You are on page 1of 16

PENGARUH ARUS KAS, UKURAN PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE,

PEMBAYARAN DIVIDEN, MODAL KERJA BERSIH, MARKET TO BOOK VALUE


RATIO, DAN SIKLUS KONVERSI KAS TERHADAP PENAHANAN KAS
PERUSAHAAN SEKTOR CONSUMER GOODS PERIODE 2011-2013
MARIA SARI CHIN
Email: mariasari.chin@gmail.com
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi
ABSTRACT

Cash is the most liquid account. This research is classified in quantitative research. The
population data used in this research is the consumer goods sector companies listed in
Indonesia Stock Exchange 2011-2013. From a population of 38 companies, then obtained a
sample of 29 companies. The sampling method used in this research is purposive sampling.The
data analysis technique used is multiple linear regression.The results showed that (1) cash
flow, firm size, financial leverage, dividend payment, net working capital, market to book value
ratio, and cash conversion cycle are effect simultaneously to the cash holdings. Seventh
independent variables included in this study together can explain the dependent variable of
53.60%, while the rest is explained by other variables not included in the regression model, (2)
cash flow positive and significant effect to the cash holdings by 13, 91%, (3) firm size hasnt
effect to the cash holdings, (4) financial leverage hasnt effect to the cash holdings, (5)
dividends payment doesnt effect to the cash holdings, (6) net working capital positive and
significant effect to the cash holdings by 41.60%, (7) market to book value ratio negative and
hasnt significant effect to the cash holdings by 0.98%, (8) cash conversion cycle negative and
hasnt significant effect to the cash holdings by 0.28%.
Keywords: Cash Holdings, Cash Flow, Firm Size, Financial Leverage, Dividend Payment, Net
Working Capital, Market to Book Value Ratio, Cash Conversion Cycle
ABSTRAK
Kas merupakan akun paling likuid. Penelitian ini tergolong pada penelitian kuantitatif.
Populasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor consumer goods
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. Dari populasi sebanyak 38
perusahaan, kemudian diperoleh sampel sebanyak 29 perusahaan. Metode pengambilan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik analisis data
yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) arus
kas, ukuran perusahaan, financial leverage, pembagian dividen, modal kerja bersih, market to
book value ratio, dan siklus konversi kas berpengaruh secara simultan terhadap penahanan kas
perusahaan. Ketujuh variabel independen yang terdapat dalam penelitian ini secara bersamasama dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 53,60%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi, (2) arus kas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penahanan kas sebesar 13,91%, (3) ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap penahanan kas, (4) financial leverage tidak berpengaruh terhadap penahanan kas, (5)
pembagian dividen tidak berpengaruh terhadap penahanan kas, (6) modal kerja bersih
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penahanan kas sebesar 41,60%, (7) market to book
value ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penahanan kas sebesar 0,98%,
(8) siklus konversi kas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penahanan kas
sebesar 0,28%.
Kata Kunci: Penahanan Kas, Arus Kas, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Pembayaran
Dividen, Modal Kerja Bersih, Market to Book Value Ratio, Siklus Konversi Kas
1

trade-off theory (Modigliani dan Miller, 1966),


agency theory (Jensen dan Meckling, 1976),
dan pecking order theory (Myers dan Majluf,
1984). Pertama, trade-off theory menyatakan
bahwa terdapat dua konsep dalam penahanan
kas, yaitu biaya memegang kas dan manfaat
yang didapatkan dari memegang kas dalam
jumlah yang optimal. Kedua, agency theory
menghubungkan tingkat kas di suatu
perusahaan dengan bagian manajerial, di mana
manajer pada perusahaan dengan peluang
investasi rendah cenderung untuk menahan kas
daripada membayarkannya kepada pemegang
saham. Ketiga, pecking order theory
menjelaskan bahwa pembiayaan pada dasarnya
berasal dari tiga sumber, yang pertama berasal
dari laba yang ditahan. Apabila pendanaan
internal ini tidak mencukupi untuk mendanai
kegiatan investasi perusahaan maka akan
dilanjutkan ke alternatif kedua
yaitu
menggunakan utang. Ketika jumlah utang yang
dimiliki dirasa sudah berlebihan, pendanaan
investasi dilanjutkan ke pilihan alternatif
terakhir
dengan
mengeluarkan
ekuitas
(Mamduh, 2011:309).
Sektor consumer goods memiliki daya
tarik tersendiri untuk diteliti dalam kaitannya
dengan penahanan kas. Kantar Worldpanel
Indonesia, sebuah perusahaan riset pasar,
meluncurkan hasil pemeringkatan merek-merek
di industri fast moving consumer goods
(FMCG) yang ada di Indonesia melalui Brand
Footprint 2014. Riset yang dilakukan tahun
2014 terkait dengan pasar FMCG Indonesia
menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun.
Data
Kantar
Worldpanel
Indonesia
menunjukkan bahwa dari tahun 2012 ke 2013
telah terjadi peningkatan penjualan dari produkproduk FMCG sebesar 14 persen di seluruh
Indonesia. Adanya peningkatan penjualan, akan
menambah kas yang dimiliki perusahaan
(Okezone, Juni, 2014).
Penelitian ini bermaksud mereplikasi
penelitian yang dilakukan oleh Fischer et al.
(2014). Fischer et al. meneliti pengaruh cash

Latar Belakang Masalah


Suatu perusahaan dianggap perusahaan
publik jika laporan keuangannya diterbitkan
sebagai persiapan dilakukannya penjualan
sekuritas jenis apapun di sebuah bursa umum
(Belkaoui, 2011:65). Accounting Principle
Board
(APB)
Statement
No.
4
mengklasifikasikan tujuan laporan keuangan
menjadi tujuan khusus, tujuan umum, dan
tujuan kualitatif, serta menempatkan mereka di
bawah suatu kumpulan pembatasan (Belkaoui,
2011:212).
Laporan keuangan terdiri dari laporan
posisi
keuangan,
laporan
laba
rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan. Laporan posisi keuangan disajikan
berdasarkan urutan akun paling likuid, dan kas
merupakan akun yang paling likuid. Kas adalah
sejumlah uang kartal yang tersedia bagi suatu
usaha tersendiri atas uang kertas bank dan uang
logam, yang merupakan alat pembayaran yang
sah; dalam perusahaan bukan bank, cek, wesel,
dan surat berharga lain yang dapat segera
dijadikan uang diperhitungkan juga sebagai kas
(Kamus Bank Indonesia).
Keuntungan perusahaan dari memiliki
kas dalam jumlah yang memadai adalah
keuntungan terjaganya posisi perusahaan dalam
peringkat kredit, dan untuk membiayai
kebutuhan akan kas yang tidak terduga. Kas
merupakan aset yang tidak menghasilkan
tingkat keuntungan. Karena itu kas yang terlalu
tinggi
akan
cenderung
menurunkan
produktivitas. Namun kas yang terlalu kecil
akan meningkatkan risiko likuiditas, yaitu risiko
perusahaan yang tidak dapat mendanai
aktivitasnya (Mamduh, 2011:539). Pertamina
dinilai buruk karena memiliki kas yang sedikit.
Mantan komisaris Pertamina menjelaskan
bahwa perusahaan yang baik setidaknya harus
memiliki kas tiga kali lipat dari jumlah laba
yang diperoleh (Sindonews, Sept. 2014).
Pentingnya penahanan kas dapat
dijelaskan menggunakan tiga teori utama, yaitu
2

