Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
pelayanan kesehatan maka insiden usia ini mengalami perubahan sehingga golongan
umur dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Spondilitis adalah inflamasi pada tulang vertebra yang biasa disebabkan oleh
beberapa hal, misalnya proses infeksi dan imunitas.
2.2 Macam-macam Spondilitis
1. Spondilitis Ankilosa
Berasal dari bahasa Yunani, dari kata spondylos ( vertebrae ) dan ankylos
( melengkung ). Adalah merupakan penyakit inflamasi kroonik, bersifat sistemik
ditandai dengan kekakuan progresif dan terutama menyerang sendi tulang belakang
( vertebrae ) dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan
sendi-sendi perifer , synovial, dan rawan sendi , serta terjadi osifikasi tendon dan
ligamen yang akan mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang.
2. Spondilitis Tuberkulosa
Adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis disebabkan
kuman spesifik yaitu Mycobacterium tuberculosa yang mengenai tulang vertebrae.
Spondilitis tuberkulosa ini disebut juga Pott Disease jika disertai dengan paraplegia
tau defisit neurologi. Spondilitis tuberkulosa sering mengenai torakal VIII hingga
lumabal III dan sering mengenai corpus vertebrae.
2.3 Epidemiologi
1. Spondilitis Ankilosa
Biasanya mulai pada dekade kedua hingga ketiga kehidupan dengan median
usia 23 tahun. Pada 5% pasien gejala timbul pada usia lebih dari 40 tahun. Usia yang
rinci sulit ditentukan karena diagnosis seringkali tidak dikenali selama bertahuntahun. Prevalensi spondilitis ankilosis atara pria dan wanita 2 : 1 hingga
3 : 1,
2. Spondilitis Tuberkulosa
Penyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil. Bakteri yang
paling sering penyebabnya adalah mycobacterium tuberculosa walaupun spesies
mycobacterium yang lain pun dapat bertanggung jawab sebagai penyebabnya seperti
Mycobacterium africanum, bovine tubercle baccilus, ataupun non-tuberculous
mycobacteria ( banyak ditemukan pada penderita HIV).
2.5 Manifestasi Klinis
1. Spondilitis Ankilosa
Manifestasi klinis spomdilitis ankilosa dapat dibagi dalam manifestasi skeletal
dan ekstraskeletal. Manifestasi skeletal berupa artritis aksis, artritis sendi panggul dan
bahu, artritis perifer, enterosopati, osteoporosis dan fraktur vertebrae. Manifestasi
ekstraskeletal berupa iritis akut, fibrosis paru dan amiloidosis.
Gejala utama SA adalah sakroilitis. Pelangsungannya secara gradual dengan
nyeri hilang timbul pada pinggang bawah dan menyebar kebawah pada daerah paha.
Manifestasi Pada Tulang
Keluhan yang umum dan karateristik awal penyakit ialah nyeri pinggang dan
sering menjalar ke paha. Nyeri biasanya menetap lebih dari 3 bulan, disertai kaku
pinggang pada pagi hari, dan membaik dengan aktifitas fisik atau bila dikompres sair
panas. Nyeri pinggang biasanya tumpul atau sukar ditentukan lokasinya dapat
unilateral atau bilateral. Nyeri bilateral biasanya menetap, beberapa bulan kemudian
daerah pinggang bawah menjadi kaku dan nyeri. Nyeri ini lebih terasa di daerah
bokong dan bertambah hebat bila batuk, bersih, atau pinggang mendadak terpuntir.
Inaktivitas lama akan menambah nyeri dan kaku. Keluhan nyeri dan kaku pinggang
merupakan keluhan dari 75% kasus di klinik.
Nyeri tulang jucta articular dapat menjadi keluhan utama, misalnya entesis
yang dapat menyebabkan nyeri disambungan costo sterna, proccesus spinosus, crista
illiaca, trochanter mayor, tuberositas tibia atau tumit. Keluhan lain dapat berasal dari
sendi kostovertebra dan manubrium sterna yang menyebabkan keluhan nyeri dada,
sering disalah diagnosiskan sebagai angina.
