You are on page 1of 25

A.

Konsep Teori Lansia


1. Batasan Lansia
Perkembangan lanjut usia adalah tahapan perkembangan akhir dari siklus
perkembangan manusia. Perkembangan lanjut usia adalah periode penutup dalam
rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai
meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis
yang semakin menurun.
Proses menua pada perkembangan lanjut usia adalah proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu
sama lain.
Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian perkembangan lanjut usia:

Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi
usia lanjut dini yang berkisar antara usia 60 tahun sampai 70 tahun dan usia
lanjut yang dimulai pada usia 70 tahun hingga akhir kehidupan seseorang.
Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua
atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes, Smith&Staudinger,
Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang
dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson&Perlin).

Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang
definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan
orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau
lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan
membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan
orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih
dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal
kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.

Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah
suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.

Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang


menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah

disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang
perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45
-59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 90 tahun
dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
2. Proses Menua (Aging Process)
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13
tahun 1998 adalah 60 tahun.
Menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Dharmojo, 2000).
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa
dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara
biologis

maupun

psikologis.

Memasuki

masa

tua berarti

mengalami

kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan


kulit

yang

mengendor,

rambut

memutih,

penurunan

pendengaran,

penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ


vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.

3. Teori Proses Menua

a.

Teori Teori Biologi

1) Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)


Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel sel kelamin (terjadi
2

penurunan kemampuan fungsional sel).


2) Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel tubuh lelah (rusak).
3) Reaksi dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak
dapat regenerasi.
7) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah
sel-sel tersebut mati.
b.

Teori Kejiwaan Sosial

1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

Ketentuan

akan

meningkatnya

pada

penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia
lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.

Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan


pada cara hidup dari lanjut usia.

Mempertahankan hubungan antara sistem


sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimiliki.
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :

Kehilangan Peran

Hambatan Kontak Sosial

Berkurangnya Kontak Komitmen

c.

Teori Psikologi

1) Teori Tugas Perkembangan


Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua
antara lain adalah:
Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan
Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Selain tugas perkembangan di atas, terdapat pula tugas perkembangan yang
spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan
Kematangan fisik
Harapan dan kebudayaan masyarakat
4

Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi


Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan
yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 1954).
2) Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian dari
seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan masa
dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari
Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini
kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalamanpengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat
dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan
mental.
3) Teori Delapan Tingkat Kehidupan
Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi
dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Ericson
(1950) yang telah mengidentifikasi tahap perubahan psikologis (delapan tingkat
kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua, tugas perkembangan yang harus
dijalani adalah untuk mencapai keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan
putus asa.
Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan Erikson
dengan mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat dipilah dalam tiga
tingkat yaitu: pada perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, perubahan
tubuh terhadap pola preokupasi, dan perubahan ego terhadap ego preokupasi.
Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas
perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah menerima identitas diri
sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang adekuat dari lingkungan untuk
menghadapi adanya peran baru sebagai orang tua (preokupasi). Adanya pensiun dan
atau pelepasan pekerjaan merupakan hal yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang
menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan penurunan harga diri dari orang tua
tersebut.
4.

Permasalahan yang Terjadi pada Lansia

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan yang


menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah berbagai
masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994)
menyebutkan masalah masalah yang menyertai lansia yaitu:
a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah,
d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak, dan
e. Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang
mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat
terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan kegiatan rekreasi
tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi
pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara
fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan
teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
a.

Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya

b.

Penarikan diri ke dalam dunia fantasi

c.

Selalu mengingat kembali masa lalu

d.

Selalu khawatir karena pengangguran

e.

Kurang ada motivasi

f.

Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan

g.

Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat
yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan
hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekhawatiran
minimal terhadap diri dan orang lain.
5. Faktor faktor yang Mempengaruhi Ketuaan
a.

Hereditas atau ketuaan genetik

b.

Nutrisi atau makanan

c.

Status kesehatan

d.

Pengalaman hidup

e.

Lingkungan

f.

Stres

6. Perubahan Perubahan yang Terjadi pada Lansia


a.

