You are on page 1of 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Krim
1. Definisi Krim
Krim adalah suatu salep yang berupa emulsi kental, mengandung tidak
kurang dari 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2 yaitu:
krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A) (Anief, 2005).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air (Depkes RI, 2010).
Sedangkan definisi krim dari segi kosmetik adalah sediaan setengah padat
yang pada umumnya mengandung bahan pelembab (moisturaiser), pelembut
(emollient) dan senyawa lain dengan tujuan untuk memelihara, melembutkan,
melenturkan serta membersihkan permukaan kulit (Lachman, 1994).
Ada beberapa tipe krim yaitu emulsi air dalam minyak (A/M) dan emulsi
minyak dalam air (M/A). Sebagai pengemulsi, dapat digunakan surfaktan
anionik, kationik dan nonionik. Untuk tipe A/M bahan pengemulsi yang
digunakan sabun monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum dan lainlain. Krim tipe M/A mudah dicuci. Untuk penstabilan krim ditambahkan zat
antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan ialah
nipagin 0,12 % - 0,18 % dan nipasol 0,02 % - 0,05 % (Anief, 2005).
5

Krim harus mudah digunakan dan mudah menyebar, lembut pada saat
digunakan, memberikan rasa lembab dan dingin, mudah berpenetrasi kedalam
kulit, mudah dicuci dengan air (M/A) atau tidak mudah dicuci dengan air
(A/M). Krim yang akan dibuat harus disesuaikan dengan jenis kulit, kondisi
kulit, cuaca, umur dan lingkungan. Fungsi dari krim untuk memelihara
keseimbangan uap air, menjaga kelembapan dan kelenturan kulit atas
tersedianya unsur air, humektan dan minyak (Mitsui, 1997).
2. Komponen Penstabil Krim
Pada pembuatan suatu krim yang stabil memerlukan komponen yang
membuat krim tersebut lebih stabil, seperti pengemulsi, humektan, pengawet,
antioksidan, akseleren (Lachman, 1994).
a. Pengemulsi atau Emulgator
Berfungsi menstabilkan krim dengan cara menempati antar permukaan
tetesan fase internal dan fase eksternal. Kriteria emulgator antara lain dapat
bercampur dengan bahan formulatif lain, tidak menggangu stabilitas bahan
aktif, stabil, tidak terurai dalam preparat, tidak toksis, kemampuan untuk
membentuk krim secara optimal dan menjaga stabilitas krim tersebut.
Emulgator dibedakan menjadi tiga golongan yaitu surfaktan, koloid hidrofilik,
zat padat yang terbagi halus (Lachman, 1994).
1) Surfaktan dibagi empat golongan, yaitu :
(a) Surfaktan anionic, dalam larutan air terdisosiasi membentuk
ion negatif. Emulgator ini digunakan untuk bahan aktif yang

memerlukan pH basa. Contoh: Trietilamin stearat, Natrium


laurel sulfat.
(b) Surfaktan kationik, dalam larutan air terdisosiasi membentuk
ion positif. Pengemulsi ini dipilih untuk bahan aktif yang
memerlukan pH asam. Contoh: Benzalkonium chloride,
Cetrimide, Setil peridium klorida.
(c) Surfaktan nonionic bereaksi netral, dalam medium air tidak
membentuk ion, sehingga tidak dipengaruhi oleh elektrolit dan
netral terhadap pengaruh kimia emulgator nonionic dapat
bercampur dengan sebagian besar bahan obat. Contoh: Glyseril
monooleate, Polyvinyl alcohol, Sorbitan ester.
(d) Surfaktan amfoter, adalah senyawa kimia yang menunjukan
bagian kationik dan anionic dalam molekulnya, berada
terionisasi dalam larutan air. Contoh: Betain dan Derivat
imidazol (Lachman, 1994).
2) Koloid hidrofil merupakan polimer yang peka terhadap air, dapat
mengembang atau larut. Contoh: Bentonit diperoleh dari tanah liat
yang khusus dan dengan adanya air akan mengembang. Zat padat
terbagi halus dapat diperoleh dari tanah liat tertentu yang tidak
mengembang, padatan polar cenderung menjadi basah oleh air sampai
jumlah yang lebih besar daripada bila dibasahi fase minyak, sedangkan
kebalikannya adalah padatan nonpolar, contoh: Barium sulfat dengan
adanya Natrium laurat membentuk emulsi M/A, sedangkan Barium
sulfat yang dilapisi Dodekil sulfat cenderung membentuk emulsi A/M
(Aulton, 1998).
b. Humektan

