Professional Documents
Culture Documents
PEMERIKSAAN PARU
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit diperlukan data yang
berasal dari riwayat penyakit, tanda penyakit dari pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan seperti laboratorium rutin dan khusus, radiologi dan
bermacam-macam tes diagnostik.
Dalam pelajaran fisik diagnostik harus dimengerti dengan baik dan
benar istilah yang sering dijumpai seperti gejala (symptom) dan tanda (sign).
Gejala adalah segala sesuatu yang dirasakan oleh penderita dan
menceritakannya kepada pemeriksa pada waktu anamnesis. Pada umumnya
bersifat subyektif. Tanda adalah segala sesuatu yang dilihat dan diperiksa
oleh pemeriksa pada penderita sebagai akibat perubahan anatomi, fisiologi
maupun patologis oleh suatu penyakit. Tanda-tanda penyakit umumnya
bersifat obyektif dan diketahui pada saat pemeriksaan fisik.
Penyakit paru dapat memberi manifestasi sebagai berikut :
1. Manifestasi pulmoner.
a. Manifestasi primer : berasal dari kelainan setempat.
Keluhan/gejala : analisa keluhan dilakukan dengan anamnesis, dapat
berupa ; batuk dengan atau tanpa dahak/darah, sesak nafas dengan atau
tanpa nafas bunyi dan nyeri dada. Tanda : perubahan-perubahan jaringan
paru, pleura , dinding dada oleh penyakit, dapat dideteksi dengan
inspeksi, palapasi, perkusi dan auskultasi. Perubahan-perubahan yang
Modul SkillabA-JILID I
SESAK NAFAS
Sesak nafas adalah salah satu gejala yang paling sering dan paling
mencemaskan penderita sehingga ia terpaksa pergi ke dokter. Berbagai
macam penjelasan atau definisi mengenai dyspnea ini seperti sukar bernafas
Modul SkillabA-JILID I
atau nafas tidak enak (kurang lega atau kurang puas) yang biasanya
dilukiskan oleh pasie sebagai sesak nafas (shorthness of breath).
Sesak nafas mungkin merupakan gejala berbagai gangguan
patofisiologi : obstruksi jalan nafas, berkurangnya jaringan paru yang
berfungsi, berkurangnya elastisitas paru, kenaikan kerja pernafasan,
gangguan transfer oksigen (difusi), ventilasi tak seimbang dalam kaitannya
dengan perfusi, campuran darah vena (venous admixture) atau right to left
shunting, cardiac output yang tidak memadai, anemia dan gangguan
kapasitas angkut oksigen dari hemoglobin.
Pasien dispneu dapat digolongkan dalam 3 katagori utama yaitu pasien
dengan dispneu akut, pasien dengan dispneu progresif menahun dan pasien
dengan serangan dispneu paroksismal yang berulang.
NYERI DADA
Nyeri dada merupakan gejala yang penting untuk penyakit thoraks
(rongga dada), tetapi dapat pula berasal dari luar paru. Nyeri dada adalah
salah satu gejala yang paling sukar dinilai dan membutuhkan klasifikasi yang
sistematis. Untuk semua nyeri dada harus ditanyakan dalam anamnesis
tentang hebatnya, sifat, lokalisasi, lamanya, menyebar atau menetap, terus
menerus atau intermiten dan semua faktor yang menyebabkan nyeri
bertambah atau berkurang. Nyeri dada dapat dibagi dalam golongan :
1. pleuropulmonal
2. trakeobronkial
3. kardiovaskuler
4. oesophagial dan mediastinal
5. neuromuskuloskeletal.
DISPNEU AKUT
Pada orang dewasa dipsnea akut dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab seperti edema paru, tromboemboli paru akut, pneumonia dan
pneumothoraks spontan Salah satu penyebab yang paling sering adalah
sembab paru (edema paru) akut oleh karena kegagalan jantung kiri. Ini
biasanya terjadi pada pasien jantung atau hipertensi, yang pada pemeriksaan
fisik ditemukan ronki basah yang difus. Penderita mungkin mengeluarkan
dahak kental, berwarna kemerahan dan berbuih. Dapat pula disertai batuk,
wheezing, nyeri kardiovaskuler dan sembab pada kaki.
DISPNEU PROGRESIF MENAHUN
Salah satu sebab yang paling sering dari dispneu ini adalah kegagalan
jantung kongestif. Keluhan ini sering dimulai dengan sesak nafas waktu
melakukan pekerjaan, yang lambat laun menjadi bertambah berat sehingga
pasien merasa sesak nafas walaupun melakukan pekerjaan minimal atau
bahkan waktu istirahat.
Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sering
terbangun malam hari karena sesak nafas tetapi biasanya disertai dengan
batuk dan pengeluaran dahak. Orthopnea seringkali didapatkan pada
kegagalan jantung kiri yang lanjut, tetapi gejala ini juga mungkin terjadi pada
pasien dengan asma dan bronkitis.
DISPNEU PAROKSISMAL BERULANG
Jenis dispneu ini sering dijumpai pada pasien dengan asma bronkial,
dimana pada waktu serangan disertai dengan wheezing dan batuk. Walaupun
asma terjadi pada semua umur, tetapi seringkali terdapat pada anak dan
dewasa muda. Dalam hal ini perlu ditanyakan tentang alergi dan tes alergen.
Keadaan ini perlu dibedakan dengan asma kardial yang disebabkan oleh
kegagalan jantung kiri atau stenosis mitral.
Modul SkillabA-JILID I
Nyeri pleuropulmonal
Nyeri pleuropulmonal biasanya akut, tajam dan lokal (setempat),
intermiten dan diperhebat dengan bernafas serta seringkali juga makin hebat
dengan gerakan. Penyebab paling sering dari nyeri pleuropulmonal adalah
pnemonia bakteri terutama yang disebabkan oleh kokus gram negatif dan
Klebsiella. Gejala-gejala lain seperti batuk, hemoptisis, demam atau malaise
dapat menyertai pleuropulmonal.
Nyeri trakeobronkial
Nyeri trakeobronkial seringkali disebabkan oleh tracheitis akut,
tracheobronkitis akut aspirasi benda asing tajam, inhalasi gas iritan atau
karsinoma yang menyerang trachea atau brokus besar. Nyeri berupa rasa
terbakar disubsternal dan rasa tidak enak yang seringkali bertambah hebat
dengan pernafasan dalam, batuk dan terutama bila bernafas di hawa dingin.
Bila keradangan meluas ke bronchus utama nyeri terasa di parasternal.
Nyeri kardiovaskuler
Nyeri ini biasanya terasa substernal atau pada sisi kiri dan seringkali
dirasakan oleh pasien sebagai menekan, menjepit atau mendesak atau
perasaan berat dalam dada. Kerap kali rasa nyeri menjalar ke bahu kiri dan
sepanjang sisi medial lengan kiri terus ke siku. Nyeri dapat menjalar ke leher
atau ke rahang atau ke kedua bahu.
Nyeri seperti ini bersifat paroksismal dan bertambah hebat dengan
gerakan / latihan atau emosi dan cepat mereda bila istirahat atau pemberian
nitrogliserin, hal ini khas pada angina pektoris. Jika nyeri demikian
berlangsung selama > 20 menit dan tidak menghilang dengan istirahat atau
pemberian nitrogliserin harus diduga adanya infark miokard akut.
Nyeri esofagus dan mediastinal
Nyeri esofagus adalah rasa nyeri dada yang dalam yang dapat
dirasakan pula (referred) di tempat lain. Biasanya bila disertai gejala seperti
kesukaran menelan (disfagia) yang progresif , regurgitasi makanan padat
Modul SkillabA-JILID I
yang baru saja dimakan dan nyeri waktu menelan diduga adanya penyakit
esofagus.
Nyeri mediastinal amat jarang, biasanya disebabkan oleh
penyebaran tumor ke mediastinum, aneurisma aorta atau pembesaran kelenjar
limfe.
Nyeri muskuloskeletal
Nyeri demikian mirip dengan jenis nyeri dada yang lain pada
umumnya dan mungkin penyebabnya tak diketahui.nyeri tulang yang paling
sering disebabkan oleh fraktur tulang rusuk yang berhubungan dengan
riwayat rudapaksa. Nyeri tulang biasanya ringan pada permulaan namun
kemudian menjadi kronis, terus menerus dan setempat. Penyebab lain adalah
metastase dari suatu keganasan misal pada mieloma multipel dan sarkoma.
Jenis kedua nyeri dada muskuloskeletal termasuk dalam kelompok mialgia
misal pada otot-otot interkostal, pektoral maupun otot sekitar sendi bahu.
Penyebab yang paling sering adalah trauma akibat suatu gerakan / latihan
yang menggunakan otot-otot yang sebelumnya tak pernah digunakan atau
akibat keradangan.