Perubahan Fisik

1) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra dan ekstra seluler
2) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon
waktu untuk mereaksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran,
presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena
meningkatnya keratin
3) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya
ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang.
4) Sistem Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
5) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas
residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
6) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi, sehingga menyebkan gizi buruk, indera
pengecap menurun karena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera

pengecap sampai 80%, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk


rasa manis dan asin.
7) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai
ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, ototototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika
urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine.
Pembesaran prostat, 75 % dialami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva
terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan
menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
8) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas
tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi
sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
9) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
kulit kepala dan rambut menipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam
telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
10) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh
menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut - serabut otot, sehingga
lansia menjadi lamban bergerak. otot kram dan tremor.
11) Sistem Reproduksi : Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita
meliputi penipisan dinding vagina dengan pengecilan ukuran dan hilangnya
elastisitas, penurunan sekresi vagina, atropi uterus dan ovarium, serta penurunan
tonus muskulus pubokoksigeus. Pada pria lanjut usia, penis dan testis menurun
ukurannya dan kadar androgen berkurang.
b.

Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

Perubahan fisik, khususnya organ perasa

Kesehatan umum

Tingkat pendidikan

Keturunan

Lingkungan.

c.

Perubahan Perubahan Psikososial

Pensiun : nilai seorang diukur oleh produktifitasnya, identits


dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan

Merasakan atau sadar akan kematian

Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan


bergerak lebih sempit.

Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman


dan famili.

Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran


diri, perubahan konsep diri.

d.

Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,
1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).

7. Patofisiologi Proses Penuaan


Berbagai teori ttg.proses menua :
A.Faktor Biologi
- Teori Kesalahan.
- Teori Keterbatasan
- Teori Pakai Dan Usang
- Teori Imunitas
- Teori Radikal Bebas
- Teori Ikatan Silang
B. Faktor Psikologis
- T.Tugas perkembangan
- T.Delapan tingkat kehidupan
- T. Jung
C. Faktor Sosial.
- Teori Stratifikasi
- Teori Aktifitas
- Teori Kontinyuitas

Perubahan-perubahan yg terjadi:
- Terganggunya pembentukan
sel-sel baru
- Penurunan fungsi imunitas
- Penurunan semua fungsi organ
tubuh.
- Tidak stabilnya keadaan
psikologis
- Memasuki group / kelompok
lansia dalam komunitas

Diagnosa Keperawatan :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
b. Keterbatasan mobilitas fisik
c. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri
d. Gangguan pemenuhan aktivita sehari-hari
e. Resiko terjadinya infeksi
f. Resiko terjadinya cedera

Penurunan berbagai fungsi sistem


dan organ tubuh ; paru, jantung,
ginjal, pencernaan, penglihatan,
musculuskletal, dll

KONSEP HEART FAILURE


A. DEFINISI
Gagal jantung (Heart Failure) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien
dan oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat
kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah jantung kurang dari normal. Kondisi
umum yang mendasari termasuk aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi
atau degeneratif otot jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang perkembangan
dan keparahan dari gagal jantung. Peningkatan laju metabolic ( misalnya ;demam,
koma, tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia membutuhkan suatu peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
B. ETIOLOGI
Di negara negara berkembang , penyebab tersering adalah penyakit arteri
koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak berfungsinya miokardium
(kardiomiopati iskemik). Penyebab paling sering adalah kardiomiopati alkoholik,
miokarditis viral (termasuk infeksi HIV) dan kardiomiopati dilatasi tanpa penyebab
pasti (kardiomiopati idiopatik). Hipertensi tetap merupakan penyebab gagal jantung
kongestif yang penting. Selain itu penyakit katup jantung juga merupakan penyebab
gagal jantung, namun saat ini agak jarang penyakit katup jantung menyebabkan gagal

10

jantung. Stenosis aorta masih tetap merupakan penyebab yang sering dan dapat
diperbaiki.

C. KLASIFIKASI
Jantung terdiri dari empat ruangan yaitu atrium kanan dan atrium kiri yang
dipisahkan oleh septum intratrial, serambi kanan dan serambi kiri yang dipisahkan oleh
septum intraventrikuler. Gagal jantung dapat terjadi pada salah satu bagian jantung
misalnya jantung bagian kiri ataupun jantung bagian kanan, dan juga bisa terjadi pada
kedua-duanya. Kondisi pada penyakit gagal jantung bukanlah berarti bahwa jantung
berhenti bekerja (cardiac arrest), melainkan jantung tidak mampu lagi memompakan
darah seperti biasanya yang terjadi pada orang normal tanpa kelainan gagal jantung.
Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya
gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun
dengan akibat tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kiri dan volum akhir diastolic
dalam ventrikel kiri meningkat. Sedangkan gagal jantung kanan karena gangguan atau
hambatan pada daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan
menurun tanpa didahului oleh adanya gagal jantung kiri. Bila gangguan jantung kiri dan
jantung kanan terjadi bersamaan. Dalam keadaan gagal jantung kongestif, curah jantung
menurun sedemikian rupa sehingga terjadi bendungan sistemik bersama dengan
bendungan paru.