Digunakan untuk mencegah kehilangan kelembaban dari krim selama


penyimpanan dan penggunaan pada okulit, serta mempertahankan
konsistensi dari krim agar lunak. Contoh: sorbitol, gliserin, triacetin,
propylene glycol (Lachman, 1994).
c. Pengawet
Digunakan untuk mencegah kontaminasi, kemunduran dan kerusakan yang
disebabkan oleh bakteri serta jamur karena sebagian besar komponen
dalam sediaan krim dapat bertindak sebagai substrat bagi mikroorganisme.
Contoh: Butyl paraben, benzyl alcohol, glycerin, propylene glycol
(Lachman, 1994).
d. Antioksidant
Digunakan untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi yang dapat
membuat krim menjadi rusak atau mengalami perubahan.
Contoh: Alpha tocopherl, ascorbic acid, butylated hydroxytoluene
(Lachman, 1994).
e. Akseleren
Digunakan untuk menambah laju absorpsi bahan aktif yang digunakan
secara topikal. Bahanbahan ini menimbulkan pengembangan pada straum
korneum dan melepaskan struktur penting dari bahan-bahan, sehingga
mengurangi daya tahan difusi dan meningkatkan permeabilitas.
Contoh: DMSO (Dimetilsulfoksida), DMF(Dimetilformida), urea, propilen
glikol, DMA (Dimetilasetamida) (Lachman, 1994).
Metode pembuatan krim secara uum meliputi proses peleburan dan proses
emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti
minyak dan lilin dicairkan bersaman penangas air pada temperature sekitar 70 oC75oC. Sedangkan semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut

dalam air yang dibuat dalam sejumlah air yang dimurnikan, khususnya dalam
formula dan dipanaskan pada temperature yang sama dengan komponen
berlemak. Kemudian campuran berlemak yang cair secara perlahan-lahan
ditambahkan dengan pengadukan yang konstan (biasanya dengan pengaduk
mekanik) kedalam komponen yang larut dalam air, temperature dipertahankan
selama 5-10 menit, untuk menjaga kristalisasi dari lilin dan kemudian perlahanlahan campuran didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai
campuran membeku atau mengental (Ansel, 2005).

3. Teori dan Praktek Pembuatan Emulsi


Dalam Teori dan praktek industri farmasi pembuatan emulsi sediaan setengah
padat meliputi:
a. Penyiapan fase minyak dan air
Komponen minyak atau campuran lemak ditempatkan dalam ketel uap
berselubung dari baja besi anti karat, dilelehkan dan dicampur. Kemudian
fase minyak disaring melalui beberapa lapis kasa katun untuk
menghilangkan benda-benda asing. Cara lain dapat dilakukan adalah
melewatkan melalui media penyaring. Fase minyak dipindahkan kedalam
ketel pencampur emulsi yang dinginnya telah dipanaska, sesuai dengan
temperature fase minyak untuk mencegah pembekuaan beberapa
9

komponen dengan titik leleh yang lebih tinggi. Komponen fase air
dilarutkan dalam air minum dan disaring. Suatu zat yang larut dapat
ditambahkan pada fase air saat ini, asalkan temperatur tinggi yang
diberikan tidak menurunkan keaktifan zat-zat, atau emulsi tersebut tidak
dipengaruhi secara buruk, sebalikanya bahan aktif yang larut tersebut
dapat ditambahkan dalam bentuk larutan setelah emulsi terbentuk dan
didinginkan.
b. Pencampuran fase-fase
Biasanya fase-fase dicampur pada temperatur 70oC-72oC, karena pada
temperatur ini pencampuran fase cair yang baik sekali terjadi. Temperatur
pencampuran fase dapat diturunkan beberapa derajat jika titik leleh fase
lemak cukup rendah untuk mencegah kristalisasi dan pembekuan
komponen- komponen sebelum waktunya. Fase-fase dapat dicampur
dengan salah satu dari tiga cara dibawah ini:
1) Pencampuran berbagai fase secara bersamaan.
2) Penambahan fase diskontinu pada fase kontinu.
3) Penambahan fase kontinu pada fase diskontinu.
c. Pendinginan emulsi semipadat
Setelah penambahan fase, laju pendinginan umumnya lambat untuk
member kesempatan pencampuran yang cukup memadai selama emulsi
masih berbentuk cair temperatur media pendingin dalam selubung ketel
harus diturunkan sedikit demi sedikit, dan pada laju yang sesuai dengan
pencampuran emulsi serta perggesekan dinding ketel untuk mencegah
terbentuknya massa salep atau krim membeku, khususnya jika sediaan
semipadat mengandung zat-zat dengan titik leleh yang tinggi dalam
presentasi yang lebih besar. Jika minyak wangi ditambahkan pada emulsi
minyak dalam air, maka yang paling baik dilakukan ketika temperatur

