You are on page 1of 5

NEGARA hUKUM

Teori Negara hukum


Perkembangan konsep negara hukum merupakan produk dari sejarah, sebab rumusan atau
pengertian negara hukum itu terus berkembang mengikuti sejarah perkembangan umat
manusia. Karena itu dalam rangka memahami secara tepat dan benar konsep negara hukum,
perlu terlebih dahulu diketahui gambaran sejarah perkembangan pemikiran politik dan
hukum, yang mendorong lahir dan berkembangnya konsepsi negara hukum[1]. Selain itu
Pemikiran tentang Negara Hukum sebenarnya sudah sangat tua, jauh lebih tua dari dari usia
Ilmu Negara ataupun Ilmu Kenegaraan itu sendiri[2] dan pemikiran tentang Negara Hukum
merupakan gagasan modern yang multi-perspektif dan selalu aktual[3]. Ditinjau dari
perspektif historis perkembangan pemikiran filsafat hukum dan kenegaraan gagasan
mengenai Negara Hukum sudah berkembang semenjak 1800 s.M[4]. Akar terjauh mengenai
perkembangan awal pemikiran Negara Hukum adalah pada masa Yunani kuno. Menurut
Jimly Asshiddiqie gagasan kedaulatan rakyat tumbuh dan berkembang dari tradisi Romawi,
sedangkan tradisi Yunani kuno menjadi sumber dari gagasan kedaulatan hukum[5].
Pada masa Yunani kuno pemikiran tentang Negara Hukum dikembangkan oleh para filusuf
besar Yunani Kuno seperti Plato[6] (429-347 s.M) dan Aristoteles[7] (384-322 s.M). Dalam
bukunya Politikos yang dihasilkan dalam penghujung hidupnya, Plato (429-347 s.M)
menguraikan bentuk-bentuk pemerintahan yang mungkin dijalankan. Pada dasarnya, ada dua
macam pemerintahan yang dapat diselenggarakan; pemerintahan yang dibentuk melalui jalan
hukum, dan pemerintahan yang terbentuk tidak melalui jalan hukum[8].
Konsep Negara Hukum menurut Aristoteles (384-322 s.M) adalah negara yang berdiri diatas
hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi
tercapainya kebahagian hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan
itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadsi warga negara yang
baik. Dan bagi Aristoteles (384-322 s.M) yang memerintah dalam negara bukanlah manusia
sebenarnya, melainkan fikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang
hukum dan keseimbangan saja[9].
Pada masa abad pertengahan pemikiran tentang Negara Hukum lahir sebagai perjuangan
melawan kekuasaan absolut para raja. Menurut Paul Scholten dalam bukunya Verzamel
Geschriften, deel I, tahun 1949, hlm. 383, dalam pembicaraan Over den Rechtsstaat, istilah
Negara Hukum itu berasal dari abad XIX, tetapi gagasan tentang Negara Hukum itu tumbuh
di Eropa sudah hidup dalam abad tujuh belas. Gagasan itu tumbuh di Inggris dan merupakan
latar belakang dari Glorious Revolution 1688 M. Gagasan itu timbul sebagai reaksi terhadap
kerajaan yang absolut, dan dirumuskan dalam piagam yang terkenal sebagai Bill of Right
1689 (Great Britain), yang berisi hak dan kebebasan daripada kawula negara serta peraturan
penganti raja di Inggris[10].
Di Indonesia istilah Negara Hukum, sering diterjemahkan rechtstaats atau the rule of law.
Paham rechtstaats pada dasarnya bertumpu pada sistem hukum Eropa Kontinental. Ide
tentang rechtstaats mulai populer pada abad ke XVII sebagai akibat dari situasi sosial politik
Eropa didominir oleh absolutisme raja[11]. Paham rechtstaats dikembangkan oleh ahli-ahli
hukum Eropa Barat Kontinental seperti Immanuel Kant (1724-1804) dan Friedrich Julius
Stahl[12]. Sedangkan paham the rule of law mulai dikenal setelah Albert Venn Dicey pada
tahun 1885 menerbitkan bukunya Introduction to Study of The Law of The Constitution.
Paham the rule of law bertumpu pada sistem hukum Anglo Saxon atau Common law
system[13]. Konsepsi Negara Hukum menurut Immanuel Kant dalam bukunya
Methaphysiche Ansfangsgrunde der Rechtslehre, mengemukakan mengenai konsep negara
hukum liberal. Immanuel Kant mengemukakan paham negara hukum dalam arti sempit, yang