D. PATOFISIOLOGI
Sindrom gagal jantung disebabkan oleh beberapa komponen:
1. Ketidak mampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna mengakibatkan
stroke volum dan cardiac output menurun.
2. Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload)
menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan
curah ventrikel.
11

3. Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload)


akan menyebabkan volume dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel
meninggi.
4. Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung
dimana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal
jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mamu untuk
memenuhi kebuthuna sirkulasi tubuh.
5. Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk kedalam
ventrikel atau pada aliran balik venous return akan menyebabkan pengeluaran
atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
Gagal jantung kanan maupun kiri dapat disebabkan oleh beban kerja(tekanan
atau volume) yang berlebihan dan atau gangguan otot jantung itu sendiri. Beban volume
atau preload disebabkan karena kelainan ventrikel memompa darah lebih banyak
semenit sedangkan beban tekanan atau afterload disebabkan oleh kealinan yang
meningkatkan tahanan terhadap pengaliran darah ke luar jantung. Kelainan atau
gangguan fungsi miokard dapat disebabkan oleh menurunnya kontraktilitas dan oleh
hilangnya jaringan kontraktil (infark miokard). Dalam menghadapi beban lebih,
jantung berkompensasi seperti bila jantung menghadapi latihan fisik. Akan tetapi bila
beban lebih yang dihadapi berkelanjutan maka mekanisme kompensasi akan melampaui
batas dan ini menimbulkan keadaan yang merugikan. Manifestasi klinis gagal jantung
adalah manifestasi mekanisme kompensasi.
Jika terjadi gagal jantung , tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada
jantung dan secara sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh karena
penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat., maka volume dan
tekanan pada akhir diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu sistolik
menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel .
Cardiac output pada saat istirahat masih bisa baik tapi, tapi peningkatan tekanan
diastolik yang berlangsung lama /kronik akan dijalarkan ke kedua atrium dan sirkulasi
pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan
menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.penurunan

12

cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau
penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium,
frekuensi denyut jantung dan vena ; perubahan yang terkhir ini akan meningkatkan
volume darah sentral.yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi
adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat
mengganggu tubuh. Oleh karena itu , takikardi dan peningkatan kontraktilitas
miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien pasien dengan penyakit
arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti
pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer ;adaptasi
ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ organ vital, tetapi jika aktivasi
ini sangat meningkatmalah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Resitensi
vaskuler perifer dapat juga merupakan determinan utama afterload ventrikel, sehingga
aktivitas simpatis berlebihan dapat meningkatkan fungsi jantung itu sendiri. Salah satu
efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan
cairan.
Sitem rennin angiotensin aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan
peningkatan resitensi vaskuler perifer selanjutnta dan penigkatan afterload ventrikel kiri
sebagaimana retensi sodium dan cairan. Gagal jantung berhubungan dengan
peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi yang meningkat, yang juga
bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi
peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang
menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.

13

F. MANIFESTASI KLINIS
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu deffort, fatig, ortopnea, dispnea
nocturnal paroksismal, batuk, pembesaran jantung, Irama derap, ventricular heaving,
takikardi, pulsus alternans, ronchi dan kongesti vena pulmonalis. Pada gagal jantung
kanan timbul fatig, edema, anoreksia dan kembung. Pada pemeriksaan fisik bisa
didapatkan hipertrofi jantung kanan, heaving ventrikel kanan, irama derap atriu kanan,
murmur, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat, asites,
hidrotoraks, peningkatan tekanan vena, hepatomegali, dan edema pitting. Sedng, pada
gagal jantung kongestif terjadi manistasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan.
New York Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsioanal dalam empat
kelas:
Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan.