10

43oC sampai 45oC untuk menghindari pendinginan emulsi, dan


memudahkan larutnya minyak wangi dalam fase minyak yang belum
membeku sempurna. Bahan aktif ditambahkan dalam bentuk larutan, jika
belum dicampurkan, atau sebagai kristal, asalkan bahan aktif tersebut larut
dalam fase luar. Serbuk tidak larut harus didispersikan kedalam fase
kontinu sebelum sediaan semipadat dipindahkan dari ketel untuk
dihomogenkan (Lachman, 1994).
Penyimpanan krim disimpan dalam wadah tetutup baik, misalnya
dalam botol, dapat dibuat dari gelas tidak berwarna atau berwarna gelap
dari bahan porselein putih, juga yang terbut dari botol plastik berwarna
gelap ditujukan untuk emulsi yang mengandung zat aktif yang dapat
terurai bila terkena cahaya, selain itu emulsi juga dapat disimpan didalam
tube yang terbuat dari logam atau plastik dengan cara emulsi diisi dari
bagian ujung belakang tube yang terbuka. Penguapan air dank rim harus
dihambat, hal ini dapat dilakukan secara efektif dengan menempatkan
lembaran plastik nonreaktif yang langsung berhubungan dengan krim,
serta penutupan wadah dengan tutup yang sesuai dan rapat. (Lachman,
1994).
Kualitas dasar krim adalah :
1) Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada
dalam kamar.
2) Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk
menjadi lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang
teriritasi.

11

3) Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah Yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit seperti krim.
4) Terdistribusi merata, zat aktif harus terdispersi merata melalui dasar
salep padat atau cair pada pengobatan (Anief, 2005).

B. Kulit
1.

Anatomi Fisiologi Kulit

Gambar 1. Struktur Kulit


Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis, pada orang dewasa
beratnya kira-kira 8 pon, tidak termasuk lemak. Kulit berfungsi pula sebagai
thermostat dalam mempertahankan suhu tubuh, melindungi tubuh dari serangan
mikroorganisme, sinar ultraviolet, dan menjaga kelembaban tubuh. Ketebalan
kulit itu berbeda, sesuai dengan usia, jenis kelamin dan lokasi. Umumnya kulit
pada pria lebih tebal daripada kulit wanita namun wanita memiliki lapisan lemak

12

yang lebih tebal daripada pria. Kulit pada kelopak mata lebih tipis daripada
telapak kaki (Mitsui, 1997).
Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada
umumnya kulit dibagi dalam tiga lapisan jaringan: epidermis, dermis, dan
hypodermis (subcutan). Lapisan epidermis terdiri dari stratum korneum atau
lapisan tanduk yang terdiri dari sel-sel padat, mati dan sel-sel keratin yang
berlapis-lapis. Karena sifat alami dari stratum korneum ini, maka nilai koefisien
difusi dalam jaringan ini seribu (bahkan lebih) kecil dari jarinagn kulit lainnya,
sehingga menghasilkan daya tahan yang lebih tinggi dan umumnya tidak dapat
ditembus. Stratum korneum merupakan pembatas yang menentukan laju,yang
menahan keluar masuknya zat kimia (Dwikarya, 2003).
Lapisan jaringan lainnya adalah dermis atau korium. Umumnya dermis
mengandung