Manifestasi Diluar Tulang
Manifestasi diluar tulang terjadi pada mata, jantung, paru, dan syndrome
caudal equine. Manifestasi diluar tulanfg yang paling sering adalah uveitis anterior
akut, biasaya unilaterlal, dan ditemukan 25-30% pada pasien SA dengan gejala nyeri,
lakirimasi, fotophobia, dan penglihatan kabur. Manifestasi pada jantung dapat berupa
insufisiensi aorta, dilatasi pangkal aorta, jantung membesar, gangguan konduksi. Pada
paru dapat terjadi fibrosis, umumnya setelah 20 tahun menderita SA dengan lokasi
pada bagian atas, biasanya bilateral, dan tampak bercak-bercak linear pada
pemeriksaan radiologi, menyerupai tuberkulosis.
2. Spondilitis Tuberkulosa
Gambaran klinis spondilitis tuberkulosa bervariasi dan tergantung pada
banyak faktor. Biasanya onset Pott's disease berjalan secara mendadak dan berevolusi
lambat. Durasi gejala-gejala sebelum dapat ditegakkannya suatu diagnosa pasti
bervariasi dari bulan hingga tahun; sebagian besar kasus didiagnosa sekurangnya dua
tahun setelah infeksi tuberkulosa.
Anamnesa dan inspeksi :
6
10. Pembengkakan di sendi yang berjalan lambat tanpa disertai panas dan
nyeri akut seperti pada infeksi septik.
2.6 Patofisiologi
1. Spondilisitis Ankilosa
Proses patofisiologi yang terjadi spondilitis ankilosa dengan adanya inflamasi
dan terjadinya fusi. Hal tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar dibawah ini.
Gambar 2. Gambaran tulang belakang pada Ankylosing Spondylitis, Psoriasis Reiter Syndrome dan
Spondylosis Deformans
Faktor Genetik
Meradang
dan kaku
2. Spondilitis Tuberkulosa
Tuberkulosa pada tulang belakang dapat terjadi karena penyebaran hematogen
atau penyebaran langsung nodus limfatikus para aorta atau melalui jalur limfatik ke
tulang dari fokus tuberkulosa yang sudah ada sebelumnya di luar tulang belakang.
Pada penampakannya, fokus infeksi primer tuberkulosa dapat bersifat tenang. Sumber
infeksi yang paling sering adalah berasal dari system pulmoner dan genitourinarius.
Pada anak-anak biasanya infeksi tuberkulosa tulang belakang berasal dari fokus
primer di paru-paru sementara pada orang dewasa penyebaran terjadi dari focus
ekstrapulmoner (usus, ginjal, tonsil).
Penyebaran basil dapat terjadi melalui arteri intercostal atau lumbar yang
memberikan suplai darah ke dua vertebrae yang berdekatan, yaitu setengah bagian
bawah vertebra diatasnya dan bagian atas vertebra di bawahnya atau melalui pleksus
Batsons yang mengelilingi columna vertebralis yang menyebabkan banyak vertebra
9
yang terkena. Hal inilah yang menyebabkan pada kurang lebih 70% kasus, penyakit
ini diawali dengan terkenanya dua vertebra yang berdekatan, sementara pada 20%
kasus melibatkan tiga atau lebih vertebra.
Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal tiga bentuk spondilitis:
(1) Peridiskal / paradiskal
Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise di bawah
ligamentum longitudinal anterior / area subkondral). Banyak ditemukan pada orang
dewasa. Dapat menimbulkan kompresi, iskemia dan nekrosis diskus. Terbanyak
ditemukan di regio lumbal.
(2) Sentral
Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga disalahartikan
sebagai tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan ini sering menimbulkan kolaps
vertebra lebih dini dibandingkan dengan tipe lain 5 sehingga menghasilkan deformitas
spinal yang lebih hebat. Dapat terjadi kompresi yang bersifat spontan atau akibat
trauma. Terbanyak di temukan di regio torakal.
(3) Anterior
Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra di atas dan
dibawahnya. Gambaran radiologisnya mencakup adanya scalloped karena erosi di
bagian anterior dari sejumlah vertebra (berbentuk baji). Pola ini diduga disebabkan
karena adanya pulsasi aortik yang ditransmisikan melalui abses prevertebral dibawah
ligamentum longitudinal anterior atau karena adanya perubahan lokal dari suplai
darah vertebral.