14

Kelas 2: Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktifitas
sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluahan.
Kelas 4: Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan
harus tirah baring.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan
pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan
segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard
menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan
dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau
insufisiensi. Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan
kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan
kontrktilitas.
5. Rontgen

dada:

Dapat

menunjukkan

pembesaran

jantung,

bayangan

mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh


darah abnormal.
6. Oksimetri nadi: Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.

15

7. Analisa gas darah (AGD): Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis
respiratori ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
8. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin: Peningkatan BUN menunjukkan
penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi
gagal ginjal.
9. Pemeriksaan tiroid: Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas
tiroid sebagai prepencetus gagal jantung kongesti
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan pengobatan adalah :
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat
farmakologi
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan
terapi antidiuretik, diit dan istirahat.
Terapi Farmakologis :
1. Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi
edema
2. Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan
harus hati hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel
dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan.
4. Diet
Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.

16

I. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat berupa :
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya
dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari
gagal jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi
kerusakan pada katup jantung.
3. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat

menyebabkan

penumpukan

cairan

yang

menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab
jaringan parut yang mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.
4. Serangan jantung dan stroke.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung
daripada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan
mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena
serangan jantung atau stroke
J. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat
2. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Lemah saat meakukan aktivitas, sesak nafas
3. Riwayat penyakit sekarang :
Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan sampai
berat.
Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan, biasanya
disertai sesak nafas.
Apakah kelemahan fisik bersifat local atau keseluruhan system otot
rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan
pergerakan.
Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas seharihari.

17

Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa lamanya


kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat
beraktifitas.
4. Riwayat Penyakit dahulu :

Apakah sebelumnya pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM,

hiperlipidemia.
Obat apa saja yang pernah diminum yang berhubungan dengan obat
diuretic, nitrat, penghambat beta serta antihipertensi. Apakah ada efek

samping dan alergi obat.


5. Riwayat penyakit keluarga :
Penyakit apa yang pernah dialami keluarga dan adakah anggota keluarga
yang meninggal, apa penyebab kematiannya.
6. Riwayat pekerjaan/ kebiasaan :
Situasi tempat kerja dan lingkungannya
Kebiasaan dalam pola hidup pasien
Kebiasaan merokok
Pengkajian per sistem
1. BREATHING
Terlihat sesak
Frekuensi nafas melebihi normal
2. BLEEDING
Inspeksi : adanya parut, keluhan kelemahan fisik, edema ekstrimitas.
Palpasi : denyut nadi perifer melemah, thrill
Perkusi : Pergeseran batas jantung
Auskultasi : Tekanan darah menurun, bunyi jantung tambahan
3. BRAIN
Kesadaran biasnya compos mentis
Sianosis perifer
Wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat.
4. BLADDER
Oliguria
Edema ekstrimitas
5. BOWEL
Mual
Muntah

18

Penurunan nafsu makan


Penurunan berat badan
6. BONE
Kelemahan
Kelelahan
Tidak dapat tidur
Pola hidup menetap
Jadwal olahraga tak teratur
7. PSIKOSOSIAL
Integritas ego : menyangkal, takut mati, marah, kuatir.
Interaksi social : stress karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya
ekonomi, kesulitan koping.
Pengkajian Fokus Lansia
1. Fungsi Kognitif
Pengkajian fungsi kognitifdilakukan dalam rangka mengkaji kemampuaan klien
berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya ingat.
Petunjuk : isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respons klien :
No
1.

Item pertanyaan
Jam berapa sekarang ?

2.

Tahun berapa sekarang ?

3.

Kapan bapak/ibu lahir ?

4.

Barapa umur bapak/ibu sekarang ?

5.

Dimana alamat bapak/ibu sekarang ?

6.

Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal

bersama bapak/ibu sekarang ?

7.

siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama

bapak/ibu ?

8.

tahun berapa hari kemerdekaan Indonesia ?

9.

siapa nama presiden Indonesia sekarang ?

10

Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1


Jawab :
JUMLAH BENAR

19

Benar

Salah

Analisa Hasil :
Skor benar : 8-10 : Tidak ada gangguan
Skor benar : 0-7 : Ada gangguan
2. Status Fungsional
Modifikasi indeks kemandiriaan katz
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klienn dalam,
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemandirian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan, atau bantuan orang lain. Pengkajian ini didasarkan
pada kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan , artinya jika klien
menolak untuk melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan
fungdi meskipun ia sebenarnya mampu.

