Professional Documents
Culture Documents
BAKTERI PATOGEN
Muhammad Taufik1), Suharjono Triatmojo2), Yuni Erwanto2),
Umar Santoso3) dan Novita D Kristanti4)
ABSTRAK
Penelitian bertujuan mengetahui konsentrasi minyak cengkeh yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Metode Well-diffusion digunakan
untuk mengukur kemampuan daya hambat minyak cengkeh terhadap bakteri
patogen, dengan konsentrasi perlakuan minyak cengkeh 1:1 , 1:2, dan 1:3 (v/v).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak cengkeh dengan konsentrasi 1:1, 1:2
dan 1:3 mampu menghambat bakteri Gram Positif (B.cereus dan S.aureus) dan
Gram Negatif (E.coli dan Shigella sp), daya hambat minyak cengkeh terhadap
bakteri semakin besar dengan semakin tingginya konsentrasi, kemampuan
penghambatan minyak cengkeh terhadap bakteri Gram positif lebih baik dibanding
bakteri Gram negatif.
Kata kunci: minyak cengkeh, aktifitas antibakteri, difusi agar, bakteri Gram
Positif, bakteri Gram Negatif
CLOVE OIL ANTIBACTERIAL ACTIVITY
OF PATHOGENIC BACTERIA
ABSTRACT
The research aims to know the concentration of clove oil that is capable of
preventing the growth of pathogenic bacteria. The method used in this research
that is the experimental method in the laboratory. In the research conducted
testing the antibacterial activity of clove oil in in-vitro using jelly diffusion method
with the treatment concentration of clove oil (1: 1 ; 1: 2 and 1: 3)
The conclusion of this research are (1) clove oil with a concentration of 1:1, 1:2
and 1:3 could inhibit Gram-positive (B.cereus and S.aureus) and Gram-negative
(E.coli and Shigella sp) of bacteria, (2) increase the concentration of clove oil, the
resistance to the bacteria greater, (3) the ability of inhibition of clove oil to the
Gram-positive of bacteria better than Gram-negative of bacteria.
Keywords: clove oil, , antibacterial activity, jelly diffusion, Gram positive and
negative bacteria
1)
PENDAHULUAN
Pertumbuhan mikroba pada
permukaan makanan merupakan
penyebab
terbesar
terjadinya
kerusakan makanan. Usaha yang
dilakukan untuk mengatasi masalah
ini yaitu dengan penyemprotan dan
perendaman
menggunakan
antibakteri (Ouattara et al., 2000).
Agen antibakteri yang digunakan
dalam aplikasi pangan antara lain
asam-asam organik, bakteriosin,
enzim, alkohol dan asam-asam lemak
(Han, 2000).
Tingginya
permintaan
konsumen terhadap pangan yang
bebas dari penambahan senyawa
kimia
sintetis,
memunculkan
berkembangnya
metode-metode
pengawetan dengan menambahkan
komponen atau zat pengawet alami.
Contoh-contoh zat pengawet alami
diantaranya
adalah
asam-asam
organik
yang dihasilkan dari
fermentasi buah-buahan, bakteri
asam
laktat,
dan
komponenkomponen minyak atsiri dari ekstrak
tumbuhan seperti rempah-rempah,
tanaman tahunan, dan rumputrumputan (Ardiansyah, 2007).
Salah satu bahan antibakteri
alami yang jumlahnya melimpah,
mudah diperoleh serta dianggap
memiliki kemampuan antibakteri
yakni minyak cengkeh.
Minyak
cengkeh memiliki aktivitas biologi,
antara
lain
sifat
antibakteri,
antijamur, pemberantas serangga, dan
antioksidan, dan secara tradisional
digunakan sebagai agen flavor dan
bahan antibakteri dalam pangan
(Huang et al., 2002; Lee and
Shibamoto, 2001).
Cengkeh
(Syzygium
aromaticum (L) Merr & Perry)
merupakan tanaman rempah yang
sejak lama digunakan dalam industri
rokok kretek, makanan, minuman dan
obat obatan. Bagian tanaman yang
dapat dimanfaatkan untuk keperluan
di atas adalah bunga, tangkai bunga
dan daun cengkeh (Nurdjannah,
2004).
Selanjutnya Meyer et al.,
(2008) menyatakan bahwa minyak
cengkeh yang diperoleh dari bunga,
batang maupun daun dari tanaman
cengkeh
mampu
menghambat
pertumbuhan organisme, termasuk
diantaranya
mikroba,
serangga,
cacing dan tanaman pengganggu.
Ayoola (2008) menyatakan
bahwa senyawa yang terkandung
dalam minyak cengkeh antara lain
eugenol, caryophyllene, eugenol
acetate dan alpha-humelene, dan
eugenol
merupakan
senyawa
terbanyak.
Lawless
(1995)
menyatakan bahwa ada tiga jenis
minyak cengkeh : (1) minyak kuncup
cengkeh diperoleh dari kuncup bunga
dari S.aromaticum mengandung 6090% eugenol, eugenyl acetate, caryophyllene dan unsur lainnya dalam
jumlah sedikit; (2) minyak daun
cengkeh
diperoleh
dari
daun
S.aromaticum, mengandung 82-88%
eugenol dengan sedikit atau tidak ada
sama sekali eugeyl acetate dan unsur
lainnya sedikit sekali; (3) minyak
batang cengkeh diperoleh dari ranting
S.aromaticum, mengandung 90-95%
eugenol dan unsur lainnya sedikit.
