You are on page 1of 9

Jurnal Mina Laut Indonesia

Vol. 01 No. 01

(84 92)

ISSN : 2303-3959

Akumulasi Nikel (Ni) Dalam Darah Ikan Bandeng


(Chanos chanos Forskal) yang Dibudidayakan di Sekitar Area Tambang

Nickel (Ni) Accumulation in Milkfish Blood (Chanos chanos Forskal)


Cultured on Mining Area
Evan Mardihasbullah *), Muhammad Idris **), dan Kadir Sabilu ***)
Program Studi Budidaya Perairan FPIK Universitas Haluoleo
Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari 93232
e_mail: *firzyalim@yahoo.co.id, **idrisbojosa@yahoo.co.id, ***alyafadilah@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nikel yang terdapat dalam darah ikan bandeng (Chanos
chanos Forskal). Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2012. Variabel yang
diamati dalam penelitian ini adalah analisis kadar nikel pada darah ikan bandeng, analisis kadar nikel air tambak,
analisis kadar nikel sedimen, hubungan antara kadar nikel pada air, darah dan sedimen, serta kualitas air. Untuk
membandingkan kadar nikel pada darah ikan bandeng, air tambak serta sedimen pada masing-masing lokasi
dinalisis dengan menggunakan AAS. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar logam berat nikel (Ni) pada ikan
bandeng tertinggi terdapat pada sampel 2 sebesar 2.74 ppm dan terendah pada sampel 10 yaitu 0.53 ppm dengan
rata-rata dari keseluruhan sampel (10 sampel) kadar nikelnya sebesar 1.38 ppm, hasil tersebut telah melampaui
nilai ambang batas yang ditetapkan, yaitu 0.008 ppm. Kadar logam berat nikel (Ni) pada air tambak berkisar
antara 0.30-0.38 ppm, hasil yang diperoleh ini telah melewati ambang batas yang ditetapkan oleh KMNLH untuk
kepentingan biota laut yakni 0.05 ppm. Kadar logam berat nikel (Ni) pada sedimen tambak berkisar antara 7.8814.52 ppm, hasil yang diperoleh ini telah melewati ambang batas yang ditetapkan oleh KMNLH untuk
kepentingan biota laut yakni 0.05 ppm. Hubungan antara kadar nikel pada air, darah serta sedimen yaitu semakin
tinggi kandungan nikel pada air dan sedimen tambak, maka semakin tinggi pula kadar nikel yang terakumulasi
dalam tubuh organisme. Kisaran parameter kualitas air tambak di Desa Totobo, Kecamatan Pomalaa ditinjau dari
faktor fisika-kimia masih memenuhi standar baku mutu untuk budidaya bandeng.
Kata Kunci: Nikel, ikan bandeng, darah, air, sedimen

Abstract
This research was conducted to investigate nickel accumulation contained in milkfish blood (Chanos chanos
Forskal) from August - September 2012. Variabels measured were Ni accumulation which contained in fish
blood, fishpond water, sediment, and Ni accumulation in relation to water, blood, sediment, and water quality.
AAS analysis was selected to compare Ni accumulation contained in fish blood, fishpond water and sediment in
each location. Result showed that the highest Ni accumulation was found in sample 10 reaching 2.74 ppm and
0.53 ppm, respectively. In average, the accumulation of Ni of the total sample was 1.38, exceeding the normal
standard (0.008 ppm). Ni accumulation contained in fishpond water ranged 0.30 - 0.38 ppm, while in sediment
ranged 7.88 - 14.52 ppm. These result exceeded the normal condition determined by Ministry Of Environment
(0.05 ppm) for marine lives. There was positive correlation of Ni accumulation contained in water, blood and
sediment, in which high level of Ni accumulation both in water and in sediment contributed to high level of Ni
contained in the fish body. Water quality parameters remained at tolerable range to support milkfish culture.
Keyword: Nickel, milkfish, blood, water, sediment

Pendahuluan
Lingkungan perairan merupakan salah
satu faktor penting dalam usaha pembudayaan
ikan. Hal ini tidak terlepas dari hasil kegiatan
manusia yang dapat menimbulkan pencemaran
logam berat yang dapat mempengaruhi aspek
ekologis maupun aspek biologis.

