Professional Documents
Culture Documents
KAMABOKO CUMI
(Loligo sp.)
Oleh :
Nama
NRP
Kelompok
Meja
Tanggal Praktikum
Asisten
I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan
(2) TujuanPercobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.
1.1 Latar Belakang Percobaan
Ikan umumnya diawetkan dengan dua cara, yaitu dengan pengolahan
modern (pendinginan, pembekuan teknik suhu tinggi termasuk pengalrngn dan
sebagainya) dan pengolahan tradisional yang umumnya didasarkan pada prinsip
sebanyak mungkin menarik air dari produk (dehidrasi) dengan penggaraman,
pengeringan dan lain-lain (Burhanuddin,1986).
Kamaboko adalah produk hasil olahan ikan yang berbentuk gel, bersifat
kenyal dan elastis, yang dicampur bahan tambahan lainnya, dan telah mengalami
proses ekstraksi serta pemasakan. Produk ini berasal dari Jepang; dan di Indonesia
dikenal beberapa produk sejenis yaitu baso ikan, otak-otak, dan empek-empek
(Anonim, 2010).
Kamaboko merupakan makanan hasil olahan daging yang digemari di
masyarakat Jepang. Kamaboko sebagian besar terdiri atas daging ikan sebagai
bahan baku utama yang harganya relatif murah. Perbedaan harga ini disebabkan
karena jumlah penambahan bahan baku tambahan berbeda, semakin banyak bahan
baku tambahan maka harga kamaboko tersebut akan semakin murah. Akan tetapi
dengan adanya kamaboko dengan bahan baku utama ikan diharapkan akan didapat
produk pangan dengan gizi yang tinggi dan mamiliki harga yang lebih terjangkau
(Anonim, 2010).
pula
dengan
pekembangan
cara
pengolahannya,
terutama
cara
pemasakannya, bentuk dan ukuran yang diinginkan, serta berbagai macam bahan
tambahan makanan yang ditambahkan. Bahan-bahan tambahan yang sering
digunakan antaralain ialah pati dari berbagai macam ubi, biji-bijian, kuning telur,
keju, dan lain-lain (Muchtadi, 1992).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pembuatan kamaboko adalah untuk diversifikasi produk
olahan ikan menambah nilai ekonomis dari produk, mengetahui proses pembuatan
kamaboko.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pembuatan kamaboko berdasarkan proses pengikatan
bahan pangan dengan pati dan terjadi proses gelatinasi sehingga produk menjadi
kenyal.
Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Bahan Percobaan yang Digunakan,
(2) Alat Percobaan yang Digunakan dan (3) Metode Percobaan.
2.1. Bahan Percobaan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain susu murni,
whipping cream, garam, air es. daging ikan kakap merah, tepung tapioka, putih
telur, bawang putih, gula, merica, dan garam.
2.2. Alat Percobaan yang Digunakan
Alat-alat yang digunkan dalam percobaan ini antara lain pisau, sendok,
talenan, baskom, chopper, timbangan, kertas timbang, panci, gelas ukur, dan
kompor gas.
Cumi
Pencucian dan
perendaman
Kamaboko
Pengukusan
penghancuran dan
pencampuran
Pencetakkan
Daging Cumi
Dressing
Pencucian 3-4 X
T= 25C, t= 15
Perendaman
T= 2C, t= 15
Tapioka, putih telur, garam,
gula, b.putih, merica,
b.merah, margarin
Penghancuran
Pencampuran
Loyang
Pencetakkan
Pengukusan
T= 100C, t= 5-15
Minyak nabati
Uap air
Tempering
Kamaboko cumi
Kamaboko merupakan suatu bentuk produk gel protein yang terbuat dari
bahan tambahan lainnya, seperti: pati, garam, gula, bahan citarasa, dan bahan
tambahan lainnya.
Penambahan garam harus diberikan pada awal penggilingan, hal ini
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
kerekatan
pasta
ikan
dalam
proses
pembentukan gel ikan. Jika garam diberika pada akhir penggilingan. Sifat
kerekatan pasta ikan akan menurun (Tanikawa dalam Susanto, 2002).
Penggunaan
garam dianjurkan
tidak
terlalu
banyak
karena
akan
menyebabkan terjadinya penggumpalan atau salting out dan rasa produk asin.
Penambahan garam diperlukan untuk mendapatkan gel daging ikan kakap merah
yang baik, maka garam ditambahkan pada daging ikan kakap merahberkisar
antara 2-3 % dari berat daging ikan (irianto, 1990).
Bawang putih (Allium sativum L.) berfungsi sebagai bahan penambah aroma
dan untuk meningkatkan cita rasa produk yang dihasilkan. Bau yang khas pada
bawang putih berasal dari minyak volatile yang mengandung komponen sulfur.
Bau atau aroma yang dihasilkan dari bawang putih muncul apabila terjadi saat
pengirisan atau penggerusan (Palungku dan Budiatri, 1992).