No

Mandiri
( nilai 1 )

Aktivitas

Mandi dikamar mandi ( manggosok,

membersikan, dan mengeringkan badan )


2. Menyiapkan pakaian, membuka dan

mengenakannya
3. Memakan makanan yang telah disiapkan
4. Memelihara
kebersihan
diri
untuk

penampilan diri ( menyisir rambut,


mencuci
rambut,
menggosok gigi,
mencukur kumis )
5. Buang air besar di WC ( membersikan dan

mengeringkan daerah bokong )


6. Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja)

7. Buang
air kecil dikamar mandi

( membersikan dan membersikan daerah


kemaluan )
8. Dapat mengontrol pengeluaran air kemih
9. Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau

keluar ruangan tanpa alat bantu, seperti


tongkat
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan

.
kepercayaan yang di anut
11. Melakukan pekerjaan rumah, seperti
:
merapikan tempat tidur, mencuci pakaian,
memasak, dan membersikan ruangan.
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau
.
kebutuhan keluarga
13 Mengelolah keuangan ( menyimpan dan
.
menggunakan uang sendiri )
14 Menggunakan sarana transportasi umum

Tergantung
(0)

1.

20

.
15
.
16
.

17
.

untuk berpergian
menyiapkan obat dan minum obat sesuai

dengan aturan ( takaran obat dan waktu


minum obat tepat )
Merencanakan dan mengambil keputusan

untuk kepentingan keluarga dalam hal


penggunaan uang, aktivitas social yang
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan
kesehatan
Melakukan aktivitas di waktu luang

( kegiatan keagamaan, social, rekreasi,


oloaraga,dan menyalurka hobi ).
JUMLAH POIN MANDIRI

Analisa hasil :
Point : 13-17 : Mandiri
Point : 0-12 : Ketergantungan
4. Status Psikologis ( Skala Depresi Geriatik Yesavage, 1983 )
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Apakah bapak/ ibu dalam satu minggu


terakhir.
Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani
Banyak meninggalkan kesenangan/ minat dan
aktifitas anda?
Merasa bahwa kehidupan anda hampa?
Sering merasa bosan?
Penuh pengharapan akan masa depan?
Mempunyai semangat yang baik setiap waktu?
Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat
diungkapkan?
Merasa bahagia disebagian besar waktu?
Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda?
Sering kali merasa tidak berdaya?
Sering merasa gelisah dan gugup?
Memilih tinggal di rumah daripada pergi
melakukan sesuatu yang bermanfaat?
Sering kali merasa khawatir akan masa depan?
Merasa mempunyai lebih banyak masalah
dengan daya ingat dibandingkan orang lain?
Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan
sekarang?
Sering kali merasa merana?
Merasa kurang bahagia?
Sangat khawatir terhadap masa lalu?
Merasa bahwa hidup ini sangat
menggairahkan?
21

20.

Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang


baru?
21. Merasa dalam keadaan penuh semangat?
22. Berpikir bahwa keadaaan anda tidak ada
harapan?
23. Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik
dari pada anda?
24. Sering kali menjadi kesal dengan hal yang
sepele?
25. Sering kali merasa ingin menangis?
26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi?
27. Menikmati tidur?
No Apakah bapak / ibu dalam satu minggu
.
terakhir :
28. Memilih menghindar dari perkumpulan social?
29. Mudah mengambil keputusan?
30. Mempunyai pikiran yang jernih?
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU
Analisa hasil :
Tergantung nilai 1
Normal
nilai 0
Nilai :6-15 : Depresi Ringan Sampai Sedang
Nilai :16-30 : Depresi Berat
Nilai
:0-5 : Normal
Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial, frekuensi, irama dan konduksi listrik.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan otot jantung.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapileralveolus yang diakibatkan oleh tekanan kapiler paru.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah
jantung/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai okigen,
kelemahan umum, dan immobilisasi.
No Dx. Keperawatan
1. Penurunan curah
jantung
berhubungan
dengan perubahan

Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, curah jantung
meningkat dengan criteria
hasil:

22

Intervensi
1. Auskultasi nadi apikal dan mengkaji frekuensi,
irama jantung .
2. Catat bunyi jantung
3. Mengkaji kulit terhadap adanya pucat dan

kontraktilitas
miokardial,
frekuensi, irama
dan konduksi
listrik

3.