flow, size, leverage, R&D, dividends paid,


working capital, short-term debt, long-term
debt, dan liquidity terhadap cash holdings.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Fischer et al. (2014), peneliti hanya akan
menggunakan lima variabel, yaitu arus kas,
ukuran
perusahaan,
financial
leverage,
pembagian dividen, dan modal kerja bersih.
Selain itu, ditambahkan dua variabel lagi, yaitu
market to book value ratio (Gill and Shah,
2012), dan siklus konversi kas (Aslam and
Ahmad, 2013), karena masih terdapat
perbedaan hasil penelitian dari beberapa peneliti
terdahulu. Kemudian perbedaan selanjutnya
terletak pada objek penelitian yang digunakan,
penelitian sebelumnya dilakukan terhadap
perusahaan S&P 100 selama satu dekade dari
tahun 2002-2011 dan untuk penelitian ini
dilakukan terhadap perusahaan sektor consumer
goods di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang dan uraian
yang telah disampaikan, peneliti akan
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh
Arus Kas, Ukuran Perusahaan, Financial
Leverage, Pembayaran Dividen, Modal Kerja
Bersih, Market to Book Value Ratio, dan
Siklus Konversi Kas terhadap Penahanan
Kas Perusahaan Sektor Consumer Goods
Periode 2011-2013.
Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah dalam penelitian ini:
1. Apakah arus kas, ukuran perusahaan,
financial leverage, pembayaran dividen,
modal kerja bersih, market to book value
ratio, dan siklus konversi kas berpengaruh
secara simultan terhadap penahanan kas?
2. Apakah arus kas berpengaruh terhadap
penahanan kas?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap penahanan kas?
4. Apakah financial leverage berpengaruh
terhadap penahanan kas?
5. Apakah pembayaran dividen berpengaruh
terhadap penahanan kas?

6. Apakah modal kerja bersih berpengaruh


terhadap penahanan kas?
7. Apakah market to book value ratio
berpengaruh terhadap penahanan kas?
8. Apakah siklus konversi kas berpengaruh
terhadap penahanan kas?
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Mengenai Penahanan Kas
Trade-off Theory
Trade-off Theory (Modigliani dan
Miller, 1966) mengemukakan ada hal yang
membuat perusahaan tidak dapat menggunakan
utang sebanyak-banyaknya. Satu hal yang
terpenting adalah dengan semakin tingginya
utang, akan semakin tinggi kemungkinan
kebangkrutan. Sebagai contoh, semakin tinggi
utang, semakin besar bunga yang harus
dibayarkan (Mamduh, 2011:309).
Pecking Order Theory
pecking order theory menjelaskan
bahwa pembiayaan pada dasarnya berasal dari
tiga sumber, yang pertama berasal dari laba
yang ditahan. Apabila pendanaan internal ini
tidak mencukupi untuk mendanai kegiatan
investasi perusahaan maka akan dilanjutkan ke
alternatif kedua yaitu menggunakan utang.
Ketika jumlah utang yang dimiliki dirasa sudah
berlebihan, pendanaan investasi dilanjutkan ke
pilihan alternatif terakhir dengan mengeluarkan
ekuitas (Mamduh, 2011:309).
Agency Theory
Variasi lain dari konflik keagenan antara
manajer dengan pemegang saham adalah
agency theory (Jensen dan Meckling, 1976).
Menurut teori ini, manajer akan berusaha
memegang sumber daya perusahaan agar tetap
dalam kendali manajer. Jika perusahaan
memperoleh keuntungan atau kas masuk tinggi,
maka
manajer
akan
berusaha
agar
keuntungan/kas masuk tersebut tetap berada di
tangan manajer. Meskipun sebenarnya,
pemegang saham mungkin akan diuntungkan

jika kas tersebut dibagikan ke mereka (misal


dalam bentuk dividen) (Mamduh, 2011:12).
Penahanan Kas
Aktiva diurutkan pada bagian atas
menurut tingkat relatifnya terhadap likuiditas.
Kas dan setara kas merupakan aktiva yang
paling likuid sehingga ditampilkan pada bagian
pertama. Semakin jauh aktiva lain dari kas,
maka semakin rendah tingkat likuiditasnya
(Van Horne dan Wachowicz, 2006:129).
Penentuan tingkat penahanan kas
perusahaan merupakan salah satu keputusan
keuangan penting yang harus diambil oleh
seorang manajer keuangan. Perusahaan harus
dapat menjaga kas yang dimiliki pada tingkat
yang optimal karena menahan kas terlalu besar
dalam aktiva adalah hal yang tidak produktif
dan memerlukan biaya yang tinggi (Ginglinger
dan Saddour, dalam Wijaya, 2011).
Motif Memegang Kas
Keynes (1936) menetapkan tiga motif
dalam menahan kas. Motif Transaksi. Kas
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
transaksi
dalam
kegiatan
operasional
perusahaan (Mamduh, 2011:536). Motif
Berjaga-jaga. Alasan lain memegang kas
adalah
untuk
berjaga-jaga
mengadapi
ketidakpastian di masa mendatang (Mamduh,
2011:537). Motif Spekulasi. Penahanan kas
dimaksudkan untuk memanfaatkan peluang
yang ada seperti penurunan harga bahan baku
secara tiba-tiba, berspekulasi dalam pembelian
dan penjualan surat-surat berharga, dan
berinvestasi.
Arus Kas
Arus kas merupakan jumlah kas yang
keluar dan masuk perusahaan karena kegiatan
operasional dari perusahaan. Laporan kas
diperlukan karena dalam beberapa situasi,
laporan laba rugi tidak cukup akurat
menggambarkan kondisi keuangan perusahaan
(Mamduh, 2011:33). Menghitung arus kas

