Professional Documents
Culture Documents
muslim.or.id /fiqh-dan-muamalah/doa-dan-dzikir-ketika-berwudhu-1.html
Doa dan dzikir yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika berwudhu hanya ada di
dua tempat, yaitu:
Wajalni min ibaadika ash-shalihin minalladziina laa khoufun alaihim walaa hum yahzanuun
[Jadikanlah aku termasuk hamba-Mu yang shalih, (yaitu) hamba-hamba-Mu yang tidak ada rasa takut
dalam diri mereka dan tidak pula bersedih hati.]
maka tambahan doa dengan lafadz seperti ini tidak ada asalnya dari Nabi shallallahu alaihi wa
sallam, sehingga tidak boleh diamalkan. Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilali hafizhahullah
mengatakan,Sebagian orang menambahkan, Wajalni min ibaadika ash-shalihin. Tambahan ini
tidak ada asalnya sebagaimana yang aku jelaskan dalam kitabku, Silsilah Al-Ahaadits Allati Laa Ashla
Laha. [8]
Doa lain yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallams setelah berwudhu diriwayatkan dari
Abu Said Al-Khudhri radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang berwudhu kemudian setelah berwudhu mengucapkan doa,Subhaanaka
allahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika [Maha
suci Engkau ya Allah, segala puji untuk-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain
Engkau, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu] maka akan ditulis di lembaran berwarna
putih kemudian di-stempel dan tidak akan hancur sampai hari kiamat. [9]
Hanya di dua tempat inilah disyariatkannya berdzikir dan berdoa ketika atau selesai berwudhu. Adapun
doa dan dzikir selain di dua tempat ini, sebagaimana yang tersebar di tengah-tengah masyarakat,
maka tidaklah diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana yang akan kami bahas di
bagian selanjutnya dari tulisan ini.
[Bersambung]
Selesai disusun di pagi hari menjelang shubuh, Masjid Nasuha ISR Rotterdam 19 Shafar 1436
Yang selalu mengharap ampunan Rabb-nya,
Penulis: dr. M. Saifudin Hakim, MSc.
Catatan kaki:
[1] Lihat Shifat Wudhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam, karya Fahad bin Abdirrahman Ad-Dausri, hal.
16-17.
[2] HR. Ibnu Majah no. 399; At-Tirmidzi no. 26; Abu Dawud no. 101. Dinilai shahih oleh Al-Albani di
Shahihul Jami hadits no. 7444.
[3] HR. Bukhari no. 69; Muslim no. 2279 dan An-Nasai 1/60.
[4] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/122-123.
[5] Idem no. 1.
[6] HR. Muslim no. 234; Abu Dawud no. 169; At-Tirmidzi no. 55; An-Nasai 1/95 dan Ibnu Majah no.
470.
[7] Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami hadits no. 6046.
[8] Bahjatun Nadziriin Syarh Riyadhus Shalihin, 2/250.
[9] HR. An-Nasai dalam Amal Yaum wal Lailah no. 30. Dinilai shahih oleh Al-Albani di Shahihul Jami
hadits no. 6046.
Artikel Muslim.Or.Id