Namun
belakangan
seiring
berkembangnya teknologi industri terutama
daerah pesisir yang sebelumnya dijadikan lahan
pertambakan mengalami perubahan lingkungan
baik secara biologi, kimia maupun secara fisik
sebagai akibat pemukiman penduduk maupun
tumbuh pesatnya kegiatan industri. Hal ini
84

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan


organisme, karena sisa-sisa buangan dari
kegiatan industri tersebut masuk ke perairan,
maupun peruntukan lahan tambak bandeng
(Sriani, 2009).
Limbah yang dihasilkan oleh aktifitas
peleburan nikel di pabrik akan melewati instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) sehingga pada saat
dialirkan ke laut telah memenuhi kriteria baku
mutu air limbah, sehingga keberadaan nikel di
perairan akan terkontrol dalam batas normal.
Akan tetapi, akibat guyuran hujan pada
tumpukan galian tambang pada daerah
penambangan, dapat mengakibatkan kelarutan
nikel meningkat dan tercuci ke daerah hilir
(Widiono, 2009).
Hal ini tentu saja akan meningkatkan
kosentrasi nikel dalam air sungai dan laut. Ikan
akan memakan dan menyerap nikel yang
termagnifikasi pada tanaman dan kolom air yang
menjadi media hidupnya, menumpuknya pada
bagian-bagian ototnya melalui proses respirasi
dan makanannya.
Selain bersifat racun, logam berat
terakumulasi dalam sedimen dan biota melalui
proses biokonsentrasi, bioakumulasi dan
termagnifikasi oleh biota laut. Logam logam
berat yang masuk ke dalam tubuh hewan
umumnya tidak dikeluarkan lagi dari tubuh
mereka. Karena itu logam logam cenderung
untuk menumpuk dalam tubuh mereka. Sebagai
akibatnya, logam logam ini akan terus ada di
sepanjang rantai makanan (Hutabarat dan Evans
dalam Yudo, 2006).
Kekhawatiran masuknya logam berat
nikel (Ni) dari perairan yang dapat terakumulasi
pada jaringan ikan bandeng karena perairan
tersebut digunakan untuk mengairi tambak petani
ikan dan sebagai komoditi masyarakat sekitar.
Ikan dapat mengadsorbsi nikel melalui
makanannya dan langsung dari air dengan
melewati insang, nikel juga dapat berikatan
dengan protein diseluruh jaringan ikan, termasuk
darah yang jika selanjutnya dapat dikonsumsi
manusia maka akan mengumpul dalam waktu
yang lama akan bersifat sebagai racun yang
akumulatif artinya tidak bisa diurai oleh organ
tubuh sehingga akan membahayakan bagi
kesehatan.
Oleh sebab itu, ikan bandeng yang
dibudidayakan di Kecamatan Pomalaa, diduga
mengandung nikel karena lokasinya berdekatan
dengan lokasi pertambangan nikel. Sehingga,
penelitian kandungan nikel pada darah ikan
bandeng ini perlu untuk dilakukan.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1
bulan pada bulan Agustus sampai September
2012. Penelitian terdiri atas dua tahap yaitu
pengambilan sampel dan dilanjutkan dengan
analisis di Laboratorium. Lokasi penelitian
dilaksanakan di pertambakan rakyat Desa
Totobo, Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka,
sedangkan analisis sedimen dilaksanakan di
Laboratorium Unit Nutrisi dan Pakan Jurusan
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Haluoleo. Analisis kandungan nikel
(Ni) pada sampel darah, air tambak dan sedimen
dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA) yang dilakukan di Balai
Besar Laboratorium Kesehatan Makassar,
Sulawesi Selatan.
1. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain Spoit suntik, Tabung
reaksi, DO meter, corong, pH meter,
handrefractometer, cawan petri, termometer,
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA), botol
sampel, kantung plastik, kertas label, pipet tetes,
hot plate, tissu, timbangan analitik, kertas Saring,
gelas beaker, kamera digital, GPS.
Bahan yang akan digunakan dalam
penelitian ini antara lain Ikan Bandeng (Chanos
chanos Forskal), Darah ikan bandeng, Air
tambak, sedimen, aquadest, larutan HNO3,
larutan asam sulfat, larutan EDTA.
2. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan uji kandungan nikel pada
darah ikan bandeng serta pengukuran kualitas air
yang meliputi: Pengukuran suhu, salinitas, dan
derajat keasaman (pH) serta oksigen terlarut
(DO).
3. Analisis Kandungan Nikel (Ni)
Data yang diperoleh dari lokasi
penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif
kemudian
ditarik
kesimpulan
dengan
membandingkan nilai kandungan nikel yang ada
pada ikan bandeng.
Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Kolaka terdiri dari beberapa
kecamatan yang salah satunya adalah
Kecamatan Pomalaa. Kecamatan Pomalaa
terletak di bagian Selatan ibu kota Kabupaten
Kolaka. Luas Wilayah Kecamatan Pomalaa
85

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

333,82 km2. Disamping itu sebagian perairan


Laut Teluk Bone. Keadaan permukaan wilayah
kecamatan pomalaa tediri dari gunung bukit,
lembah dan laut. Diantara jenis permukaan
tersebut terdapat lahan yang merupakan daerah

potensial untuk pengembangan sektor pertanian,


perkebunan dan perikanan. Desa Totobo adalah
salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Pomalaa, yang sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani tambak.

2. Analisis Kadar Nikel


a. Hasil Analisis Kadar Nikel (Ni) Pada
Darah Ikan Bandeng

melebihi nilai ambang batas yang telah


ditetapkan.