bersih suatu perusahaan adalah dengan cara


membagi laba bersih setelah pajak (setelah
ditambah penyusutan) dengan total aset
perusahaan. Karena penyusutan merupakan
beban non-kas, penyusutan harus ditambahkan
kembali ke laba bersih untuk mendapatkan arus
kas bersih (Brigham dan Houston, 2010:96).
Ukuran Perusahaan
Berdasarkan
trade-off
theory
(Modigliani dan Miller, 1966), perusahaan
kecil memiliki tingkat penahanan kas yang
lebih tinggi daripada perusahaan besar
dikarenakan perusahaan besar dianggap
memiliki diversifikasi daripada perusahaan
kecil. Perusahaan besar diharapkan untuk
mendapatkan pembiayaan lebih mudah dan
lebih murah. Di sisi lain, pecking order theory
(Myers dan Majluf, 1984) memprediksikan
hubungan antara ukuran perusahaan dan
penahanan kas adalah positif dikarenakan
perusahaan besar secara tipikal memiliki
performa lebih baik daripada perusahaan kecil
dan seharusnya menahan kas lebih besar
(Syafrizaliadhi, 2014).
Financial Leverage
Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka
panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel
adalah perusahaan yang total utangnya lebih
besar dibandingkan dengan total asetnya. Rasio
hutang terhadap total aset. Rasio ini membagi
total hutang perusahaan dengan total aktivanya.
Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan
hutang bagi perusahaan dengan jalan
menunjukkan persentase aktiva perusahaan
yang didukung oleh pendanaan hutang. Secara
ringkas, semakin tinggi rasio hutang terhadap
total aktiva, semakin besar risiko keuangan;
semakin rendah rasio ini semakin rendah risiko
keuangan (Van Horne dan Wachowicz,
2006:138).

Pembayaran Dividen
Dividen merupakan kompensasi yang
diterima oleh pemegang saham, di samping
capital gain. Ada beberapa perusahaan yang
lebih memilih tidak membayarkan dividen dan
malah menahan kasnya untuk keperluan lain.
Bagian lain yang tidak dibagikan akan
diinvestasikan kembali ke perusahaan. Maka
dari itu, pembayaran dividen akan diukur
dengan menggunakan dummy variabel.
Perusahaan yang membayar dividen biasanya
membuat cadangan kas untuk membayar
dividen. Selain itu, perusahaan yang memiliki
hubungan baik dengan bank biasanya mudah
mendapatkan akses pinjaman (Jinkar, 2013).
Modal Kerja Bersih
Terdapat dua konsep utama modal kerja,
yaitu modal kerja bersih dan modal kerja kotor.
Jika seorang akuntan menggunakan istilah
modal kerja, pada umumnya ia mengacu pada
modal kerja bersih, yaitu perbedaan jumlah
aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep
ini merupakan ukuran sampai sejauh mana
perusahaan dilindungi dari masalah likuiditas.
Para analis keuangan, di lain sisi, mengacu
kepada aktiva lancar jika berbicara tentang
modal kerja. Dengan demikian, fokus para
analis keuangan adalah modal kerja kotor (Van
Horne dan Wachowicz, 2006:214).

Siklus Konversi Kas


Perusahaan umumnya mengikuti sebuah
siklus di mana perusahaan membeli persediaan,
menjual barang dagangan secara kredit, dan
kemudian menagihkan piutangnya. Model ini
menggunakan beberapa istilah sebagai berikut
(Brigham dan Houston, 2006:132):
1. Periode konversi persediaan, adalah ratarata waktu yang dibutuhkan untuk
mengonversi bahan baku menjadi barang
jadi dan kemudian menjual barang tersebut.
2. Periode penerimaan piutang, adalah ratarata waktu yang dibutuhkan untuk
mengonversi piutang menjadi kas.
3. Periode penangguhan utang, adalah rata-rata
waktu yang dibutuhkan untuk membeli
bahan
baku,
tenaga
kerja
serta
pembayarannya.
Model Penelitian
Model penelitian dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Model Penelitian
Arus Kas
Ukuran Perusahaan
Financial Leverage
Pembayaran Dividen

Market to Book Value Ratio


Rasio nilai pasar (market value ratio)
berhubungan dengan harga saham perusahaan.
Rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai
bukunya memberikan indikasi pandangan
investor atas perusahaan. Perusahaan yang
dipandang baik oleh perusahaan (yang artinya
perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman
serta terus mengalami pertumbuhan) dijual
dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan dengan pengembalian
yang rendah (Brigham dan Houston, 2010:151).

Penahanan Kas

Modal Kerja Bersih


M/BV Ratio
Siklus Konversi Kas
(X7)

Ket:

Pengaruh secara parsial


Pengaruh secara simultan

Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis yang
digambarkan, maka dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut:

H1

H2
H3
H4
H5
H6
H7
H8

: Arus kas, ukuran perusahaan, financial


leverage, pembayaran dividen, modal
kerja bersih, market to book value ratio,
dan siklus konversi kas berpengaruh
secara simultan terhadap penahanan kas.
: Arus kas berpengaruh terhadap
penahanan kas.
: Ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap penahanan kas.
: Financial leverage berpengaruh
terhadap penahanan kas.
: Pembayaran dividen berpengaruh
terhadap penahanan kas.
: Modal kerja bersih berpengaruh
terhadap penahanan kas.
: Market to book value ratio
berpengaruh terhadap penahanan kas.
: Siklus konversi kas berpengaruh
terhadap penahanan kas.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini tergolong pada
penelitian kuantitatif, data kuantitatif adalah
data yang berbentuk angka/data kualitatif yang
diangkakan (Sugiyono, 2010: 23).
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan sektor
consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2013. Dari populasi
sebanyak 38 perusahaan, kemudian diperoleh
sampel sebanyak 29 perusahaan.
Sampel
Metode pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Adapun yang menjadi
kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
(a) Termasuk perusahaan go public sektor
consumer goods di BEI periode 2011-2013,
(b) Perusahaan yang menerbitkan laporan
keuangan (audited) per 31 Des (12 bulan),