kira-kira

80%

protein

yang

terdapat

dalam

matriks

mukopolisakarida. Lapisan ini disusun oleh sejumlah pembuluh darah, pembuluh


getah bening, saraf dan juga bagian-bagian kulit seperti kantung rambut, kelenjar
sebaseus dan kelenjar keringat. Kantung rambut didistribusikan keseluruh
permukaan kulit,kecuali pada telapak tangan,telapak kaki,bagian bibir yang merah
dan bagian-bagian dari organ kelamin (Wasiatmadja, 2007). Tiap kantung
rambut dihubungkan dengan satu atau lebih kelenjar sebaseus. Kelenjar keringat
yang dibagi atas jenis akrin dan jenis apokrin. Kelenjar keringat ini terdistribusi
luas keseluruh permukaan tubuh. Kelenjar ekrin dipusatkan terutama ditelapak
tangan dan telapak kaki. Fungsi utama adalah untuk mengatur panas, misalnya
dengan mensekresi larutan garam yang encer. Kelenjar apokrin terdapat

13

diketiak ,dan daerah anogenital. Kelenjar apokrin ini adalah kelenjar melingkar
berbentuk pipa yang kira-kira sepuluh kali lebih besar dari kelenjar ekrin,dan
menyebar rata pada dermis sampai ke lapisan subkutan (Lachman, 1994).
Hypodermis atau subkutan ,lapisan ini terdiri dari jaringan konektif yang
menghubungkan antara kulit dengan organ-organ yang berdekatan,pembuluh
darah dan sel-sel penyimpan lemak yang memisahkan dermis dengan otot,tulang
dan struktur lain. Lapisan hypodermis berfungsi sebagai tempat penyimpanan
cadangan makan dan bantalan untuk melindungi tubuh dari benturan-benturan
fisik serta berperan pula dalam pengaturan suhu tubuh. Jumlah lemak dalam
lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh
memerlikan energi atau kalori ekstra,misalnya pada saat diet atau puasa maka
lapisan ini akan memberikan energi atau kalori dengan cara membakar atau
memecah simpanan lemaknya.
2.

Derajat keasaman (pH) permukaan kulit

Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-7 karena jika
masker memiliki harga pH yang terlalu basa maka dapat menyebabkan kulit
bersisik,sedangkan jika pH yang terlalu asam maka menyebabkan iritasi kulit
(Aulton, 1998). Keasaman ini dapat berasal dari keringat yang mempunyai pH 47 dan juga asam-asam lemak yang berasal dari sebum (Martono, 1999). Namun
sebagian besar disebabkan oleh adanya mantel asam (Putro, 1998). Mantel asam
adalah asam selubung kulit yang terdapat pada stratum corneum dilapisi
oleh lapisan tipis lembap yang bersifat asam. Mantel asam dibentuk
dari kombinasi asam-asam karboksilat organik (asam laktat, asam

14

pirolidon, karboksilat, asam urokanik dan lain-lain). Dalam suasan


asam ini beberapa kuman patogen yang berbahaya tidak akan bisa
hidup (Martono, 1999).
C. Kosmetik
Kosmetik berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 220/Menkes/Per/76, kosmetik adalah bahan atau
campuran

bahan

dipercikan

atau

untuk

digosokkan,

disemprotkan

direkatkan,

pada,

dituangkan,

dimasukan

dalam,

dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan


maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik,
atau mengubah rupa dan tidak tergolong obat (Jealani, 2009).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor :140/Menkes/per/111/91 tentang wajib daftar yang dimaksud
dengan kosmetik adalah sediaan atau panduan bahan yang siap
digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir,
dan

organ

kelamin

luar,

gigi

dan

rongga

mulut)

untuk

membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,


melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan

tetapi

tidak

dimaksudkan

untuk

mengobati

atau

menyembuhkan penyakit.
Definisi kosmetik menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas
obat dan makanan Republik Indonesia: no HK 00.54.4.1745 tentang
kosmetik tahun 2003. Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksud untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia

15

(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau
gigi

dan

mukosa

mulut

terutama

untuk

membersihkan,

mewangikan, mengubah penampilan dan memperbaiki bau badan


atau melindungi atau memelihara tubuh atau kondisi baik ( Depkes

RI, 2004).
Pada umumnya terdiri dari atas berbagai macam bahan, bahan
yang mempunyai tugas tertentu didalam campuran tersebut.
Wasitaatmadja menyatakan pembagian isi kosmetik berdasarkan
kegunaan sebagai bahan kosmetik adalah sebagai berikut:
1.