Hasil analisis di atas menunjukkan,


kadar Ni yang tertinggi terdapat pada sampel 2
(2.74 ppm) dan yang terendah terdapat pada
sampel 10 (0.53 ppm). Berdasarkan data pada
tabel kandungan nikel dalam darah ikan
bandeng di atas menunjukkan bahwa
kandungan nikel pada ikan bandeng telah

b. Hasil Analisis Kadar Nikel (Ni) Pada Air


Tambak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kadar logam berat Ni pada air laut yaitu pada
titik I (0.38 ppm), titik II (0.34 ppm), dan titik
III (0.30 ppm). Data kadar nikel pada air laut
dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 1. Hasil analisis kadar nikel (Ni) dalam darah ikan bandeng
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10

Tempat Pengambilan Sampel


Titik I
Titik I
Titik I
Titik II
Titik II
Titik II
Titik III
Titik III
Titik III
Titik III
Total
Rata-rata

Kadar Nikel (Ni) Dalam Darah (ppm)


2.40
2.74
1.06
2.05
0.59
1.08
1.68
0.71
0.95
0.53
13.79
1.37

Kadar Nikel Air (ppm)

...
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Titik I

Titik II

Titik III

Titik Pengambilan Sampel

Gambar 2. Histogram hasil analisis kadar nikel (Ni) pada air tambak
Hasil analisis di
bahwa kadar Ni pada air
terdapat pada titik I
selanjutnya titik II (0.34
(0.30 ppm).

atas menunjukan
laut yang tertinggi
(0.38 ppm) dan
ppm) dan titik III

c. Hasil Analisis Kadar Nikel (Ni) Pada


Sedimen Tambak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


kadar logam berat Ni pada sedimen yaitu pada
titik I (14.5 ppm), titik II (10.10 ppm), dan titik
III (7.88 ppm). Data kadar nikel pada sedimen
dapat dilihat pada Gambar 3.
Hasil analisis di atas menunjukan
bahwa kadar Ni pada air laut yang tertinggi
terdapat pada titik I dan disusul titik II dan III.
86

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

d. Hubungan Antara Kadar Nikel Pada Air,


Darah dan Sedimen

Hubungan antara kadar nikel pada air,


darah dan sedimen dapat dilihat pada Gambar
4.

Kadar Nikel Sedimen (ppm)

16
14
12
10
8
6
4
2
0
Titik I

Titik II

Titik III

Titik Pengambilan Sampel

Gambar 3. Histogram hasil analisis kadar nikel (Ni) pada sedimen tambak

16
14
Kadar Nikel (ppm)

12
10
8

Air

Darah

Sedimen

2
0
Titik I

Titik II

Titik III

Titik Pengambilan Sampel

Gambar 4. Histogram korelasi kadar nikel (Ni) pada sampel air, darah dan sedimen
Histogram di atas menunjukkan bahwa
semakin tinggi kadar nikel pada air dan sedimen
tambak, maka semakin tinggi pula kadar nikel
dalam darah.

e. Parameter Kualitas Air


Hasil pengukuran kualitas air dapat
dilihat pada Tabel 2.

87
Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air


No.
1.
2.
3.
4.
5.

Parameter
Suhu (oC)
Salinitas (ppt)
Oksigen terlarut
pH Air
pH Sedimen

Titik I
29
27
6.2
8.17
7.46

Hasil pengukuran kualitas air di semua


titik pengambilan sampel menunjukkan bahwa
suhu pada tambak berkisar antara 2930 0C.
Salinitas pada tambak di masing-masing titik
pengambilan sampel berkisar antara 25-27 ppt.
Berdasarkan hasil pengamatan kadar oksigen
terlarut di tiga titik lokasi penelitian diketahui
bahwa kadar oksigen terlarut pada tambak
berkisar antara 6.0-6.5 mg/L. Pengamatan pH
pada air dan sedimen berdasarkan hasil
penelitian di masing-masing titik berkisar antara
8.05-8.17 untuk air dan sedimen berkisar antara
6.72-7.46.
Pembahasan
1. Analisis Kadar Nikel Pada Darah Ikan
Bandeng adalah salah satu komoditas
perikanan yang mempunyai nilai gizi dan
mineral
yang
tinggi.
Anonim
(2010)
menyebutkan bahwa mineral nutrisi yang
terdapat dalam ikan bandeng antara lain, kadar
Kalsium (Ca) (51 mg per 100g), Besi (Fe) (0.32
mg per 100g), Magnesium (Mg) (30 mg per
100g), Fosfor (P) (162 mg per 100g), Kalium (K)
(292 mg per 100g), Natrium (Na) (72 mg per
100g), Seng (Zn) (0.82 mg per 100g), Tembaga
(Cu) (0.034 mg per 100g), Mangan (Mn) (0.02
mg per 100g), Selenium (Se) (12.6 per 100g).
Darah merupakan medium dalam sistem
sirkulasi, dimana fungsinya mengedarkan
mineral dan nutrisi esensial yang berasal dari
pencernaan makanan ke sel-sel tubuh selain itu
darah juga mentransport oksigen terlarut serta
hormon dan enzim ke organ tubuh yang
memerlukan. Darah ikan tersusun dari sel-sel
darah yang tersuspensi di dalam plasma yang
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh (Moyle &
Cech, 2004 dalam Mones, 2008).
Darah terdiri dari cairan plasma dan selsel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit) dan keping darah
(trombosit). Plasma darah adalah suatu cairan
jernih yang mengandung mineral-mineral
terlarut, hasil absorbsi dari pencernaan makanan,
buangan hasil metabolisme oleh jaringan, enzim,
antibodi serta gas terlarut (Lagler et al. 1977
dalam Mones, 2008).
Ikan memiliki kadar protein plasma
darah yang rendah dibandingkan dengan

