You are on page 1of 11

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun, dan

jenis macam B3. Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, kita sering
bersinggungan dengan berbagai bahan berbahaya dan beracun. Tanpa kita
mengenal pengertian, jenis dan cara pengelolaannya dengan benar, akan
memberikan dampak yang berkepanjangan dan beruntun terhadap manusia dan
lingkungan.

Pengertian B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menurut OSHA (Occupational


Safety and Health of the United State Government) adalah bahan yang karena sifat
kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan
manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan.
Salah satu peraturan yang mengatur pengelolaan B3 adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Dalam
PP ini, B3 diklasifikasikan menjadi :

Salah satu peraturan yang mengatur pengelolaan B3 adalah Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Dalam PP ini, B3
diklasifikasikan menjadi :
1. Mudah meledak (explosive), yaitu bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25 0C, 760
mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di
sekitarnya.
2. Pengoksidasi (oxidizing), yaitu bahan yang memiliki waktu pembakaran sama atau lebih
pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.
3. Mangat mudah sekali menyala (extremely flammable), yaitu B3 padatan dan cairan yang
memiliki titik nyala di bawah 0 derajat C dan titik didih lebih rendah atau sama dengan
35 0C.
4. Sangat mudah menyala (highly flammable), yaitu bahan yang memiliki titik nyala 0-210C.
5. Mudah menyala (flammable).
6. Amat sangat beracun (extremely toxic);
7. Sangat beracun (highly toxic);

8. Beracun (moderately toxic), yaitu bahan yang bersifat racun bagi manusia dan akan
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan, kulit atau mulut.
9. Berbahaya (harmful), yaitu bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas yang jika
terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan sampai tingkat tertentu.
10. Korosif (corrosive), yaitu bahan yang menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan
proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju korosi lebih besar dari 6,35
mm/tahun, atau mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
11. Bersifat iritasi (irritant), yaitu bahan padat atau cair yang jika terjadi kontak secara
langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput lendir
dapat menyebabkan peradangan.
12. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment), yaitu bahaya yang
ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC), persisten di
lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan tersebut dapat merusak lingkungan.
13. Karsinogenik (carcinogenic), yaitu bahan yang dapat menyebabkan sel kanker.
14. Teratogenik (teratogenic), yaitu bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
15. Mutagenik (mutagenic), yaitu bahan yang menyebabkan perubahan kromosom (merubah
genetika).

PENANGANAN LIMBAH B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun,
dibakar atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat
membahayakan manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara
penanganan yang lebih khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu
diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau
berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode
pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran. Beberapa
metode penanganan limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut.
1.

Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi


Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi.
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah

2.
a.

b.

c.

stabilisasi/ solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik


dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu
untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya
racun limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses
stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.
Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3
namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas
beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini
dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah
penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah
B3, sedangkan Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan
mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat
dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran
dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki
kelemahan. Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam
skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan
dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.
Metode Pembuangan Limbah B3
Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection)
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia
adalah dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang
dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara
teori, limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari
tanah maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran
atau korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah
merembes kelapisan tanah.
Kolam penyimpanan (surface impoundments)
limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk
limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah
perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan
mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah
akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung,
dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.
Landfill untuk limbah B3 (secure landfils)
limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi.
Pada metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau
tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah
pencemaran limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap
untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika
diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif.
Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi,
masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka
panjang karena limbah akan semakin menumpuk.

1. Metode Insenerasi
Yaitu : metode pengolahan limbah padat melalui proses pembakaran secara tertutup di
dalam insenerator yang terbuat dari plat baja di lapisi batu api dengan suhu pembakaran
antara 800 - 1000 ( 0 celcius)

2. Metode Open Dumping

Yaitu: metode pengolahan limbah padat tanpa dikontrol melalui proses penumpukan
sampah di tempat terbuka. Biasanya di laksanakan di tempat pembuangan sementara
( TPS ). Selama proses ini terjadi penguraian oleh mikroorganisme secara aerob sehingga
menghasilkan bau.

3. Metode Sanitary Landfill


Yaitu : metode pengolahan limbah padat yang dikontrol melalui proses penumpukan
sampah yang di padatkan didalam galian tanah dan permukaannya di tutup / di timbun
tanah.

4. Metode Recycle
Yaitu: Metode pengolahan limbah melalui proses daur ulang menjadi produk lain yang
punya nilai ekonomis. Contoh : memanfaatkan sampah plastik menjadi produk yang
bernilai ekonomis.

5. Metode Pengomposan
Yaitu : Pengolahan sampah organik dalam suatu wadah terutup melalui proses penguraian
senyawa organik oleh populasi mikroorganisme dalam kondisi hangat, lembab dengan
bantuan aktifator untuk membantu mempercepat aktifitas penguraian mikroorganisme.

Sedang mengenai sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :
1. Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas
seperti : masak, las, dll.
2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian
listrik seperti : setrika, atau karena adanya korsleting.
3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan
ion positif seperti : peti.
4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda
seperti : gerinda, memaku, dll.

Tetrahidral Api
5. Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti : karbit dengan air
Bisa terjadi juga kecenderungan terjadi reaksi kimia akibat adanya elemen ke
empat. Inilah yang biasa dinamakan tetrahidral api seperti gambar disamping.
Ada beberapa klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar antara
lain :

Kelas A : Benda padat seperti kertas, kayu, plastik, karet, kain, dsb.

Kelas B : Benda cair seperti mInyak tanah, bensin, solar, tinner, gas elpiji,
dsb.

Kelas C : Kebakaran listrik, travo, kabel/konsleting arus listriknya.

