebagai masalah yang mekhawatirkan, karena risiko bunuh diri pada orang dengan
gangguan skizofrenia selama hidupnya telah diperkirakan di atas 10%, sekitar 12 kali lebih
tinggi dari populasi umum. Sepertinya ada sebuah peningkatan mortalitas untuk gangguan
kardiovaskular juga, mungkin terkait dengan gaya hidup yang tidak sehat, pembatasan akses
perawatan kesehatan atau efek samping obat antipsikotik.6

DAFTAR PUSTAKA
1. Suvisaari, Jana. Incidence and Risk Factors of Schizophrenia in Finland. University of
Helsinki, Faculty of Medicine, Department of Public Health. 1999. Available from:
http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/laa/kansa/vk/suvisaari/introduction.html [Accessed 1
Februari 2011]

2. Kumala, Poppy dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. EGC. Jakarta:1998. 970
3. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri, Jilid I.
Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 699-702, 720-727, 737-740
8

4. Syamsulhadi dan Lumbantobing. Skizofrenia. FK UI. Jakarta: 2007.26-34


5. Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. FK Unika
Atmajaya. Jakarta:2001. 46, 50
6. Silva, J.A. Costa.Schizophrenia and Public Health. WHO. 1998. 6-13. Available from:
www.who.int/mental_health/media/en/55.pdf [Accessed on 1 Februari 2011]

7. Goodman dan Gilman. Dasar Farmakologi Terapi Vol.I. EGC. Jakarta:2007.475,480 & 482

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur
b. Pekerjaan/pendidikan
c. Alamat

: Muslim Hamid / Pria/ 34 tahun


: tidak bekerja/Tamat SMA
: Jalan S.Parman nomor 126C ulak karang, Padang

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status Perkawinan
: Belum Menikah
b. Jumlah Saudara
: 9 orang
c. Status Ekonomi
: Berasal dari golongan
ekonomi rendah dengan penghasilan perbulan 700.000
yang dikirim dari kakak kandungnya di Jakarta
d. KB
: Tidak ada
e. Kondisi Rumah
:
- Rumah permanen, rumah orang tua, perkarangan kecil
- Ventilasi cukup
- Pencahayaan cukup
- Listrik ada
- Sumber air minum : Sumur
- Jamban ada 1 buah
- Sampah dibakar
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Jumlah penghuni 1 orang, pasien tinggal sendirian di rumah orang tua nya.
Kakak kandung yang pertama tinggal bersebelahan dengan rumah pasien.
Pasien anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Kakak dan adek kandung
pasien banyak tinggal dijakarta.

3. Aspek Psikologis di keluarga


- Hubungan di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya kurang baik. Pasien
sering marah-marah ketika sakitnya kambuh. Tapi pasien tidak pernah
menganggu lingkungan sekitarnya.
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Pasien sudah menderita sakit seperti ini sejak 4 tahun yang lalu
- Adek ibu pasien pernah menderita penyakit yang sama, tapi sudah meninggal
tahun 2000.
5. Keluhan Utama
Sering marah-marah sejak 1 minggu yang lalu
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Autoanamnesa
Sering marah-marah sejak 1 minggu yang lalu, pasien tidak tahu alasan kenapa

sering marah-marah
Pasien sering merasa gelisah dan susah tidur
10

Pasien merasa pernah berbicara dengan setan dan jin yang selalu menghibur
nya dan memberikan gambaran dia sukses ditahun tahun kedepan sejak 4

tahun yang lalu


Pasien pernah sekolah S2 manajemen keuangan tapi di DO karena ada nilai D.
Pasien curiga tetangga depan rumahnya marah-marah dengannya karena nilai

anak tetangga tersebut rendah


Alloanamnesa Suami dari kakak kandung Pasien
Pasien dulu sekolah S1 di universitas bunghatta tapi di DO karena telah lama

tidak ikut kuliah. Pasien sibuk bekerja dijakarta saat kuliah.


Awalnya, sekitar tahun 2006, ketika pasien baru mendapat kabar di DO ,
pasien berbicara kasar ke orang tua di mesjid Jakarta karena tersinggung akan
kata-kata orang tua tersebut. Beberapa hari setelah itu pasien menjadi
pemarah, suka berbicara sendiri, ketawa-ketawa sendiri dan merasa kalo dia
telah menyelesaikan sekolah S1 nya, dan di DO ketika sekolah S2. Kemudian
pasien pernah dirawat di RSJ HB Saanin tahun 2007 selama 1 bulan, pulang

paksa, kontrol tidak teratur, nama obat pasien lupa.


Akhir-akhir ini pasien sering nyanyi-nyanyi sendiri dan suka mengaji. Pasien
dikenal sesosok anak yang alim, sopan, patuh terhadap orang tua.