(c) Perusahaan yang juga menerbitkan laporan


keuangan (audited) tahun 2010, karena dalam
pengukuran variabel independen dalam
penelitian ini, dibutuhkan data sebelum periode
pengamatan, yaitu setahun sebelum 2011.
Objek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian
ini adalah arus kas, ukuran perusahaan,
financial leverage, pembayaran dividen, modal
kerja bersih, market to book value ratio, siklus
konversi kas, dan juga penahanan kas pada
perusahaan sektor consumer goods di BEI
Tahun 2011-2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan untuk penelitian
ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
website BEI dan dunia investasi. Data yang
dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari laporan keuangan pada perusahaan
consumer goods yang terdaftar di BEI selama 4
tahun sejak 2010-2013. Data tahun 2010 hanya
dijadikan sebagai tahun perbandingan saja.
Identifikasi Variabel
1. Variabel Dependen
Variabel terikat atau variabel dependen
merupakan variabel yang menjadi perhatian
utama peneliti. Dalam penelitian ini, variabel
dependennya adalah penahanan kas.
2. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi variabel
terikat, entah secara positif atau negatif.
Variabel-variabel independen di penelitian ini,
yaitu: arus kas, ukuran perusahaan, financial
leverage, pembayaran dividen, modal kerja
bersih, market to book value ratio, dan siklus
konversi kas.
Definisi Operasional Variabel
1. Penahanan Kas
Kas merupakan aset yang tidak
menghasilkan tingkat keuntungan. Karena itu

penahanan kas yang terlalu tinggi akan


cenderung menurunkan produktivitas. Tetapi
penahanan kas yang terlalu kecil akan
meningkatkan risiko likuiditas, yaitu risiko
perusahaan yang tidak bisa mendanai
aktivitasnya (Mamduh, 2011:539):
Penahanan Kas
= Kas / Total Aset
2. Arus Kas
Arus kas merupakan jumlah kas yang
keluar dan masuk perusahaan karena kegiatan
operasional
dari
perusahaan
(Mamduh,
2011:33). Brigham dan Houston (2010: 96)
mengukur arus kas menggunakaan:
Arus Kas = ((Laba Bersih setelah Pajak +
Penyusutan) / Total Aset)
3. Ukuran Perusahaan
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008
tentang UMKM, ukuran perusahaan merupakan
skala perusahaan yang dikelompokkan menjadi
4 jenis, yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha
menengah, dan usaha besar. Skala perusahaan
dikelompokkan berdasarkan kekayaan bersih
yang dimilikinya atau berdasarkan hasil
penjualan tahunan yang diperoleh.
Ukuran Perusahaan = Log Total Aset
4. Financial Leverage
Leverage merupakan rasio hutang
terhadap total aset. Rasio ini menekankan
pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan
dengan jalan menunjukkan persentase aktiva
perusahaan yang didukung oleh pendanaan
hutang (Van Horne dan Wachowicz, 2006:138):
Financial Lev. = Total Hutang / Total Aset
5. Pembayaran Dividen
Dividen merupakan kompensasi yang
diterima oleh pemegang saham, di samping
capital gain.
Pembayaran Dividen= Dummy Variabel
(1=perusahaan yang membayar dividen dan
0=perusahaan yang tidak membayar)

6. Modal Kerja Bersih


Konsep ini merupakan ukuran sampai
sejauh mana perusahaan dilindungi dari
masalah likuiditas (Mamduh, 2011:519).
Modal Kerja Bersih =
((Aset
Lancar
Kewajiban Lancar)/Total Aset)
7. Market to Book Value Ratio
Rasio harga pasar terhadap nilai buku
ini memberikan indikasi bagi manajemen
tentang bagaimana pandangan investor terhadap
risiko dan prospek perusahaan di masa depan
(Brigham dan Houston, 2010:150).
Market to Book Value Ratio = Harga Pasar
per Saham / Nilai Buku per Saham
*Nilai buku per saham = ekuitas/jumlah saham
beredar.
8. Siklus Konversi Kas
Perusahaan umumnya mengikuti sebuah
siklus di mana perusahaan membeli persediaan,
menjual barang dagangan secara kredit, dan
kemudian menagihkan piutangnya. Siklus ini
disebut siklus konversi kas (Brigham dan
Houston, 2006:132):
Siklus Konversi Kas = Logaritma (Days
Inventory+Days Receivable Days Payable)
*DI = Persediaan Rata-rata / (HPP / 365)
*DR = Piutang Usaha Rata-rata/(Penjualan/365)
*DP = Hutang Usaha Rata-rata / (HPP / 365)
Metode Analisis
Analisis Regresi
Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linear berganda dan
menggunakan alat bantu SPSS 21.0.
PK = + 1 AK + 2 UKU + 3 LEV + 4 DIV
+ 5 MKB + 6 MBV + 7 SKK +
Dimana:
PK
= Penahanan Kas

= Konstanta
1 - 7 = Parameter Koefisien Regresi

= Error
AK
= Arus Kas

UKU
LEV
DIV
MKB
MBV
SKK

= Ukuran Perusahaan
= Financial Leverage
=Pembayaran Dividen
= Modal Kerja Bersih
= Market to Book Value Ratio
= Siklus Konversi Kas

Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data menggunakan
Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S).
a) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) <0,05, maka
Ha ditolak. Hal ini berarti data residual
terdistribusi tidak normal.
b) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) >0,05, maka
Ha diterima. Hal ini berarti data residual
terdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk
mengetahui apakah ada korelasi yang tinggi
antara variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Peneliti menggunakan VIF
(Variance
Inflation
Factors)
sebagai
indikatornya. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10
dan nilai Tolerance tidak kurang 0,1, maka
model dapat dikatakan terbebas dari
multikolinearitas (Sunjoyo dkk., 2013: 65).
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat
apakah terjadi korelasi antara suatu periode t
dengan periode sebelumnya (t-1). Uji ini hanya
dilakukan pada data time series. Pengujian akan
dilakukan menggunakan uji Run Test. Data
dikatakan terbebas dari autokorelasi jika nilai
signifikan di atas alpha 0,05 (Sunjoyo dkk.,
2013:73).
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk
melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians
dari residual satu ke pengamatan yang lain.
Model regresi yang memenuhi persyaratan

adalah
homoskedastisitas.
Deteksi
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
metode scatterplot dengan memplotkan nilai
ZPRED dengan SRESID. Model yang baik
didapatkan jika tidak terjadi pola tertentu pada
grafik, seperti mengumpul ditengah, menyempit
kemudian melebar atau sebaliknya melebar
kemudian menyempit (Sunjoyo dkk., 2013).
Pengujian Hipotesis
Uji Simultan (uji F)
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
secara simultan variabel bebas terhadap variabel
terikat dilakukan uji F. Dasar keputusan:
1) Jika F hitung < F tabel, maka Ha ditolak,
Jika F hitung > F tabel, maka Ha diterima
2) Berdasarkan nilai probabilitas (signifikan):
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak,
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima
Uji Parsial (uji t)
Untuk menguji secara parsial pengaruh
variabel independen terhadap penahanan kas
perusahaan. Dasar pengambilan keputusan:
1) Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak,
Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima
2) Berdasarkan nilai probabilitas (signifikan):
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak,
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima
Uji Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi Simultan
Koefisien
determinasi
simultan
digunakan untuk melihat besarnya persentase
variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variabel independen. Nilai dari koefisien
determinasi simultan dapat dilihat dari nilai
adjusted R2.
Koefisien Determinasi Parsial
Koefisien determinasi parsial digunakan
untuk melihat besarnya pengaruh dari salah satu
variabel bebas terhadap variabel terikat, dimana
variabel bebas lainnya dianggap konstan/tetap.
Perhitungan dari koefisien determinasi parsial

adalah dengan mengkuadratkan hasil dari


koefisien korelasi (r).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 1
Hasil Statistik Deskriptif
Var.