Kelas D : Kebakaran khusus seperti Besi, aluminium, konstruksi baja.

Tipe Kebakaran :

Bagaimana caranya untuk memadamkan api?


Agar bisa memadamkan secara cepat, perlu difahami segitiga api seperti yang telah
diuraikan diatas yaitu menghilangkan salah satu unsur dari segitiga api.
Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat yang
sifatnya tradisional masih bisa dipakai seperti karung goni, pasir, termasuk
keperluan komunikasi kentongan dll. Sedang untuk alat pemadam kebakaran yang
sifatnya umum antara antara lain Hidrant, Mobil pemadam kebakaran, Alat
pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.
Disamping itu alat pemadam api lain yang mempunyai sifat sebagai racun api,
antara lain karbon dioksida, Bahan Kimia kering multi guna dan bubuk kering. Dari
beberapa macam alat pemadam api tersebut masingmasing mempunyai kegunaan
dan aturan tersendiri.
Inilah contoh gambar Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Media Alat Pemadam, Karakteristik dan Sifat Pemadamannya


1. Hydrospray
Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A. Alat ini
biasanya dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air. Penera berwarna
hijau menunjukkan alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah
menunjukkan tekanan sudah berkurang.

2. Drychemical Powder
Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A,B, C dan D, sedang sifat pemadaman
jenis bubuk kering antara lain :

Menyerap panas dan mendinginkan obyek yang terbakar.

Menahan radiasi panas.

Bukan penghantar arus listrik.

Menutup dengan cara melekat pada obyek yang terbakar karena adanya
reaksi kimia bahan tersebut saat terjadi kebakaran (reaksi panas api).

Menghambat terjadinya oksidasi pada obyek yang terbakar.

Tidak berbahaya.

Efek samping yang muncul adalah debu dan kotor.

Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat


elektronik.

Sekali pakai pada tiap kejadian.

3. Gas Cair Hallon Free/AF 11/Halotron 1


Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis klasifikasi kebakaran.
Sifat alat pemadam ini antara lain :

Bukan penghantar listrik

Tidak merusak peralatan

Non Toxic (tidak beracun)

Bersih tidak meninggalkan bekas.

Memadamkan api dengan cara mengikat O2 disekitar area kebakaran

Penggunaan yang multi purpose (semua klas kebakaran)

Bisa digunakan berulang-ulang

Lebih tepat digunakan di dalam ruang

4. Carbon dioksida
Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B dan C.
Sifat-sifatnya antara lain :

Bersih tidak meninggalkan bekas.

Non Toxide ( tidak beracun ).

Bukan penghantar listrik.

Tidak merusak peralatan ( elektronik / mesin )

Cara pemadaman dengan mendinginkan dan menyelimuti obyek yang


terbakar.

Tepat untuk area generator dan instalasi listrik.

Tekanan kerja sangat besar.

5. Racun Api Busa


Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A dan B. Cara
kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang terbakar. Jika obyek yang
terbakar benda cair, racun api busa ini bekerja menutup permukaan zat cair.
Sifat lainnya yaitu penghantar arus listrik sehingga tidak dapat digunakan pada
ruang yang berisi peralatan komponen listrik.
6. Fire Sprinkler System

Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg. Mekanisme
kerja sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala sprinkler
terkena panas.
Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan

yang terbakar.

8. Hydrant
Digunakan untuk jenis api kelas A dan B.
Secara ringkas, penggunaan media racun api berdasarkan klasifikasi bahan terbakar
jadi begini :

Agar bisa bekerja cepat dalam keadaan darurat perlu diperhitungkan persyaratan
dan cara pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang antara lain :

Tempat mudah dilihat dan dijangkau, tidak boleh digembok atau diikat mati.

Jarak jangkauan maksimum 15 m.

Tinggi pemasangan maksimum 125 cm.

Jenis media dan ukuran sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api.

Diperiksa secara berkala.

Bisa diisi ulang (Refill).

Kekuatan konstruksi terstandar.

Fasilitas yang harus dipunyai oleh laboratorium :

APAR

Tangga darurat

Ada sistem alarm seperti Heat detector, Smoke detector dan Flame detector
(lidah api)

Hydrant (Box hydrant)

Baju tahan panas pelindung kerja lengkap tahan api

Pintu tahan Api

Jumping sheet

Penangkal petir

Perhatikan juga jika masuk ke laboratorium atau gedung manapun, cobalah lihat
dan cari tanda arah evakuasi ataupun pintu darurat. Biasanya ditunjukkan dengan
papan nama 'pintu darurat' atau "exit" seperi gambar ini :

Usaha Preventif Tanggap Kebakaran

Penyuluhan dan pelatihan tentang pemadam kebakaran

Adanya SOP cara pengoperasian pada tabung pemadam

Pastikan listrik/api telah padam sebelum meniggalkan laboratorium

Usahakan bak kamar mandi selalu penuh

Bagaimana cara pelaksanaan pemadaman?

Selalu siap mental dan jangan panik

Perhatikan arah angin (dengan melihat lidah api)

Membelakangi arah angin menghindar dari sisi lain

Semprotkan/arahkan pada sumber api

Harus tahu jenis benda yang terbakar

Usahakan mengatur dan menahan nafas

Sedangkan prosedur emergensi evakuasi seperti berikut :

Bunyikan / tekan alarm terdekat

Keluar lewat pintu terdekat

Berkumpul ditempat yang berjarak minimal 30 meter dari sumber kebakaran

Beritahu petugas emergensi mengenai orang-orang yang ada didalam

Beritahu petugas emergensi mengenai alasan pengosongan ruangan

Jangan masuk kedalam gedung lagi sampai dijinkan oleh yang berwenang

You might also like