Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Krim
1. Definisi Krim
Krim adalah suatu salep yang berupa emulsi kental, mengandung tidak
kurang dari 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2 yaitu:
krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A) (Anief, 2005).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air (Depkes RI, 2010).
Sedangkan definisi krim dari segi kosmetik adalah sediaan setengah padat
yang pada umumnya mengandung bahan pelembab (moisturaiser), pelembut
(emollient) dan senyawa lain dengan tujuan untuk memelihara, melembutkan,
melenturkan serta membersihkan permukaan kulit (Lachman, 1994).
Ada beberapa tipe krim yaitu emulsi air dalam minyak (A/M) dan emulsi
minyak dalam air (M/A). Sebagai pengemulsi, dapat digunakan surfaktan
anionik, kationik dan nonionik. Untuk tipe A/M bahan pengemulsi yang
digunakan sabun monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum dan lainlain. Krim tipe M/A mudah dicuci. Untuk penstabilan krim ditambahkan zat
antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan ialah
nipagin 0,12 % - 0,18 % dan nipasol 0,02 % - 0,05 % (Anief, 2005).
5
Krim harus mudah digunakan dan mudah menyebar, lembut pada saat
digunakan, memberikan rasa lembab dan dingin, mudah berpenetrasi kedalam
kulit, mudah dicuci dengan air (M/A) atau tidak mudah dicuci dengan air
(A/M). Krim yang akan dibuat harus disesuaikan dengan jenis kulit, kondisi
kulit, cuaca, umur dan lingkungan. Fungsi dari krim untuk memelihara
keseimbangan uap air, menjaga kelembapan dan kelenturan kulit atas
tersedianya unsur air, humektan dan minyak (Mitsui, 1997).
2. Komponen Penstabil Krim
Pada pembuatan suatu krim yang stabil memerlukan komponen yang
membuat krim tersebut lebih stabil, seperti pengemulsi, humektan, pengawet,
antioksidan, akseleren (Lachman, 1994).
a. Pengemulsi atau Emulgator
Berfungsi menstabilkan krim dengan cara menempati antar permukaan
tetesan fase internal dan fase eksternal. Kriteria emulgator antara lain dapat
bercampur dengan bahan formulatif lain, tidak menggangu stabilitas bahan
aktif, stabil, tidak terurai dalam preparat, tidak toksis, kemampuan untuk
membentuk krim secara optimal dan menjaga stabilitas krim tersebut.
Emulgator dibedakan menjadi tiga golongan yaitu surfaktan, koloid hidrofilik,
zat padat yang terbagi halus (Lachman, 1994).
1) Surfaktan dibagi empat golongan, yaitu :
(a) Surfaktan anionic, dalam larutan air terdisosiasi membentuk
ion negatif. Emulgator ini digunakan untuk bahan aktif yang
dalam air yang dibuat dalam sejumlah air yang dimurnikan, khususnya dalam
formula dan dipanaskan pada temperature yang sama dengan komponen
berlemak. Kemudian campuran berlemak yang cair secara perlahan-lahan
ditambahkan dengan pengadukan yang konstan (biasanya dengan pengaduk
mekanik) kedalam komponen yang larut dalam air, temperature dipertahankan
selama 5-10 menit, untuk menjaga kristalisasi dari lilin dan kemudian perlahanlahan campuran didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai
campuran membeku atau mengental (Ansel, 2005).
komponen dengan titik leleh yang lebih tinggi. Komponen fase air
dilarutkan dalam air minum dan disaring. Suatu zat yang larut dapat
ditambahkan pada fase air saat ini, asalkan temperatur tinggi yang
diberikan tidak menurunkan keaktifan zat-zat, atau emulsi tersebut tidak
dipengaruhi secara buruk, sebalikanya bahan aktif yang larut tersebut
dapat ditambahkan dalam bentuk larutan setelah emulsi terbentuk dan
didinginkan.
b. Pencampuran fase-fase
Biasanya fase-fase dicampur pada temperatur 70oC-72oC, karena pada
temperatur ini pencampuran fase cair yang baik sekali terjadi. Temperatur
pencampuran fase dapat diturunkan beberapa derajat jika titik leleh fase
lemak cukup rendah untuk mencegah kristalisasi dan pembekuan
komponen- komponen sebelum waktunya. Fase-fase dapat dicampur
dengan salah satu dari tiga cara dibawah ini:
1) Pencampuran berbagai fase secara bersamaan.
2) Penambahan fase diskontinu pada fase kontinu.
