You are on page 1of 13

1

Analisis SWOT Kurikulum 2013 dalam Implementasinya1


Oleh : Drs. H. Amiruddin, S.Pd., MM
A. Landasan Penyempurnaan Kurikulum
1. Landasan Yuridis
Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan
terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun
generasi muda bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah
rancangan pendidikan yang memberi kesempatan untuk peserta didik
mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang
menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki
kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis,
kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar
filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan.
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
2. Landasan Filosofis
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi
mengembangkan segenap potensi peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang
demokratis serta bertanggungjawab (UU RI nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Berdasarkan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka
pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa,
kehidupan bangsa masa kini, dan
kehidupan bangsa di masa
mendatang.

1Artikel ini dipresentasikan pada Seminar Pendidikan, tema Menuju


Pendidikan Indoensia yang Berkarakter dan Berkualitas Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Asadiyah
Sengkang, pada tanggal 15 Mei 2014.

Drs. H. Amiruddin, S.Pd., MM., Pengawas Kementerian Pendidikan Nasional,


Instruktur Nasional Kurikulum 2013

Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah


suatu proses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka
mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui
pendidikan berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa lampau
diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya,
masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana peserta
didik tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan menjadi
pewaris dan pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik
apabila pengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan,
keterampilan sosial memberikan dasar
untuk secara aktif
mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat,
warganegara, dan anggota umat manusia.
Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan
kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang
mencerminkan karakter bangsa masa kini. Oleh karena itu, konten
pendidikan yang mereka pelajari tidak semata berupa prestasi besar
bangsa di masa lalu tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat kini
dan akan berkelanjutan ke masa mendatang. Berbagai perkembangan
baru dalam ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik yang
dihadapi masyarakat, bangsa dan umat manusia dikemas sebagai
konten pendidikan. Konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini
memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait dengan
kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, kemampuan
berpartisipasi dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih baik,
dan memosisikan pendidikan yang tidak terlepas dari lingkungan sosial,
budaya, dan alam. Lagipula, konten pendidikan dari kehidupan bangsa
masa kini akan memberi makna yang lebih berarti bagi keunggulan
budaya bangsa di masa lalu untuk digunakan dan dikembangkan
sebagai bagian dari kehidupan masa kini.
Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan
menggunakan apa yang diperolehnya dari pendidikan ketika mereka
telah menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh
sebagai warganegara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan
yang dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa kini perlu
diarahkan
untuk
memberi
kemampuan
bagi
peserta
didik
menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana
dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus
dapat digunakan untuk kehidupan paling tidak satu sampai dua dekade
dari sekarang. Artinya, konten pendidikan yang dirumuskan dalam
Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam kurikulum harus
menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan disesuaikan
dengan kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan
warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di masa
mendatang.
1. Landasan Teoritis

Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan


standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi.
Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang
menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar
yang berlaku untuk setiap kurikulum. Standar kualitas nasional
dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi
Lulusan tersebut adalah kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau
satuan pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005).
Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar
Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK.
Standar Kompetensi Lulusan satuan pendidikan berisikan 3 (tiga)
komponen yaitu kemampuan proses, konten, dan ruang lingkup
penerapan komponen proses dan konten. Komponen proses adalah
kemampuan minimal untuk mengkaji dan memproses konten menjadi
kompetensi. Komponen konten adalah dimensi kemampuan yang
menjadi sosok manusia yang dihasilkan dari pendidikan. Komponen
ruang lingkup adalah keluasan lingkungan minimal dimana kompetensi
tersebut digunakan, dan menunjukkan gradasi antara satu satuan
pendidikan dengan satuan pendidikan di atasnya serta jalur satuan
pendidikan khusus (SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan
suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang
bersangkutan berinteraksi. Kurikulum dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk
mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan
untuk membangun kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman belajar
tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan
manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (UU nomor 20 tahun 2003; PP nomor 19
tahun 2005). Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang
dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun penilaian
didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta
penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar
Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk
kurikulum satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu
rencana
tertulis
(dokumen)
dan
kurikulum
sebagai
proses
(implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum
harus mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal
dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan
kehidupan bangsa di masa mendatang. Dalam dimensi rencana tertulis,