7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
- Keadaan Umum
- Kesadaran
- Nadi
- Nafas
- TD
- Suhu
- BB
- Mata
- KGB
Thorax
- Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
-

: Baik
: CMC
: 84x/ menit
: 23x/menit
: 110/70 mmHg
: 370C
: 58 kg
TB : 165 cm
: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
: tidak ada pembesaran KGB
: simetris kiri = kanan
: fremitus kiri = kanan
: sonor
: suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung
Inspeksi

: Iktus tidak terlihat

Palpasi

: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

: Batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi

: Irama teratur, bising (-)


11

Abdomen
Inspeksi

: tidak tampak membuncit, Distensi (-),

Palpasi

: Hepar/Lien tidak teraba, NT (-), NL (-),

Perkusi

: Tympani

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Status Psikiatri
Keadaan umum
a. Kesadaran

: kompos mentis

perhatian

: baik

b. Sikap

: kooperatif

insiatif

: ada

c. Tingkah laku motorik

: aktif

d. Ekspresi fasial

: sederhana

e. verbalisasi dan cara bicara : lancar


f. kontak psikik

I.

: dapat dilakukan, cukup wajar, lama.

Keadaan spesifik
A. Keadaan alam perasaan
1. Keadaan Afektif

: hipertim

2.Hidup Emosi

: a. Stabilitas

: tidak stabil

b. pengendalian

: cukup

c. echt-unecht

: echt

d. einfuhlung

: adekuat

e. dalam dangkal

: dalam

12

f. skala diferensiasi : luas


g. arus emosi

: biasa aja

B. Keadaan dan fungsi intelek


a. daya ingat

: bagus

b. daya konsentrasi

: bagus

c. orientasi(waktu, tempat, personal, situasi) : tidak terganggu


d. luas pengetahuan umum dan sekolah

: sukar dinilai

e. dugaan taraf intelegensia

: rata-rata normal

f. discrinimative insight

: terganggu

g. discriminative judgement

: terganggu

h. kemunduran intelek

: tidak ada

C. Kelainan sensasi dan persepsi


a. ilusi

: Tidak ada

b. halusinasi

- akustik

: ada, 1 minggu yang lalu, sekarang masih ada

- visual

: ada, 1 minggu yang lalu, sekarang masih

- olfactorik : tidak ada,


- taktil

: tidak ada

- gustatorik : tidak ada


D. Keadaan proses berfikir
1. Kecepatan proses berfikir

: Bagus

2. Mutu proses berfikir


a. jelas dan tajam

: jelas,tajam

b. sirkumtansial

: tidak ada
13

c. inkoherent

: ada

d. terhalang

: tidak ada

e. terhambat

: tidak ada

f. meloncat-loncat

: ada

g. verbigerasi persevarative : tidak ada

3. Isi pikiran
a. pola sentral

: tidak ada

b. fobia

: ada,

c. obsesi

: tidak ada

d. delusi

: ada, waham kebesaran

e. kecurigaaan

: ada

f. konfabulasi

: tidak ada

g. rasa permusuhan/ dendam : tidak ada


h. perasaan inferior

: tidak ada

i. banyak/sedikit

: banyak

j. perasaan berdosa

: ada

k. hipokondria

: tidak ada

l. lain-lain

: tidak ada

E. Kelainan dorongan instingtual dan perbuatan


a. Abulia

: ada

b. Stupor

: tidak ada
14

c. Raptus

: tidak ada

d. Kegaduhan umum

: tidak ada

e. Deviasi seksual

: tidak ada

f. Ekhopraksia

: tidak ada

g. Vagabondage

: tidak ada

h. Piromani

: tidak ada

i. Mannarisme

: tidak ada

j. Lain-lain

: tidak ada

F. Anxietas yang terlihat overt

: ada

G. Hubungan dengan realita

: terganggu

8. Laboratorium tidak ada


9. Diagnosis Kerja
Skizofrenia paranoid
10. Diagnosis Banding
Skizofrenia residual
11. Manajemen
a. Preventif :
- mengelola stress dengan baik
b. Promotif :
- Edukasi terhadap keluarga pasien dan pasien tentang penyakitnya dan
membutuhkan pengobatan yang lama.
c. Kuratif
:
- Chlorpromazin 1X100 mg/ hari
- Haloperidol 1X1,5 mg / hari
- Vitamin B comp 3X1 tab
d. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur ke puskesmas karena membutuhkan pengobatan yang lama

15

Dinas Kesehatan Kodya Padang


Puskesmas Ulak Karang

Dokter

: dr.Witha Budiartina

Tanggal

: 1 Februari 2011

R/ Chlorpromazin tab 100 mg

No. X

S1 dd tab I

R/ Haloperidol tab 1,5 mg

No. X

S1 dd tab I

R/ Vitamin B Kompleks

No. X

S 3 dd tab I

______________________________________

Pro

: Muslim hamid

Umur

: 34 tahun

Alamat : : Jalan S.Parman nomor 126C, Ulak Karang Padang

16

You might also like