3) Penambahan fase kontinu pada fase diskontinu.
c. Pendinginan emulsi semipadat
Setelah penambahan fase, laju pendinginan umumnya lambat untuk
member kesempatan pencampuran yang cukup memadai selama emulsi
masih berbentuk cair temperatur media pendingin dalam selubung ketel
harus diturunkan sedikit demi sedikit, dan pada laju yang sesuai dengan
pencampuran emulsi serta perggesekan dinding ketel untuk mencegah
terbentuknya massa salep atau krim membeku, khususnya jika sediaan
semipadat mengandung zat-zat dengan titik leleh yang tinggi dalam
presentasi yang lebih besar. Jika minyak wangi ditambahkan pada emulsi
minyak dalam air, maka yang paling baik dilakukan ketika temperatur
10
11
3) Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah Yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit seperti krim.
4) Terdistribusi merata, zat aktif harus terdispersi merata melalui dasar
salep padat atau cair pada pengobatan (Anief, 2005).
B. Kulit
1.
12
yang lebih tebal daripada pria. Kulit pada kelopak mata lebih tipis daripada
telapak kaki (Mitsui, 1997).
Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada
umumnya kulit dibagi dalam tiga lapisan jaringan: epidermis, dermis, dan
hypodermis (subcutan). Lapisan epidermis terdiri dari stratum korneum atau
lapisan tanduk yang terdiri dari sel-sel padat, mati dan sel-sel keratin yang
berlapis-lapis. Karena sifat alami dari stratum korneum ini, maka nilai koefisien
difusi dalam jaringan ini seribu (bahkan lebih) kecil dari jarinagn kulit lainnya,
sehingga menghasilkan daya tahan yang lebih tinggi dan umumnya tidak dapat
ditembus. Stratum korneum merupakan pembatas yang menentukan laju,yang
menahan keluar masuknya zat kimia (Dwikarya, 2003).
Lapisan jaringan lainnya adalah dermis atau korium. Umumnya dermis
mengandung
kira-kira
80%
protein
yang
terdapat
dalam
matriks
13
diketiak ,dan daerah anogenital. Kelenjar apokrin ini adalah kelenjar melingkar
berbentuk pipa yang kira-kira sepuluh kali lebih besar dari kelenjar ekrin,dan
menyebar rata pada dermis sampai ke lapisan subkutan (Lachman, 1994).
Hypodermis atau subkutan ,lapisan ini terdiri dari jaringan konektif yang
menghubungkan antara kulit dengan organ-organ yang berdekatan,pembuluh
darah dan sel-sel penyimpan lemak yang memisahkan dermis dengan otot,tulang
dan struktur lain. Lapisan hypodermis berfungsi sebagai tempat penyimpanan
cadangan makan dan bantalan untuk melindungi tubuh dari benturan-benturan
fisik serta berperan pula dalam pengaturan suhu tubuh. Jumlah lemak dalam
lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh
memerlikan energi atau kalori ekstra,misalnya pada saat diet atau puasa maka
lapisan ini akan memberikan energi atau kalori dengan cara membakar atau
memecah simpanan lemaknya.
2.
Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-7 karena jika
masker memiliki harga pH yang terlalu basa maka dapat menyebabkan kulit
bersisik,sedangkan jika pH yang terlalu asam maka menyebabkan iritasi kulit
(Aulton, 1998). Keasaman ini dapat berasal dari keringat yang mempunyai pH 47 dan juga asam-asam lemak yang berasal dari sebum (Martono, 1999). Namun
sebagian besar disebabkan oleh adanya mantel asam (Putro, 1998). Mantel asam
adalah asam selubung kulit yang terdapat pada stratum corneum dilapisi
oleh lapisan tipis lembap yang bersifat asam. Mantel asam dibentuk
dari kombinasi asam-asam karboksilat organik (asam laktat, asam
14
bahan
dipercikan
atau
untuk
digosokkan,
disemprotkan
direkatkan,
pada,
dituangkan,
dimasukan
dalam,
organ
kelamin
luar,
gigi
dan
rongga
mulut)
untuk
tetapi
tidak
dimaksudkan
untuk
mengobati
atau
menyembuhkan penyakit.
Definisi kosmetik menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas
obat dan makanan Republik Indonesia: no HK 00.54.4.1745 tentang
kosmetik tahun 2003. Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksud untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
15
(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau
gigi
dan
mukosa
mulut
terutama
untuk
membersihkan,
RI, 2004).
Pada umumnya terdiri dari atas berbagai macam bahan, bahan
yang mempunyai tugas tertentu didalam campuran tersebut.
Wasitaatmadja menyatakan pembagian isi kosmetik berdasarkan
kegunaan sebagai bahan kosmetik adalah sebagai berikut:
1.
2.
gliserin.