10
Dikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat
diidentifikasikan. Termasuk didalamnya adalah tuberkulosa spinal dengan keterlibatan
lengkung syaraf saja dan granuloma yang terjadi di canalis spinalis tanpa keterlibatan
tulang (tuberkuloma), lesi di pedikel, lamina, prosesus transversus dan spinosus, serta
lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral posterior. Insidensi tuberkulosa yang
melibatkan elemen posterior tidak diketahui tetapi diperkirakan berkisar antara 2%10%.
Infeksi tuberkulosa pada awalnya mengenai tulang cancellous dari vertebra.
Area infeksi secara bertahap bertambah besar dan meluas, berpenetrasi ke dalam
korteks tipis korpus vertebra sepanjang ligamen longitudinal anterior, melibatkan dua
atau lebih vertebrae yang berdekatan melalui perluasan di bawah ligamentum
longitudinal anterior atau secara langsung melewati diskus intervertebralis. Terkadang
dapat ditemukan fokus yang multipel yang dipisahkan oleh vertebra yang normal, atau
infeksi dapat juga berdiseminasi ke vertebra yang jauh melalui abses paravertebral.
Terjadinya nekrosis perkijuan yang meluas mencegah pembentukan tulang
baru dan pada saat yang bersamaan menyebabkan tulang menjadi avascular sehingga
menimbulkan
tuberculous
sequestra,
terutama
di
regio
torakal.
Discus
sehingga kemudian akan terjadi kolaps vertebra dengan sendi intervertebral dan
lengkung syaraf posterior tetap intak, jadi akan timbul deformitas berbentuk kifosis
yang progresifitasnya (angulasi posterior) tergantung dari derajat kerusakan, level lesi
dan jumlah vertebra yang terlibat. Bila sudah timbul deformitas ini, maka hal tersebut
merupakan tanda bahwa penyakit ini sudah meluas.
2.7 Komplikasi
1. Spondilitis Ankilosa
Komplikasi berupa lesi vertebra progresif. Komplikasi ini sebaiknya dicurigai setiap
saat nyeri timbul kembali setelah 1 periode tenang, atau menjadi saat nyeri timbul kembali
setelah 1 periode tenang, atau menjadi terlokalisasi. Komplikasi lain yaitu berupa ankilosis
bilateral dari iga ke tulang belakang dimana bergabung dengan suatu penurunan pada tinggi
struktur thoraxal axial, menyebabkan gangguan fungsi pernafasan yang mencolok.
2. Spondilits Tuberkulosa
Komplikasi yang paling serius adalah Potts Paraplegia yang apabila muncul pada
stadium awal disebabkan tekanan ekstradural oleh pus maupun sequester, atau invasi jaringan
granulasi pada medulla spinalis dan bila muncul pada stadium lanjut disebabkan oleh
terbentuknya fibrosis dari jaringan granulasi atau perlengketan tulang (ankylosing) diatas
kanalis spinalis. Myelography dan MRI asangatlah bermanfaat untuk membedakan penyebab
paraplegi ini. Paraplegi yang disebabkan oleh tekanan ekstradural oleh pus ataupun sequester
membutuhkan tindakan operatif dengan cara dekompresi medulla spinal dan saraf.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra torakal kedalam
pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosa, sedangkan pada vertebra lumbal maka
nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas abses yang merupakan cold asbses.
12
Gambar, 3: Pada foto A mempelihatkan gambaran bamboo spine sedangkan pada foto B memperlihatkan
penyempitan Sacroiliaca joint
14
GAMBAR 4.
