You are on page 1of 11

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH

ORIENTASI BARU PSIKOLOGI DI PENDIDIKAN MENENGAH

TUGAS DI BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN


HAL 52-53

OLEH
MUHADIS MAHAMERU (8146132050)

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Sri Milfayetty, M.S.Kon

PROGRAM PASCA SARJANA


ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI KEPENGAWASAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

TUGAS DI BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN


HAL 52-53

1. Kasus I
A. Landasan Teori
Perkembangan perilaku berdasarkan teori Erikson :
Eric Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan teori
psikoanalisis dari Freud. Di dalam teori psikososial disebutkan bahwa tahap
perkembangan individu selama siklus hidupnya, dibentuk oleh pengaruh sosial yang
berinteraksi dengan individu yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Secara
umum inti dari teorinya adalah :
1. Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.
2. Adanya interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
3. Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikologis.
4. Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan
menyatu.
5. Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
6. Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8 fase,
dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.
Prinsip prinsip pertumbuhan dan perkembangan :
1. Tumbang manusia akna berjalan sesuai dengan yang diprediksikan, berkelanjutan dan
berurutan.
2. Tumbang neuromuskular mengikuti / sesuai dengan pola cephalo-caudal atau
proximodistal
3. Setiap perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas
perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan
keahlian baru.

4. Tumbang mungkin untuk sementara akan gagal atau menurun selama periode kritis.
5. Pola tumbang setiap individu berbeda tergantung genetik. Lingkungan yang
mempengaruhi selama masa kritis
Teori perkembangan yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori
yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Erik erikson menyimpulkan bahwa
perkembangan anak itu mengalami delapan tahap dan setiap tahapnya menawarkan
potensi kemajuan dan potensi kemunduran ( Human Development;1978).
Teori Erikson dikatakan juga sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena
didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya sangat representatif
dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu
aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya
perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan
yang ketiga/terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam
mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat
memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah
lingkungan. Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari
mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna
memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern
seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus
atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa,
maupun lansia.
Delapan tahap/fase perkembangan menurut Erikson memiliki ciri utama setiap
tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang
berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap
perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :
1. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust-mistrust. Perilaku bayi
didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya.
Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak
akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku
oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang

asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan
sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan
autonomy-shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa
berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri
tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu
dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari
orang tuanya.
3. Inisiatif vs Kesalahan
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiativeguilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapankecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena
kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan.
Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk
sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
4. Kerajinan vs Inferioritas
Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry-inferiority.
Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat
aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan
berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasanketerbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi
kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat
menyebabkan anak merasa rendah diri.
5. Identitas vs Kekacauan Identitas
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa
puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai
adanya kecenderungan identity-Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah

kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya


dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari
dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja
sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas
diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang
besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan
pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan
kepada masing-masing anggota.
6. Keintiman vs Isolasi
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan
memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30
tahun. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacyisolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan
kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka
sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang
tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan
yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang
lainnya.
7. Generativitas vs Stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh
orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai
adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa,
pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala
kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga
perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu
sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan
kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan
atau mencapai hal hal tertentu ia mengalami hambatan.

8. Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki
oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence)
ditandai adanya kecenderungan ego integrity-despair. Pada masa ini individu telah
memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah
menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh
usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau
tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan
untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus
berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan
dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.
B. Jawaban Soal
Jadi perkembangan perilaku psikososial siswa di SMA termasuk dalam kategori
perkembangan Identitas vs Kekacauan Identitas; hal ini merupakan tahap adolesen
(remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun.
Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity-Identity Confusion.
Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapankecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan
identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan
identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga
tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa
setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok
sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh
terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.

2. Kasus II
A. Landasan Teori
1) Teori Kognitif Piaget; pada perkembangan siswa SMP.
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang
berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1. Periode sensorimotorik (usia 02 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 27 tahun)

3. Periode operasional konkrit (usia 711 tahun)


4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa); Tahap operasional
formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget.
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan
terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat
memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala
sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada gradasi abu-abu di
antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia
dewasa

secara

fisiologis,

kognitif,

penalaran

moral,

perkembangan

psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya


mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan
penalaran dari tahap operasional konkrit.
2) Teori psikososial Erikson; pada perkembangan siswa SMP tergolong pada tahap
Kerajinan vs Inferioritas yaitu Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya
kecenderungan industry-inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap
sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di
lingkungannya.

Dorongan

untuk

mengatahui

dan

berbuat

terhadap

lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan


kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran,
hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan
anak merasa rendah diri.
3) Teori Perkembangan Moral Kohlberg; pada perkembangan siswa SMP yakni
pada tahap Memperhatikan Citra Anak yang Baik. Maksudnya adalah anak dan
remaja berperilaku sesuai dengan aturan dan patokan moral agar dapat
memperoleh persetujuan orang dewasa, bukan untuk menghindari hukuman.
Semua perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuannya, jadi ada
perkembangan kesadaran terhadap perlunya aturan. Dalam hal ini terdapat pada
pendidikan anak. Pada tahap ini disebut juga dengan Norma-Norma
Interpernasional ialah : dimana seseorang menghargai kebenaran, keperdulian,

dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan


moral. Anak-anak sering mengadopsi standar-standar moral orang tuanya sambil
mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagi seorang anak yang baik.
B. Jawaban Soal
Jika sebagai contoh terdapat kasus seorang siswa SMP berperilaku sebagai istri
simpanan pejabat (kasus Darin Mumtazah istri simpanan Luthfi Hasan, mantan Ketum
PKS). Pada kasus tersebut, Darin Mumtazah berdasarkan teori kognitif Piaget, teori
psikososial Erikson dan teori perkembangan moral Kohlberg maka termasuk
perkembangan cepat karena melebihi apa yang biasa dialami oleh perkembangan anak
seusianya.