menempatkan fungsi recht pada staat, hanya sebagai alat perlindungan hak-hak individual
dan kekuasaan negara diartikan secara pasif, yang bertugas sebagai pemelihara ketertiban dan
keamanan masyarakat. Paham Immanuel Kant ini terkenal dengan sebutan
nachtwachkerstaats atau nachtwachterstaats[14].
Friedrich Julius Stahl (sarjana Jerman) dalam karyanya ; Staat and Rechtslehre II, 1878 hlm.
137, mengkalimatkan pengertian Negara Hukum sebagai berikut :
Negara harus menjadi Negara Hukum, itulah semboyan dan sebenarnya juga daya pendorong
daripada perkembangan pada zaman baru ini. Negara harus menentukan secermat-cermatnya
jalan-jalan dan batas-batas kegiatannya bagaimana lingkungan (suasana) kebebasan itu tanpa
dapat ditembus. Negara harus mewujudkan atau memaksakan gagasan akhlak dari segi
negara, juga secara langsung, tidak lebih jauh daripada seharusnya menurut suasana hukum.
Inilah pengertian Negara Hukum, bukannya misalnya, bahwa negara itu hanya
mempertahankan tata hukum saja tanpa tujuan pemerintahan, atau hanya melindungi hak-hak
dari perseorangan. Negara Hukum pada umumnya tidak berarti tujuan dan isi daripada
Negara, melainkan hanya cara dan untuk mewujudkannya[15].
Lebih lanjut Friedrich Julius Stahl mengemukakan empat unsur rechtstaats dalam arti klasik,
yaitu[16] :
1. Hak-hak asasi manusia;
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu (di negara-negara
Eropa Kontinental biasanya disebut trias politica);
3. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan (wetmatigheid van bestuur);
4. Peradilan administrasi dalam perselisi
Pengertian Negara Hukum Menurut Para Ahli
ARISTOTELES
Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.
HUGO KRABBE
Bahwa Negara seharusnya Negara Hukum (rechtsstaat) dan setiap tindakan Negara harus didasarkan pada
hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan pada hukum.
F.R. Bothlingk
De staat, waarin de wilsvrijheid van gezagsdragers is beperkt door grenzen van recht (negara, dimana
kebebasan kehendak pemegang kekuasaan dibatasi oleh ketentuan hukum).
Wirjono Prodjodikoro
1. Semua alat-alat perlengkapan dari negara, khususnya alat-alat perlengkapan dari pemerintah dalam
tindakannya baik terhadap para warga negara maupun dalam negara saling berhubungan masing-masing, tidak
boleh sewenang-wenang, melainkan harus memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku;
2. Semua orang (penduduk) dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada peraturan-peraturan hukum
yang berlaku.

Di Eropa dikenal dua tipe pokok Negara Hukum, yaitu:


1. Type Anglo Saxon (Inggris, Amerika), berintikan Rule of Law
2. Type Eropa Kontinental (Jerman, Belanda, Belgia, Skandinavia), yang berdasarkan pada kedaulatan Hukum
(Rechtsouvereiniteit); jadi berintikan Rechstaat (Negara Hukum)

Pengertian Negara Hukum di Indonesia


Prof. R. Djokosutomo, SH
Negara Hukum menurut UUD 1945 adalah berdasarkan pada kedaulatan hukum. Hukumlah yang berdaulat.
Negara adalah merupakan subjek hukum, dalam arti rechtstaat (badan hukum republik). Karena negara itu
dipandang sebagai subjek hukum, maka jika ia bersalah dapat dituntut didepan pengadilan karena perbuatan

melanggar hukum.
Prof. Dr. Ismail Suny, SH., M. CL dalam brosur beliau Mekanisme Demokrasi Pancasila mengatakan, bahwa
negara hukum Indonesia memuat unsur-unsur:
1. Menjunjung tinggi hukum
2. Adanya pembagian kekuasaan
3. Adanya perlinduungan terhadap hak-hak asasi manusia serta remedi-remedi prosedural untuk
mempertahankannya
4. Dimungkinkan adanya peradilan administrasi

Prinsip-Prinsip Negara Hukum

Indonesia berdasarkan UUD 1945 berikut perubahan-perubahannya adalah negara hukum