Merica atau lada biasa ditambahkan pada bahan makanan sebagai
penyedapa masakan. Merica digemari banyak orang karena memiliki dua sifat
penting yaitu rasanya pedas dan aroma yang khas. Rasa merica yang peda
disebabkan adanya zat piperin dan piperanin serta khavisin yang merupakan
persenyawaan dari piperin dan alkaloida (Rismundar, 1993).
Penambahan gula yaitu suatu istilah umum sering diartikan bagi setiap
karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis. Gula akan melembutkan produk
dengan mengurangi efek pengerasan oleh garam dengan jalan mencegah
penguapan air dan juga berpengaruh pada flavor (Desrosier, 1988).
Flick (1964) dalam Desrosier 1988, bberapa jenis telur digunakan dalam
produksi kebanyakan kue keringan. Penggunaanya tidak seperti bahan lainnya,
baik sebagai suatu agensia pengeras atau pengempuk, dalam telur yang utuh
terdapat kombinasi dari keduanya. Telur memiliki suatu reaksi mengikat, dan bila
telur dalam jumlah besar maka akan mengembang.
Pati (starch) merupakan zat tepung dari karbohidrat dengan suatu polimer
senyawa glukosa yang terdiri dua komponen utama, yaitu amilosa dan
amilopektin. Polimer linier dari D-glukosa membentuk amilosa dengan ikatan
(alfa)-1,4-glukosa. Sedangkan polimer amilopektin adalah terbentuk dari ikatan
(alfa)-1,6-glukosida dan membentuk cabang pada ikatan (alfa)-1,6-glukosa.
rangka dalam ikan cumi. Proses ini bertujuan untuk membersihkan daging yang
akan digunakan serta mendapatkan daging ikan cumi atau disebut dengan edible
portion.
Selanjutnya dilakukan proses pencucian ikan cumi dengan menggunakan air
es sebanyak 2-3 kali, karena bila menggunakan air dengan suhu kamar maka akan
merusak tekstur (akibat denaturasi atau kerusakan protein) dan mempercepat
degradasi lemak. Pencucian dengan air es ini bertujuan untuk mempertahankan
protein miofibril yang sedikit larut dalam air pada pH netral tetapi larut dalam
larutan garam kuat (NaCl, KCl) pada konsentrasi 0,4 M.
Pencucian dilakukan untuk mengeluarkan garam anorganik, protein yang
larut dalam air, pigmen dan kontaminasi visceral, bakteri dan produk yang tidak
hancur. Pencucian merupakan tahap yang penting dalam memproduksi kamaboko.
Pencucian dengan air alkali dapat menghambat pemecahan protein oleh enzim
(Winarno, 1993).
Pencucian dengan air sangat diperlukan dalam pembuatan kamaboko,
karena dapat menunjang kemampuan dalam pembentukan gel dan dapat
mencegah denaturasi protein. Pencucian yang berulang-ulang akan meningkatkan
sifat hidrolik daging ikan. Selama pencucian, daging ikan dibersihkan dari darah,
pigmen, lemak, lendir dan protein yang larut dalam air. Cara ini membuat warna
dan bau daging menjadi lebih baik, disamping itu aktomiosinnya terikat sehingga
dapat memperbaiki sifat elastisitas produk yang dihasilkan (Fardiaz, 1985).
Setelah itu cumi yang sudah dibersihkan direndam dengan air garam.
Perendaman dengan menggunakan air garam bertujuan untuk mencegah
denaturasi protein, atau dengan kata lain larutan garam merupakan bahan anti
denaturasi, selain itu juga berfungsi sebagai bahan pengikat. Daya ikat dari bahan
tambahan yang digunakan pada pengolahan kamaboko akan mempengaruhi
kualitas tekstur produk akhirnya (kamaboko). Untuk memperbaiki tekstur, secara
umum, hal yang pertama kali dilakukan ialah proses perendaman dengan
menambahkan garam, setelah itu campuran tersebut dihancurkan agar protein
myofibrillar terlarut. Kemudian, untuk meningkatkan tekstur maka ditambahkan
pati dan atau putih telur pada setengah periode (waktu) penghancuran, baru
kemudian proses penghancuran dilanjutkan kembali. Hal ini juga dapat
mempengaruhi flavour (rasa) pada produk akhir kamaboko.
Perendaman menggunakan air larutan garam (NaCl) dilakukan setelah
pencucian, dengan kandungan garam sebanyak 0,01 sampai 0,3%, hal ini
ditujukan utnuk memudahkan pembuangan air dari daging ikan, dan untuk
menghindari pengembangan daging ikan karena menyerap air (Anonim, 2010).
Garam pada konsentrasi yang cukup dapat berfungsi sebagai pengawet atau
penghambat pertumbuhan mikroba, dan penambahan aroma, cita rasa atau flavour.
Garam (NaCl) bisa berfungsi melarutkan atau mengeluarkan miosin dan aktin dari
serat-serat daging, dimana miosin merupakan emulsifier utama dan dapat
mempertinggi daya ikat antar partikel (Desrosier, 1988).