GAMBAR 5. Ankylosing Spondylitis Bilateral Symmetric Sacroiliac Joint Sclerosis And Erosions
D. tes HLA-BR27
2. Spondilitis Tuberkulosa
1. Laboratorium :
a. Laju endap darah meningkat (tidak spesifik), dari 20 sampai lebih dari 100mm/jam.
b. Tuberculin skin test / Mantoux test / Tuberculine Purified Protein Derivative (PPD)
positif. Hasil yang positif dapat timbul pada kondisi pemaparan dahulu maupun yang
baru terjadi oleh mycobacterium. Tuberculin skin test ini dikatakan positif jika tampak
area berindurasi, kemerahan dengan diameter 10mm di sekitar tempat suntikan 48-72
jam setelah suntikan. Hasil yang negatif tampak pada 20% kasus dengan
tuberkulosis berat (tuberkulosis milier) dan pada pasien yang immunitas selulernya
tertekan (seperti baru saja terinfeksi, malnutrisi atau disertai penyakit lain)
c. Kultur urin pagi (membantu bila terlihat adanya keterlibatan ginjal), sputum dan bilas
lambung (hasil positif bila terdapat keterlibatan paruparu yang aktif)
d. Apus darah tepi menunjukkan leukositosis dengan limfositosis yang bersifat relatif.
e. Tes darah untuk titer anti-staphylococcal dan anti-streptolysin haemolysins, typhoid,
paratyphoid dan brucellosis (pada kasus-kasus yang sulit dan pada pusat kesehatan
dengan peralatan yang cukup canggih) untuk menyingkirkan diagnosa banding.
f. Cairan serebrospinal dapat abnormal (pada kasus dengan meningitis tuberkulosa).
Normalnya cairan serebrospinal tidak mengeksklusikan kemungkinan infeksi TBC.
Pemeriksaan cairan serebrospinal secara serial akan memberikan hasil yang lebih
baik. Cairan serebrospinal akan tampak:
-
Foto rontgen dada dilakukan pada seluruh pasien untuk mencari bukti adanya
tuberkulosa di paru (2/3 kasus mempunyai foto rontgen yang abnormal).
Foto polos seluruh tulang belakang juga diperlukan untuk mencari bukti adanya
tuberkulosa di tulang belakang. Tanda radiologis baru dapat terlihat setelah 3-8
minggu onset penyakit.
Tahap awal tampak lesi osteolitik di bagian anterior superior atau sudut inferior
corpus vertebrae, osteoporosis regional yang kemudian berlanjut sehingga tampak
penyempitan diskus intervertebralis yang berdekatan, serta erosi corpus vertebrae
anterior yang berbentuk scalloping karena penyebaran infeksi dari area
subligamentous.
17
Pada pasien dengan deformitas gibbus karena infeksi sekunder tuberkulosa yang
sudah lama akan tampak tulang vertebra yang mempunyai rasio tinggi lebih besar
dari lebarnya (vertebra yang normal mempunyai rasio lebar lebih besar terhadap
tingginya). Bentuk ini dikenal dengan nama long vertebra atau tall vertebra,
terjadi karena adanya stress biomekanik yang lama di bagian kaudal gibbus
sehingga vertebra menjadi lebih tinggi. Kondisi ini banyak terlihat pada kasus
tuberkulosa dengan pusat pertumbuhan korpus vertebra yang belum menutup saat
terkena penyakit tuberkulosa yang melibatkan vertebra torakal.
Dapat terlihat keterlibatan jaringan lunak, seperti abses paravertebral dan psoas.
Tampak bentuk fusiform atau pembengkakan berbentuk globular dengan
kalsifikasi. Abses psoas akan tampak sebagai bayangan jaringan lunak yang
mengalami peningkatan densitas dengan atau tanpa kalsifikasi pada saat
penyembuhan. Deteksi (evaluasi) adanya abses epidural sangatlah penting, oleh
karena merupakan salah satu indikasi tindakan operasi (tergantung ukuran abses).
18
19
20
21
22
2.9 Penaatalaksanaan
1. Spodilitis ankilosa
Non medikamentosa:
-
postur
harus
dipertahankan
dan
menghindari
terjadinya
Penerangan/penyuluhan
Radio terapi
24
Operasi pembedahan
Pembedahan mungkin dibutuhkan dalam beberapa kasus SA. Mekanisme yang
menyababkan terjadinya osifikasi ligamen dan sendi sehingga terjadi fusi pada
columna vertebrae belum dijelaskan secara rinci. Sebagai damapak dari fusi
kolumna vertebrae ini terjadi keterbatasan dalam gerakan dan elastisitas.