konten kurikulum tersebut dikemas dalam berbagai mata pelajaran


sebagai unit organisasi konten terkecil. Dalam setiap mata pelajaran
terdapat konten spesifik yaitu pengetahuan dan konten berbagi dengan
mata pelajaran lain yaitu sikap dan keterampilan. Secara langsung
mata pelajaran menjadi sumber bahan ajar yang spesifik dan berbagi
untuk dikembangkan dalam dimensi proses suatu kurikulum.
Kurikulum dalam dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan
kurikulum menjadi suatu proses pembelajaran. Guru adalah tenaga
kependidikan utama yang mengembangkan ide dan rancangan tersebut
menjadi proses pembelajaran. Pemahaman guru tentang kurikulum akan
menentukan rancangan guru (Rencana Program Pembelajaran/RPP) dan
diterjemahkan ke dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Peserta didik
berhubungan langsung dengan apa yang dilakukan guru dalam kegiatan
pembelajaran dan menjadi pengalaman langsung peserta didik. Apa
yang dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan
menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus
memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau
lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum
dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada
pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula
penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian
kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian
kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh
peserta didik.
B. Landasan pengembangan kurikulum 2013
Secara aspek filosofi Kurikulum 2013 melanjutkan pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004
dengan pengembangan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu. Sedangkan pada aspek yuridis kurikulum
2013 lebih menekankan pada metodologi pembelajaran dan
pembelajaran aktif siswa yang lebih pada penguatan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa.dan yang terakhir dalam aspek konseptual
cenderung pada relevansi,kurikulum yang berbasis kompetensi,proses
dan output belajar serta kompetensi penjenjangan penilaian.
C. Rumusan permasalahan kurikulum 2006
Kurikulum 2006 memuat sejumlah permasalahan diantaranya: (1)
Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan
tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (2) Kompetensi belum
menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan
pengetahuan; (3) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan
perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi
pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills,

kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; (4) Kurikulum


belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional, maupun global; (5) Standar proses pembelajaran
belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga
membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada
pembelajaran yang berpusat pada guru; (6) Standar penilaian belum
mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil)
dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala;
dan (7) Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci
agar tidak menimbulkan multi tafsir.
D. Identifikasi kesenjangan kurikulum 2006
1. Kelulusan
Dalam kurikulum 2006 Sikap yang diharapkan belum
mencerminkan karakter mulia sedangkan idealnya berkarakter
mulia,keterampilan yang diharapkan belum sesuai dengan kebutuhan
yang idealnya keterampilan yang relevan, sedangkan pengetahuan
yang diterapkan adalah pengetahuan lepas bukan bukan pengetahuan
terkait.
2. Materi Pembelajaran
Dalam kurikulum 2006 Materi pembelajaran dirasa belum relevan
dengan kompetensi yang dibutuhkan ,Disamping itu beban siswa terlalu
berat karena materi terlalu luas tetapi kurang mendalam
Sedangkan idealnya Untuk materi pembelajaran diarahkan pada
penyediaan materi esensial yang relevan dan kompetensi yang
dibutuhkan dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga
peserta didik tidak terbebani terlalu berat. Sedangkan untuk proses
pembelajarannya berpusat pada peserta didik (student centered active
learning) dan pembelajaran yang bersifat kontekstual yang mengacu
pada pendekatan sains melalui proses mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
3. Proses Pembelajaran
Dalam kurikulum 2006 Proses Pembelajaran yang diberikan
kebanyakan Berpusat pada guru (teacher centered learning) dan Sifat
pembelajaran yang berorientasi pada buku teks seharusnya
pembelajaran yang diberikan Berpusat pada peserta didik (student
centered active learning) dan Sifat pembelajaran yang kontekstual.
Buku teks pelajaran hanya memuat materi bahasan padahal seharusnya
juga memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta
kompetensi yang diharapkan
4. Penilaian
Pada kurikulum 2006 penilaian hanya Menekankan aspek kognitif
saja dan berbasis pada test ,padahal idealnya perlu menekankan aspek

kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional melalui penilaian


berbasis test dan portofolio yang saling melengkapi.
5. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pada kurikulum 2006 Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Memenuhi kompetensi profesi saja dan Fokus pada ukuran kinerja PTK,
sedangkan idealnya seorang Pendidik dan Tenaga Kependidikan selain
memenuhi kompetensi profesi,, juga pedagogi, sosial, dan personal,
serta adanya motivasi mengajar yang kuat.
6. Pengelolaan Kurikulum
Pada kurikulum 2006 dalam hal Pengelolaan Kurikulum setiap
Satuan pendidikan mempunyai kebebasan dalam pengelolaan
kurikulum, yang cenderung tanpa mempertimbangkan kondisi satuan
pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerahnya.Pemerintah
hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran,sedangkan
idealnya dalam pengelolaan kurikulum harus melibatkan Pemerintah
Pusat dan Daerah dalam mengendalikan kualitas dalam pelaksanaan
kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Satuan pendidikan juga harus
mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi
satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.
Pemerintah juga harus mampu menyiapkan semua komponen kurikulum
sampai buku teks dan pedoman.
E. Alasan pengembangan kurikulum 2013
Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013
adalah (a) Perubahan proses pembelajaran [dari siswa diberi tahu
menjadi siswa mencari tahu] dan proses penilaian [dari berbasis output
menjadi berbasis proses dan output] memerlukan penambahan jam
pelajaran; (b) Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah
jam pelajaran [KIPP dan MELT di AS, Korea Selatan]; (c) Perbandingan
dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia
relatif lebih singkat, dan (d) Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif
singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial
Tiga faktor lainnya juga menjadi alasan Pengembangan Kurikulum
2013 adalah, pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi
arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi
informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis
pengetahuan.Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi
kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis,
kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan,
kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan
mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang
berbeda.Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian
pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis
ujian, dan gejolak sosial (social unrest). Yang keempat adalah persepsi
publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada

aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan
karakter.
F. Elemen perubahan
Dalam kurikulum 2013, perubahan tersebut meliputi: pertama,
dari segi kompetensi lulusan, ada upaya meningkatkan sekaligus
menyeimbangkan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kedua, Kompetensi
yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi
matapelajaran dikembangkan dari kompetensi. Ketiga, kompetensi
dikembangkan pada:
jenjang SD/MI melalui Tematik Integratif dalam semua mata
pelajaran
SMP/MTS melalui mata pelajaran.
mata pelajaran wajib dan pilihan.
mata pelajaran wajib, pilihan dan vokasi.
Elemen perubahan dalam kurikulum 2013 mempengaruhi struktur
kurikulum yang saat ini biasa digunakan. Pada jenjang SD/MI, struktur
kurikulum dilaksanakan secara holistik dan integratif. Berfokus kepada
alam, sosial dan budaya. Sistem pembelajaran dilaksanakan dengan
pendekatan sains, Jumlah matapelajaran dipadatkan dari 10 menjadi 6
sementara jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan
pendekatan pembelajaran.Pada jenjang SMP/MTs, teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) menjadi media semua matapelajaran. Selanjutnya,
pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan
ekstrakurikuler. Sedangkan jumlah matapelajaran dirampingkan dari 12
menjadi 10, dan jumlah jam bertambah 6 JP/minggu akibat perubahan
pendekatan pembelajaran. Pada jenjang SMA/MA, mengalami perubahan
sistem, yakni ada matapelajaran wajib dan ada matapelajaran pilihan.
Terjadi pengurangan matapelajaran yang harus diikuti siswa serta
jumlah jam bertambah 2 JP/minggu akibat perubahan pendekatan
pembelajaran. Pada jenjang SMK, penyesuaian jenis keahlian
berdasarkan spektrum kebutuhan saat ini. Selain itu dilakukan
penyeragaman mata pelajaran dasar umum. Mata pelajaran produktif
disesuaikan dengan tren perkembangan Industri. Di samping itu,
dilakukan pengelompokan mata pelajaran produktif sehingga tidak
terlau rinci pembagiannya.
G. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang

membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities,


dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari
spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan
memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya,
kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana
aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada,
selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi
ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman
(threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
(sumber: wikipedia)
Indonesia merupakan negara yang aktif dalam mengembangkan
dunia
pendidikan.
Hal
tersebut
ditandai
dengan
terus
dilakukannya perubahan dalam kurikulum pendidikan. Hingga saat ini
terhitung sudah 8 kali kurikulum mengalami perubahan, sebagai
berikut :
1.
Pendidikan Sebelum Masa Kolonialisme
2.
Pendidikan Masa Kolonialisme
3.
Kurikulum Sederhana (1947-1964)
4.
Pembaharuan Kurikulum 1968 Dan 1975
5.
Kurikulum Keterampilan Proses
6.
Kurikulum Berbasis Kompetensi
7.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp 2006)
8.
Kurikulum 2013
Untuk mengetahui atau mengukur efektifitas sebuah kurikulum
perlu dilakukan analisis. Salah satu alat analisis yang digunakan yaitu
SWOT. Analisis SWOTadalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Analisis ini dapat diterapkan
dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam
gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan
(strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths)
mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu

membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah


ancaman baru. (Wikipedia, 2013).
Adapun analisis SWOT Kurikulum 2013, sebagai berikut:
KEKUATAN
(STRENGTHS)
1. Guru dan siswa
termotivasi untuk
bersama-sama
mengembangkan
metode
pembelajaran
yang dan
efektif
2. Guru
siswa
berkolaborasi
dalam
menciptakan KBM
yang
efektif sehingga
tercipta hubungan
yang kondusif
3. Guru lebih kreatif
dalam mengajar
karena pada
kurikulum ini guru
dituntut untuk
terus
mengembangkan
metode mengajar
sesuai dengan
perkembangan
teknologi
4. Setiap siswa
memliki
kesempatan yang
sama dalam KBM
5. Kegiatan
ekstrakurikuler
Pramuka
diwajibkan
pada setiap siswa
sehingga siswa
menjadi pribadi
yang aktif.
6. Keterampilan, nilai
dan sikap sangat

PELUANG
ANCAMAN
(OPPORTUNIT
(THREATS)
IES)
Dengan
1. Pemerintah
1. Belum ada
kurikulum ini,
daerah
evaluasi
guru
sangat
yang
beranggapan
berperan
menyeluruh
bahwa dengan
dalam
pada
tidak perlu
pengemban
kurikulum
menjelaskan
gan
KTSP
materinya
kurikulum ini
sehingga
sehingga
sehingga
dikhawatirka
setiap siswa
sekolah
n pada
memahami ilmi
berpeluang
kurikulum ini
secara
untuk dapat
akan
berbeda-beda
melengkapi
mengalami
sesuai dengan
sarana dan
hal yang
fakta yang
prasarana
sama
2.
Cakupan
ditemukan di
Sekolah
kurikulum di
lapangan.
dengan cara
Banyak guru
Indonesia
mengajukan
yang belum
dipersempit
prososal ke
siap karena
dengan
Pemerintah
kurang
target UN
Daerah.
kreatifnya guru 2. Persamaan
baik dari
dalam
kesempatan
pemerintah
mendesain
pendidikan
daerah
pembelajaran
bagi siswa
maupun
yang efektif.
baik di kota
pusat
Konsep
3. Terlalu
maupun di
pendekatan
dekatnya
daerah
scientific masih
jarak
bahkan
belum
sosialisasi k
daerah
dipahami,
urikulum
pelosok
apalagi
3. Kurikulum
2013
tentang
2013
dengan
metoda
Pendidikan
implementa
pembelajaran
Menengah
sinya
yang kurang
disesuaikan
sehingga
aplikatif
dengan
banyak
disampaikan.
kurikulum
sekolah
Guru belum
Perguruan
yang belum

KELEMAHAN
(WEAKNESESS)
1.

2.

3.

4.

10
diperhatikan
dalam kurikulum
ini.
7. Penilaian siswa
dilakukan secara
menyeluruh
(komprehensif)
tidak hanya dari
niai ujian tetapi
juga dari nilai
kesopanan, religi,
praktek, sikap dan
lain lain.
8. Ada
pengembangan
karakter dan
pendidikan budi
pekerti yang telah
diintegrasikan ke
dalam semua
program mata
pelajaran
9. Siswa dituntut
untuk aktif, kreatif
dan inovatif dalam
pemecahan
masalah.
10.Kurikulum berbasis
kompetensi sesuai
dengan tuntutan
fungsi dan tujuan
pendidikan
nasional.
11.Kompetensi
menggambarkan
secara holistik
domain sikap,
keterampilan, dan
pengetahuan.
12.Beberapa
kompetensi yang
dibutuhkan sesuai
dengan
perkembangan
kebutuhan
(misalnya
pendidikan

sepenuhnya
mampu
merancang
RPP dan
penilaian
autentik belum
sepenuhnya
dikuasai oleh
guru.
5. Guru kurang
kreatif dalam
mengembangk
an buku ajar
karena sudah
disediakan
pemerintah.
6. Guru juga tidak
pernah
dilibatkan
langsung
dalam proses
pengembanga
n kurikulum
2013.
7. Guru dan siswa
dianggap
memiliki
kapasitas yang
sama.
8. Tidak ada
keseimbangan
antara
orientasi
proses
pembelajaran
dan hasil
dalam
kurikulum
2013.
9. Keseimbangan
sulit dicapai
karena
kebijakan ujian
nasional (UN)
masih
diberlakukan.
10.Mata pelajaran

