You are on page 1of 3

Doa dan Dzikir Ketika Berwudhu (1)

muslim.or.id /fiqh-dan-muamalah/doa-dan-dzikir-ketika-berwudhu-1.html
Doa dan dzikir yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika berwudhu hanya ada di
dua tempat, yaitu:

Pertama, Membaca Bismillah di Awal Wudhu


Hukum membaca bismillah di awal wudhu adalah wajib. Bagi yang lupa membacanya di awal wudhu,
hendaknya mengucapkan bismillah ketika teringat meskipun di tengah-tengah berwudhu. [1]
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

Tidak ada (tidak sah) wudhu bagi yang tidak menyebut nama Allah ketika berwudhu. [2]
Dan juga berdasarkan perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada para sahabat. Dari
Anas bin Malik radhiyallahu anhu beliau menceritakan bahwa sebagian sahabat Nabi shallallahu
alaihi wa sallam mencari air untuk berwudhu. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata,
:

Apakah kalian memiliki air? Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam memasukkan tangannya ke
dalam air dan bersabda,Berwudhulah kalian dengan (mengucapkan) bismillah [3]
Sebagian ulama menilai bahwa membaca bismillah hukumnya sunnah, tidak sampai derajat wajib
karena menilai hadits-hadits tentang masalah ini adalah hadits yang dhaif. [4] Namun yang lebih
tepat, hadits di atas adalah shahih, sehingga hukum membaca bismillah ketika berwudhu adalah
wajib. [5]

Ke dua, Membaca Doa Selesai Berwudhu


Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

:

Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian
mengucapkan, Asyhadu an laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, wa asyhadu anna
Muhammadan abduhu wa rasuluhu [Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusan Allah.] kecuali Allah akan bukakan untuknya delapan pintu langit yang bisa
dia masuki dari pintu mana saja. [6]
Di dalam riwayat At-Tirmidzi ada tambahan doa,

Allahummaj alni minat tawwabiina wajalnii minal mutathohhiriin [Ya Allah jadikanlah aku
termasuk hamba-hambaMu yang rajin bertaubat dan menyucikan diri]. [7]
Adapun tambahan doa,


Wajalni min ibaadika ash-shalihin minalladziina laa khoufun alaihim walaa hum yahzanuun
[Jadikanlah aku termasuk hamba-Mu yang shalih, (yaitu) hamba-hamba-Mu yang tidak ada rasa takut
dalam diri mereka dan tidak pula bersedih hati.]
maka tambahan doa dengan lafadz seperti ini tidak ada asalnya dari Nabi shallallahu alaihi wa
sallam, sehingga tidak boleh diamalkan. Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilali hafizhahullah
mengatakan,Sebagian orang menambahkan, Wajalni min ibaadika ash-shalihin. Tambahan ini
tidak ada asalnya sebagaimana yang aku jelaskan dalam kitabku, Silsilah Al-Ahaadits Allati Laa Ashla
Laha. [8]
Doa lain yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallams setelah berwudhu diriwayatkan dari
Abu Said Al-Khudhri radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Barangsiapa yang berwudhu kemudian setelah berwudhu mengucapkan doa,Subhaanaka
allahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika [Maha
suci Engkau ya Allah, segala puji untuk-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain
Engkau, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu] maka akan ditulis di lembaran berwarna
putih kemudian di-stempel dan tidak akan hancur sampai hari kiamat. [9]
Hanya di dua tempat inilah disyariatkannya berdzikir dan berdoa ketika atau selesai berwudhu. Adapun
doa dan dzikir selain di dua tempat ini, sebagaimana yang tersebar di tengah-tengah masyarakat,
maka tidaklah diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana yang akan kami bahas di
bagian selanjutnya dari tulisan ini.
[Bersambung]
Selesai disusun di pagi hari menjelang shubuh, Masjid Nasuha ISR Rotterdam 19 Shafar 1436
Yang selalu mengharap ampunan Rabb-nya,
Penulis: dr. M. Saifudin Hakim, MSc.

Catatan kaki:
[1] Lihat Shifat Wudhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam, karya Fahad bin Abdirrahman Ad-Dausri, hal.
16-17.
[2] HR. Ibnu Majah no. 399; At-Tirmidzi no. 26; Abu Dawud no. 101. Dinilai shahih oleh Al-Albani di
Shahihul Jami hadits no. 7444.
[3] HR. Bukhari no. 69; Muslim no. 2279 dan An-Nasai 1/60.
[4] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/122-123.
[5] Idem no. 1.
[6] HR. Muslim no. 234; Abu Dawud no. 169; At-Tirmidzi no. 55; An-Nasai 1/95 dan Ibnu Majah no.
470.
[7] Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami hadits no. 6046.
[8] Bahjatun Nadziriin Syarh Riyadhus Shalihin, 2/250.

[9] HR. An-Nasai dalam Amal Yaum wal Lailah no. 30. Dinilai shahih oleh Al-Albani di Shahihul Jami
hadits no. 6046.

Artikel Muslim.Or.Id

You might also like