Bahan Dasar (Vehikulum)


Vehikulum adalah zat inaktif/ inert yang digunakan dalam
sediaan topikal sebagai pembawa obat/ zat aktif agar dapat
berkontak dengan kulit. Meskipun inaktif, aplikasi suatu
vehikulum pada kulit dapat memberikan beberapa efek
hidrasi, mengeringkan/mengangkat eksudat, dan lubrikasi,
sebagai astringent. Bahan dasar kosmetik terdiri dari: air atau
campurannya dengan bahan dasar lain seperti aseton,
alkohol, minyak, vaselin atau campurannya dengan lanolin

2.

gliserin.
Bahan aktif (active ingredient)
Merupakan bahan kosmetik yang terpenting dan mempunyai
daya kerja yang diunggulkan dalam kosmetik sehingga
memberikan daya kerja pada seluruh campuran bahan
tersebut. Konsentrasi bahan aktif kosmetik pada umumnya

16

kecil,namun dapat pula tinggi, apabila bahan kosmetik


3.

tersebut sekaligus berperan sebagai bahan dasar.


Bahan yang menstabilkan campuran (Stabilizer)
Bahan-bahan ini menyebabkan kosmetik lebih tahan lama
baik

warna,bau

dan

adalah:
a) Emulgator

yaitu

tercampurnya
campuran

bentuk

dua

fisik.Bahan-bahan

bahan

semua
cairan

bahan
maka

yang

tersebut

memungkinkan

secara

merata.

emulgator

Pada

umumnya

memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan kedua


cairan tersebut.
b) Pengawet yaitu bahan yang dapat mengawetkan
kosmetik dalam jangka waktu selama mungkin agar
dapat digunakan lebih lama.
c) Pelekat (adhesive) yang dapat melekatkan kosmetik
ke kulit terutama pada kosmetik yang tidak lengket ke
kulit seperti bedak. (Wasiatmadja, 1997).

D. Stabilitas
Stabilitas dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai ketahanan suatu
produk sesuai dengan batas-batas tertentu selama penyimpanan dan
penggunaanya atau umur simpan suatu produk dimana produk tersebut masih
mempunyai sifat dan karakteristik yang sama seperti pada waktu pembuatan.
Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas dari sediaan farmasi, antara lain
stabilitas bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dengan bahan tambahan,

17

proses pembuatan bentuk sediaan, kemasan, cara pengemasan dan kondisi


lingkungan yang dialami selama pengiriman, penyimpanan, penanganan dan
jarak waktu antara pembuatan dan penggunaan. Faktor lingkungan seperti
temperatur, radiasi cahaya dan udara (khususnya oksigen, karbon dioksida dan
uap air) juga mempengaruhi stabilitas. Demikian pula faktor formulasi seperti
ukuran partikel, pH, sifat dari air dan sifat pelarutnya dapat mempengaruhi
stabilitas (Joshita, 2004).
Stabilitas sediaan farmasi merupakan salah satu kriteria yang amat penting
untuk suatu hasil produksi yang baik. Ketidakstabilan produk obat dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan sampai dengan hilangnya khasiat obat,
obat dapat berubah menjadi toksik atau terjadinya perubahan penampilan
sediaan (warna, bau, rasa, konsistensi dan lain-lain) yang akibatnya merugikan
bagi si pemakai. Ketidakstabilan suatu sediaan farmasi dapat dideteksi melalui
perubahan sifat fisika, kimia serta penampilan dari suatu sediaan farmasi.
Besarnya perubahan kimia sediaan farmasi ditentukan dari laju penguraian
obat melalui hubungan antara kadar obat dengan waktu, atau berdasarkan
derajat degradasi dari suatu obat yang jika dipandang dari segi kimia, stabilitas
obat dapat diketahui dari ada atau tidaknya penurunan kadar selama
penyimpanan. Secara fisiologis, larutan obat harus diformulasikan sedekat
mungkin ke pH stabilitas optimumnya karena besarnya laju reaksi hidrolitik
dipengaruhi/dikatalisis oleh gugus hidroksi (Ansel, 2005).
E. Tamanu Oil

