Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKRTA
2014
: RIZKA ALPIAN
NIM
: 20120420291
ISLAM DI INDONESIA
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis tugas akhir ini benar-benar
saya kerjakan sendiri. Karya tulis tugas akhir ini bukan merupakan plagiarisme,
pencurian hasil karya milik orang lain, hasil kerja orang lain untuk kepentingan
saya.
Bila kemudian hari diduga kuat ada ketidaksesuaian antara fakta dengan
kenyataan ini, saya bersedia untuk pembatalan karya tulis ini.
Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak atas tekanan ataupun
paksaan dari pihak maupun demi menegakan integritas akademik.
Yogyakarta, 06 Desember 2014
Yang membuat pernyataan,
RIZKA ALPIAN
NIM. 20120420291
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan negara yang penduduknya mayoritas Islam. Sistem
ekonomi islam dinilai cocok untuk diterpakan di Indonesia. Penerapan ekonomi
Islam ini tidaklah mudah. Dalam proses penerapannya pasti ada kendala dan
tantangan yang akan dihadapi. Sistem ekonomi Islam ini diterapkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk menghindarkan masyarakat
dari perbuatan yang dilarang dalam kegiatan ekonomi.
Adam Smith dalam bukunya An inquiry into the nature causes the
wealth of nation lahir tradisi pemikiran ilmu ekonomi klasik yang menekankan
kebebasan individu dan mekanisme pasar dalam mengatur aktivitas ekonomi
(laises faire) tanpa diganggu oleh kebijakan pemerintah. Pemikiran oleh john
maynard keynes mengembangkan pemikiran analisa ekonomi jangka pendek
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengatasi masalah pengangguran
dan inflasi.
Sistem ekonomi Islam merupakan suatu bagian dalam kehidupan seorang
muslim dalam upaya untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam aktivitas
ekonomi. Aplikasi nilai Islam dan sistem ekonomi Islam bagi seorang muslim
merupakan
(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.
Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal
setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development
Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21
Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.
Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa
yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun
waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi
laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan
terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh
anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian
menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak
mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak
melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal
pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii)
pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas
utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha
baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun
kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta
menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga
dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul
Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya. (bank
muamalat)
kesamaan
ekonomi
tapi
mendukung
dan
perusahaan. Kegitan lembaga keuangan tidak dapat terlepas dari uang. Uang telah
lama diguanakan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan kebutuhan utama
dalam menggerakkan perekonomian.pada mulanya dalam sistem perdagangan
dunia orang melakukannya melalui sistem barter. Sistem barter merupakan sistem
pertukaran antara barang dengan barang atau barang dengan jasa atau sebaliknya.
Fungsi lembaga keuangan bisa ditinjau dari empat aspek. Keempat fungsi
lembaga keuangan tersebut, yaitu:
1.
(fairness),
kejujuran
(honesty),
tanggung
jawab
kuntowijoyo
keuangan dan sector riil. Ekonomi tidak mudah menjadi gelembung atau
yang kita kenal sebagai bubble economy
2. Sistem ekonomi syariah menghindarkan pembiayaan yang bersifat
spekulatif atau eksploitasi pasar keuangan, lingkungan hidup dan
lingkungan social hanya demi keuntungan ekonomis pemilik modal
3. Seperti halnya komitmen kita bersama untuk memperluas financial
inclution terhadap sector UMKM, lembaga keuangan syariah berperan
nyata dalam menumbuhkembangkan UMKM
4. Kehadiran dana-dana social yang khas dalam sistem ekonomi syariah,
semisal zakat, infaq, dan shadaqah, melengkapi sistem jaring pengaman
social (social safety net) yang telah ada. Melalui hal ini, kaum miskin dan
dhuafa dapat diberdayakan dan dimandirikan
5. Indonesia perlu mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur.
Realisasi proyek infrastruktur telah mencapai di atas Rp 737 triliun,
namun masih memerlukan lebih banyak lagi. Instrumen keuangan dan
lembaga keuangan syariah dapat mengambil peran besar dalam hal ini.