artinya negara yang berdasarkan hukum dan bukan berdasarkan kekuasaan belaka. Negara
hukum didirikan berdasarkan ide kedaulatan hukum sebagai kekuasaan tertinggi
Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH ada dua belas ciri penting dari negara hukum
diantaranya adalah : supremasi hukum, persamaan dalam hukum, asas legalitas, pembatasan
kekuasaan, organ eksekutif yang independent, peradilan bebas dan tidak memihak. peradilan
tata usaha negara, peradilan tata negara, perlindungan hak asasi manusia, bersifat demokratis,
sarana untuk mewujudkan tujuan negara, dan transparansi dan kontrol sosial. Untuk uraian
lebih lengkap dari beliau silahkan download di sini.
Namun, menurut pandangan saya justru cuma ada tiga ciri penting dari negara hukum sehingga
suatu negara dapat dikategorikan dalam negara yang berdasarkan hukum yaitu: Kemerdekaan
Kekuasaan Kehakiman (Independent of the Judiciary), Kemandirian Profesi Hukum
(Independent of the Legal Profession), dan Kemerdekaan Pers (Press Freedom).
Ketiga unsur inilah yang paling berkepentingan untuk menjaga agar tetap tegaknya prinsipprinsip negara hukum dengan kedua belas cirinya yang sudah disebutkan oleh Prof. Dr. Jimly
Asshiddiqie, SH.
Dalam pandanganku, kemerdekaan kekuasaan kehakiman adalah paling sentral untuk
menentukan apakah suatu negara dapat dikatakan layak menyandang gelar negara hukum.
Tanpa adanya kekuasaan kehakiman yang merdeka dan mandiri, maka bisa dipastikan bahwa
suatu negara hanya berdasarkan kekuasaan dan selera politik dari penguasa resmi negara
tersebut. Kekuasaan kehakiman yang Merdeka dan Mandiri ini tidak bisa juga diartikan bahwa
hakim sangat bebas dalam memutus perkara akan tetapi dalam memutus perkara hakim harus
dapat melihat dengan jernih dalam memberikan pertimbangan dalam putusan-putusannya
sehingga layak untuk dipertanggung jawabkan kepada Tuhan YME, layak juga secara akademis,
dan layak untuk masyarakat dapat menemukan kepastian dan keadilan
Akan tetapi kemerdekaan kekuasaan kehakiman ini juga harus ditopang oleh kemandirian dari
profesi hukum, tanpa adanya kemandirian dari profesi hukum maka sulit untuk bisa
mengharapkan adanya kekuasaan kehakiman yang merdeka dan mandiri. Artinya asosiasi
profesi hukum harus mengambil peran aktif dalam melindungi hak-hak asasi manusia termasuk

pemberantasan korupsi di suatu negara dan mengambil peran aktif dalam merumuskan tujuan
negara di bidang hukum.
Kemerdekaan Pers merupakan kata kunci dalam memahami makna transparansi dan
akuntabilitas dari penyelenggara negara, maka saya sangat sepakat dengan pendapat dari Ketua
MA Prof Dr. Bagirmanan, SH, MCL yang menyatakan bahwa Jangan sampai tangan hakim
berlumuran ikut memasung kemerdekaan pers yang akan mematikan demokrasi, pers yang
bebas bukan hanya instrumen demokrasi tetapi juga penjaga demokrasi. Hakim sangat
memerlukan demokrasi, Menurut dia, hanya demokrasi yang mengenal dan menjamin
kebebasan hakim atau kemerdekaan kekuasaan kehakiman. Oleh karena itu jangan sampai
hakim ikut mematikan demokrasi. Jika itu terjadi maka tidak lain berarti hakim sedang
memasung kebebasan atau kemerdekaannya sendiri.
Unsur inipun penting karena tanpa adanya kemerdekaan pers maka kemerdekaan kekuasaan
kehakiman dan kemandirian profesi hukum menjadi hilang tak bermakna
Tiga ciri ini sangat penting untuk mendukung terciptanya negara hukum, karena jika salah satu
ciri ini hilang, maka perdebatan konseptual dan konteksual akan negara hukumpun serta merta
menjadi hilang. Dan masyarakat akan menjadi hilang kepercayaan terhadap kedaulatan hukum
yang justru akan menjauhkan masyarakat dari aspek keadilan dan kepastian hukum
Tujuan Hukum

Sabtu, 20 Februari 2010


Sama halnya dengan pengertian hukum, banyak teori atau pendapat mengenai tujuan
hukum. Berikut teori-teori dari para ahli :
1. Prof Subekti, SH :
Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu mencapai kemakmuran dan kesejahteraan
rakyatnya dengan cara menyelenggarakan keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam
keadaan yang sama tiap orang mendapat bagian yang sama pula.
2. Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldoorn :
Tujuan hukum adalah mengatur hubungan antara sesama manusia secara damai. Hukum
menghendaki perdamaian antara sesama. Dengan menimbang kepentingan yang bertentangan
secara teliti dan seimbang.
3. Geny :
Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Dan ia kepentingan daya guna
dan kemanfaatan sebagai unsur dari keadilan.
Pada umumnya hukum ditujukan untuk mendapatkan keadilan, menjamin adanya kepastian
hukum dalam masyarakat serta mendapatkan kemanfaatan atas dibentuknya hukum tersebut.
Selain itu, menjaga dan mencegah agar tiap orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri,
namun tiap perkara harus diputuskan oleh hakim berdasarkan dengan ketentuan yang sedang
berlaku.

Secara singkat Tujuan Hukum antara lain:

keadilan

kepastian

kemanfaatan

Menurut kami sendiri hukum bertujuan untuk mencapai kehidupan yang selaras
dan seimbang, mencegah terjadinya perpecahan dan mendapat keselamatan
dalam keadilan.

You might also like