Bahan aktif (active ingredient)
Merupakan bahan kosmetik yang terpenting dan mempunyai
daya kerja yang diunggulkan dalam kosmetik sehingga
memberikan daya kerja pada seluruh campuran bahan
tersebut. Konsentrasi bahan aktif kosmetik pada umumnya
16
warna,bau
dan
adalah:
a) Emulgator
yaitu
tercampurnya
campuran
bentuk
dua
fisik.Bahan-bahan
bahan
semua
cairan
bahan
maka
yang
tersebut
memungkinkan
secara
merata.
emulgator
Pada
umumnya
D. Stabilitas
Stabilitas dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai ketahanan suatu
produk sesuai dengan batas-batas tertentu selama penyimpanan dan
penggunaanya atau umur simpan suatu produk dimana produk tersebut masih
mempunyai sifat dan karakteristik yang sama seperti pada waktu pembuatan.
Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas dari sediaan farmasi, antara lain
stabilitas bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dengan bahan tambahan,
17
18
: Spermatophyta
Sub Diviso
: Angiospermae
Classis
: Dicotyledoneae
Sub Classis
: Dialypetalae
Ordo
: Guttiferales
Family
: Guttiferae
Genus
: Calophyllum
Species
Synonim
19
samping bila dibandingkan dengan bahan sintetik. Minyaknya segar dengan bau
yang enak dan membuat perasaan nyaman. Tamanu oil penyerapannya cepat,
dikulit menimbulkan rasa halus dan lembut, tanpa meninggalkan rasa berminyak.
Kegunaan dan kandungan dari tamanu oil antara lain:
a. Kegunaan sebagai antiinflamasi karena mengandung 4-phenyl coumain
calopyllolide,
xanthones,
calophyllin-B,
dehydrocycloguanandin,
: Spermatophyta
20
Sub Diviso
: Angiospermae
Classis
: Dicotyledoneae
Sub Classis
: Dialypetalae
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Meleleuca
Species
terpinolena
3%,
Sesquiterpenacaryphyllena
1%,
21
2) Alkohol
Monoterpenol terpinen-4-ol 28,6-57,9%,
-terpineol 1,5-7,6%,
Rumus Bangun
: CH3(CH2)14CH2OH
Rumus molekul
: C16H34O
Bobot molekul
: 242,44
Pemerian
Kelarutan
Titik leleh
Sinonim
Rumus Bangun
: CH3(CH2)16CH2OH
Rumus molekul
: C18H38O
Bobot molekul
: 270,48
22
Pemerian
Kelarutan
Titik leleh
: 55o-60oC
Penyimpanan
Kegunaan
Sinonim
Pemerian
Kelarutan
Titik leleh
: 41o-43oC
Stabilitas
Kegunaan
Sinonim
Nama kimia
: Octadecanoic Acid
Rumus Bangun
: CH3(CH2)16COOH
Rumus molekul
: C18H36O2
Bobot molekul
: 284,47
Pemerian
23
Kelarutan
: 54oC
Kegunaan
Konsentrasi
: 1-20%
: 220,35
: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau atau hampir tidak berbau.
Kelarutan
Titik leleh
: 700C
Penyimpanan
Kegunaan
: antioksidan
Konsentrasi
: 0,0075-0,1%
6. Lanolin anhidrat
Sinonim
Pemerian
24
Kelarutan
Titik leleh
: 380-440C
Penyimpanan
Kegunaan
Sinonim
Rumus bangun
: C3H8O2
Pemerian
Kelarutan
Titik leleh
Penyimpanan
: -590C
: Dalam wadah kedap udara,terlindung dari cahaya,ditempat
sejuk kering.
Kegunaan
: Antimikroba,humektan
Konsentrasi
:~ 15 %
8. Mineral Oil
Sinonim
Pemerian
25
dalam
aceton,
benzene,
chloroform,
carbon
Kegunaan
Konsentrasi
: 0,1-32,0%
9. Trietanolamin
Pemerian
Kelarutan
Konsentrasi
: 2-5 %
Kegunaan
: Emulgator, pengatur pH
10. Carbomer
Pemerian
Kelarutan
26
Inkompatibilitas
: Fenol,
asam
kuat,
elektrolit
level
tinggi,
Konsentrasi
: 0,1-0,5%
11. Dinatrium EDTA
Rumus bangun
: C10H14N2Na2O8.2H2O
Bobot Molekul
: 372,24
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Chelating agent
12. Phenonip
Terdiri dari methyl paraben, propyl paraben, ethyl paraben, n-buthyl paraben,
isobuthyl paraben, dan phenoxyethanol.
Kegunaan
: Antimicrobial preservative.
Konsentrasi
: 0,25-1%
13. Olive Oil
Sinonim
: Oleum Olivae
Pemerian
27
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Sebagai emolien.
14. Air Murni (Depkes RI, 2010)
Sinonim
: Aqua purifikata
Rumus molekul
: H2O
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Pelarut.
28