(http://sef.feb.ugm.ac.id/)
(Anis Mashdurohatun : 5-6) mengatakan bahwa ekonomi syariah
berpotensi
menggantikan
posisi
ekonomi
konvensional,
namun
dalam
penerapannya banyak kendala dan tantangan yang dihadapi antara lain masih
diberlakukannya pajak ganda di perbankan syariah; belum siapnya dukungan
SDM ekonomi syariah; tidak ada kurikulum ekonomi syariah di sekolah umum,
sehingga pemahaman, kesadaran serta kepedulian masyarakat rendah; persepsi
negatif sekelompok muslim dan non-muslim yang takut mengaplikasikan hukum
syariah secara kafah; belum kuatnya dukungan parpol Islam untuk menerapkan
ekonomi syariah; meningkatnya apresiasi masyarakat dan kegairahan memperluas
pasar ekonomi syariah belum diikuti dengan edukasi yang memadai;
bukan hanya berasal dari eksternal melainkan juga berasal dari internal Islam itu
sendiri.
Tjuk K. Sukiadi mengatakan bahwa Banyak tantangan dan permasalahan
yang dihadapi dalam perkembangan bank syariah, terutama berkaitan dengan
penerapan suatu sistem perbankan yang baru yang mempunyai sejumlah
perbedaan prinsip dari sistem keuntungan yang dominan dan telah berkembang
pesat di Indonesia. Permasalahan ini dapat berupa permasalahan yang bersifat
operasional perbankan maupun aspek dari lingkungan makro. Beberapa kendala
yang dihadapi dalam pengembangan bank syariah antara lain:
1. Permodalan
Permasalahan pokok yang senantiasa dihadapi dalam pendirian
suatu usaha adalah permodalan. Setiap ide ataupun rencana untuk
mendirikan bank syariah sering tidak dapat terwujud sebagai akibat tidak
adanya modal yang cukup untuk pendirian bank syariah tersebut,
walaupun dari sisi niat ataupun ghiroh para pendiri relatif sangat kuat.
Kesulitan dalam pemenuhan permodalan ini antara lain disebabkan
karena: Belum adanya keyakinan yang kuat pada pihak pemilik dana
akan prospek dan masa depan keberhasilan bank syariah, sehingga
ditakutkan dana yang ditempatkan akan hilang. Masih kuatnya
perhitungan bisnis keduniawian pada pemilik dana sehingga ada rasa
keberatan jika harus menempatkan sebagian dananya pada bank syariah
sebagai modal. Ketentuan terbaru tentang Permodalan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia relatif cukup tinggi.
2. Peraturan Perbankan
Peraturan
Perbankan
yang
berlaku
belum
sepenuhnya
dalam
posisi
sulit
untuk
melarang
transaksi
keuangan
operasional
bank
syariah
secara
mendalam
dan
sebagai
pelaksana
operasional
bank
sehari-hari,
tetapi
moneter yang sesuai dengan prinsip syariah seperti halnya SBI dan
SBPU yang berlandaskan syariah Islam.
7. Jaringan Kantor
Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam
rangka perluasan jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Disamping
itu kurangnya jumlah bank syariah yanga ada juga menghambat
perkembangan kerjasama antar bank syariah. Jumlah jaringan kantor
bank yang luas juga akan meningkatkan efisiensi usaha serta
meningkatkan kompetisi ke arah peningkatan kulaitas pelayanan dan
mendorong inovasi produk dan jasa perbankan syariah.
Pengembangan jaringan perbankan syariah dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain: Peningkatan kualitas bank umum
syariah dan BPR syariah yang telah beroperasi. Perubahan kegiatan
usaha bank konvensional yang memiliki kondisi usaha yang baik dan
berminat untuk melakukan kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip
syariah. Pembukaan kantor cabang syariah (full branch) bagi bank
konvensional yang memiliki kondisi usaha yang baik dan berminat untuk
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Pembukaan
kantor cabang syariah dapat dilakukan dengan 3 cara antara lain :
Pembukaan kantor cabang dengan mendirikan kamtor, perlengkapan dan
SDM yang baru. Mengubah kantor cabang yang ada menjadi kantor
cabang syariah. Meningkatkan status kantor cabang pembantu menjadi
kantor cabang syariah.
8. Pelayanan
Dunia perbankan senantiasa tidak terlepas pada masalah
persaingan, baik dari sisi rate/margin yang diberikan maupun pelayanan.
Dari hasil survei lapangan membuktikan bahwa kualitas pelayanan
merupakan peringkat pertama kenapa masyarakat memilih bergabung
dengan suatu bank. Dewasa ini semua bank konvensional berlomba-
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian mengenai pengaruh penerapan sistem ekonomi Islam di Indonesia
dapat disimpulkan dampak posotifnya sebagai berikut :
1. Dengan penerapan sistem ekonomi Islam ini membantu masyarakat ke sistem
ekonomi yang lebih baik lagi. Sistem yang berdasarkan prinsip Islam yang
mengandung aspek akidah, ibadah, akhlaq dan muamalah.