Menurunnya fleksibilitas dan mengakibatkan terjadinya berbagai kelainan pada
tulang belakang seperti fraktur dan dislokasi, atlanto-axial dan atlanto-occipital
subluxation deformitas tulang belakang stenosis tulang belakang, da kelainan
panggul. Ketika komplikasi ini terjadi. Tindakan pembedahan mungkin dapat
dibutuhkan.
Medikamentosa
-
OAINS
Bias menggunakan indometacyn, naproxen amaupun ibuprofen, dosis untuk
dewasa Indometacyn yaitu 100-150 mg/hari dalam dua atau tiga dosis. Sedangkan
untuk anak-anak 1,5-3 mg/kg BB/ hari dalam dua atau tiga dosis
Sulfasaladzin
Mekanisme obat ini mengurangi gejala-gejala inflamasi dan ankylosing
spondylitis, dengan dosis untuk dewasa 2-3 gram/hari dibagi dalam dua atau tiga
dosis. Sedangkan uttuk anak-anak 40-60 mg/kg BB/hari diabgi dalam duat atau
tiga dosis. Efek sampingnya yaitu mual, muntah diare, dan timbul reaksi
hipersensitivitas. Kontra indikasi pada orang-orang yang mempunyai riwayat
hipersensitivitas dan prophyria
2. Spondilitis Tuberkulosa
25
ataupun INH. Jarang terjadi resistensi terhadap RMP atau EMB(Glassroth et al.
1980). Regimen dengan dua obat yang biasa diberikan tidak dapat dijalankan pada
kasus ini.
(2) Resistensi sekunder
Resistensi yang timbul selama pemberian terapi pasien dengan infeksi yang awalnya
masih bersifat sensitif terhadap obat tersebut.
The Medical Research Council telah menyimpulkan bahwa terapi pilihan untuk
tuberkulosa spinal di negara yang sedang berkembang adalah kemoterapi ambulatori
dengan regimen isoniazid dan rifamipicin selama 6 9 bulan.
Pemberian kemoterapi saja dilakukan pada penyakit yang sifatnya dini atau terbatas
tanpa disertai dengan pembentukan abses. Terapi dapat diberikan selama 6-12 bulan atau
hingga foto rontgen menunjukkan adanya resolusi tulang. Masalah yang timbul dari
pemberian kemoterapi ini adalah masalah kepatuhan pasien.
Durasi terapi pada tuberkulosa ekstrapulmoner masih merupakan hal yang
kontroversial. Terapi yang lama, 12-18 bulan, dapat menimbulkan ketidakpatuhan dan
biaya yang cukup tinggi, sementara bila terlalu singkat akan menyebabkan timbulnya
relaps. Pasien yang tidak patuh akan dapat mengalami resistensi sekunder.
Obat anti tuberkulosa yang utama adalah isoniazid (INH), rifamipicin (RMP),
pyrazinamide (PZA), streptomycin (SM) dan ethambutol (EMB). Obat antituberkulosa
sekuder adalah para-aminosalicylic acid (PAS), ethionamide, cycloserine, kanamycin dan
capreomycin.
Di bawah adalah penjelasan singkat dari obat anti tuberkulosa yang primer:
Isoniazid (INH)
-
Rifampin (RMP)
-
Pyrazinamide (PZA)
-
Bekerja secara aktif melawan basil tuberkulosa dalam lingkungan yang bersifat
asam dan paling efektif di intraseluler (dalam makrofag) atau dalam lesi perkijuan.
Efek samping :
1. Hepatotoksisitas dapat timbul akibat dosis tinggi obat ini yang dipergunakan
dalam jangka yang panjang tetapi bukan suatu masalah bila diberikan dalam
jangka pendek.
2. Asam urat akan meningkat, akan tetapi kondisi gout jarang tampak. Arthralgia
dapat timbul tetapi tidak berhubungan dengan kadar asam urat.
Dosis : 15-30mg/kg/hari
Ethambutol (EMB)
-
Efek samping : toksisitas okular (optic neuritis) dengan timbulnya kondisi buta
warna, berkurangnya ketajaman penglihatan dan adanya central scotoma.