18

Tamanu oil (minyak tamanu) diperoleh dari pohon tamanu yakni


Calophyllum inophyllum yang berasal dari tanaman asli Asia tenggara, yaitu dari
Thailand, Vietnam, Burma, Malaysia, India bagian selatan, Ceylon, dan terus
sampai dipulau Melanesia dan Polynesia. Mula-mula tumbuh dibatu karang yang
berpasir dipantai laut, dan beberapa diantaranya tumbuh didaerah lembah.
Pohon ini juga dikenal dengan nama Pannay (Inggirs), Ati (Tahiti),
Kamanu atau kamani (Hawai), Fetau (samao, Dolno atau Dilo (Fiji)
Pohon kamanu (Calophyllum inophyllum Linn) dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisio

: Spermatophyta

Sub Diviso

: Angiospermae

Classis

: Dicotyledoneae

Sub Classis

: Dialypetalae

Ordo

: Guttiferales

Family

: Guttiferae

Genus

: Calophyllum

Species

: Calophyllum inophyllum Linn

Synonim

: Calophyllum bintagor Roxb

Kandungan Kimia dan Kegunaan


Tamanu oil merupakan bahan alami. Minyak ini hanya untuk pemakaian
topikal dengan semua jenis kulit, bukan untuk pemakaian dalam dan seharusnya
hanya digunakan untuk kulit. Untuk kosmetik tamanu oil tidak dapat digunakan
secara murni tetapi harus dikombinasi dengan minyak medicinal lainnya.
Konsentrasi yang digunakan tidak lebih dari 10-20%. Tidak menimbulkan efek

19

samping bila dibandingkan dengan bahan sintetik. Minyaknya segar dengan bau
yang enak dan membuat perasaan nyaman. Tamanu oil penyerapannya cepat,
dikulit menimbulkan rasa halus dan lembut, tanpa meninggalkan rasa berminyak.
Kegunaan dan kandungan dari tamanu oil antara lain:
a. Kegunaan sebagai antiinflamasi karena mengandung 4-phenyl coumain
calopyllolide,

xanthones,

calophyllin-B,

dehydrocycloguanandin,

jacareubin, mesuaxanthone-A, euxanthone, dan mesuaxanthone-B. Untuk


semua kelompok xanthone aktivitasnya sebagai antiinflamasi. Semua
kandungan dari bahan-bahan ini dapat mengurangi kudis, luka-luka,
pembengkakan dan luka lecet dengan pemakaian secara topikal.
b. Kegunaan
sebagai
antibakteri(bakterisid)
karena
mengandung:
Canophyllic acid, Canophyllol, dan Friedelin
c. Kegunaan sebagai antioksidan karena mengandung Xanthones dan
Coumarins, menghanmbat pembentukan lemak peroksida. Aktivitasnya
sebagai antioksidan membantu untuk melindungi sel kulit dari bahaya
karena reaksi oksigen dan antagonis oksidative lainnya (Gembong, 1995).
F. Tree Tea OiL
Tea tree oil (minyak pohon teh) diperoleh dari pohon the yakni Melaleuca
alternifolia yang berasal dari tanaman local Australia. Pohon-pohon tersebut
banyak ditemukan dibagian sebelah sungai New South Wales, mulai dari batas
selatan Stroud, sepanjang pinggiran sungai kearah Queensland bagian utara
Australia (Lawless, 1992).
Pohon the (Melaleuca alternifolia Chell) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio

: Spermatophyta

20

Sub Diviso

: Angiospermae

Classis

: Dicotyledoneae

Sub Classis

: Dialypetalae

Ordo

: Myrtales

Family

: Myrtaceae

Genus

: Meleleuca

Species

: Melaleuca alternifolia Chell

Kandungan kimia dan kegunaan.