ALAT DAN BAHAN
Alat yang diperlukan adalah :
- stetoskop
- penunjuk waktu
- bed / tempat tidur
- penerangan yang cukup
PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN
Sebaiknya pasien dilepas bajunya sampai pinggang, dan harus cukup
lampu/penerangan sebab kontur dan tekstur akan
menonjol dengan
penerangan yang baik. Selalu bandingkan dada kanan dan kiri di tempat yang
simetris.
Inspeksi
1. Perhatikan irama dan frekuensi pernapasan. Dikenal berbagai tipe :
Normal. Rate dewasa 8 16 x/menit dan anak maksimal 44 x
/menit
Tachypnoea.Cepat dan dangkal, penyebab : nyeri pleuritik, penyakit
paru restriktif, diafragma letak tinggi karena berbagai sebab.
Modul SkillabA-JILID I
2.
3.
4.
5.
6.
Modul SkillabA-JILID I
Perkusi
1. Tujuan perkusi dada dan paru ini ialah untuk mencari batas dan
menentukan kualitas jaringan paru-paru.
2. Perkusi dapat cara : direk : langsung mengetuk dada atau iga - cara
klasik Auenbrugger) atau indirek: ketukan pada jari kiri yang
5.
6.
7.
8.
Suara pekak (flat), seperti suara ketukan pada otot atau hati
misalnya.
Resonansi amforik, seperti timpani tetapi lebih bergaung,
Metallklang
Hipersonor (hyperresonant) disini justru suara lebih keras, contoh
pada bagian paru yang di atas daerah yang ada cairannya, suara
antara sonor dan timpani, karena udara bertambah misalnya pada
emfisema pulmonum, juga pneumothorak.
Perkusi dapat menentukan batas paru hati, peranjakan, batas jantung
relatif dan batas jantung absolut. Kepadatan (konsolidasi) yang tertutup
oleh jaringan paru lebih tebal dari 5 cm sulit dideteksi dengan perkusi.
Kombinasi antara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi banyak
mengungkap patologi paru. Perlu diingat bahwa posisi pasien (misalnya
tidur miring) mempengaruhi suara perkusi meskipun sebenarnya
normal
Untuk menentukan batas paru bawah gunakan perkusi lemah di
punggung sampai terdengar perubahan dari sonor ke redup, kemudian
pasien diminta inspirasi dalam-tahan napas-perkusi lagi sampai redup.
Perbedaan ini disebut peranjakan paru (normal 2 3 cm). Peranjakan
akan kurang atau hilang pada emfisema paru, pada efusi pleura, dan
asites yang berlebihan. Untuk menentukan batas paru-hati lakukan hal
yang sama di bagian depan paru, linea medio clavicularis kanan.
Dalam melakukan perkusi ingat selalu pembagian lobus paru yang ada
dibawahnya, seperti diketahui paru kanan terdiri dari lobus superior,
medius dan inferior dan lobus kiri terdiri hanya dari lobus superior dan
lobus inferior .
Perkusi hendaknya dimulai di tempat yang diduga sehat (dari inspeksi
dan palpasi) menuju ke bagian yang diduga sakit. Untuk lebih
meyakinkan, bandingkan dengan bagian yang kontra lateral. Batas-batas
kelainan harus ditentukan.
Modul SkillabA-JILID I
Modul SkillabA-JILID I
10
Auskultasi suara
Dapat dilaksanakan dengan auskultasi menggunakan dua cara: suara
keras dan suara berbisik (gunakan suara S). Terdengar resonansi suara yang
jelas makin kita auskultasi mendekati hilus. (depan di IC 2 dan 3 dekat
sternum dan belakang interskapula dekat vertebra). Apabila suara tadi
dijalarkan membaik Maka disebut ada bronchophoni (paling baik digunakan
suara bisik). Diatas eksudat yang terlalu besar didengar egophoni suara ini
jarang ditemukan.