Titik II
30
25
6.5
8.05
7.10

Titik III
30
26
6.0
8.10
6.72

vertebrata tingkat tinggi. Protein plasma darah


utama pada ikan adalah albumin, yang berfungsi
sebagai pengontrol osmotik, lipoprotein sebagai
pembawa lemak, globulin sebagai pengikat
hemoglobin, ceruloplasma sebagai pengikat Cu,
fibrinogen sebagai bahan pembeku darah dan
iodurophorin sebagai pengikat iodium organik.
Darah juga memiliki limfosit untuk mengenal
konfigurasi asing. Roitt (1985) menyatakan
bahwa memori spesifitas dan pengenalan zat
asing merupakan dasar dari respon imun. Faktor
lain yang juga mempengaruhi pembentukan
respon imun adalah hormon cortisol. Limfosit
dan hormon cortisol akan meningkat jumlahnya
seiring dengan peningkatan jumlah konfigurasi
protein asing dalam darah (Kleius, 1987).
Dari hasil analisis kadar nikel pada
sampel darah ikan bandeng yang diambil dari
desa Totobo Kecamatan Pomalaa Kabupaten
Kolaka yang dianalisis dengan menggunakan
SSA menunjukkan kadar nikel pada darah ikan
bandeng tertinggi ditemukan pada sampel 2
(2.74 ppm) dan terendah ditemukan pada sampel
10 (0.53 ppm). Berdasarkan data rata-rata dari
seluruh sampel darah ikan bandeng (10 sampel)
kandungan nikel dalam darah mencapai 1.37
ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa kadar nikel
dalam darah sudah melewati standar baku mutu
nikel dalam suatu organisme (biota perairan)
yang ditetapkan oleh Kepmen LH tahun 2004
dimana batas maksimum kadar limbah nikel
adalah 0.008 ppm. Tingginya konsentrasi nikel
yang ditemukan dalam darah ikan bandeng
disebabkan karena kadar nikel yang terdapat
pada perairan dan sedimen juga tinggi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Purnomo dan
Muchyiddin (2007) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan korelasi yang kuat antara
kadar logam berat pada badan air dan sedimen
dengan kadar logam berat pada organisme yang
hidup di dalamnya.
Selain mengadsorpsi langsung dari
badan air, tingginya kadar nikel yang ditemukan
pada ikan bandeng diduga dipengaruhi oleh
makanan yang dikonsumsi oleh ikan bandeng.
Melalui pakan yang telah terkontaminasi, nikel
akan terbawa pada saluran pencernaan makanan,
dan selanjutnya akan terserap dalam darah untuk
didistribusikan ke dalam jaringan tubuh. Di
88

