Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
dr. Yusuf Wijaya, SpM
Disusun oleh:
1.
(1061050142)
2.
(1061050143)
3.
Isty Qomariah
(1061050144)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas referat mengenai topik Low Vision Aids sebagai
salah satu tugas kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yusuf
Wijaya, SpM yang telah membimbing penulis dalam kepaniteraan Ilmu Penyakit
Mata, serta kepada dokter-dokter asisten sebagai asisten pembimbing penulis,
khususnya dalam penyelesaian referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang ada dan
penulis juga menerima adanya kritik dan saran yang membangun atas isi dari
pada referat ini.
Akhir kata, semoga referat ini dapat berguna bagi para pembaca. Sekian dan
terima kasih.
Penulis.
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR ...................................................................i
2. DAFTAR ISI .................................................................................ii
3. BAB I PENDAHULUAN .............................................................1
4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................3
2.1.
Definisi .......................................................................3
2.2.
Klasifikasi ..................................................................3
2.3.
2.4.
Diagnosa ....................................................................4
2.5.
Tatalaksana ...............................................................8
2.6.
5. KESIMPULAN ...........................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Defenisi
Low vision yaitu yang mengalami gangguan fungsi penglihatan bahkan
Klasifikasi
The International Classification of Diseases, Revisi ke-9, Clinical
2.3.
mata dan sistem visual. Kelainan kelainan ini dapat diklasifikasikan menjadi 4
(empat) bagian besar yang dapat membantu dalam memahami kesulitan dan
keluhan pasien serta memilih dan mengimplementasikan strategi untuk
rehabilitasinya.3,4,5
Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan
yaitu :3,4
-
Penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat
Diagnosa
Diagnosa pasien dengan low vision dilakukan secara komprehensif
meliputi (1) anamnesis mengenai onset keadaan mata yang dialami dan efek
penurunan penglihatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari; (2) pemeriksaan
ketajaman penglihatan terbaik setelah koreksi, lapangan pandang, sensivitas
kontras, persepsi warna (dan kepekaan terhadap silau bila hal itu berkenaan
dengan keluhan pasien); (3) evaluasi penglihatan dekat dan kemampuan
membaca.3,4
a. Anamnesis4,5
Pemeriksaan low vision dimulai dengan anamnesis yang lengkap. Pasien
harus ditanyai mengenai gambaran spesifik onset, terapi yang diberikan, dan
pengobatan saat ini. Respon pasien menunjukkan pemahaman tentang kondisi
mereka sendiri. Catat adanya sikap yang tidak realistis dan tidak masuk akal.
Apakah individu ini memahami keterbatasan dari apa yang akan dicapai
dengan rehabilitasi penglihatan kurang? Anamnesis perlu merujuk pada daftar
aktivitas sehari-hari pasien yang tidak dapat dikerjakan secara efisien, seperti:
berbelanja, menyiapkan cemilan, membedakan uang, membaca tulisan/ teks,
menulis, menekan tombol telepon, menyebrang jalan, mencari tanda taksi dan
bus, membaca label obat, membaca huruf dikompor, menyesuaikan
thermostat,
menggunakan
komputer,
membaca
petunjuk,
menonton
menjadi
penujuk
dalam
usaha-usaha
memaksimalkan fungsi
pengenalan
detil
seperti
pengenalan
wajah
dan
mengidentifikasi uang.
Untuk pemeriksaan pasien low vision, snellen chart sering tidak
memuaskan sehingga tidak dijadikan standar pengukuran tetapi dianjurkan
menggunakan The Early Treatment Retinopaty Charts (ETDRS),
colenbrander 1-m chart, Bailey-Lovie Chart, LEA chart.
pemeriksaan
tradisional
untuk
pemeriksaan ini secara monocular dan sekali lagi minta pasien untuk
melapor bila melihat titik fiksasi di pusat dan bila terdapat distorsi atau
skotoma. Bila pemeriksaan dilakukan dengan cara ini, pasien mengerti apa
yang diharapkan dan pemeriksaan tersebut dapat menyediakan data yang
bermanfaat. Contohnya, bila suatu skotoma yang besar di mata dominan
menumpuk mata nondominan yang lebih baik, pasien mungkin perlu
menutup (melakukan oklusi) mata yang dominan. Apabila mata yang
dominan adalah mata yang lebih baik, mata tersebut akan menindih mata
dominan yang lebih buruk; koreksi binokular akan bermanfaaat bagi
pasien-pasien ini.