Tinggi
siap
sehingga
melaksanak
siswa
an kurikulum
nantinya
ini.
menjadi siap 4. Kurikulum
2013
menghadapi
bersifat
dunia
sentralistik
kampus
mutlak
sehingga
membawa
kelemahan
dan
ketidakefekti
fan dalam
kerangka keBhinekaan
5. Kurikulum
2013 kurang
atau tidak
melibatkan
komponen
utama
pendidikan,
yaitu guru.
Guru dan
sekolah
lebih banyak
didudukan
sebagai
pelaksana
dari
kurikulum
tersebut.

11
karakter,
no-UN
metodologi
dikesampingka
pembelajaran
n padahal juga
aktif,
memberikan
keseimbangan soft
kontribusi
skills dan hard
besar untuk
skills,
mewujudkan
kewirausahaan).
tujuan
13.Kurikulum 2013
pendidikan.
tanggap terhadap 11.Kurikulum
perubahan sosial
2013
yang terjadi pada
ditetapkan
tingkat lokal,
tanpa ada
nasional, maupun
evaluasi dari
global. . Untuk
pelaksanaan
tingkat SD,
kurikulum
penerapan sikap
sebelumnya
masih dalam
yaitu KTSP.
12.Pengintegrasia
ruang lingkup
n mata
lingkungan sekitar,
pelajaran Ilmu
sedangkan untuk
Pengetahuan
tingkat SMP
Alam (IPA) dan
penerapan sikap
Ilmu
dituntut untuk
Pengetahuan
diterapkan pada
Sosial (IPS)
lingkungan
dalam mata
pergaulannya
pelajaran
dimanapun ia
Bahasa
berada.
Indonesia
Sementara itu,
untuk jenjang
untuk tingkat
pendidikan
SMA/SMK, dituntut
dasar tidak
memiliki sikap
tepat karena
kepribadian yang
rumpun ilmu
mencerminkan
mata
kepribadian
pelajaran-mata
bangsa dalam
pelajaran itu
pergaulan dunia.
14.Menuntut adanya
berbeda.
13.Penyusunan
remediasi secara
materi ajar
berkala.
15.Tidak memerlukan
belum runtut
dokumen
sesuai tahap
kurikulum yang
berpikir siswa,
lebih rinci karena
guru harus
Pemerintah
memilah dan

12
menyiapkan
semua komponen
kurikulum sampai
buku teks dan
pedoman
pembahasan
sudah tersedia
16.Sifat pembelajaran
kontekstual.
17.Meningkatkan
motivasi mengajar
dengan
meningkatkan
kompetensi
profesi, pedagogi,
sosial, dan
personal.
18.Buku, dan
kelengkapan
dokumen
disiapkan lengkap
sehingga memicu
dan memacu guru
untuk membaca
dan menerapkan
budaya literasi,
dan membuat
guru memiliki
keterampilan
membuat RPP, dan
menerapkan
pendekatan
scientific secara
benar.
19.Kompetensi yang
ingin dicapai
adalah kompetensi
yang berimbang
antara sikap,
keterampilan, dan
pengetahuan,
disamping cara
pembelajarannya
yang holistik dan
menyenangkan.
20.Proses
pembelajaran

menentukan
materi esensial
mengingat
materi yang
harus dikuasai
siswa cukup
banyak.
14.Materi yang
harus dikuasai
siswa banyak
dan luas serta
kurang
mendalam.
15.Konten
kurikulum
masih terlalu
padat yang
ditunjukkan
dengan
banyaknya
mata pelajaran
dan banyak
materi yang
keluasan dan
kesukarannya
melampaui
tingkat
kemampuan
siswa
16.Standar proses
pembelajaran
menggambark
an urutan
pembelajaran
yang kurang
rinci sehingga
membuka
peluang
penafsiran
yang beraneka
ragam dan
berujung pada
pembelajaran
yang berpusat
pada guru.
17.Beban belajar
terlalu berat,

13
menekankan
aspek kognitif,
afektif,
psikomotorik
melalui penilaian
berbasis tes dan
portofolio saling
melengkapi.

Daftar Pustaka

sehingga
waktu belajar
di sekolah
terlalu lama.

You might also like