Min

Maks

Mean

Y
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
N

87 0,0066 0,5003 0,1292


87 -0,9482 0,4446 0,1301
87 10,9416 13,8926 12,2137
87 0,0651 1,8471 0,4348
87 0,0000 1,0000 0,5517
87 -0,2085 0,7294 0,3285
87 -0,2916 46,6264 4,6161
87 0,6289 4,4947 2,0130
87

Uji Multikolinearitas
Hasil pengujian model regresi diperoleh
nilai-nilai VIF untuk masing-masing variabel
dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Uji Multikolinearitas
Model

Std.
Deviation
(Constant)
0,1276
Arus Kas
0,1688
0,7161
Ukuran
0,2512
Perusahaan
0,5002
Financial
0,2187
Leverage
8,0271 1 Pembayaran
0,4609
Dividen

Sumber: Output SPSS 21

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas data
dilakukan dengan menggunakan One Sample ttest Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian data
uji normalitas:
Tabel 2
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
87
Mean
0,0000000
Std.
0,08332447
a,b
Normal Parameters
Deviatio
n
Absolute
0,072
Most
Extreme
Positive
0,072
Differences
Negative
-0,053
Kolmogorov-Smirnov Z
0,671
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,759
Sumber: Output SPSS 21

Hasil uji normalitas menunjukkan nilai


Kormogorov-Smirnov (K-S) sebesar 0,671
dengan nilai signifikan (2-tailed) sebesar 0,759.
Hasil ini menunjukkan bahwa nilai sig>0,05
(0,759 > 0,05). Hal ini berarti data residual
terdistribusi normal dan Ha diterima.

Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
0,231

4,330

0,607

1,647

0,238

4,209

0,485

2,061

Modal Kerja
0,481
2,080
Bersih
Market to Book
0,320
3,121
Value Ratio
Siklus
0,711
1,407
Konversi Kas
Sumber: Output SPSS 21

Keputusan

Tidak ada
multikolinearitas
Tidak ada
multikolinearitas
Tidak ada
multikolinearitas
Tidak ada
multikolinearitas
Tidak ada
multikolinearitas
Tidak ada
multikolinearitas
Tidak ada
multikolinearitas

Tabel 4.3. di atas menunjukkan bahwa


semua variabel independen memiliki nilai
tolerance > 0,10 dan VIF < 10. Maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi dalam
penelitian ini telah terbebas dari masalah
multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Dalam penelitian ini, uji autokorelasi
dilakukan menggunakan uji run test. Berikut
disajikan hasil uji run test pada tabel 4:
Tabel 4
Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value
-0,00699
Cases < Test Value
43
Cases >= Test Value
44
Total Cases
87
Number of Runs
40
Z
-0,969
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,332
Sumber: Output SPSS 21

10

Dari tabel 4.6. di atas, menunjukkan


bahwa nilai signifikan uji run test sebesar 0,332
yang berarti di atas signifikan 0,05 (0,332 >
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai residual
acak atau random, sehingga dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini tidak terjadi autokorelasi
antar nilai residual.
Uji Heteroskedastisitas
Gambar 2
Uji Heteroskedastisitas

Pengujian Hipotesis
Uji Simultan (Uji F)
Hasil uji statistik F berikut:
Tabel 5
Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model
Sum of df Mean
F
Squares
Square
Regression
0,805 7 0,115 15,208
1 Residual
0,597 79 0,008
Total
1,402 86
Sumber: Output SPSS 21

Tabel 4.6. menunjukkan bahwa nilai


signifikan sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih
kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
model yang diuji merupakan model yang baik
dan menunjukkan bahwa H1 dapat diterima.
Tabel 6
Uji Simultan Berdasarkan F Tabel

Sumber: Output SPSS 21

Gambar uji scatterplot di atas


menunjukkan bahwa data sampel tersebar
secara acak dan tidak membentuk suatu pola
tertentu. Data tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
menunjukkan tidak terdapat heteroskedastisitas
dalam model regresi yang digunakan sehingga
layak dipakai untuk kemudian dilanjutkan ke
pengujian hipotesis.
Analisis Regresi
Persamaan regresi yang digunakan adalah:
PK = + 1 AK + 2 UKU + 3 LEV + 4 DIV
+ 5 MKB + 6 MBV + 7 SKK +
Model persamaan regresi penelitian ini adalah:
PK
= 0,038 + 0,317 AK + 0,002 UKU +
0,112 LEV + 0,046 DIV + 0,396 MKB
0,004 MBV 0,077 SKK +

Df1;Df2 *

Fhitung

Ftabel

7;79

15,208

2,13

Hasil
Uji F
15,208
> 2,13

Hasil
H1 diterima

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 6 diketahui Fhitung


15,208 > Ftabel 2,13 maka H1 diterima.
Uji Parsial (uji t)
Hasil uji t masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen dapat
dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7
Uji Parsial (Uji t)
Model
(Constant)
Arus Kas
Ukuran Perusahaan
Financial Leverage
1
Pembayaran Dividen
Modal Kerja Bersih
Market to Book Value Ratio
Siklus Konversi Kas
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 21

Sig.
0,854
0,008
0,920
0,149
0,094
0,000
0,044
0,002

Sig.
0,000b

11

Berdasarkan tabel pengujian parsial di


atas, terdapat 4 variabel independen yang
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu
arus kas, modal kerja bersih, market to book
value ratio, dan siklus konversi kas karena
memiliki nilai signifikan kurang dari 5% (0,05)
yaitu 0,008. 0,000, 0,044, dan 0,002.
Tabel 8
Uji Parsial Berdasarkan t Tabel
Variabel
thitung
Arus Kas
2,741
Ukuran Perusahaan
0,101
Financial Leverage
1,458
Pembayaran Dividen
1,693
Modal Kerja Bersih
6,413
Market to Book Value -2,048
Ratio
Siklus Konversi Kas
-3,186
* 0,025 ; 76 (df)
Sumber: Data diolah