Pola nafas tidak


efektif
berhubungan
dengan gangguan
otot jantung

Gangguan
pertukaran gas
berhubungan
dengan perubahan
membran kapileralveolus yang
diakibatkan oleh
tekanan kapiler
paru.

Menunjukkan tanda vital


dalam batas yan bisa
diterima
Melaporkan penurunan
dispnea
Ikut serta dalam aktivitas
yang mengurangi beban
kerja jantung

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan pola nafas
efektif dengan kriteria hasil:
Pola nafas kembali
teratur
RR kembali normal 1624 x/menit

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan pertukaran gas
lebih baik dengan criteria
hasil:
Menunjukkan status
pernafasan yang normal
berdasarkan : PaO2

23

sianosis
4. Berikan oksigen tambahan dengan kanula
nasal/masker dan obat sesuai indikasi
(kolaborasi)

1. Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi,


dan ekspansi dada.
2. Catat upaya pernafasan termasuk
penggunaan otot Bantu nafas
3. Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada
bunyi nafas tambahan
4. Tinggikan kepala (posisikan semifowler)
dan Bantu untuk mencapai posisi yang
senyaman mungkin.Kolaborasi pemberian
Oksigen dan px BGA
5. Ajarkan klien nafas dalam
6. Mengetahui tingkat kebutuhan oksigen
berlebih
7. Mengindikasikan terapi oksigen
8. Menyatakan adanya kongesti paru atau
penumpukan secret. Menunjukkan
kebutuhan adanya intervensi lanjut
9. Meningggikan kepala dan memposisikan
semi fowler mengurangi beban dan
meringakan upaya untuk bernapas,
1. Pantau bunyi nafas dan catat adanya
crackles pada pasien.
2. Ajarkan/anjurkan pasien batuk efektif,
nafas dalam.
3. Membantu pasien untuk melakukan
perubahan posisi secara berkala.
4. Pantau hasil dari GDA dan nadi oksimetri.

PaCO2, pH arteri, dan


saturasi o2 dalam batas
normal

4.

5.

Kelebihan volume
cairan
berhubungan
dengan
menurunnya curah
jantung/
meningkatnya
produksi ADH dan
retensi natrium/air

Intoleran aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbanga
n suplai okigen,
kelemahan umum,
dan immobilisasi

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan, kelebihan
volume cairan dapat teratasi
dengan criteria hasil:
Mempertahankan
keseimbangan cairan
seperti dibuktikan oleh
tekanan darah dalam
batas normal, tak ada
distensi vena perifer/
vena dan edema
dependen, paru bersih
dan berat badan ideal
( BB ideal TB 100 10
%)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan aktivitas
menjadi toleran dengan
criteria hasil:
Berpartisipasi aktif
pada aktivitas yag
diinginkan,
memenuhi kebutuhan
perawatan diri
sendiri.
Mencapai
peningkatan toleransi
aktivitas yang dapat
diukur, dibuktikan
oleh menurunnya
kelemahan dan

24

1. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah


dan warna saat dimana diuresis terjadi.
2. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan
dan pengeluaran selama 24 jam. dan
terapkan terapi diuretic.
3. Pertahakan pasien duduk atau tirah
baring dengan posisi semifowler selama
fase akut.
4. Kaji bisisng usus. Catat keluhan
anoreksia, mual, distensi abdomen dan
konstipasi.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan diet yang akan dilakukan
oleh pasien.

1. Periksa tanda vital sebelum dan setelah


aktivitas, khususnya bila klien menggunakan
vasodilator dan obat-obat diuretic.
2. Catat respons kardiopulmonal terhadap
aktivitas, catat adanya takikardi, diritmia,
dispnea berkeringat dan pucat.
3. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
4. Implementasi program rehabilitasi jantung.

kelelahan dan tanda


vital DBN selama
aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner, Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. EGC: Jakarta
2. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35458-Kep%20KardiovaskulerAskep%20Gagal%20Jantung.html
3. Wiley J, Sons.2009. Nursing Diagnosis Definitions and Classification
(NANDA) 2009-2011. USA:Wiley-Blackwell
4. Morhead S, Maas M, Johnson M. 2004. Nursing Outcomes Classification
(NOC). USA:Mosby-Elsevier.
5. Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM. 2004. Nursing Interventions
Classification (NIC). USA:Elvo

25

You might also like