Streptomycin (STM)
-
Bersifat bakterisidal
29
Efek samping : ototoksisitas (kerusakan syaraf VIII), nausea dan vertigo (terutama
sering mengenai pasien lanjut usia)
Pemasangan gips bergantung pada level lesi. Pada daerah servikal dapat
diimobilisasi dengan jaket Minerva; pada daerah vertebra torakal, torakolumbal dan
lumbal atas diimobilisasi dengan body cast jacket; sedangkan pada daerah lumbal
bawah, lumbosakral dan sakral dilakukan immobilisasi dengan body jacket atau korset
dari gips yang disertai dengan fiksasi salah satu sisi panggul. Lama immobilisasi
berlangsung kurang lebih 6 bulan, dimulai sejak penderita diperbolehkan berobat jalan.
Terapi untuk Potts paraplegia pada dasarnya juga sama yaitu immobilisasi di
plaster shell dan pemberian kemoterapi. Pada kondisi ini perawatan selama tirah
baring untuk mencegah timbulnya kontraktur pada kaki yang mengalami paralisa
sangatlah penting. Alat gerak bawah harus dalam posisi lutut sedikit fleksi dan kaki
dalam posisi netral. Dengan regimen seperti ini maka lebih dari 60% kasus paraplegia
akan membaik dalam beberapa bulan. Hal ini disebabkan oleh karena terjadinya
resorpsi cold abscess intraspinal yang menyebabkan dekompresi.
Seperti telah disebutkan diatas bahwa selama pengobatan penderita harus
menjalani kontrol secara berkala, dilakukan pemeriksaan klinis, radiologis dan
laboratoris. Bila tidak didapatkan kemajuan, maka perlu dipertimbangkan hal-hal
seperti adanya resistensi obat tuberkulostatika, jaringan kaseonekrotik dan sekuester
yang banyak, keadaan umum penderita yang jelek, gizi kurang serta kontrol yang tidak
teratur serta disiplin yang kurang.
B. TERAPI OPERATIF
31
maka operasi dilakukan melalui pendekatan arah anterior dan anterolateral sedangkan
jika lesi di posterior maka dilakukan operasi dengan pendekatan dari posterior. Saat ini
terapi operasi dengan menggunakan pendekatan dari arah anterior (prosedur
HongKong) merupakan suatu prosedur yang dilakukan hampir di setiap pusat
kesehatan.
Walaupun dipilih tindakan operatif, pemberian kemoterapi antituberkulosa tetaplah
penting.
Pemberian
kemoterapi
tambahan
10
hari
sebelum
operasi
telah
35
BAB III
KESIMPULAN
Spondilitis adalah inflamasi pada tukang belakang vertebrae yang bias disebabkan
oleh beberapa hal, misalnya proses infeksi, imunitas. Spondilitis dibagi menjadi dua yaitu
spondilitis ankilosa dan spondilitis tuberkulosa. Spondilitis ankilosa adalah penyakit
inflamasi kronik dengan etiologi yang belum diketahui, dan menyerang terutama pada
persendian kerangka aksial dan juga sendi perifer. Masalah dapat terjadi dalam menegakan
diagnose bila tidak ditemukan sakroilitis pada pemeriksaan raiologis, nyeri dada tanpa
kelainan yang lain; umur terlalu muda atau terlalu tua. Pengelolaan pada penyakit tanpa
keluhan : olah raga secara rutin tanpa obat, dan bila dengan keluhan : obat-obatan, latihan
secara teratur dan penerangan; dan bila terjadi gangguan fungsi : operasi
Walaupun insidensi spinal tuberkulosa secara umum di dunia telah
berkurang
pada
beberapa
dekade
belakangan
ini
dengan
adanya
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Collins, Jannette and J. Stern Eric, Chest Radiology: The Essentials, 2nd Edition,
2008 Lippincott Williams & Wilkins
2. Dahnert, Wolfgang. Radiology Review Manual, 6th Edition. 2007 Lippincott Williams
& Wilkins
3. Brant, William E.; Helms, Clyde A. Fundamentals of Diagnostic Radiology, 3rd
Edition. 2007 Lippincott Williams & Wilkins
4. Fred A. Mettler Jr., M.D., M.P.H. Essentials of Radiology, 2nd ed.
37