Minyak
cengkeh
adalah
ekstrak
tanaman,
mengandung
eugenol, ketika diuji pada beberapa
jenis
bakteri
memiliki
sifat
antibakteri
dan
memperlihatkan
penghambatan
pada
L.
monocytogenes,
Campylobacter
jejuni, S.enteridis, E.coli dan
S.aureus (Beuchat, 2000; Cressy et
al., 2003; Smith-Palmer et al., 1998).
Selanjutnya ditambahkan oleh Frosch
et al., (2002) bahwa penelitian
terbaru
menunjukkan
aktivitas
antibakteri minyak cengkeh dapat
menghambat pertumbuhan bakteri
patogen : A. actinomycetemcomitans,
P. intermedia, P.melaninogenica, P.
gingivalis, C. gingivaiis and F.
nucleatum. Juga mampu menghambat
pertumbuhan Candida albicans,
Pseudomonas
aeruginosa,
Escherichia coli, dan Staphylococcus
aureus. Dilaporkan oleh Smith et al.,
(1998 dan 2001) bahwa minyak
cengkeh efektif menghambat L.
monocytogenes dan S. enteridis
dalam TSB dan keju.
Berdasarkan
permasalahan
tersebut, dilakukan penelitian tentang
aktivitas minyak cengkeh terhadap
bakteri pathogen yang biasa terdapat
dalam bahan pangan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah
percobaan dengan Rancangan Acak
Lengkap pola searah (Gaspersz,
1991) dengan 3 perlakuan konsentrasi
minyak cengkeh yang digunakan
yaitu konsentrasi 1:1; 1:2 dan 1:3
(v/v). Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis varian dengan
bantuan alat analisis Statistical
Product and Service Solutions
(SPSS) 18.
Perbedaan antar
perlakuan dilanjutkan dengan uji
uji
diencerkan
sampai
105,
menentukan
kemampuan
daya
selanjutnya sebanyak 200l bakteri
hambat minyak cengkeh.
ditambahkan ke dalam nutrient agar
suhu 45oC. dituang ke dalam cawan
HASIL DAN PEMBAHASAN
petri yang berisi ring. Setelah agar
memadat, ring diangkat, sehingga
Hasil
pengujian
terbentuk sumuran. Minyak cengkeh
aktivitas antibakteri minyak cengkeh
sebanyak 100l dimasukkan ke dalam
dengan
berbagai
konsentrasi
sumuran. Selanjutnya diinkubasi
menggunakan metode difusi agar
dalam inkubator suhu 37oC selama 24
terhadap beberapa jenis bakteri
jam. Zona bening yang terbentuk di
disajikan pada Tabel 1.
sekitar sumuran diukur untuk
Tabel 1. Rata-rata Pengukuran Zona Hambatan Minyak Cengkeh terhadap Bakteri
Uji pada Media Nutrien Agar (NA)
Diameter zona hambatan (mm)
Konsentrasi
B.cereus
S.aureus
E.coli
Shigella sp
a
ns
ns
1:1
23,78 1,17
25,42 1.57
22,78 2.05
21,94 1.159a
1:2
23,00 1,32b
25,00 0.72ns
22,70 1.68ns
21,70 0.915a
1:3
22,10 2,35b
23,50 1.43ns
22,10 0.86ns
21,30 0.740b
Ket : notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
nyata (P<0,05)
Berdasarkan Tabel 1 dan
Gambar 1, terlihat bahwa minyak
cengkeh dengan konsentrasi 1 : 1, 1 :
2 dan 1 : 3 dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Gram Positif
(B.cereus dan S.aureus) dan Gram
Negatif (E.coli dan Shigella sp). Hal
ini sejalan dengan hasil yang
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa:
1. Minyak
cengkeh
dengan
konsentrasi 1:1, 1:2 dan 1:3
mampu menghambat bakteri Gram
Positif (B.cereus dan S.aureus)
dan Gram Negatif (E.coli dan
Shigella sp).
2. Kemampuan daya hambat minyak
cengkeh terhadap bakteri semakin
besar
dengan
meningkatnya
konsentrasi
3. Kemampuan
penghambatan
minyak cengkeh terhadap bakteri
Gram positif lebih baik dibanding
bakteri Gram negatif.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.beritaiptek.com.
Diakses tanggal 24 Maret
2008.
Arora, D.S. and J. Kaur. 1999.
Antimicrobial Activity of
Spices. International J. of
Antimicrobial Agents (12) :
257-262.
Ayoola, G. A., F. M. Lawore., T.
Adelowotan., I. E. Aibinu., E.
Adenipekun., H. A. B. Coker
and T. O. Odugbemi. 2008.
Chemical
Analysis
and
Antimicrobial Activity of the
Essential oil of Syzigium
aromaticum (clove). African
J. of Microbiology Research
(2) : 162-166.
Beuchat, L. R. 2000. Control of
Foodborne Pathogens and
Spoilage Microorganisms by
Naturally
Occurring
Antimicrobials.
In
C.
L.Wilson & S. Droby (Eds.),
Microbial
Food
Contamination. Boca Raton,
FL: CRC Press. pp. 149169
Brandi, G., G. Amagliani., G.F.
Schiavano., M. De Santi., dan
M. Sisti. 2006. Activity of
Brassica Oleracea Leaf Juice
on Food Borne Pathogenic
Bacteria.
J.
of
Food
Protection, 69(9): 22742279.
Burt, S. 2004. Essential Oils: Their
Antibacterial Properties and
Potential Applications in
Foods
a
Review.
International Journal of Food
Microbiology (94), 223253.
Cressy, H. K., Jerrett, A. R., Osborne,
C. M., & Bremer, P. J. 2003.
A Novel Method for the
Reduction of Numbers of