Tea tree oil hasil destilasi atau penyulingan daun dan ranting (cabang)
dari tanaman Melaleuca alternifoli.Minyak ini penetrasinya dikulit baik dan reaksi
reaksi alergi yang ditimbulkannya kecil. Tea tree oil berupa bahan alam digunakan
sebagai antijerawat dengan konsentrasi 5-15%. Bila dalam bentuk ekstrak
menghasilkan zona hambatnya sebesar 7 mm terhadap bakteri staphylococcus
epidermidis (Ernest, 1990).

a. Kandungan dari tea tree oil antara lain:


1) Hidrokarbon
Monoterpena(25 - 40%), -pinena 0,8-3,6%, -terpinena 4,612,8%, -terpinena 9,5-28,3%, -cymena 0,4-12,4%, limonene 0,42,77%, terpinolena 1,6-5,4%, thujena 0,1-2,1%, sabiena 0-3,2%,
myrcena 0,1-1,8%, -phellandrena 0,1-1,9%, - phellandrena 0,41,6%,

terpinolena

3%,

Sesquiterpenacaryphyllena

1%,

aromadendrena 0,3%, -muurolena 0,1%, bisiklogermacrena 0,1%,


-gurjunena 0,2%, calamenena 0,1%.

21

2) Alkohol
Monoterpenol terpinen-4-ol 28,6-57,9%,

-terpineol 1,5-7,6%,

Sesquiterpenol globulol 0,1-3,0%, viridiflorol 0,1-1,4%, cubenol


0,1%
3) Oksida
1,8-cineol 0,5-17,7% (Shirley, 1998)
G. Monografi Bahan Tambahan yang digunakan pada pembuatan krim
Antijerawat:
1. Cetyl alcohol
Sinonim

: Cradacol C 70, Crodacol C 90

Rumus Bangun

: CH3(CH2)14CH2OH

Rumus molekul

: C16H34O

Bobot molekul

: 242,44

Pemerian

: Berbentuk sisik, butiran, kubus atau lempengan yang licin


warna putih, bau khas lemah, rasa tawar

Kelarutan

: Larut dalam etanol (95%)P dan eter P, praktis tidak larut


dalam air, kelarutan bertambah dengan kenaikan suhu.
: 45o-52oC

Titik leleh

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering


Kegunaan

: Pengemulsi, penstabil, emolien, meningkatkan viskositas.


2. Stearyl alcohol

Sinonim

: Octadecyl alcohol; stenol; cordacol S95

Rumus Bangun

: CH3(CH2)16CH2OH

Rumus molekul

: C18H38O

Bobot molekul

: 270,48

22

Pemerian

: Serpihan atau granul, licin, warna putih, bau khas lemah,


rasa tawar, agak lemah

Kelarutan

: Larut dalam air, etanol (95%)P dan eter P

Titik leleh

: 55o-60oC

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: Emolien, bahan pengemulsi, bahan pengawet


3. Steareth

Sinonim

: Polyoxyethylene alkyl ethers

Pemerian

: Putih agak kekuningan, berbau khas agak lemah

Kelarutan

: Larut dalam air, etanol (95%)P dan eter P

Titik leleh

: 41o-43oC

Stabilitas

: Dengan adanya asam basa, cahaya dan udara

Kegunaan

: Emolien, emulsifiying agent, bmeningkatkan viskositas


4. Stearic acid

Sinonim

: Crodacid; Crosterene; Glycon; S-90

Nama kimia

: Octadecanoic Acid

Rumus Bangun

: CH3(CH2)16COOH

Rumus molekul

: C18H36O2

Bobot molekul

: 284,47

Pemerian

: Keras; warna putih agak kekuningan; agak berkilap, kristal


padat atau putih atau putih kekuningan; bau lemah dan
rasa seperti lilin.

23

Kelarutan

: Larut dalam kloroform, etanol (95%)P, eter P dan minyak

nabati; praktis tidak larut dalam air.


Titik leleh

: 54oC

Kegunaan

: Pengemulsi, solubilizing, pelincir

Konsentrasi

: 1-20%

5. Butylated Hydroxy Toluene


Sinonim
: Butylated hydroxy toluene, BHT
Rumus bangun
: C15H24O
Bobot Molekul
Pemerian

: 220,35
: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau atau hampir tidak berbau.