3. Pemeriksaan kontras
Pemeriksaan kontras lebih akurat dalam mengekspresikan tingkat
fungsional sensitivitas retina dibandingkan pemeriksaan lainnya,
termasuk pemeriksaan visus. Di antara semua uji yang tersedia untuk
sensitivitas kontras, uji MARS yang baru-baru ini dikembangkan
(dengan menggunakan huruf-huruf yang disusun di atas tiga buah
grafik berukuran 14 x 19 dalam 8 baris yang setiap barisnya terdiri atas
6 huruf) dinyatakan memenuhi syarat. Kontras masing-masing huruf
berkurang sesuai nilai konstanta 0,04 log unit, menjadikannya
pemeriksaan kontras klinis yang paling sensitif. Hasil pemeriksaan
mengidentifikasi derajat kehilangan kontras sebagai: sangat berat,
berat, sedang, dan sensitivitas kontras dewasa yang normal. Ini
merupakan metode yang cepat dan akurat untuk mengukur fungsi
penglihatan yang penting. Sensitivitas kontras merupakan suatu
kemampuan untuk memprediksi respons retina terhadap pembesaran.
Tanpa melihat ketajaman penglihatannya, apabila kontras di bawah
normal atau termasuk dalam derajat kehilangan sangat berat, pasien
akan sulit untuk merespon pembesaran optis.
4. Pemeriksaan uji identifikasi warna
Uji identifikasi warna sederhana dilakukan bila keluhan pasien
mencakup kesulitan mengenali warna.
5. Pemeriksaan Penglihatan Dekat dan Kemampuan Membaca
dimana
setiap
kalimat
disesuaikan
jarak
dan
dengan
b. Instruksi
Bagian dari manajemen yang efektif pada pasien penglihatan kurang adalah
instruksi untuk terampil menggunakan alat. Aktivitas sehari-hari perlu mendapat
perhatian; aktivitas tersebut mungkin dapat dijalani dengan lensa untuk
penglihatan kurang, tetapi pengidapnya juga memerlukan rujukan ke suatu agensi.
Pasien menggunakan berbagai alat di bawah pengawasan seorang instruktur
terlatih sampai ia mahir. Selama masa instruksi, dilakukan pembahasan tentang
mekanika alat-alat bantu, semua pertanyaan pasien dijawab, dan tujuan pemakaian
alat tersebut diperjelas. Pasien diberi cukup waktu untuk mempelajari teknikteknik yang benar selama satu sesi atau lebih, dan mungkin dapat diberi lensa
pinjaman untuk dicoba saat bekerja atau di rumah. Pasien-pasien yang lebih tua
biasanya memerlukan lebih banyak waktu adaptasi dan dukungan dibandingkan
pasien muda atau penderita dengan gangguan penglihatan kongenital.
Dokter dan staf memperoleh manfaat dari program-program pelatihan, yakni
mempelajari bagaimana menangani pasien berpenglihatan kurang di tempat
praktik.
Instruksi merupakan kunci keberhasilan rehabilitasi penglihatan. Lebih dari
90% pasien berhasil dengan instruksi, sedangkan angka keberhasilan 50% (tak
lebih dari sekedar kebetulan)
dilakukan pelatihan.
c. Tindak Lanjut
Dalam dua sampai tiga minggu, kemajuan pasien ditinjau, dilakukan
penyesuaian, dan peresepan dibereskan. Bila timbul masalah kecil di hari-hari
pertama, biasanya dapat diatasi melalui telepon.
2.6. Low Vision Aids 3,4,5
Terdapat lima jenis alat bantu penglihatan kurang (low vision aids) :
1. Alat bantu lensa konveks
Kacamata dan kaca pembesar genggam maupun berdiri diresepkan untuk
lebih dari 90% pasien. Berbagai tambahan memiliki kelebihan dan
kekurangan. Apabila pasien menggunakan kacamata, bahan bacaan harus
dipegang pada jarak fokus lensa, misal 10 cm untuk lensa 10-dioptri.
Semakin kuat lensanya, semakin dekat jarak bacanya sehingga cenderung
Gambar
2. Sistem teleskop.
Sistem teleskop adalah satu-satunya alat dapat difokuskan dari jarak yang tak
terhingga ke jarak dekat.bagi individu berpenglihatan kurang, alat yang paling
sederhana adalah teleskop monocular-genggam untuk melihat dalam waktu
singkat, khususnya melihat papan petunjuk. Bagi pasien dengan kegemaran atau
hobi tertentu, supaya praktis digunakan teleskop Galilean atau keplerian (system
prisma internal) dalam sebuah bingkai kacamata. Yang baru-baru ini
dikembangkan adalah teleskop autofocus monocular. Rentang kekuatan untuk
alat-alat genggam adalah 2-8x. Teleskop kacamata sulit digunakan dengan
kekuatan di atas 6x. kerugian yang dimilikii seluruh teleskop adalah diameter
lapangan pandang yang kecil dan dangkalnya bagian tengah lapangan
pandangnya.