*ttabel
1,9917
1,9917
1,9917
1,9917
1,9917

Hasil
H2 diterima
H3 ditolak
H4 ditolak
H5 ditolak
H6 diterima

1,9917 H7 diterima
1,9917 H8 diterima

Berdasarkan tabel 4.9. diketahui ttabel


adalah sebesar 1,9917 yang diperoleh dengan
tingkat signifikan 0,025 (0,05/2) dan derajat
kebebasan df 76. Dengan demikian, ada empat
variabel independen yang berpengaruh terhadap
penahanan kas, yaitu arus kas, modal kerja
bersih, market to book value ratio, dan siklus
konversi kas karena memiliki nilai thitung lebih
besar daripada ttabel.

menjelaskan variabel dependen sebesar 53,60%,


sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
Koefisien Determinasi Parsial
Perhitungan dari koefisien determinasi
parsial adalah dengan mengkuadratkan hasil
dari koefisien korelasi (r). Korelasi antar
variabel dalam penelitian ini disajikan dalam
tabel 10 berikut:
Tabel 10
Korelasi
Pearson
Sig.
Correlation (2tailed)
Penahanan Kas
1
Arus Kas
0,373
0,000
Ukuran Perusahaan
-0,014
0,896
Financial Leverage
-0,477
0,000
Pembayaran Dividen
0,410
0,000
Modal Kerja Bersih
0,645
0,000
Market to Book Value
-0,099
0,360
Ratio
Siklus Konversi Kas
0,053
0,623
Sumber: Output SPSS 21

Empat variabel yang dinyatakan


berpengaruh berdasarkan pengujian parsial (uji
t) sebelumnya, adalah arus kas, modal kerja
bersih, market to book value ratio, dan siklus
konversi kas. Berdasarkan tabel korelasi ini
dapat disimpulkan bahwa variabel arus kas
berpengaruh signifikan terhadap penahanan kas
Uji Koefisien Determinasi
sebesar 13,91% yang didapatkan dengan cara
Koefisien Determinasi Simultan
mengkuadratkan nilai korelasi (r) arus kas
Tabel 9
terhadap penahanan kas sebesar 0,373.
Koefisien Determinasi Simultan
b
Kemudian nilai signifikan (2-tailed) sebesar
Model Summary
Model
R
R Square Adjusted Std. Error of 0,000, ini menunjukkan terjadinya hubungan
R Square the Estimate yang signifikan dikarenakan lebih kecil dari
a
1
0,758
0,574
0,536
0,08693771 0,05. Modal kerja bersih berpengaruh
signifikan terhadap penahanan kas sebesar
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 21
Nilai dari koefisien determinasi simultan 41,60% yang didapatkan dengan cara
dapat dilihat dari nilai adjusted R2. Nilai mengkuadratkan nilai korelasi (r) modal kerja
adjusted R square adalah sebesar 0,536, maka bersih terhadap penahanan kas sebesar 0,645.
dapat disimpulkan bahwa variabel independen Kemudian nilai signifikan (2-tailed) sebesar
yang terdapat dalam model regresi dapat 0,000, ini menunjukkan terjadinya hubungan

87
87
87
87
87
87
87
87

12

yang signifikan dikarenakan lebih kecil dari


0,05. Market to book value ratio berpengaruh
terhadap penahanan kas sebesar 0,98% yang
didapatkan dengan cara mengkuadratkan nilai
korelasi (r) market to book value ratio terhadap
penahanan kas sebesar -0,99. Kemudian nilai
signifikan (2-tailed) sebesar 0,360, ini
menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan dikarenakan lebih besar dari 0,05.
Siklus konversi kas berpengaruh terhadap
penahanan kas sebesar 0,28% yang didapatkan
dengan cara mengkuadratkan nilai korelasi (r)
siklus konversi kas terhadap penahanan kas
sebesar 0,053. Kemudian nilai signifikan (2tailed) sebesar 0,623, ini menunjukkan tidak
ada hubungan yang signifikan dikarenakan
lebih besar dari 0,05.
Pembahasan
Pengaruh Arus Kas, Ukuran Perusahaan,
Financial Leverage, Pembayaran Dividen,
Modal Kerja Bersih, Market to Book Value
Ratio, dan Siklus Konversi Kas secara
Simultan terhadap Penahanan Kas
Secara
simultan,
variabel-variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Ketujuh variabel independen
yang terdapat dalam penelitian ini secara
bersama-sama dapat menjelaskan variabel
dependen sebesar 53,60%, sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model regresi.
Pengaruh Arus Kas terhadap Penahanan
Kas
Berdasarkan pengujian hipotesis (uji t
dan koefisien determinasi parsial) mengenai
pengaruh arus kas terhadap penahanan kas,
dapat disimpulkan H2 diterima, arus kas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penahanan kas sebesar 13,91%. Jadi, semakin
besar arus kas perusahaan maka penahanan
kasnya semakin besar pula.
Berdasarkan pecking order theory yang
menyatakan bahwa perusahaan akan memegang

kas dalam jumlah besar ketika memiliki cash


flow tinggi, hal ini dikarenakan kecenderungan
perusahaan untuk menggunakan sumber dana
internal dibandingkan sumber dana eksternal
(Myers dan Majluf, dalam mamduh, 2011:313).
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fischer et al. (2014), Jinkar
(2013), Ogundipe et al. (2012), Zhang (2011)
dan Bates et al. (2009) yang menyatakan bahwa
arus kas berpengaruh terhadap penahanan kas,
perusahaan dengan arus kas yang tinggi
menumpuk lebih banyak uang karena
perusahaan tersebut dapat memiliki peluang
investasi yang lebih baik. Jika arus kas
perusahaan periode ini tinggi, maka perusahaan
harus menahan kas dalam jumlah yang besar,
karena kita belum tahu bagaimana arus kas
perusahaan untuk periode selanjutnya, ini
mencerminkan motif berjaga-jaga dalam
menahan kas.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap
Penahanan Kas
Berdasarkan pengujian hipotesis (uji t
dan koefisien determinasi parsial) mengenai
pengaruh
ukuran
perusahaan
terhadap
penahanan kas, dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
penahanan kas. Ini berarti H3 ditolak.
Berdasarkan trade-off theory yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak
menjadi penentu besarnya kas yang ditahan
oleh perusahaan, karena perusahaan besar tidak
harus menahan kas dalam jumlah banyak
dikarenakan perusahaan besar akan lebih mudah
mendapatkan pembiayaan hutang dari pihak
luar. Hasil penelitian konsisten pula dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ogundipe et al.
(2012) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap
penahanan kas perusahaan.