2. Diterapkannya sistem ekonomi Islam untuk mensejahterakan masyarakat luas
agar apa yang benar-benar dimiliki masyarakat luas dapat di nikmati bersama.
Adanya jaminan sosial bagi individu di masyarakat serta agar kekayaan dapat
terdistribusi kepada masyarakat luas atau masyarakat yang membutuhkan.
3. Sistem ekonomi Islam ditandai dengan semakin banyaknya lembaga perbankan
syariah dan usaha lain yang berbasis syariah. Dalam kegiatan perbankan, misalnya
kegiatan pembiayaan/kredit, pembayaran harus sesuai dengan prinsip Islam yang
ada. Dimana dalam produk sebuah bank yaitu mudharabah. Mudharabah ialah
akad perjanjian (kerja sama usaha) antara kedua belah pihak, yang salah satu dari
keduanya memberi modal kepada yang lain supaya dikembangkan, sedangkan
keuntungannya dibagi antara keduanya sesuai dengan ketentuan yang disepakati.
4. Sistem ekonomi Islam dalam kegitannya melarang adanya maysir, gharar, riba,
batil. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan
keuantungan yang sah menurut syariah serta menyalurkan zakat, infak, dan
sedekah.
5. Banyak lembaga perbankan dan perusahaan tidak menggunakan etika dalam
kegiatannya untuk mencapai tujuannya yaitu memperoleh laba yang maksimum.
Dalam sistem ekonomi Islam ini lembaga perbankan dan perusahaan dalam
kegiatan mencari laba yang maksimum harus sesuai dengan etika bisnis dalam
Islam agar apa yang dihasilkan dapat bermanfaat.
Dalam penerapan sistem ekonomi Islam ini tidaklah mudah ada beberapa kendala
dan tantangan yang dihadapi. Dalam uraian diatas dapat disimpulkan kendala dan
tantangan sebagai berikut :
1. Tantangan dari dalam negeri dan luar negeri berupa ancaman embargo atau
bahkan pencekalan-pencekalan. Ideologi Islam berbeda dengan ideologi modern
saat ini yang dapat memunculkan perang pemikiran termasuk stigmatisasi dan
penyesatan, embargo dalam bentuk embargo politik dan ekonomi
2. Diberlakukannya pajak ganda di perbankan syariah, belum siapnya dukungan
SDM ekonomi syariah, tidak ada kurikulum ekonomi syariah di sekolah umum,
sehingga pemahaman, kesadaran serta kepedulian masyarakat rendah, persepsi
negatif sekelompok muslim dan non-muslim. Berbeda Pendapatnya Ulama
terhadap Penerapan Ekonomi Islam
3.
kantor pelayanan dan keuangan syariah masih relatif terbatas. Kedua, sumber
daya manusia yang kompeten dan profesional masih belum optimal. Ketiga,
pemahaman masyarakat terhadap Bank Syariah sudah cukup baik, namun minat
untuk menggunakannya masih kurang. keempat, sinkronisasi kebijakan dengan
institusi pemerintah lainnya berkaitan dengan transaksi keuangan, seperti
kebijakan pajak dan aspek legal belum maksimal; kelima, rezim suku bunga tinggi
pada tahun 2005; dan keenam, fungsi sosial Bank Syariah dalam memfasilitasi
keterkaitan antara voluntary sector dengan pemberdayaan ekonomi marginal
masih belum optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adinda, getta. Peluang dan Tantangan Ekonomi Islam dalam Menciptakan Iklim
Perekonomian Masyarakat yang Kompetitif di Indonesia.
Etika profesi, akuntan perusahaan, bisnis dan organisasi
Fairuz, Balqis Aqila. Relevansi dan Tantangan Penerapan Ekonomi Islam di
Indonesia.
Firman. penerapan akuntansi syariah ditinjau dari persepsi akuntan dan
mahasiswa akuntansi di kota makassar.
Kusumo, santoso wiryo (2009) . Relevansi Sistem Ekonomi Islam Terhadap
Proses Transformasi Masyarakat Islam Indonesia Dalam Pemikiran
Kuntowijoyo.
Ketua dan Sekertaris Jenderal SEF UGM