3. Kasus III
A. Landasan Teori
1) Identitas diffusion. Orang tipe ini, yaitu orang yang mengalami kebingungan
dalam mencapai identitas. Ia tidak memiliki krisis dan juga tidak memiliki tekad
untuk menyelesaikannya. Ciri seseorang yang memiliki identitas ini adalah :
tidak mempunyai pilihan-pilihan yang dipertimbangkan secara serius, tidak
mempunyai komitmen, tidak yakin pada dirinya sendiri, cenderung menyendiri,
orang tua tidak mendiskusikan mengenai masa depan dengannya, mereka sering
bicara semua terserah mereka, beberapa dari mereka tidak mempunyai tujuan
hidup, cenderung tidak bahagia, sering menyendiri karena kurangnya pergaulan.
2) Identitas foreclosure; identitas ini ditandai dengan tidak adanya suatu krisis,
tetapi ia memiliki komitmen atau tekad. Sehingga individu seringkali beranganangan tentang apa yang ingin dicapai dalam hidupnya, tetapi seringkali tidak
sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya. Akibatnya, ketika individu
dihadapkan pada masalah realitas, tidak mampu menghadapi dengan baik.
Bahkan kadang-kadang melakukan mekanisme pertahanan diri seperti ;
rasionalisasi, regresi pembentukan reaksi dan sebagainya. (Dariyo, 2004 : 84).
Ciri seseorang yang memiliki identitas ini : komitmennya dibuat setelah
menerima saran dari orang lain, keputusan dibuat tidak sebagai hasil dari krisis,
yang akan melibatkan pertanyaan dan eksplorasi pilihan-pilihan yang mungkin,
berpikiran kaku, bahagia, yakin pada diri sendiri, bahkan mungkin puas dengan
diri sendiri, menjadi dogmatis ketika opininya dipertanyakan, hubungan keluarga

dekat, patuh, cenderung mengikuti pemimpin yang kuat, tidak mudah menerima
perselisihan pendapat.
3) Identitas moratorium ; identitas ini ditandai dengan adanya krisis, tetapi ia tidak
memiliki kemauan kuat (tekad) untuk menyelesaikan masalah krisis tersebut.
Ciri seseorang yang memiliki identitas moratorium adalah : dalam keadaan
krisis, ragu-ragu dalam membuat keputusan, banyak bicara, percaya diri, tetapi
juga mudah cemas dan takut, pada akhirnya mungkin akan keluar dari krisis
dengan kemampuannya membuat komitmen.
4) Identitas achievement ; seorang individu dikatakan telah memiliki identitas, jika
dirinya telah mengalami krisis dan ia dengan penuh tekad mampu
menghadapinya dengan baik. Justru dengan adanya krisis akan mendorong
dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya mampu menyelesaikannya dengan
baik. Walaupun kenyataannya ia harus mengalami kegagalan, tetapi bukanlah
akhir dari upaya untuk mewujudkan potensi dirinya. Ciri orang yang memiliki
identitas ini : mampu membuat pilihan dan komitmen yang kuat, pilihan dibuat
sebagai hasil proses periode krisis dan pencurahan banyak pikiran serta
perjuangan emosi, orang tua mendorongnya untuk membuat keputusannya
sendiri, orang tua mendengarkan ide-idenya dan memberi opini tanpa tekanan,
flexible strength, banyak berpikir, tetapi tidak terlalu mawas diri, mempunyai
rasa humor, dapat bertahan dengan baik dibawah tekanan, mampu menjalin
hubungan yang intim, dapat bertahan meskipun membuka diri pada ide baru,
lebih matang dan lebih kompeten dalam berhubungan daripada mereka dari tiga
kategori status identitas lainnya.
B. Jawaban Soal
Seorang

guru

haruslah

memahami

setiap

taraf

identitas

agar

dapat

mengembangkan identitas siswa sesuai dengan taraf perkembangannya sehingga siswa


dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya sehingga dapat membentuk
menjadi insan yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain.

4. Kasus IV
A. Landasan Teori
1) Teori Kognitif Piaget; pada perkembangan siswa SD termasuk dalam tahap
Tahapan Operasional Konkrit. Tahapan ini adalah muncul antara usia enam
sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang

memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah: Pengurutan


kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari
benda yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasi kemampuan untuk
memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian bendabenda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak
lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan).
2) Teori Kognitif Piaget; pada perkembangan dewasa (guru). Tahapan Operasional
Formal. Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif
dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat
pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang
dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat
segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada gradasi abuabu di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas
(saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia
dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual,
dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan
berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap
operasional konkrit.

B. Jawaban Soal
Untuk mengatasi gap atau jarak antara perkembangan psikologis guru dengan
siswa Sekolah Dasar yaitu dengan cara guru harus lebih memahami perkembangan
kognitif, afektik dan psikomotorik siswa Sekolah Dasar tersebut sehingga dapat
menerapkan treatmen-treatmen yang tepat dalam proses pembelajaran berdasarkan
perkembangan psikologis pada tahap siswa Sekolah Dasar.

You might also like