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

tambak selain memakan pakan yang diberikan,


ikan bandeng juga memakan fitoplankton dan
lumut yang terdapat pada tambak tersebut.
Fardias (1992) menyatakan logam berat dalam
air mudah terserap dan tertimbun dalam
fitoplankton yang merupakan titik awal dari
rantai makanan, selanjutnya melalui rantai
makanan sampai ke organisme lainnya.
Pada proses pencernaan makanan
apabila diruntut dari awal, makanan masuk ke
mulut sampai ke proses pencernaan dan
selanjutnya sisa makanan yang tidak dicerna
dibuang dalam bentuk feses melalui anus
(Rahardjo dkk, 2010). Logam berat yang
terakumulasi dalam tubuh organisme cenderung
untuk tinggal dalam tubuh organisme tersebut
dan tidak dapat dieksresikan oleh tubuh ikan.
Affandi (2009) menjelaskan bahwa ikan
umumnya akan mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh melalui urin. Lebih lanjut dikatakan bahwa
urin yang dikeluarkan melewati ginjal memiliki
konsentrasi yang lebih encer daripada
konsentrasi darah, sehingga unsur/mineral yang
molekulnya lebih besar tidak dapat terekskresi
lewat urin (Ebrahimi et al, 2011). Sehingga
ditemukannya kadar nikel dalam darah ikan
bandeng dalam jumlah yang tinggi yang
konstentrasinya melewati ambang batas yang
telah ditetapkan oleh Kepmen LH.
Akumulasi nikel yang terdapat dalam
darah ikan bandeng diduga juga terserap melalui
proses pernapasan. Proses pengambilan oksigen
oleh ikan bandeng (Teleostei) terjadi dalam dua
tahap, yakni tahap pertama (inspirasi) dan yang
ke-2 (ekspirasi). Pada tahap inspirasi air dari luar
masuk melalui mulut menuju rongga mulut, pada
saat air dari rongga mulut bergerak melewati
insang, terjadi difusi dari lingkungan luar (media
air) menuju lingkungan dalam (kapiler darah)
pada lamella, karena darah yang dipompa dari
jantung mengandung hemoglobin yang banyak
mengandung karbon yang akan dilepaskan ke
lingkungan perairan (Carvalho et al, 2011).
Nikel (Ni2+) sebagai kation yang cukup kuat
yang terdapat dalam air laut memungkinkan
untuk berdifusi dan berikatan dengan anion yang
terdapat pada plasma darah pada tahap inspirasi,
sehingga kadar Ni dalam darah akan meningkat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Conell dan
Miller, (2006) yang menyatakan bahwa logam
berat dapat terakumulasi dalam tubuh organisme
secara difusi dari lingkungan perairan.
2. Analisis Kadar Nikel Pada Air Tambak
Perairan tambak adalah ekosistem
perairan payau. Salinitasnya berada di antara

salinitas air laut dan salinitas air tawar dan tidak


mantap. Dari musim ke musim, dari bulan ke
bulan dari hari ke hari,bahkan mungkin dari jam
ke jam dapat saja terjadi perubahan, hal ini
terjadi karena pengaruh karena adanya pasokan
air tawar dan pasang surut air laut (Alwi, 2010).
Air sering tercemar oleh komponenkomponen anorganik antara lain berbagai logam
berat yang berbahaya. Nikel merupakan salah
satu jenis logam berat yang berpotensi
mencemari lingkungan perairan. Perairan yang
berdekatan dengan kawasan pertambangan nikel,
potensi peningkatan konsentasi nikel (Ni) dalam
air laut cukup tinggi. Hal ini dimungkinkan
dengan buangan limbah dan proses sedimentasi
dari aktifitas pertambangan yang menuju ke laut.
Di perairan nikel ditemukan dalam bentuk
koloid. Garam-garam nikel misalnya nikel
ammonium sulfat, nikel nitrat, dan nikel klorida
yang bersifat larut dalam air (Ariyanti, 2012).
Analisis laboatorium menunjukkan kadar
nikel pada air tambak berkisar antara 0.30-0.38
ppm. Kandungan nikel tertinggi hingga terendah
berturut-turut yaitu, titik I (0.38 ppm), titik II
(0.34 ppm) dan titik III (0. 30 ppm). Kadar ini
lebih tinggi dari kadar normal Ni dalam air
tambak dimana nilai ambang batas (NAB) yang
ditetapkan oleh KMNLH No. 51 tahun 2004
untuk kepentingan biota laut yakni 0.05 ppm.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kualitas perairan dilihat dari tingginya kadar
nikel (Ni) yang ditemukan maka termasuk
kategori telah melewati nilai ambang batas. Ini
disebabkan karena air yang mengairi tambak
berasal dari air laut yang telah mengandung
logam berat nikel (Ni). Ahmad (2009)
menyatakan bahwa logam berat dapat berasal
dari peluruhan mineral logam secara alami
maupun proses geologi yang terdapat di perairan
ini, dan yang berasal dari limbah berbagai
kegiatan baik di laut maupun di darat.
3. Analisis Kadar Nikel Pada Sedimen
Tambak
Tanah atau sedimen merupakan bagian
dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke
tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam
mencerna
limbah
akan
mengakibatkan
pencemaran tanah. Jenis limbah yang berpotensi
merusak lingkungan hidup adalah limbah yang
termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya (B3)
yang di dalamnya terdapat logam logam berat
(Widaningrum dkk, 2007).
Rizald (2010) dalam Ariyanti (2012),
menyatakan konsentrasi logam berat pada
sedimen tergantung pada beberapa faktor yang
berinteraksi. Faktor-faktor tersebut adalah:
89