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam eter P; mudah larut dalam


etanol (95%)P, paraffin cair, dan minyak lemak;praktis
tidak larut dalam air, gliserol, propilen glikol dan larutan
alkali hidroksida

Titik leleh

: 700C

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup,terlindung dari cahaya

Kegunaan

: antioksidan

Konsentrasi

: 0,0075-0,1%
6. Lanolin anhidrat

Sinonim

: Corona; lanolin anhydrous

Pemerian

: Massa lembek, liat; warna kuning, tidak tengik, bau lemah,


khas.

24

Kelarutan

: Mudah larut dalam kloroform P dan eter P; agak sukar larut


dalam etanol (95%)P panas, tidak larut dalam air.

Titik leleh

: 380-440C

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik, dalam ruangan dengan suhu


tertentu.

Kegunaan

: Emolien, penstabil emulsi, basis salep.


7. Propilen glycol

Sinonim

: 2-hydroxypropanol,methyl ethylene glycol

Rumus bangun

: C3H8O2

Pemerian

: Cairan kental, jernih, tidak bewarna, rasa khas, praktis


tidak berbau, menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan

: Dapat bercampur dengan air,dengan aseton dan dengan


kloroform;larut dalam eter dan beberapa minyak
esensial;tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak
lemak.

Titik leleh
Penyimpanan

: -590C
: Dalam wadah kedap udara,terlindung dari cahaya,ditempat
sejuk kering.

Kegunaan

: Antimikroba,humektan

Konsentrasi

:~ 15 %
8. Mineral Oil

Sinonim

: Avatech; liquid petrolatum; parafin oil

Pemerian

: Cairan bening, mirip minyak; tidak berwarna; bebas atau

25

praktis bebas dari fluoresensi; jika dingin tidak berbau


dan tidak berasa; jika dipanaskan berbau minyak tanah,
lemah.
Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam etanol (95%)P, glycerin dan air.


Larut

dalam

aceton,

benzene,

chloroform,

carbon

disulfide, ether dan petroleum ether.


Penyimpanan

: Dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya, ditempat


sejuk dan kering.

Kegunaan

: Sebagai pelembut dalam emulsi.

Konsentrasi

: 0,1-32,0%

9. Trietanolamin
Pemerian

: Cairan kental tidak berwarna hingga kuning


pucat, bau lemah mirip dengan amoniak dan
bersifat higroskopik

Kelarutan

: Mudah larut dalam air dan etanol (95%) P, larut


dalam kloroform

Konsentrasi

: 2-5 %

Kegunaan

: Emulgator, pengatur pH
10. Carbomer

Pemerian

: Serbuk putih, higroskopis, sedikit berbau

Kelarutan

: Mengembang di dalam air dan etanol. Karbomer


tidak melarut melainkan mengembang

26

Inkompatibilitas

: Fenol,

asam

kuat,

elektrolit

level

tinggi,

benzalkonium klorid, natrium benzoate.


Kegunaan

: Emulgator, meningkatkan viskositas

Konsentrasi

: 0,1-0,5%
11. Dinatrium EDTA

Rumus bangun

: C10H14N2Na2O8.2H2O

Bobot Molekul

: 372,24

Pemerian

: Serbuk hablur bewarna putih,tidak berbau

Kelarutan

: Larut dalam air,sukar larut dalam etanol (96%)P, praktis


tidak larut dalam kloroform P dan eter P

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Chelating agent
12. Phenonip

Terdiri dari methyl paraben, propyl paraben, ethyl paraben, n-buthyl paraben,
isobuthyl paraben, dan phenoxyethanol.
Kegunaan

: Antimicrobial preservative.

Konsentrasi

: 0,25-1%
13. Olive Oil

Sinonim

: Oleum Olivae

Pemerian

: Cairan seperti minyak; warna kuning pucat atau kuning


kehijauan, rasa dan bau khas lemah, kemudian sedikit
pedas.

27

Kelarutan

: Sukar larut dalam etanol (95%)P, dapat bercampur dengan


eter P, kloroform P, dan karbon disulfide P.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh.

Kegunaan

: Sebagai emolien.
14. Air Murni (Depkes RI, 2010)

Sinonim

: Aqua purifikata

Rumus molekul

: H2O

Pemerian

: Cairan jernih; tidak bewarna;tidak berbau dan tidak berasa

Kelarutan

: Dapat bercampur dengan sebagian besar pelarut polar.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Pelarut.

28

You might also like