Air rendaman
harus
dibuang terlebih
tipe
menghindari terbentuknya gel suwari. Adonan yang sudah membentuk gel akan
sulit dicetak.
Pada saat inilah terjadi perubahan fisik, kimia dan mikrobiologi pada produk
kamaboko. Secara fisik, adonan berubah dari bentuk smi padat menjadi bentuk gel
yang elastis. Perubahan fisik ini juga diikuti akibatadanya perubahan kimia pada
produk yakni terbentuknya gel yang elastis akibat mekanisme pembentukan gel
oleh protein aktomiosin.
3) Cita rasa. Cita rasa produk dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
jenis ikan (kandungan protein), tingkat kesegaran, bumbu yang diberikan, serta
komposisi bahan.
4) Daya tahan. Produk kamaboko yang dapat disimpan dalam waktu lama
akan lebih menarik. Untuk itu, perlu disimpan pada suhu rendah (Anonim, 2014).
Gel mempunyai mekanisme pembentukan sebagai berikut, apabila senyawa
polimer/makromolekul (struktur kompleks) yang bersifat hidrofil/hidrokoloid
didispersikan kedalam air maka akan mengembang. Kemudian terjadi proses
hidrasi molekul air melalui pembentukan ikatan hydrogen , dimana molekulmolekul air akan terjebak didalam struktur molekul kompleks tersebut dan akan
terbentuk masa gel yang kaku/kenyal (Cartika, 2011).
Pada proses pembuatan gel ada kemungkinan terjadinya syneresis, yaitu
suatu peristiwa dimana terjadinya pemisahan fase cair akibat adanya kontraksi
pada system gel selama masa pendiaman. Hal ini disebabkan karena adanya
tekanan terhadap fase luar akibat interaksi yang besar oleh fase terdispersi yang
mengakibatkan terpisahnya fase luar. Hal ini merupakan suatu ketidakstabilan
secara termodinamika. Adanya pengaruh pH juga dapat menyebabkan terjadinya
syneresis. pH rendah dimungkinkan dapat memberikan tekanan pada proses
ionisasi pada senyawa golongan asam karboksilat. Selain itu juga dapat
menghilangnya hidrasi air dan pembentukan intramolekuler (Cartika, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas hasil produksi kamaboko, antara
lain sebagai berikut:
Tingkat
elastisitas.
Tekstur
elastis
pada
produk
kamaboko
sangat
komposisi bahan.
Kadar garam. Kadar garam pada produk kamaboko berkisar antara 2,5-3,5%.
Kadar garam yang terlalu rendah akan menghasilkan kamaboko dengan
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran.
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan kamaboko disimpulkan bahwa
dengan basis seberat 250 gram dan hasil produk yang di dapat seberat 190,5 gram
dengan % produk 76,2 %. Sedangkan sifat organoleptik berupa warna coklat
muda, rasa khas cumi, aroma khas cumi, tekstur lembut dan kenampakan baik.
4.2. Saran
Berdasarkan
percobaan
pembuatan
mentega
DAFTAR PUSTAKA
sebaiknya
melakukan
Anonim.
2014.
Kamaboko.
http://eprints.uns.ac.id/6166//1021114092
00910531.pdf. Diakses : 26 Mei 2014.
Anjarsari, Bonita. (2010). Pangan Hewani Fisiologi Pasca Mortem dan
Teknologi. Penerbit Graha Ilmu : Yogyakarta
Cartika. 2011. Mekanisme pembentukan gel. http://carikartika.blogspot.com/l.
Diakses : 26 Mei 2014.
Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerbit
Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Fardiaz, D. 1985. Kamaboko Produk Olahan Ikan Yang Berpotensi Untuk di
Kembangkan. Media Teknologi Pangan, Volume 1 : Bogor.
Irianto, B. 1990. Teknologi Surimi: Salah Satu Cara memperoleh Nilai Tambah
Ikan yang Kurang Dimanfaatkan. Sub Balai Penelitian Perikanan Laut
Ambon
Muchtadi, Tien. R, dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat
Jendral
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut
Pertanian Bogor : Bogor
Silvana. 2010. Surimi dan Kamaboko. http://elysciel.blogspot.com. Diakses: 26
Mei 2014.
Palungku, R. dan Budiarti, A., 1992, Bawang Putih Dataran Rendah, Penerbar
Swadaya, Jakarta.
Buckle,K.A. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press.Jakarta
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, teknologi dan Konsumen, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Bahan tambahan :
9
100
a. Tepung tapioka =
b. Putih telur =
3
100
c. Bawang merah =
g. Gula =
x 250 = 5 gram
0,4
100
% Produk =
1
100
h. Merica =
1,5
100
1,3
100
0,5
100
f. Garam =
2
100
d. Bawang putih =
e. Margarin =
x 250 = 1 gram
W Produk
W basis
190,5
250
= 76,2 %
x 100 %
x 100 %