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

a) Sumber dari mineral sedimen antara sumber


alami atau hasil aktifitas manusia. Melalui
partikel pada lapisan pemukaan atau lapisan
dasar sedimen.
b) Melalui partikel yang terbawa sampai ke
lapisan dasar.
c) Melalui penyerapan dari logam berat terlarut
dari air yang bersentuhan.
Beberapa material yang terkonsentrasi di
udara dan permukaan air mengalami oksidasi,
radiasi ultraviolet, evaporasi dan polymerisasi.
Jika tidak mengalami proses pelarutan, material
ini akan saling berikatan dan bertambah berat
sehingga tenggelam dan menyatu dalam
sedimen. Logam berat yang diadsorpsi oleh
partikel tersuspensi akan menuju dasar perairan,
menyebabkan kandungan logam di air menjadi
lebih rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan analisis
laboratorium,
setelah
melakukan
uji
laboratorium pada sedimen tambak, diketahui
pada semua titik pengambilan sampel sedimen
tambak mengandung nikel. Hasil uji
laboratorium menunjukkan kadar nikel pada
sedimen tambak berkisar antara 7,88-14,52
ppm. Dimana pada titik I (14,52), titik II (10,10
ppm), dan titik III (7,88 ppm). Hasil uji
laboratorium
ini
menunjukkan
bahwa
kandungan nikel pada sedimen tambak telah
melampaui kadar logam berat yang terdapat di
suatu
perairan
yang
relatif
belum
terkontaminasi yakni 0.05 ppm (Suhendrayatna,
2000). Tingginya kadar nikel pada sedimen
tambak ini disebabkan karena letak pintu air
tambak yang dekat dengan laut dan air yang
masuk ke dalam tambak tidak mengalami
proses penyaringan. Sedimen yang mempunyai
kadar nikel tertinggi terdapat pada titik I, ini
disebabkan oleh titik pengambilan sampel yang
dekat dengan pintu air, sehingga sebelum logam
nikel tersebar ke perairan lebih lanjut, logam
tersebut mengalami pengendapan di titik II dan
III.
4. Korelasi Kadar Nikel Pada Air, Sedimen
dan Darah
Penyebaran pencemar dalam lingkungan
perairan sangat dipengaruhi oleh sejumlah
pengangkutan seperti penguapan, presipitasi dari
udara dan aliran. Peningkatan jumlah industri
merupakan penyebab utama dan pemasok paling
dominan terhadap penurunan mutu air (Conell
dan Miller, 2006). Pencemaran air limbah
dikhawatirkan menyebabkan air tidak mampu
lagi menjernihkan diri secara alamiah (self
purification). Pencemaran tersebut dapat

menimbulkan efek samping karena dapat


menimbulkan kerusakan pada kehidupan yang
ada di dalam air.
Tanah dan sedimen berperan utama
dalam pengangkutan pencemar lingkungan
dengan menyediakan permukaan penyerapan.
Logam berat pada sedimen akan meningkat
apabila kelarutan air menurun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
logam nikel dalam sedimen lebih tinggi
dibanding dengan logam nikel dalam perairan.
Hal ini terjadi karena logam berat yang masuk ke
dalam
lingkungan
perairan
mengalami
pengendapan. Logam berat mempunyai sifat
yang mudah mengikat bahan organik dan
mengendap di dasar perairan dan berikatan
dengan partikel-partikel sedimen, sehingga
konsentrasi logam berat dalam sedimen lebih
tinggi dibanding dalam air (Erlangga, 2007
dalam Umami dkk, 2012).
Logam berat Ni seperti nikel ammonium
sulfat, nikel nitrat dan klorida bersifat larut
dalam air, akan tetapi jika logam tersebut terlarut
maka akan berpindah ke dalam sedimen jika
berikatan dengan materi organik bebas atau
materi organik yang melapisi permukaan
sedimen, dan penyerapan langsung oleh
permukaan partikel sedimen (Umami dkk, 2007).
Nikel yang masuk dalam tubuh biota perairan
akan menimbulkan kelumpuhan dan kerusakan
pada organ pernafasan, kerusakan yang
ditimbulkan disebabkan karena nikel sangat
sedikit yang dieksresikan, sebagian besar
senyawa tersebut akan menempel pada insang
sehingga mengganggu fungsi alat pernafasan
(Yustina, 2005).
Kadar nikel pada darah ikan bandeng di
tambak lokasi penelitian bila dibandingkan
dengan nilai baku mutu logam berat Ni pada
organisme perairan berdasarkan (SNI Tahun
2004) yaitu 0.05 ppm. Maka kadar Ni pada ikan
bandeng di tambak sudah melebihi ambang batas
dari nilai baku mutu yang diperbolehkan. Hal ini
dikarenakan tingginya logam berat dalam air dan
sedimen sehingga masuk dan terakumulasi
dalam tubuh ikan. Tingginya kadar logam dalam
darah disebabkan karena ada akumulasi logam
berat Ni di tubuh ikan. Hal ini terjadi melalui
proses penyerapan pada permukaan tubuh, secara
difusi dari lingkungan perairan (Conell dan
Miller, 2006). Selain itu, karena sifat bandeng
yang memakan fitoplankton yang terdapat pada
perairan
sehingga
menyebabkan
ikan
terkontaminasi logam Ni dari pakan dan
tumbuhan air yang telah terkontaminasi logam
berat Ni.
90