Gambar 2
cemilan
Makan di luar
Membedakan
uang
Membaca
tulisan/ teks
Kacamata berkekuatan
tinggi, kacamata bofokus,
kaca pembesar genggam,
kaca pembesar berdiri
(stand magnifier), closed
circuit television (CCTV)
Kaca pembesar genggam
Menulis
penyimpanan yang
konsisten
Senter, lampu meja
Menyusun dompet dalam
kompartemenkompaetemen
Cahaya, teks berkontras
tinggi, teks berukuran
besar, lubang kaca (
reading slit)
Menyemberang
jalan
Mencari tanda
taksi dan bus
Membaca label
obat
Membaca huruf
dikompor
Menyesuaikan
termostat
Menggunakan
komputer
Teleskop
Membaca
petunjuk
Menonton
pertandingan
olah raga
Kacamata
Teleskop
Gambar 3
BAB III
KESIMPULAN
World Health Organization (WHO) menyatakan seseorang memiliki
penglihatan kurang (low vision) yaitu yang mengalami gangguan fungsi
penglihatan bahkan setelah dilakukan tindakan optimal seperti pengobatan
dan/atau koreksi refraksi standar, dan memiliki ketajaman penglihatan kurang dari
20/60 hingga persepsi cahaya (light perception), atau lapangan pandang kurang
dari 10 derajat dari titik fiksasi tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan
untuk melihat.
Gejala awal pasien penglihatan kurang biasanya bersangkutan pada
aktivitas sehari-hari pasien yang tidak dapat dikerjakan secara efisien, seperti:
berbelanja, menyiapkan cemilan, membedakan uang, membaca tulisan/ teks,
menulis, menekan tombol telepon, menyebrang jalan, mencari tanda taksi dan bus,
membaca label obat, membaca huruf dikompor, menyesuaikan thermostat,
menggunakan komputer, membaca petunjuk, menonton pertandingan olah raga
Pasien dengan penglihatan kurang mungkin mengalami penglihatan
berkabut, penyempitan lapangan pandang, atau skotoma yang luas. Mungkin
terdapat keluhan fungsional lain seperti meningkatnya kepekaan terhadap silau
(glare sensitivity), kelainan persepsi warna, atau berkurangnya kontras. Beberapa
pasien mengalami diplopia. Keluhan yang sering diutarakan pasien adalah
bingung akibat menumpuknya bayangan-bayangan yang berbeda, yang dihasilkan
dari tiap-tiap mata
Penatalaksanaan penglihatan kurang yang efektif dimulai segera setelah
pasien mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Rencana
penatalaksanaan harus mempertimbangkan tingkat fungsi penglihatan, tujuantujuan intervensi yang realistik, dan beragam alat yang dapat membantu. Semakin
cepat mereka beradaptasi dengan alat bantu penglihatan kurang, semakin cepat
mereka dapat menyesuaikan diri dengan teknik-teknik baru untuk menggunakan
penglihatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton A.C and Jhon E.H. Neurofisiologi Penglihatan Sentral. Dalam: Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11th. Jakarta: EGC, 2007. Hal 669-680.
2. Sherwood L. Susunan Saraf Tepi: Divisi Aferen; Indera Khusus. Dalam:
Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi: 6th. Jakarta: ECG, 2011. Hal
211-230.
3. Skuta G. L., Louis B.C., Jayne S.W., et al. Vision Rehabilitation. In : Clinical
Optics section 3 Basic Clinical Science Course American Academy of
Ophthalmology. Singapore : American Academy of Ophthalmology, 2011.
Page 285-307.
4. Faye E E. Penglihatan Kurang. Dalam: Vaughan & Asbury Oftalmologi
Umum. Edisi 17th. Jakarta: EGC, 2009. Hal 407-415.
5. Monteiro M.M, Rita De Casia IM, Keila MM, et al. Optical and nonoptical
aids for reading and writing in individuals with acquired low vision. Arq Bras
Oftalmol. 2014; 77(2): 91-4.