13

Pengaruh Financial Leverage terhadap


Penahanan Kas
Berdasarkan pengujian hipotesis (uji t
dan koefisien determinasi parsial) mengenai
pengaruh
financial
leverage
terhadap
penahanan kas, dapat disimpulkan bahwa
financial leverage tidak berpengaruh terhadap
penahanan kas. Ini berarti H4 ditolak.
Berdasarkan trade-off theory yang
menyatakan bahwa financial leverage tidak
menjadi penentu besarnya kas yang ditahan
oleh perusahaan, karena hutang yang banyak
belum tentu kas yang dimilikinya sedikit. Selain
itu, hutang yang tinggi memproksikan
kemampuan perusahaan untuk menerbitkan
hutang, perusahaan dapat menggunakan
pinjaman sebagai pengganti kas. Hasil
penelitian konsisten pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh Aslam and Ahmad (2013),
Gill and Shah (2012), dan Zhang (2011) yang
menyatakan bahwa financial leverage tidak
berpengaruh
terhadap
penahanan
kas
perusahaan.
Pengaruh Pembayaran Dividen terhadap
Penahanan Kas
Berdasarkan pengujian hipotesis (uji t
dan koefisien determinasi parsial) mengenai
pengaruh pembayaran dividen terhadap
penahanan kas, dapat disimpulkan bahwa
pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap
penahanan kas. Ini berarti H5 ditolak.
Berdasarkan trade-off theory yang
menyatakan bahwa pembayaran dividen tidak
menjadi penentu besarnya kas yang ditahan
oleh perusahaan. Jika memang perusahaan ingin
membagikan dividen, bisa saja perusahaan
menyiasati dengan melakukan pinjaman
terlebih dahulu, tidak harus tergantung dengan
kas yang dimilikinya. Hasil penelitian konsisten
pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aslam and Ahmad (2013) dan Gill and Shah
(2012) yang menyatakan bahwa pembayaran
dividen tidak berpengaruh terhadap penahanan
kas perusahaan.

Pengaruh Modal Kerja Bersih terhadap


Penahanan Kas
Berdasarkan pengujian hipotesis (uji t
dan koefisien determinasi parsial) mengenai
pengaruh modal kerja bersih terhadap
penahanan kas, dapat disimpulkan H6 diterima,
modal kerja bersih berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penahanan kas sebesar
41,60%. Jadi, semakin besar modal kerja bersih
perusahaan maka penahanan kasnya semakin
besar pula.
Terdapat pengaruh antara modal kerja
bersih dan penahanan kas. Rasionalisasi di balik
argumen ini adalah modal kerja bersih
didapatkan dari pengurangan antara aktiva
lancar dan hutang lancar, apabila modal kerja
bersih
perusahaan
besar,
itu
berarti
menunjukkan posisi aktiva lancar perusahaan
yang lebih besar daripada hutang lancarnya.
Kas merupakan bagian dari aktiva lancar
(modal kerja bersih), sehingga pada saat kas
meningkat, modal kerja bersih juga meningkat.
Ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fischer et al. (2014), Jinkar
(2013), Aslam and Ahmad (2013), Anjum and
Malik (2013), William dan Fauzi (2013), dan
Gill and Shah (2012) yang menyatakan bahwa
modal kerja bersih berpengaruh terhadap
penahanan kas, perusahaan dengan modal kerja
bersih yang tinggi menumpuk lebih banyak kas.
Pengaruh Market to Book Value Ratio
terhadap Penahanan Kas
Berdasarkan pengujian hipotesis (uji t
dan koefisien determinasi parsial) mengenai
pengaruh market to book value ratio terhadap
penahanan kas, dapat disimpulkan H7 diterima,
market to book value ratio berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap penahanan kas
sebesar 0,98%. Jadi, semakin besar market to
book value ratio perusahaan maka penahanan
kasnya semakin sedikit.
Rasio nilai pasar (market value ratio)
berhubungan dengan harga saham perusahaan
terhadap laba, arus kas, dan nilai buku

14

persahamnya. Rasio ini memberikan indikasi


bagi manajemen tentang bagaimana pandangan
investor terhadap risiko dan prospek perusahaan
di masa depan (Brigham dan Houston,
2010:150). Semakin tinggi prospek perusahaan
di masa depan, perusahaan tidak harus menahan
kas dalam jumlah yang banyak, dikarenakan
mudahnya akses ke pasar modal dan lembaga
pinjaman. Ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Gill and Shah (2012) yang
menyatakan bahwa market to book value ratio
berpengaruh negatif terhadap penahanan kas,
perusahaan dengan market to book value ratio
yang tinggi menumpuk lebih sedikit kas.
Pengaruh Siklus Konversi Kas terhadap
Penahanan Kas
Berdasarkan pengujian hipotesis (uji t
dan koefisien determinasi parsial) mengenai
pengaruh siklus konversi kas terhadap
penahanan kas, dapat disimpulkan H8 diterima,
siklus konversi kas berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap penahanan kas sebesar
0,28%. Jadi, semakin singkat siklus konversi
kas perusahaan maka penahanan kasnya
semakin tinggi.
Perusahaan yang memiliki siklus
konversi kas yang singkat, akan lebih baik jika
tetap menahan kas dalam jumlah yang banyak,
dikarenakan keadaan perusahaan di masa
mendatang sulit diramalkan. Ini mencerminkan
adanya motif berjaga-jaga dalam menahan kas.
Ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Anjum and Malik (2013) dan
William dan Fauzi (2013) yang menyatakan
bahwa siklus konversi kas berpengaruh negatif
terhadap penahanan kas, perusahaan dengan
siklus konversi kas yang singkat menumpuk
lebih banyak kas.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Arus kas, ukuran perusahaan, financial
leverage, pembagian dividen, modal kerja
bersih, market to book value ratio, dan
siklus konversi kas berpengaruh secara
simultan
terhadap
penahanan
kas
perusahaan. Ketujuh variabel independen
yang terdapat dalam penelitian ini secara
bersama-sama dapat menjelaskan variabel
dependen sebesar 53,60%, sedangkan
sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model regresi.
2. Arus kas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penahanan kas sebesar 13,91%.
3. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap penahanan kas.
4. Financial leverage tidak berpengaruh
terhadap penahanan kas.
5. Pembagian dividen tidak berpengaruh
terhadap penahanan kas.
6. Modal kerja bersih berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penahanan kas sebesar
41,60%.
7. Market to book value ratio berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap
penahanan kas sebesar 0,98%.
8. Siklus konversi kas berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap penahanan kas
sebesar 0,28%.
Keterbatasan
Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian ini:
1. Berdasarkan
hasil
penelitian
ini,
menghasilkan adjusted R square sebesar
0,536 atau 53,60% terhadap penahanan kas
perusahaan. Sehingga variabel-variabel arus
kas, ukuran perusahaan, financial leverage,
pembagian dividen, modal kerja bersih,
market to book value ratio, dan siklus
konversi kas dalam model ini hanya mampu
menjelaskan variabel penahanan kas sebesar
53,60% dan sisanya sebesar 46,40%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.