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

5. Parameter Kualitas Air

Simpulan

Air merupakan sumber daya alam yang


dapat diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan
mudah terkontaminasi oleh aktifitas manusia. Air
banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan
bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat
tercemar.
Salah satu indikator untuk mengetahui
kualitas air adalah suhu. Suhu merupakan salah
satu parameter fisika pada kualitas air. Suhu air
sangat berkaitan erat dengan konsentrasi jenuh
oksigen terlarut dalam air dan laju konsumsi
oksigen hewan air. Berdasarkan hasil
pengukuran, suhu di lokasi penelitan berkisar
antara 29-30oC, kondisi ini masih dalam kisaran
layak untuk tambak bandeng, dimana suhu air
optimal bagi ikan bandeng berkisar antara 26
33C. Pada suhu 1825C, ikan bandeng masih
dapat bertahan hidup, tetapi nafsu makannya
mulai menurun. Suhu air 1218C mulai
berbahaya bagi ikan, sedangkan pada suhu air di
bawah 12 C ikan bandeng mati kedinginan
(Anonim, 2010).
Pengukuran salinitas diketahui bahwa
salinitas pada tambak lokasi pengamnbilan
sampel beriksar antara 25-27 ppt. kisaran
salinitas ini masih sesuai dengan kriteria yang
baik untuk tambak bandeng. Rizal (2009)
menyatakan ikan bandeng adalah salah satu
organisme euryhaline yang dimana ikan bandeng
mampu menyesuaikan diri terhadap salinitas air,
sehingga dapat hidup di air tawar (salinitas
antara 05 ppt) maupun air asin (salinitas > 30
ppt).
Untuk pengukuran oksigen terlarut, hasil
penelitian menunjukkan kadar oksigen terlarut
pada tambak berkisar antara 6.0-6.5 mg/L. hal ini
masih sesuai dengan kisaran optimal kadar
oksigen terlarut pada tambak bandeng yaitu
berkisar >5 mg/L.
Selain beberapa parameter kualitas air di
atas, dilakukan juga pengukuran pH pada air dan
sedimen tambak. Berdasarkan hasil penelitian
pH pada air tambak berkisar antara 8.05-8.17.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Safrizal (2011)
yang menyebutkan bahwa pH air pada tambak
masih dalam kisaran yang optimal untuk tambak
bandeng yang dimana pH berkisar antara 78.7
pH merupakan indikator baik buruknya
lingkungan air, sehingga angka pH ini dapat
digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
daya produksi potensial air itu akan mineral,
yang menjadi pokok pangkal segala macam hasil
perairan itu.

Kadar logam berat nikel (Ni) pada ikan


bandeng (Chanos chanos Forskal) rata-rata 1.37
ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa kadar Ni
yang ditemukan dalam darah ikan telah
melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan,
yaitu 0.008 ppm.
Kadar logam berat nikel (Ni) rata-rata
pada air tambak 0.34 ppm dan sedimen tambak
10.83 ppm. Hal ini telah melewati ambang batas
yang ditetapkan
oleh KMNLH untuk
kepentingan biota laut yakni 0.05 ppm.
Semakin tinggi kandungan nikel pada air
dan sedimen tambak, maka semakin tinggi pula
kadar nikel yang terakumulasi dalam tubuh
organisme.
Kualitas air tambak ditinjau dari faktor
fisika-kimia masih memenuhi standar baku mutu
untuk budidaya bandeng (salinitas, pH air, pH
sedimen,dan oksigen terlarut).
Persantunan
Penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Dekan FPIK Universitas Haluoleo
yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi
kepada penulis hingga terselesainya karya ilmiah
ini dan para teknisi Balai Besar Laboratorium
Kesehatan, Makassar yang telah membantu
penulis dalam proses penanganan sampel
penelitian.
Daftar Pustaka
Affandi, R., Sjafei, D. S., Rahardjo. M.F.,
Sulistiono. 2009. Fisiologi Ikan:
Pencernaan Dan Penyerapan Makanan.
IPB Press. Bogor. 240 hal.
Ahmad, F. 2009. Tingkat Pencemaran Logam
Berat Dalam Air Laut Dan Sedimen di
Perairan Pulau Muna, Kabaena, Dan
Buton Sulawesi Tenggara. Jurnal
Makara Sains, 13(2): 117-124.
Alaerts, G dan Santika Sri S. 1995. Metoda
Penelitian Air. Surabaya. 309 hal.
Anonim. 2010. Kandungan Gizi Dalam Ikan
Bandeng. Bogor. 48 hal.
Anonim. 2010. Kualitas Air Tambak Bandeng.
Balai Budidaya Air Payau (BBAP)
Ujung Batee Kabupaten Aceh Besar
Provinsi Aceh. 57 hal.
Alwi, I. 2010. Manajemen Kualitas Air Tambak
Payau. 38 hal.
Ariyanti. 2012. Analisis Kadar Nikel pada
Jaringan
Thallus
Rumput
Laut
(Kappaphycus alvarezii) Strain Coklat
yang Dibudidayakan di Perairan
91

Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

Barasanga Kecamatan Lasolo Kabupaten


Konawe
Utara.
Skripsi
Jurusan
Perikanan
Fakultas
Perikanan
Universitas Haluoleo. Kendari. 76 hal.
Bambang. 2002. Budi Daya dan Pembenihan
Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.
111
hal.
Carvalho, O and Carlos, G. 2011. Comparative
Physiology of the Respiratory System in
the Animal Kingdom. The Open Biology
Journal, 4: 35-46.
Connel, W. D., dan G.J. Miller. 1995. Kimia dan
Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta.
520 hal.
Ebrahimi, M, and Taherianfard, M. 2011. The
Effects of Heavy Metals Exposure on
Reproductive Systems of Cyprinid Fish
From Kor River. Iranian Journal of
Fisheries Sciences, 10(1): 13-24.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara.
Yogyakarta. 190 hal.
Kleius, R., D.J. Hay., A. Finkelstein and L.
Marentette. 1987. Canadas National
Incinerator Testing and Evaluation
Program
Air
Pollution
Control
Technology
Assessment.
Waste
Management & Research, 5: 301-310.
KMNLH, 2004. Pedoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan. Kantor Menteri Negara
Kependudukan Lingkungan Hidup 2004.
Keputusan
Menteri
Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
Kep-51/MNLH/200. Sekretariat Negara,
Jakarta.
Mones, R, A. 2008. Gambaran Darah pada Ikan
Mas (Cyprinus carpio Linn) Strain
Majalaya yang Berasal dari Daerah
Ciampea Bogor. Skripsi Jurusan
Kedokteran
Hewan,
Fakultas
Kedokteran Hewan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 35 hal.
Purnomo, T dan Muchyiddin. 2007. Analisis
Kandungan Timbal (Pb) pada Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsk.) di
Tambak Kecamatan Gresik. Jurnal
Neptunus, 14(1): 68 77.
Rahardjo, M.F., Sjafei, D.S., Rahardjo, M.F.,
Affandi, R., Sulistiono. 2011. Iktiology.
Bandung. 396 hal.
Rizal, A. 2009. Budidaya Bandeng Secara
Tradisional. Balai Budidaya Air Payau
(BBAP) Ujung Batee Kabupaten Aceh
Besar Provinsi Aceh. Aceh. 48 hal.

Roitt, I.M. 1985. Pokok-pokok Ilmu Kekebalan.


PT Gramedia. Jakarta. 312 hal.
Saeni. 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran
Logam Berat dengan Analisis Rambut.
Orasi Ilmiah. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. IPB. Bogor.
Diakses 3 Mei 2011.
Safrizal, D. 2011. Teknik Pembenihan Ikan
Bandeng (Chanos chanos) di Balai
Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung
Batee
Kabupaten
Aceh
Besar
Provinsi Aceh. Aceh. 78 hal.
Skov, P.V and J.F. Steffensen, 2002. The Blood
Volumes of the Primary and Secondary
Circulatory System In The Atlantic Cod
Gadus morhua L., Using Plasma Bound
Evans
Blue
and
Compartmental
Analysis. Journal of Experimental
Biology, 206: 591-599.
Sriani. 2009. Konsumsi Oksigen Juvenil Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forskal
Terhadap Air Tercemar Timbal (Pb).
Skripsi Jurusan Perikanan Fakultas
Perikanan
Universitas
Haluoleo.
Kendari. 58 hal.
Suhendrayatna. 2000. Heavy Metal Bioremoval
by Microorganisme. A Literature Study.
Departemen of Engineering, Kagoshima
University. Kagoshima. Japan.
Umami, F., Wisanti dan Yuliani. 2012.
Kerusakan Insang dan Pertumbuhan
Udang Windu (Penaeus Monodon Fab.)
di Tambak Keputih Surabaya yang
Tercemar Logam Timbal (Pb). Jurnal
Lentera Biologi 1(1): 25-33.
Widaningrum, Miskiyah dan Suismono. 2007.
Bahaya Kontaminasi Logam Berat
Dalam
Sayuran
dan
Alternatif
Pencegahan
Cemarannya.
Jurnal
Teknologi Pascapanen Pertanian (3): 12
hal.
Widiono, B. 2009. Pengolahan Limbah Nikel
dari Industri Electroplating dengan
Elektrokoagulator. Jurnal Teknologi,
8(1): 12 hal.
Yudo, S. 2006. Kondisi Pencemaran Logam
Berat di Perairan Sungai DKI Jakarta.
Jakarta. Jurnal Makara, 02 (1): 15 hal.
Yustina, 2005. Efek Subletal Sulfida pada
Fisiologi Darah Benih Ikan Mas
(Cyprinus carpio L). Jurnal Biogenesis,
2(1): 20-24.

92
Jurnal Mina Laut Indonesia, Januari 2013 @FPIK UNHALU

You might also like