Rekapitulasi
Palpasi; Tertinggal di daerah yang ada lesi. Vocal fremitus mengeras kalau
ada infiltrat, atelektase tekanan (kompresi). Vocal fremitus melemah pada
Modul SkillabA-JILID I
11
Deskripsi
Perkusi
Fremitus
Normal
Alveolus
dan
trakeobronhus
bersih,
pleura
baik
Sonor
Normal
Gagal
jantung
kiri
Selama ekspirasi
basal
paru
mengembang,
mukosa
bronch
udem
Nyeri napas, ada
fibrin sebab LE,
rheuma, viral
Sonor
Normal
Sonor
Penebalan
pleura
(schwarte)
Terjadi
pada
pleritis lama, pus
napas tertinggal
Redup
sampai
pekak
Efusi
pleura
(pleuritis
exudativa)
Efusi
sereus,
darah, pus, jar
ikat nyeri napas
dapat
terjadi,
napas tertinggal
Redup
sampai
pekak,
Skodaic
resonan
ce
Normal
atau agak
lemah
sering
gesek
plera
Lemah,
intercostal
akan
teraba
menyempi
t
Lemah
hilang,
bronkofoni
, egofoni
dapat
terdengar
pd eff >>
gesek
pleura +/-
Pneumoni
Redup
Pleuritis
Sicca
Modul SkillabA-JILID I
Meningkat
Suara
Dasar
Vesikuler,
kecuali
dekat
bronchus
besar
Normal
atau exp
diperpanja
ng
Suara
Tambahan
Tidak ada
Vesikuler
Gesek
pleura
Lemah
hilang
Tidak ada
Vesikuler
lemah/hilang,
bronchial
dapat
dipuncak
pada
efusi,
gesek
pleura +/Bronchial
Tidak ada,
kecuali ada
kelainan
pada
penyakit
dasar, pada
fase awal
gesek
pleura
Rhonchi
basah
crepitasi
basal
Rhinchi
12
a
(konsolida
si)
Bronchitis
Bronchiec
tasis
Emfisema
pulmonu
m
Pneumoth
orax
Fibrosis
paru
selama
jalan
napas
besar
terbuka, fremitus
da suara seperti
keluar
dari
trakea/laring
sputa rufa
dengan
bronchofo
ni,
egofonie
Dapa
terjadi
obstruksi
bronchus parsial
karena
sekresi
atau
obsruksi.
Sering ada deflasi
abn.
Sonor
Batuk,
sutum
pagi, foul sput,
clubbing, sputum
3 lapis, faktor
obstruksi
dan
infeksi
Normal
sampai
timpani,
dapat
ada
unsur
fibrosis
Normal
ke
hiper
sonor,
sering
menutu
pi
keredup
an
jantung
dan
diafrag
ma letak
rendah
Normal
sampai
hiperso
nor
Normal
atau
mengeras
Variabel,
dapat
bronchofo
ni sampai
amforik
Menguran
g
Vesikuler
lemah
menguran
g,
seringkali
dengan
komponen
ekspirasi
memanjan
g
Normal
atau dengan
tanda
bronchitis
Berkurang
hingga
hilang
Berkurang
hingga
hilang
Tidak ada
Redup/p
ekak
kalau
ada
Dapat
mengeras
dapat
melemah
Bronchov
esic
lemah,
atau
Tidak pasti
tergantung
lesi awal
Sering bersama
dengan bronchitis.
Adanya ventilasi
kurang
dan
hiperventilasi
mengarah ke sini
Modul SkillabA-JILID I
Normal
Dapat
normal
tetapi
seringkali
exp
memanjan
g
mediastinum,
dada
basah mulai
crepitasi
indux- tak
ada suaracrepitasi
redux
(tergantung
fase
hepatisasi)
Bervariasi
dari tanpa
ke rh. Bas
atau
expiratoir
ada
polyphonic
wheezes,
masih baru
hilang dgn
batuk, lama
menetap
Rhonchi
basah
Tumor
paru
Atelektasi
s
Paru
kolaps
atelektasis perkusi
redup obstruksi
bronchus
<
hantaran
suara,
trakea
dapat
tetarik
udara
agak
timpani
Tergant
ung
besar
dan
jarak
dari
permuk
aan sulit
kecuali
dengan
efusi
pleura
redup
bronchial
Melemah
Melemah
dan
daerah
yang
tertekan
akan
seperti
atelektase
tekanan
Tidak ada
atau
crepitasi
Berkurang
hingga
hilang
Vesikuler
berkurang
atau
hilang
Tidak ada
Keterangan :
COPD : Chronic Obstructive Pulmonary Disease / Penyakit Paru Obstruktif
Kronik
DAFTAR PUSTAKA
1. Bates B. A Guide to Physical Examination and History Taking. 1987.
2. Delp dan Manning. Major Diagnosis Fisik edisi IX, EGC, terjemahan
Adji Dharma,1986.
3. Djokomoeljanto. Diagnosis Fisik. Kuliah PPS Undip. 1998.
4. Rai IB, Mukty A, Alsagaff H, Widjaja A. Diagnostik Fisik Paru. Kuliah
Clerkship Unair. 1986.
5. Talley NJ, OConnor S. Clinical Examination. APAC Publishers Service
Pte Ltd, Singapore.
13
Modul SkillabA-JILID I
14
Modul SkillabA-JILID I
15