15

2. Populasi dalam penelitian ini adalah


perusahaan sektor consumer goods yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah
perusahaan dalam sektor ini masih
tergolong sedikit, masih banyak lagi sektor
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3. Periode pengamatan hanya selama 3 tahun
saja, yaitu 2011-2013.

Saran
Saran bagi peneliti selanjutnya adalah :
1. Sebaiknya
menambahkan
variabel
independen dalam model penelitian,
misalnya sales growth dan profitabilitas.
2. Sebaiknya memperluas area penelitian ke
berbagai sektor yang ada di Bursa Efek
Indonesia.
3. Sebaiknya
memperpanjang
periode
penelitian menjadi 5 tahun atau lebih,
supaya dapat mencerminkan kondisi
perusahaan
dalam
jangka
panjang.

DAFTAR PUSTAKA
Anjum, S., and Malik, Qaisar Ali. 2013. Determinants of Corporate Liquidity An Analysis of
Cash Holdings, IOSR Journal of Business and Management, Vol. 7, Issue 2.
Aslam, M., A., and Ahmad, H., 2013. Cash Holdings in Pakistani Firms, International Journal
of Management Science and Business Research, Vol. 3, Issue. 1.
Bates, Thomas W., et al., 2009. Why Do U.S. Firms Hold So Much More Cash than They Used
To?, The Journal of Finance, Vol. LXIV, NO. 5.
Belkaoui, R.A., 2011. Accounting Theory, Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, Eugene F., dan Houston, Joel F., 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi
Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, Eugene F., dan Houston, Joel F., 2010, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi
Kesebelas. Jakarta: Salemba Empat.
Daher, Mai, 2010. The Determinants of Cash Holdings in UK Public and Private Firms, Journal
Department of Accounting and Finance Lancaster University, September 2010.
Fischer et al., 2014. Cash Holdings of S&P Firms Over the Past Decade, Accounting and
Finance Research, Vol. 3, No. 3.
Gill, Amarjit, and Shah, Charul, 2012. Determinants of Corporate Cash Holdings: Evidence from
Canada, International Journal of Economics and Finance, Vol. 4, No. 1.
Jinkar, Rabecca Theresia. 2013. Analisa Faktor-faktor Penentu Kebijakan Cash Holdings
Perusahaan Manufaktur di Indonesia, Skripsi, Universitas Indonesia, Indonesia.
Kim, Hyuna and Park, S., 2012. The Relation between Cash Holdings and R&D Expenditures
According to Ownership Structure, Eurasian Business Review, Vol. 2, No. 2.
Machfoedz, Mahmud, 2007, Pengantar Bisnis Modern, Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI.
Mamduh Hanafi, 2011, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Keempat. Yogyakarta:
BPFE.

16

Ogundipe, Lawrencia O., et al., 2012. Cash Holdings and Firm Characteristics: Envidence From
Nigerian Emerging Market, Journal of Business, Economics & Finance, Vol. 1, No. 2.
Rahmawati, Zahrotul Auliya. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Cash Holdings
pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol. 2, No. 2.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian, Cetakan Keenam Belas. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesepuluh. Bandung: Alfabeta.
Sunjoyo dkk., 2013. Aplikasi SPSS untuk Smart Riset (Program IBM SPSS 21.0), Cetakan Kesatu.
Bandung: Alfabeta.
Syafrizaliadhi, Adhitya Dasha. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cash Holdings
pada Perusahaan Besar dan Perusahaan Kecil, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Van Horne, J. C., dan Wachowicz, John, M., 2006. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan,
Penerjemah Heru Sutojo, Edisi Kesembilan. Jakarta: Salemba Empat.
Wijaya, Anggita L., 2011. Perbedaan Cash Holdings pada Perusahaan dengan Leverage Tinggi
dan Rendah, Jurnal Reviu Akuntansi, Vol. 1, No. 1.
William, dan Fauzi, S., 2013. Analisis Pengaruh Growth Opportunity, Net Working Capital, dan
Cash Conversion Cycle terhadap Cash Holdings Perusahaan Sektor Pertambangan, Jurnal
Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No. 2.
Zhang, Junli. 2011. The Relationship Between Working Capital Management and The Corporate
Cash Holdings, Thesis, Masters Program in Accounting & Finance, University of Eastern
Finland, Finlandia.
Sumber Internet:
Berita Satu, Rasio Dividen Plaza Indonesia 100%. http://www.beritasatu.com/emiten/182687-rasiodividen-plaza-indonesia-100.html. diakses 19 Desember 2014.
http://www.bi.go.id/id/kamus.aspx. diakses 22 November 2014.
http://www.duniainvestasi.com/bei/sectors/industri_barang_konsumsi/. diakses 21 November 2014.
http://www.idx.co.id/laporan-keuangandanlaporan-tahunan/html. diakses 21 November 2014.
Okezone,
10
Merek
Consumer
Goods
Terbaik
di
Indonesia.
http://economy.okezone.com/read/2014/06/12/320/997782/10-merek-consumer-goodsterbaik-di-indonesia. diakses 21 November 2014.
Okezone,
Perusahaan
Kaya,
Saham
Apple
Cuma
Naik
22%.http://economy.okezone.com/read/2014/09/11/213/1037451/perusahaan-kaya-sahamapple-cuma-naik-22. diakses 21 November 2014.
Sindonews,
Arus
Kas
Pertamina
Dinilai
Buruk
Selama
Dipimpin
Karen.
http://ekbis.sindonews.com/read/899414/34/arus-kas-pertamina-dinilai-buruk-selamadipimpin-karen-1410168069. diakses 21 November 2014.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Vibiznews, Semen Baturaja Siap Bangun Pabrik Baru, Sahamnya Dapatkan Rebound.
http://vibiznews.com/2014/10/09/semen-baturaja-siap-bangun-pabrik-baru-sahamnyadapatkan-rebound/. diakses 23 November 2014.

You might also like